Anda di halaman 1dari 13

KONSEP SILA KELIMA DALAM AL-QUR’AN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah Al-
Qur’an dan Wawasan Kebangsaan

Dosen Pengampu :
Abdul Halim, S.Th.I,M.Ag

Kelompok 13:
Putri Miladatul Ikhsan : 4121055
Bunga Rahma Amelia : 4121059

PROGRAM STUDI ILMU ALQUR ‘AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena taufik,
rahmat, dan hidayahnya, makalah "Al-Qur’an dan Wawasan Kebangsaan" ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga dapat tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh orang yang senantiasa mengikuti
sunnah beliau
Makalah "Al-Qur’an dan Wawasan Kebangsaan" ini ditulis berdasarkan
kepada panduan dan garis-garis besar Program Pengajaran yang diberikan oleh
(UIN) Bukittinggi. Juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan materi makalah ini kami ucapkan terima kasih.
Akhir kata makalah kami masih banyak kekurangan dan belum sempurna
tentunya memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan makalah kedepannya
untuk itu kami dengan segala kerendahan hati menerima masukan demi
peningkatan dan penyempurnaan dalam makalah ini.

Bukittinggi, 02 Desenber 2023

penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara hukum yang berpedoman kepada hukum
Islam dan Pancasila, namun lebih dominan menjadikan Pancasila sebagai
sumber hukum mutlak. Dalam masyarakat demokrasi, keadilan sosial menjadi
kewajiban, dimana keadilan sosial merupakan elemen penting demi
terbentuknya perdamaian dan kesejahteraan. Keadilan sosial dalam Pancasila
mencakup segala bidang kehidupan. Hal ini selaras dengan bunyi Pancasila
kelima yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Bunyi Pancasila
kelima tersebut, menegaskan bahwa rakyat Indonesia memiliki hak keadilan di
bidang hukum, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, sosial budaya, dan
keamanan.
Keadilan dalam Islam pada dasarnya ingin mendorong setiap anggota
masyarakat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat tanpa membedakan
bentuk, keturunan dan jenis kelamin untuk diberi kesempatan dalam
mengembangkan seluruh potensi hidupnya. Dalam kehidupan bermasyarakat,
kita akan dihadapkan dengan nilai-nilai kebangsaan, yang juga memuat aturan
pembangunan nasional guna menciptakan Indonesia yang mandiri, artinya
mampu berdikari (berdiri diatas kaki sendiri), adil dan makmur berdasarkan
kebudayaan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Makna Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an
2. Penafsiran Q.S An-Nahl ayat 90
3. Penafsiran Q.S An-Nisa’ ayat 135

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna keadilan sosial dalam Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui penafsiran dari Q.S An-Nahl : 90
3. Untuk mengetahui penafsiran dari Q.S An-Nisa’ : 135

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Sila Kelima


Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasari atas
norma-norma yang objektif, tidak subjektif apalagi sewenag-wenangnya.
Nurcholis Majid mengartikan adil (‘adl) yaitu sikap seimbang menengahi. Nilai
keadilan adalah nilai mutlak yang diperlukan dalam setiap segi kehidupan sosial,
ekonomi, pendidikan, politik, yang mana keadilan politik tidak mempunyai nilai
yang bermakna tanpa kedaulatan di bidang lainnya khususnya di bidang
ekonomi, dan keadilan ekonomi lahir dari keadilan sosial yang merupakan
tujuan sebenarnya dalam bernegara.1
Begitu pentingnya nilai-nilai keadilan dalam Islam, sehingga Al-Qur’an
menyebut nilai keadilan sebanyak 78 kali, dengan ragam ungkapan didalam Al-
Qur’an adalah dengan kata-kata ‘al-adl, al-qist, dan al-mizan. Al-‘adl disebutkan
sebanyak 28 kali, al-qist disebut sebanyak 27 kali, dan al-mizan disebut
sebanyak 23 kali. Prinsip nilai keadilan merupakan perhatian penting agama
Islam dalam tatanan kehidupan umat manusia, Islam memberikan suatu aturan
yang dapat dilaksanakan oleh semua orang yang beriman.2
Sedangkan pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi
pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat, dalam proses ini terkandung di
dalamnya nilai-nilai kebersamaan solidaritas dan kesamaan nasib sebagai unsur
persatuan kelompok untuk menjamin keberadaan dan keberlangsungan hidup
masyarakat. Sehingga keadilan sosial memiliki arti keadilan yang berlaku
kepada seluruh masyarakat dalam segala aspek kehidupan.3
Makna keadilan sosial dalam sila kelima ini merupakan harapan dari sila-
sila yang lain, artinya setiap orang Indonesia berhak mendapatkan perlakuan
yang adil dalam semua lini kehidupan dan hajat hidupnya. Dalam keadilan juga

1
Hilmi Ridho, Baidlowi, “Membumikan Nilai-Nilai Keadilan Dalam Al-Qur’an Terhadap
Sila Keadilan Sosial”, Jurnal Keislaman, Vol. 7, No. 2, 2021.
2
Ibid.
3
Ibid.

2
dituntun memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani seperti papan, pangan dan
sandang, yang didalamnya mencakup kebutuhan atas pekerjaan dan kehidupan
yang layak, dan juga kebutuhan rohani, seperti perlakuan sikap yang adil,
penghormatan terhadap hak-hak orang lain, serta memberi bantuan kepada orang
lain.4
Sedangkan menurut Noor Muhsin Bakry, keadilan sosial merupakan
tuntutan untuk menyusun semua lapisan masyrakat dan untuk memberi jaminan
bahwa semua orang harus diperlakukan sama secara adil sehingga tidak ada
suatu golongan kuat menindas golongan yang lemah, serta tidak boleh ada
golongan yang menguasai sebagian besar sumber kekayaan negara karena
negara bertanggungjawab dan menjamin kemakmuran rakyat.5
Sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” ini, ada
beberapa konteks di dalam nilai keadilan sosial tersebut, yaitu:
1. Keadilan sosial dalam konteks relasi muslim non muslim
Islam secara khusus mengakui adanya pluralitas dan kemajemukan, baik
dalam bidang agama, ras, dan kultur sebagai kehendak Allah. Islam hanya
tidak mengakui paham pluralisme yang memandang semua agama sama.
Dalam pandangan Islam, yang membedakan seorang muslim dan non muslim
adalah akidahnya yang termanifestikan dengan memeluk agama Islam.
Perbedaan akidah merupakan perbedaan fundamental dalam Islam, sehingga
menjadikan Islam tidak mentolerir secara teologis bahwa agama-agama lain
sama dengan Islam.6
Dalam konteks Al-Qur’an, istilah non muslim mengacu kepada apa yang
disebut dengan kafir, hal ini dikarenakan mereka tidak mengakui
keimanannya kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Sedangkan istilah kafir
dalam Al-Qur’an merujuk pada suatu perbuatan yang berhubungan secara
langsung dengan Allah, namun semua hubungan tersebut bersifat negatif,
seperti pengingkari nikmatnya, lari dari tanggungjawab penolakan atau

4
Ibid.
5
Ibid.
6
Roro Fatikhin, “Keadilan Sosial Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Pancasila”, Jurnal
Penelitian Agama dan Masyarakat, Vol. 1, No. 2, 2017.

3
pembangkangan terhadap hukum Allah, dan meninggalkan amal saleh yang
diperintahkan oleh Allah. Istilah kafir dengan non muslim dalam arti yang
luas adalah sama, yakni orang yang tidak menganut agama islam. Tentu saja
maksudnya tidak hanya mengarah pada satu agama saja, akan tetapi
mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan variasi
ritualnya.7
Meski Al-Qur’an telah memberikan posisi dan batasan yang jelas terkait
dengan masalah hubungan antara muslim dan non muslim dalam memberikan
dan bersikap adil, dan ini akan terlihat berbeda jika dilihat dalam konteks
keIndonesiaan. Indonesia adalah negara majemuk yang di dalamnya terdapat
keragaman dalam hal agama dan suku, seluruh perbedaan tersebut disatukan
oleh asas pancasila sebagai ideologi pemersatu. Meski kenyataannya Islam
menjadi agama mayoritas, namun sistem aturan dan landasan hidup di
Indonesia bukanlah Islam, melainkan pancasila yang berbasis pada sistem
demokrasi dan hukum.8
2. Keadilan sosial dalam konteks kaya dan miskin
Konsep keadilan sosial dalam Al-Qur’an yang terkait dengan masalah
hubungan anatara kaya dan miskin sangat berbeda dengan konsep sosialisme.
Keadilan sosial dalam Al-Qur’an berbasis pada tauhid, dimana Allah sebagai
maha pencipta menciptakan segala macam benda untuk kesejahteraan umat
manusia. Harta diyakini sebagai karunia Tuhan dan setiap orang memiliki hak
untuk mendapatkan karunia-Nya tersebut. Islam memberikan porsi yang adil
terhadap hubungan antara kaya dan miskin, ini adalah basis bagi kehidupan
sosial masyarakat muslim, yang secara konkrit diterapkan dalam zakat.9
Zakat adalah bentuk nyata dari tebaran kesejahteraan bagi umat. Harta
didistribusikan kepada segenap masyarakat, dan zakat adalah bersifat wajib
yang mengandung makna pembersihan menuju penyucian. Harta diperoleh
dengan cara yang dibenarkan oleh Al-Qur’an serta didistribusikan secara adil.

7
Ibid.
8
Ibid.
9
Ibid.

4
Keadilan sosial dalam bidang ekonomi di Indonesia masih belum bisa
dikatakan terwujud, sebagaimana yang telah diterapkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dan pancasila. Dan masalah kesenjangan antara kaya dan
miskin ini menjadi permasalahan yang paling miris di bidang ekonomi yaitu
masalah kemiskinan. Kemiskinan ini menjadi bukti dari penegakan keadilan
yang belum sempurna, padahal dalam konstitusi telah ditetapkan bahwa fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara, tetapi pada
kenyataannya malah menyimpang dari apa yang telah ditetapkan pada
konstitusi.10
3. Keadilan sosial dalam konteks hukum dan ekonomi
Hukum dan ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam
membentuk dan mengatur suatu masyarakat yang adil dan sejahtera. Dengan
hukum masyarakat dapat hidup dengan tertib dan melalui hukumlah keadilan
sosial dapat terwujud dalam suatu masyarakat. Sementara itu, ekonomi juga
memiliki peranan penting sebagai mediasi bagi kesejahteraan suatu
masyarakat. Jika ekonomi dapat berkembang dengan baik, maka otomatis
kondisi masyarakat akan sejahtera dengan kesejahteraan itulah kondisi
keadilan sosial dapat terwujud. Dengan melihat dua konteks rumusan
keadilan sosial yang terbentuk melalui mediasi hukum dan ekonomi, maka
akan dijelaskan secara spesifik dan komprehensif untuk memberikan sudut
pandang yang memadai tentang implementasi dalam 2 hal ini, yaitu:
a. Konteks hukum
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat, dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat
yang bersangkutan. Karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah masyarakat itu. Dalam
konteks sosial, Al-Qur’an memaknai adil sebagai bentuk persamaan, yaitu
persamaan dalam hak, dengan tanpa memandang siapa, dari mana orang

10
Ibid.

5
yang akan diberikan keputusan oleh orang yang diserahkan menegakkan
keadilan.
Konteks hukum yang tertuang dalam pancasila berdasarkan keadilan
sosial secara implementatif telah tertuang secara tegas melalui sistem
UUD yang berupakan basis aplikatif dari rumusan pancasila yang telah
ada. Dalam hal ini pancasila merupakan sebuah gagasan besar yang
bersifat general, yang akan menjadi tindakan praktis jika rumusan
pancasila itu dikemukakan dalam sistem UUD yang kemudian sifatmya
mengikat dan harus dijalamkam sesuai dengan standar hukum yang
berlaku. Dalam arti hukum, keadilan sosial merupakan norma atau
peraturan bagi setiap rezim politik yang memegang tampuk kekuasaan
dibawah konstitusi 1945. Norma tersebut memiliki 2 arah, pertama kearah
positif, adalah kewajiban utama siapapun yang memegang kekuasaan
Negara untuk mengerahkan kemampuan dan seluruh langkah
kebijakannya untuk mewujudkan keadilan sosial. Kedua kearah negatif,
adalah kewajiban utama bagi siapapun yang memegang kekuasaan negara
untuk mencegah tumbuh apabila berkembang ketidakadilan.
b. Konteks ekonomi
Kemajuan dan perkembangan di bidang ekonomi sangatlah menjadi
tolak ukur dalam melihat suatu kondisi masyarakat, hal ini secara khusus
terkait dengan kondisi kesejahteraan suatu masyarakat. Keadilan haruslah
dipertahankan dengan segala nilai-nilai yang berlaku, dan dengan
pembebasan pikiran manusia secara tuntas dari pelaksanaan nilai-nilai
ekonomi murni secara sewenang-wenang, serta dengan meletakkan
kembali nilai-nilai secara wajar. Nilai-nilai ekonomi secara intrinsic tidak
boleh ditempatkan pada wilayah tinggi, sehingga menguasai masyarakat
yang tidak memiliki nikai-nilai yang pasti atau yang kurang
memperhatikannya. Sehingga dalam kondisi semacam itu uang menjadi
satu-satunya nilai yang paling tinggi dan asasi.
Konsep keadilan sosial dalam hal ekonomi yang tertuang dalam Al-
Qur’an tidak menjalani prinsip kesamaan mutlak, seperti yang diajarkan

6
oleh marxisme dan komunisme, karena jika prinsip ini diterapkan, justru
akan bertentangan dengan prinsip keadilan yang hakiki, dimana setiap
orang menikmti perolehan yang sama, secara faktual setiap orang memiliki
latar belakang dan kemampuan yang berbeda.

B. Penafsiran Q.S An-Nahl ayat 90


Q.S An-Nahl ayat 90:

‫ع ِن ْالفَحْ ش َۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫ان َواِ ْيت َۤا‬


َ ‫ئ ذِى ْالقُ ْر ٰبى َو َي ْنهٰ ى‬ ِ ‫س‬َ ْ‫اْلح‬ ِ ْ ‫ّٰللا َيأ ْ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َو‬
َ ‫ا َِّن ه‬
‫۝‬ ُ ‫َو ْال َب ْغي ِ َي ِع‬
٩ َ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْون‬
Artinya:” Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan
memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan
keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran
kepadamu agar kamu selalu ingat.” (Q.S An-Nahl: 90)

Ayat ini mengandung dua pesan. Pesan pertama berbentuk perintah untuk
berlaku adil, berbuat ihsan, dan memperhatikan kerabat. Pesan kedua berbentuk
larangan untuk menghindari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan.
Inarat dua sisi mata uang, kedua pesan yang terkandung dalam ayat tersebut
merupakan sesuatu yang integral, dimana antara perintah dan larangan
merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan secara bersamaan. Dengan
kata lain, ketika pesan untuk berlaku adil, berbuat ihsan, dan memperhatikan
kerabat dilaksanakan, maka pesan sebaiknya yang mengandung larangan untuk
menghindari perbuatan keji, kemungkaran, dan peermusuhan tidak boleh
ditinggalkan.11
Surah An-Nahl ayat 90 ini, dapat dikatakan sebagai ayat yang
menggambarkan nilai-nilai Islam per excellent. Dalam Sya’bul al-Iman, al-
Baihaqi menceritakan ketika Hasan membaca ayat ini beliau mengomentari
sebagai ayat yang sekaligus memuat perintah dan larangan Allah. Kemudian ada

Ubaidillah, ” Islam dan Pendidikan Karakter (Analisis Nilai Karakter dalam Q.S An-
11

Nahl: 90), Jurnal Tasyri’, Vol. 25, No. 2, 2018.

7
beberapa penjelasan para mufassir tentang pesan dalam ayat ini adalah nilai yang
harus dikedepankan dan nilai yang harus dihindarkan.12

C. Penafsiran Q.S An-Nisa’ ayat 135


Q.S An-Nisa’ ayat 135 :
َۚ ‫علَ َّٰ َٰٓى أَنفُ ِس ُك ۡم أَ ِو ۡٱل َّٰ َو ِل َد ۡي ِن َو ۡٱۡل َ ۡق َر ِب‬
َ‫ين‬ َ ‫ّلِل َولَ ۡو‬ ُ ‫۞ َّٰ َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ُكونُواْ قَ َّٰ َّو ِمينَ ِب ۡٱل ِق ۡس ِط‬
ِ َّ ِ ‫ش َه َدآَٰ َء‬
‫ضواْ فَإِ َّن‬ ُ ‫ٱّلِلُ أَ ۡولَ َّٰى ِب ِه َم ۖا فَ ََل تَت َّ ِبعُواْ ۡٱل َه َو َّٰ َٰٓى أَن تَعۡ ِدلُو َۚاْ َو ِإن ت َۡل ُوۥَٰٓاْ أَ ۡو تُعۡ ِر‬ َّ َ‫غنِيًّا أَ ۡو فَ ِق ٗيرا ف‬
َ ‫ِإن َي ُك ۡن‬
‫ٱّلِل َكانَ ِب َما تَعۡ َملُونَ َخ ِب ٗيرا‬ َ َّ

Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-
kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”

Pada ayat di atas Ibnu Katsir berpendapat bahwa al-Qisth (berlaku adil) dengan
memberi kesaksian yang benar adalah lebih dekat dengan taqwa, sedangkan Hamka
berpendapat bahwa menegakkan keadilan merupakan satu puncak dari segala
keberanian. Dan hubungannya dengan dengan saksi karena menjadi saksi karena
Allah SWT. adalah berani menegakkan kebenaran, sebab keadilan dan kebenaran
merupakan dua arti dari maksud yang satu.13

Diatas dinyatakan bahwa bahwa adil lebih dekat dengan taqwa. Perlu dicatat
bahwa keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk substansi ajaran Islam. Jika
ada agama yang menjadikan kasih sebagai tuntunan tertinggi, Islam tidak demikian.
Ini karena kasih dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat, dapat
berdampak buruk.

Sayyid Quthb memberikan penafsiran pada ayat ini bahwa berbuat adil itu
harus yang mutlak tidak karena cenderung kasih sayang atau kebencian pada

Ibid.
12

Roihan A, Rasyd, Hukum Acara Peradilan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
13

2012), hal. 156.

8
seseorang juga tidak karena kerabat, kemashlahatan atau hawa nafsu. Keadilan itu
muncul hanya karena ketaqwaan kepada Allah SWT.14

BAB III

PENUTUP

14
Winarto, “TERM-TERM KEADILAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”, Jurnal
Studi Al-qur’an dan Hukum, Vol. III, No.1, 2017.

9
A. Kesimpulan
Makna keadilan sosial dalam sila kelima ini merupakan harapan dari sila-
sila yang lain, artinya setiap orang Indonesia berhak mendapatkan perlakuan
yang adil dalam semua lini kehidupan dan hajat hidupnya. Dalam keadilan juga
dituntun memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani seperti papan, pangan dan
sandang, yang didalamnya mencakup kebutuhan atas pekerjaan dan kehidupan
yang layak, dan juga kebutuhan rohani, seperti perlakuan sikap yang adil,
penghormatan terhadap hak-hak orang lain, serta memberi bantuan kepada orang
lain.
Keharusan berbuat adil terdapat dalam Q.S An-Nahl ayat 90 dan An-Nisa’
ayat 135. Surah An-Nahl ayat 90 ini, dapat dikatakan sebagai ayat yang
menggambarkan nilai-nilai Islam per excellent. Dalam Sya’bul al-Iman, al-
Baihaqi menceritakan ketika Hasan membaca ayat ini beliau mengomentari
sebagai ayat yang sekaligus memuat perintah dan larangan Allah. Sayyid Quthb
memberikan penafsiran pada surah An-Nisa’ ayat 135 ini bahwa berbuat adil itu
harus yang mutlak tidak karena cenderung kasih sayang atau kebencian pada
seseorang juga tidak karena kerabat, kemashlahatan atau hawa nafsu. Keadilan
itu muncul hanya karena ketaqwaan kepada Allah SWT.

B. Saran

Sejatinya, penulis tentu memiliki banyak kesalahan dalam penulisan


makalah ini. Maka dari itu, dengan senang hati penulis meminta kritik dan saran
dari pembaca agar kedepannya makalah ini dapat dibuat lebih baik lagi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Baidlowi, Hilmi Ridho. 2021. “Membumikan Nilai-Nilai Keadilan Dalam Al-
Qur’an Terhadap Sila Keadilan Sosial”, Jurnal Keislaman, Vol. 7, No. 2.

10
Fatikhin, Roro. 2017. “Keadilan Sosial Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan
Pancasila”, Jurnal Penelitian Agama dan Masyarakat, Vol. 1, No. 2.

Rasyd, Roihan A. 2012. Hukum Acara Peradilan Islam, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Ubaidillah. 2018. “Islam dan Pendidikan Karakter (Analisis Nilai Karakter dalam
Q.S An-Nahl: 90), Jurnal Tasyri’”, Vol. 25, No. 2.

Winarto. 2017. “TERM-TERM KEADILAN DALAM PERSPEKTIF AL-


QUR’AN”, Jurnal Studi Al-qur’an dan Hukum, Vol. III, No.1.

11

Anda mungkin juga menyukai