Anda di halaman 1dari 23

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

MENEGAKKAN KEADILAN SEBAGAI BINGKAI SOCIAL ORDER


( KETERTIBAN SOSIAL )
Tugas ini dalam rangka memenuhi salah satu kriteria penilaian mata kuliah Pendidikan
Pancasila
Dosen Pengampu Silahudin , S.Sos., M.Si

Disusun Oleh :

MUHAMAD ALDAN ISKANDAR [ 3112221024 ]

FAKHRAN ASGIAN PUTRA [ 3112221054 ]

REZANI FAJRIANI HERYANA [ 3112221069 ]

SONYA EDHIE PEATH FOURJUNE [ 3112221171 ]

PRODI ILMU KOMUNIKASI , FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas khadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah diberikan

kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahNya maka

Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Menegakkan Keadilan sebagai

Bingkai Social Order ( Ketertiban Sosial ) tepat waktu dan lancar guna memenuhi

tugas Dosen pada mata kuliah Pendidikan Pancasila di Universitas Sangga Buana

YPKP.

Penulis menyadari makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak .Besar harapan jika makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu

yang bermanfaat kepada pembaca.

Bandung , 15 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………….…… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………………………… 1

B. Rumusan masalah …………………………………………………………………………………………… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………..……………. 4

BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………. 10

BAB IV KESIMPULAN …………………………………………………………………………………… 17

DAFTAR PUSTAKA ,………………………………………………………………………………………. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman suku,

bangsa, agama, ras, bahasa, serta budaya yang disebut juga dengan multicultural.

Dengan keberagaman ini maka harus tercipta sebuah ketertiban sosial ( sebagai

Bingkai Social Order ) .

Ketidaktertiban tidak mungkin menghasilkan keadilan. Tidak ada masyarakat

yang dapat berlangsung secara kondusif bagi kepentingan manusia sendiri jika

kehidupan mereka terus menerus berada dalam keadaan tidak tertib. Sulit untuk

meragukan bahwa ketertiban merupakan kunci awal bagi masyarakat manapun dan

pada segala tingkatan (rukun tetangga sampai ke tingkat global ) supaya kehidupan

bersama dapat berlangsung sesuai dengan kodrat manusia sendiri.

Ketertiban yang diperlukan harus merupakan produk dari hukum yang rasional

untuk dapat menjadi tempat berpijak bagi mereka yang hendak “menegakan“ keadilan

itu sendiri.

1
Logika yang mengedepankan ketertiban sebagai conditio sine qua non untuk

bisa membangun keadilan bertolak dari fakta bahwa gagasan keadilan adalah perkara

yang sebenarnya karena itu justru membuatnya rentan untuk bermuara sebagai

ketidak- adilan.

Oleh karna itu perjuangan yang mengibarkan semboyan “Menegakan kebenaran

dan keadilan” lebih merupakan hasutan untuk massa rakyat yang banyak menderita

terlalu lama.

Suatu keadaan tertib bisa bersifat damai meskipun tidak adil seperti Irak di

zaman Saddam Hussein (1937-2006). Padahal makna ketertiban umum tidaklah

seterbatas itu karena melibatkan aspek-aspek lain dari kehidupan bersama yang

berjangkar dalam tertib sosial, yaitu tatanan sistemik yang terjalin dari struktur yang

utuh dan bersandar pada pranata sosial, serta interaksi dan kebiasaan terpola antar

sesama anggota dari suatu komunitas yang dikembangkan oleh manusia untuk

mengatur harmoni antar status dan peranan masing-masing warga dalam suatu

keteraturan yang terus-menerus dibina dan ditaati demi tegaknya komunitas yang

bersangkutan.

Hukum berfungsi untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban yang terjadi di

masyarakat. Hal ini dapat membatasi aktivitas seseorang dalam melakukan segala

kegiatan. Sehingga hukum berperan vital untuk mencegah terjadinya perilaku warga

negara Indonesia yang menyimpang.

2
Karena suatu tertib sosial selalu merupakan ekspresi kebudayaan yang nota

bene adalah aneka ragam menjadi logis semata jika konsep ketertiban umum yang

bertumpu padanya juga dipahami secara berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat

lainnya. Kenyataan itu nampaknya melatar belakangi masalah yang ada pada sistem

hukum kita maupun negara lain.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagiamana hukum dapat menciptakan ketertiban dan keadilan ?

2. Apakah keadilan merupakan tujuan utama hukum ?

3. Apa yang menyebabkan terjadinya ketidakadilan ?

4. Apa yang terjadi jika tidak ada keadilan didalam masyarakat ?

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI NILAI, MULTIKULTURAL & KEADILAN

Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, buruk, berharga, kelebihan atau

kekurangan dan memiliki suatu keistimewaan. Kodhi (Kaelan. 2016: 80-81),

mengemukakan bahwa didalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan,

dambaan, dan keharusan. Apabila berbicara tentang nilai, sebenarnya kita berbicara

tentang hal yang ideal yakni berupa cita-cita, harapan, dambaan dan keharusan.

Selanjutnya menurut Kansil (2011: 30), ia berpendapat bahwa sesuatu dikatakan

mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, berharga (nilai kebenaran), indah (nilai

estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Berdasarkan pendapat para

ahli diatas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang didambakan juga

dapat di cita-citakan dan dapat pula menjadi harapan bagi orang-orang. Sesuatu hal

juga memiliki nilai jika sesuatu tersebut memiliki sebuah fungsi.

Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, budaya, dan agama.

Keragaman budaya tersebut menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang

multicultural. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) ,multicultural adalah

bersifat keberagaman budaya.

4
Ini merupakan sebuah filosofi yang ditafsirkan sebagai ideologi yang

menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan

status social politik yang sama dalam masyarakat modern.

Istilah ini juga kerap digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis

masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Masyarakat multicultural mengusung

konsep multikulturalisme, yaitu sebuah paham yang menekankan pada kesederajatan

dan kesetaraan berbagai budaya local tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi

budaya lain.

Masyarakat ini menjunjung tinggi perbedaan kelompok social, kebudayaan, dan

suku bangsa. Meski demikian, bukan berarti terdapat kesenjangan atau perbedaan hak

dan kewajiban karena terdapat kesederajatan secara hukum dan social.

Achmad Yusuf dalam Pesantren Multikultural menjelaskan bahwa terdapat tiga

nilai yaitu demokratis, pluralism dan humanism.

1. Demokratis

Demokratis merupakan kata sidat dari demokrasi. Cara berpikir, bersikap dan

bertindak yang menilai sama antara hak serta kewajiban dirinya dengan orang lain.

Warga negara yang memiliki perilaku hidup yang baik didalam lingkungan

bermasyarakat tentunya akan menerapkan serta memegang nilai-nilai demokrasi.

5
Dapat dilihat melalui Universal Declaration on Cultural Diversity oleh

UNESCO yang menyatakan bahwa hanya ketika keragaman kultural berada dalam

konteks keseimbangan dengan kohesi social, maka kita dapat mencapai jalan menuju

partisipasi demokratis dan hidup berdampingan secara damai.

2. Pluralisme

Ini merupakan paham atau ideologi yang menerima keberagaman sebagai nilai

positif dan itu merupakan suatu yang empiris. Menurut Dr. Hj. Rodhatul Jennah , M.

Pd., dalam sosiologi, pluralism adalah konsep pemahaman tentang kehidupan

majemuk (plural) yang harus diatur sedemikian rupa untuk menciptakan suasana

saling menghargai dan menghormati guna menghindari konflik. Pluralism dapat

diartikan pula sebagai toleransi keberagaman etnik di suatu masyarakat.

3. Humanisme

Humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia serta semua upaya

untuk meningkatkan kemampuan alamiahnya secara penuh. Berdasarkan buku

Gerakan Theosofi di Indonesia, tujuan inti humanism adalah menghamba pada

kemanusiaan.

6
Penerapan humanism dalam masyarakat multicultural dapat dilakukan oleh

berbagai Lembaga baik di sekolah negeri dan swasta, lingkungan keluarga dan

masyarakat, di Lembaga Pendidikan agama, berbagai aktivitas bisnis, lainnya.

Keadilan merupakan kata yang berasal dari kata Adil. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak,

serta berpihak pada terhadap salah satu pihak dan tidak sewenang-wenang. Sementara

keadilan adalah perilaku atau perbuatan yang adil. Jadi keadilan merupakan sebuah

tindakan/perilaku atau perbuatan yang seimbang terhadap satu sama lainnya. Menurut

Baker, dalam perjanjian lama ada dua kata yang menggambarkan pengertian mengenai

adil yaitu “tsedeq” dan “mishpat”, keadilan yang dimaksudkan itu tidak berdiri

sendiri namun berkaitan dengan kebenaran hukum.

Maka dapat disimpulkan keadilan merupakan sesuatu yang relative, adil

menurut kita belum tentu adil menurut orang lain suatu keadilan seharusnya relevan

dengan segala sesuatu yang ada di lingkungan masyarakat umum, tidak bisa menurut

kita adil menurut orang lain tidak adil.

7
B. NILAI YANG TERKANDUNG DI SILA KE-2

Menurut Darmdiharjo (dalam Kaelan, 2010: 81) bahwa konsekuensi nilai yang

terkandung dalam “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” adalah menjunjung tinggi

harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan, menjunjung tinggi hak asasi

manusia, menghargai kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, agama, ras

keturunan, dan status sosial. Sedangkan menurut Fauzi (2013,18) sila “Kemanusiaan

Yang Adil Dan Beradab” menunjukan pengakuan, yaitu menetapkan manusia pada

harkat dan martabat manusia. Peraturan di Indonesia harus bisa mewujudkan tujuan

untuk mecapai harkat dan martabat manusia.

Berdasarkan dari pendapat diatas disimpulkan bahwa Pancasila sila ke-2 ini

memiliki nilai bahwa setiap masyarakat Indonesia memiliki hak yang sama sebagai

makhluk Tuhan yang Eaha Esa, dan saling menghargai satu sama lain tanpa

membedakan suku, ras, dan agama serta status sosial. Hukum di Indonesia pun harus

mempunyai kedudukan yang sama, tidak boleh saling membeda-bedakan satu sama

lain.

8
C. SOCIAL ORDER

Tertib social menurut Aletheia Rabbani (2020) menjelaskan bahwa salah satu

keadaan masyarakat dengan kehidupan tertib dan teratur sebagai hasil dari interaksi

social yang berjalan harmonis. Tertib social ini terjadi bila pendapat antara tindakan

anggota masyarakat dengan nilai norma yang berlaku didalam masyarakat tersebut.

Menurut Aletheia Rabbani juga (2020) menjelaskan bahwa sebuah system nilai dan

norma yang berlaku, diakui dan dipatuhi seluruh angota masyarakat

Emile Durkheim menjelaskan bahwa keteraturan social (social order) suatu set

bagian dari normal social. Focus kajian social Emile Durkheim yaitu focus pada fakta

social atau cara berpikir, bertindak dan berperilaku individu yang sifatnya eksternal

dan memengaruhi individu. Dalam melihat gejala social Emile Durkheim

menggunakan metode keterkaitan fakta social.

Berdasarkan pendapat diatas social Order atau Tertib sosial merupakan sebuah

perilaku masyarakat yang terbentuk secara teratur dan tertib sesuai perannya di dalam

lingkungan masyarakat serta menjalankan tugasnya di lingkungan masyarakat yang

searah dengan nilai dan kebiasaan yang berlaku di lingkungan masyarakat tersebut.

Social order juga akan tercipta jika ada norma yang nyata dan jelas.

9
BAB III

PEMBAHASAN

4.1 HUKUM MENCIPTAKAN KETERTIBAN DAN KEADILAN

Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara berbagai

perilaku manusia yang mewakili kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam

bingkai aturan yang telah disepakati bersama. Pandangan yang formal legistis

mendominasi pemikiran para penegak hukum, sehingga apa yang menjadi bunyi

Undang-Undang, maka Undang-Undang yang akan menjadi hukumnya.

Namun ada kelemahan dalam pandangan ini yaitu hukum yang kaku cenderung

mengabaikan perasaan manusia karena lebih memngutamakan kepastian hukum yag

sudah di tetapkan.

Produk dari pengadilan adalah putusan hakim. Dari sinilah awal dapat

dibangunnya wibawa hukum. Dalam putusan hakim, wibawa hukum dipertaruhkan.

Para petinggi hukum tidak perlu berteriak-teriak minta kepada masyarakat agar

menghormati pengadilan. Kiranya masyarakat dapat memberikan penilaian tersendiri

terhadap mutu putusan para hakim.

10
Hal ini sejalan dengan apa yang menjadi dasar berpijaknya hukum yaitu

“Hukum untuk kesejahteraan masyarakat”. Dengan demikian, pada akhirnya tidak

hanya dikatakan sebagai Law and Order (Hukum dan Ketertiban) tetapi telah

berubah menjadi Law, Order dan Justice (Hukum, Ketertiban, dan Ketentraman).

4.2 TUJUAN UTAMA HUKUM

Dalam buku Prof. van Apeldoorn yang berjudul “Inleiding tot de studie van

hetNederlandse recht” mengatakan bahwa tujuan hukum ialah mengatur pergaulan

hidup manusia secara damai. Keadilan bukanlah satu-satunya tujuan hukum,

melainkan terdapat tujuan lain seperti kemanfaatan dan kepastian hukum. Ketiga

tujuan tersebut tidak saling bertentangan bahkan saling melengkapi satu sama lain.

Namun demikian, banyak ahli hukum yang menitikberatkan keadilan sebagai

tujuan hukum. Rudolf Stammler dan Radbruch adalah salah satunya. Radbruch

menyatakan bahwa keadilan sebagai tujuan umum dapat diberikan arah yang

berbeda-beda untuk mencapai keadilan yang sebagai tujuan darihukum.

Keadilan dianggap sebagai tujuan umum dan merupakan tujuan hukum itu

sendiri. Di Indonesia pelaksanaan keadilan didasarkan kepada ketentuan Pasal 16 ayat

(1) UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan

11
bahwa keadilan menjadi wajib untuk tetap ditegakkan kendatipun tidak ada dalam

ketentuan normatif.

4.3 PENYEBAB TERJADINYA KETIDAKADILAN

Ketidakadilan merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural yang dapat terjadi

melalui proses sosialisasi, penguatan secara struktural maupun kultural. Mereka yang

mempunyai kekuasaan, mereka yang menang. Mereka yang punya uang banyak, pasti

aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar.

Ada pengakuan informal di masyarakat bahwa karena hukum dapat dibeli, maka

aparat penegak hukum tidak dapat diharapkan untuk melakukan penegakan hukum

secara menyeluruh dan adil. Praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum,

seperti mafia hukum dan peradilan, peradilan yang diskriminatif atau rekayasa proses

peradilan merupakan realitas yang mudah ditemui dalam penegakan hukum di negeri

ini.

Ada beberapa bentuk ketidakadilan;

• Stereotip

Stereotip adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseorang

berdasarkan kategori kelompoknya.

12
Stereotip merupakan salah satu bentuk prasangka antar ras berdasarkan

kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal maupun

nonverbal. Stereotip menunjukkan perbedaan kategori “kami” dengan “mereka”. Kami

selalu dikaitkan dengan superioritas kelompok in group dan mereka sebagai kelompok

yang inferior atau kelompok out group. Anggota in group biasanya cenderung

menyenangkan kelompok sendiri dan sebaliknya cenderung mengevaluasi orang lain

berdasarkan cara pandang kelompok “kami”.

• Marginalisasi

Marginalisasi adalah proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok tertentu

dengan lembaga sosial utama, seperti struktur ekonomi, pendidikan, dan lembaga

sosial ekonomi lainnya. perbedaan antara populasi dan kelompok seperti etnis, ras,

agama, budaya, bahasa, adat istiadat, penampilan, dan afiliasi, memungkinkan

populasi dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah.

Bisanya semakin besar perbedaan antara kelompok-kelompok itu, semakin

mudah bagi penduduk yang dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah.

Marginalisasi orang selalu melibatkan kemampuan penduduk yang dominan untuk

13
melaksanakan beberapa tingkat kontrol dan kekuasaan atas kelompok-kelompok yang

terpinggirkan. Kelompok atau individu yang marginal sering dikecualikan dari

layanan, program, dan kebijakan.

• Subordinasi

Subordinasi adalah pembedaan perlakuan terhadap identitas sosial tertentu.

Umumnya yang menjadi kelompok subordinasi adalah kelompok minoritas. Anggota

kelompok mayoritas dan anggota kelompok minoritas diperlakukan secara tidak

seimbang. Kelompok mayoritas sangat dominan. Mereka menguasai sumber daya

sehingga selalu merasa dapat bertindak secara tidak adil, menguasai, dan mempunyai

martabat lebih tinggi daripada yang lain.

Sementara itu, kelompok minoritas adalah kelompok yang kurang beruntung

karena mereka secara fisik maupun kultural merupakan subjek yang diperlakukan

tidak seimbang. Perlakuan diskriminasi sering diberikan kepada mereka.

• Dominasi

Dominasi harus dipahami sebagai suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang

atau kelompok bahwa mereka bergantung pada hubungan sosial dimana beberapa

14
orang atau kelompok lain memegang kekuasaan sewenang-wenang atas mereka. Ada

berbagai bentuk dominasi. Di antaranya adalah perbudakan, rezim diskriminasi

sistematis terhadap kelompok minoritas, rezim politik kolonial, despotisme,

totalitarianisme, kapitalisme, dan feodalisme.

Semuanya ini sangat potensial merugikan segmen yang tidak memiliki

keunggulan komparatif dan kompetitif. Hal ini terlibat dari berlangsungnya

eksploitasi, kekerasan, dan diskriminasi terhadap kelompok yang tidak mempunyai

keunggulan komparatif dan kompetitif secara struktural dan sistemik dalam berbagai

bidang.

4.4 YANG TERJADI BILA TIDAK ADA KEADILAN DALAM

MASYARAKAT

Ketidakadilan sangatlah dibutuhkan bagi seluruh makhluk hidup, bila tidak ada

keadilan maka akan terjadi pertikaian lalu perebutan hak milik dan pula

mengakibatkan pengambilan hak orang yang semena-mena itu dalam masyarakat.

Namun, jika untuk negara bila tidak memiliki keadilan maka negara akan

menjadi kacau balau dan pertengkaran serta kerusuhan terjadi dimana-mana

15
menimbulkan kekacauan atau masalah dalam negeri sehingga dibutuhkan yang

namanya keadilan. Maka dalam setiap kelompok social keadilan sangatlah

berpengaruh bagi kehidupan dan kesejahteraan. Jika kita menerapkan keadilan maka

akan meminimalisir hal-hal negative untuk masyarakat sekitar maupun lingkungan

tempat dimana kita menetap .

16
BAB IV

KESIMPULAN

Hukum sebagai pengendali sosial berperan aktif untuk menentukan tingkah laku

manusia yang dianggap menyimpang terhadap aturan hukum. Sehingga hukum dapat

memberikan sanksi terhadap pelanggar dengan asas keadilan. Agar fungsi hukum

dapat berjalan dengan baik perlu adanya sosialisasi terhadap hukum dan harus ada

penegakan hukum yang berlangsung seadil-adilnya.

Hal ini menghindari perilaku yang masih sangat sering memainkan hukum serta

bertindak main hakim sendiri dalam menyelesaikan kasus-kasus. Hukum memiliki

batasan yang perlu diperhatikan dan dimengerti. Maka hukum disini mempunyai

harapan-harapan positif dalam mengubah masyarakat serta mendukung penegakkan

keadilan.

Dari uraian diatas dapat kita garis bawahi jika dilihat secara substansi bahwa

hukum itu ada semata-mata hanya untuk mengatur dan melindungi kehidupan

masyarakat. Pemaknaan hukum sebagai sesuatu yang bersifat wajib akan memberikan

dampak bagi praktik hukum dengan semakin meningkatnya kepatuhan hukum yang

memang dilandasi oleh internalisasi secara evaluative oleh tiap-tiap individu sebagai

anggota masyarakat.

17
Jika memang secara substansial, hukum memang mencerminkan perlindungan

terhadap kehidupan bermasyarakat ini bermakna kewajiban hukum dalam sudut

pandang intern sehingga masyarakat secara batiniah menyadari sebenar-benarnya

bahwa hukum itu ada guna melindungi kepentingan mereka dan melalui mekanisme

inilah sebenarnya hukum memiliki keberlakuannya.

Dasar hubungan antar bangsa dilengkapi dengan dasar implementasinya

“beradab”, yaitu hubungan antar bangsa yang berbudaya yang menjunjung tinggi nilai

humanisme universal dan mengindahkan budaya nasional masing-masing. Dengan

rumusan yang demikian , selain sebagai dasar negara maka “Keadilan” menjadi tujuan

negara dan bagian dari ketertiban social.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fakrulloh, Zudan Arif. 2005. Penegakan Hukum Sebagai Peluang Menciptakan Keadilan:

publikasiilmiah.ums.ac.id.

inge Dwisivimiar. 2011. Jurnal Imiah: Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum.

JurnalDinamika Hukum Vol. 11 No. 3, 2011

Wibawanti, SS. 2013. Persepektif Filsafat Hukum. Keadilan Sebagai Tujuan Hukum Dalam

Perspektif Filsafat Hukum. Gramedia Jakarta: researchgate.net.

http://estiisma.blogspot.com/2015/01/ketidakadilan-hukum-di-negara-hukum.html

https://sosiopedia.com/ketidakadilan-sebagai-masalah-sosial/

https://www.academia.edu/6866838/Keteraturan_Sosial_Social_Order

https://lib.ui.ac.id/bo/uibo/detail.jsp?id=83504&lokasi=lokal

https://eprints.uny.ac.id/9747/2/BAB2-%2008108241086.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/4486/2/1MIH01796.pdf

file:///C:/Users/Andra%20Malela/Downloads/91-172-1-SM-1.pdf

https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/view/1249

http://digilib.uinsby.ac.id/19527/5/Bab%202.pdf

https://bpip.go.id/berita/991/582/pentingnya-pengamalan-pancasila-sila-ke-2-di-lingkungan-

masyarakat.html

19
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1614190063/10pancasila_della_1614190063doc.p

df

https://www.gramedia.com/best-seller/sila-ke-2/

http://digilib.uinsby.ac.id/11/4/Bab%20II.pdf

https://journal.unpar.ac.id/index.php/veritas/article/view/2075/1892

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/789/5/138400033_file5.pdf

http://repository.unika.ac.id/13438/4/10.93.0068%20Riyo%20Kristian%20Utomo%20BAB%20III.p

df

20

Anda mungkin juga menyukai