Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PANCASILA

KEMANUSIAAN DAN ETIKA GLOBAL

OLEH: KELOMPOK 5
 BUNAISIR GAFUR
 FAYZA AULIA
 RANGGA ADITIYA

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan nikmatnya
sehingga makalah dapat di selesaikan dengan judul “Kemanusiaan dan etika
global”. Makalah ini di buat guna memenuhi tugas kelempok untuk mata kuliah
Pancasila.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh
karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pekanbaru, 1 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seperti yang telah diketahui, Pancasila berasal dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesiadan juga
merupakan pribadi dan pandangan hidup bangsa yang telah tercantum di dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Seluruh isi Pancasila sejak awal sudah mengakar kuat di jiwa setiap bangsa
Indonesia.Walau tidak semua masyarakat Indonesia menyadari penuh pemikiran dan nilai-nilai luhur
Pancasila. Bagaimana beberapa sikap yang dimunculkan masyarakat mengarah ke penyimpangan nilai
sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia muncul seperti tidak dapat dielakkan. Muncul dengan
mudahnya dan begitu sulit dihapuskan tanpa kesadaran setiap individu dalam masyarakat. Bukannya
tanpa bekal, tapi mereka seolah lupa akan nilai-nilai Pancasila yang sudah ditanamkan sejak kecil oleh
keluarga dan lingkungan mereka.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hakikat kemanusiaan terhadap pancasila ?


2. Bagaimana devinisi etika global terhadap pancasila ?
3. Apa kaitan kemanusiaan sesuai sila ke 2 ?

C. TUJUAN PENULISAN
a) Untuk Mengetahui nilai-nilai luhur yang tekandung dalam setiap butir sila pancasila
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KEMANUSIAAN

Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang paling sempurna dari
makhluk – makhluk yang diciptakan oleh Tuhan  Yang Maha Esa. Yang membedakan manusia
dengan yang lainya adalah manusia dibekali akal dan pikiran untuk melakukan segala kegiatan.
Oleh karena itulah manusia menjadi makhluk yang paling sempurna dari semua makhluk
cipaanNya. Kata adil memiliki arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran /
norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sederetan kata yang merupakan suatu frase,
unsur  inti sila tersebut adalah kata kemansiaan yang terdiri atas kata dasar manusia berimbuhan
ke-an. Makna kata tersebut secara morfologis berarti “abstrak”  atau “hal”. Jadi kemanusiaan
berarti kesesuaian dengan hakikat manusia. Arti kemanusiaan dalam sila kedua mengandung
makna : kesesuaian sifat – sifat dan keadaan negara dengan hakikat (abstrak) manusia.  Isi arti
sila – sila pancasila adalah suatu kesatuan bulat dan utuh. Oleh karena itu sila kemanusiaan yang
adil dan beradab adalah dijiwa dan didasari oleh sila ‘ Ketuhanan yang Maha Esa ’, dan
mendasari sila Persatuan Indonesia karena persatuan tersebut maka sila ‘ Kemausiaan yang adil
dan beradab ’ senantiasa terkandung didalamnya keempat sila yang lainnya. Maka sila kedua
tersebut : Kemanusiaan yang adil dan beradab yang Berketuhanan yang Maha Esa, berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yang dipmpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka sila kedua megandung
cita–cita kemanusiaan yang lengkap yang bersumber pada hakikat manusia. Adapun makna sila
ke dua  antaralain :

 Mengembangkan sikap tenggang rasa


 Saling mencintai sesama manusia
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
 Tidak semena-mena terhadap orang lain
 Berani membela kebenaran dan keadilan   
 Mampu melakukan yang baik demi kebenaran
 Menjaga kepercayaan orang 
 Ramah dalam bermasyarakat
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha
Esa dan mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke 2 memiliki arti bahwa adanya kesadaran sikap
dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua
manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal.

B. DEFINISI ETIKA GLOBAL

Etika Global bermula dari asumsi bahwa sebagai manusia kita telah terllibat dalam
masyarakat global, entah kita mengetahuinya atau tidak; entah kita menyukainya atau tidak.
Dengan kata lain, etika global merupakan sebuah tanggapan etis terhadap konteks global yang
baru. Tanggapan etis ini dianggap bermanfaat bagi keseluruhan, yaitu bagi manusia, alam dan
keseluruhan yang ada di planet ini, yang merupakan titik berangkat yang normatif. Dengan
memahami kenyataan global, kita dimungkinkan untuk menuju masa depan, menuju apa yang
secara ideal dicita-citakan bersama. Sebab pada dasarnya, etika global mengacu pada sikap moral
manusia yang paling mendasar. Ciri-ciri dari etika global adalah:

1. Etika global masuk dalam level etis yang paling mendasar, nilai-nilai yang mengikat, serta
sikap-sikap dasariah yang paling fundamental.
2. Etika global menjadi sebuah konsensus bersama agama-agama, namun tidak terhisab dalam
satu tradisi iman tertentu. Karena etika global bukan bertujuan menciptakan suatu agama
tunggal (a unified religion), melainkan semua agama memberikan sumbangsihnya terhadap
persoalan bersama.
3. Etika global bersifat otokritik. Artinya, ia bukan hanya mengalamatkan pesannya kepada
dunia, tetapi juga pada agama-agama itu sendiri. Hal ini penting karena agama pada dirinya
bersifat paradoksal, satu sisi ia berpotensi mengupayakan kemanusiaan sejati, namun di sisi
lain berpotensi pula melegitimasi segala bentuk ketidakadilan dan perendahan nilai
kemanusiaan.
4. Etika global terkait dan berpijak pada kenyataan dan isu kongkret.
5. Etika global dapat dipahami secara umum. Itu berarti, etika global bukan menjadi suatu
diskursus ilmiah pada kalangan tertentu. Semuanya harus dijelaskan dan dapat dipahami
dalam setiap lapisan masyarakat.
6. Etika global harus memiliki pendasaran religius. Artinya, semua agama-agama baik itu
agama-agama besar maupun agama suku menjadi dasar untuk menopang etika global.
Dengan kata lain, pada saat yang sama etika global dapat dipandang oleh setiap agama dari
dalam masing-masing tradisi yang ada.

Dari ciri-ciri di atas, maka etika global memiliki empat dimensi aktual yang menjadi realitas
hidup global, yaitu:

1. Dimensi Kosmis (Manusia dengan Alam)


Isu ekologis ini menuntut suatu cara hidup global baru yang tidak hanya berfokus pada
produktivitas, namun juga solidaritas dengan lingkungan hidup. Cara hidup tersebut harus
berpusat pada sebuah komunitas seluruh ciptaan. Visi ekologis ini sekaligus menyiratkan
kritik etis atas realitas ekologis yang sedang dialami secara global oleh bumi ini, seperti
pengrusakan alam, global warming/climate change, kelaparan, punahnya spesies tertentu,
peperangan dsb.
2. Dimensi Antropologis (Laki-laki dan Perempuan)
Isu gender menjadi perhatian serius dalam mewujudkan etika global. Dunia pada masa
kini dipandang masih diwarnai sistem hubungan yang terlalu patriarkis; laki-laki pada
kodratnya dianggap memang lebih unggul ketimbang perempuan. Sistem patriarkis ini
lebih jauh dilihat sebagai sumber dari banyak realitas hidup yang amat tidak manusiawi:
eksploitasi laki-laki atas perempuan, pelecehan seksual anak-anak, serta pelacuran.
Tanggung jawab global seharusnya membawa serta cara hidup baru yang lebih
mengusahakan kesetaraan dan kesederajatan. Dengan kata lain, ada komitmen kuat pada
sebuah budaya yang setara hak dan kerja sama antara laki-laki dan perempuan.
3. Dimensi Sosio-Politis (Kaya dan Miskin)
Kemiskinan yang terjadi di seluruh dunia, penyebab utamanya bukan hanya pada
individu-individu. Institusi-institusi dan struktur-struktur yang tidak adil juga menjadi
penyebab atas tragedi kemiskinan. Kesenjangan yang terjadi antara penguasa dan rakyat
semakin meluas mengakibatkan akses ekonomi semakin lemah. Atas nama investasi,
maka kaum borjuis menguasai perekonomian yang tak terkendali tanpa memberikan
penguatan pada ekonomi lokal yang dikelola secara langsung oleh rakyat. Jika penguasa
dengan “mesin politik” yang haus kekuasaan tetap berlangsung, maka penguasa tidak lagi
pro rakyat. Akibatnya, penindasan dan eksploitasi atas nilai-nilai kemanusiaan tetap
berlangsung. Kesejahteraan hanya menjadi pemanis bibir pada saat berkampanye untuk
mencari kekuasaan. Politik seharusnya menjadi alat untuk mengabdi pada kemanusiaan;
mengupayakan perjuangan melawan kemiskinan dan ketidakadilan global.
4. Dimensi Religius (Manusia dan Tuhan)
Hubungan yang terbangun ini ada dalam lembaga-lembaga agama. Oleh karenanya, tidak
ada alasan dari semua agama untuk menjadi alat pemicu konflik atas dasar dogma yang
berbeda. Semua agama memiliki jalan tersendiri, namun menuju kepada satu tujuan yakni
Tuhan. Dengan demikian, maka toleransi harus menjadi dasar hidup bersama penganut
agama.

Prinsip dari etika global yakni setiap manusia harus diperlakukan manusiawi. Berdasarkan
prinsip ini dan golden rule di atas maka harus ada komitmen pada sebuah budaya tanpa
kekerasan dan penghargaan pada kehidupan; komitmen pada sebuah budaya solidaritas dan
sebuah tata ekonomi yang adil; komitmen pada sebuah budaya toleransi dan sebuah kehidupan
dalam kebenaran; dan komitmen pada sebuah budaya hak-hak yang setara dan kerja sama antara
laki-laki dan perempuan.
C.   Kaitan  Kemanusiaan Sesuai dengan Sila Ke-2 dengan Etika Global

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha
Esa dan mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke 2 memiliki arti bahwa adanya kesadaran sikap
dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua
manusia di dunia, tanpa memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat
universal.Sedangkan etika global sendiri, merupakan tingkah laku manusia dipandang dari segi
baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam
hubungan dengan tingkah laku manusia. Dan penerapannya dalam sistem global, bagaimana
manusia tersebut memainkan perannya secara baik dan benar di dalam ruang lingkup
bermasyarakat tanpa membedakan hak dan kewajiban dalam setiap individu satu dengan yang
lainnya.
Pengamalan nilai-nilai kemanusiaan yang berdasarkan kepada Sila ke-2 Pancasila yang
berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam kehidupan masyarakat global atau etika
global dapat diambil contoh secara luasnya dalam kehidupan bernegara dan secara sederhananya
dapat diambil contoh dari kehidupan sehari-hari.

a. Dalam kehidupan bernegara


Pengamalan nilai kemanusiaan yang berdasar pada sila ke-2 pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dalam ruang lingkup bernegara contoh lebih spesifiknya adalah negara
menggalakkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menegakkan Hak Asasi Manusia
terhadap satu dengan yang lainnya yang di landasi dengan sumber hukum dari UUDRI 1945
Pasal 28 A-J. Dimana sangat terlihat jelas adanya keadilan yang merata bagi seluruh masyarakat
indonesia dalam penerapannya maupun penerimaannya.

b. Dalam kehidupan sehari-hari


Nilai kemanusiaan yang masih berdasarkan dengan sila kedua pancasila bukan hanya
diterapkan dalam bentuk kehidupan sehari-hari,tentunya juga harus diterapkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia dalaam kehidupan sehari-hari.Contoh penerapannya antara lain seperti:
 Masyarakat Indonesia tentunya harus bersikap adil satu sama lainnya, tidak membeda-
bedakan manusia berdasarkan suku, warna kulit, tingkat ekonomi maupun tingkat
pendidikan.
 Menyadari bahwa seluruh masyarakat dunia, khususnya Indonesia memiliki hak dan
kewajiban yang sama dimata Tuhan maupun hukum.
 Membela kebenaran dan keadilan tanpa memihak.
 Tidak melakukan tindakan diskriminatif satu sama lain antarmasyarakat Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari isi makalah yang telah kami susun,kami menyimpulkan bahwa nilai-nilai dasar yang
terkandung dari kemanusiaan pada sila kedua pancasila merupakan kemanusiaan yang adil dan
beradab bagi bangsa indonesia bersumber pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa yakni sesuai
dengan kodrat manusia sebagai ciptaanNya.Arti kemanusiaan dalam sila kedua mengandung
makna : Kesesuaian sifat-sifat dan keadaan negara dengan hakikat abstrak [abstrak] manusia.Isi
arti sila-sila adalah suatu kesatuan buat dan utuh.Oleh karena itu sila kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah dijiwa dan didasari oleh sila “Ketuhanan yang maha Esa”,dan mendasari sila
persatuan Indonesia karena persatuan tersebut maka sila “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
senantiasa terkandung di dalamnya keempat sila yang lainnya.maka sila kedua tersebut :
Kemanusiaan yang adil dan beradab yang Berketuhanan yang maha Esa,berpesatuan
indonesia,berkerakyatan yang dipimpin oleh hikamat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan,serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.Jika dihubungkan etika global,
manusia sebagai objek dalam kajian kemanusiaan pastinya terlibat dalam peranan masyarakat
global. Oleh karena itu, manusia sendiri di haruskan untuk memahami kenyataan global dan
dengan memahaminya kita di mungkinkan untuk menuju masa depan, menuju apa yang secara
ideal dicita-citakan bersama. Sebab pada dasarnya, etika global mengacu pada sikap sikap moral
manusia yang paling mendasar dan tentunya sesuai dengan hakikat pancasila di sila kedua yang
bunyinya “kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Anda mungkin juga menyukai