Disusun Oleh:
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat
menyelesaikanmakalah yang berjudul “ Pancasila kemanusiaan dan etika global ”
t e p a t w a k t u . M a k a l a h i n i merupakan tugas mata kuliah “Pendidikan Pancasila” untuk
penyelesaian absensi kelas.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya sangatmembutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada
intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih
baik lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR 1
PENDAHULUAN 2
KESIMPULAN 5
DAFTAR PUSTAKA 6
Pendahuluan
Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem
nilai-nilai pedoman bangsa oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan meskipun dalam sila-sila terkandung nilai-nilai yang memiliki
perbedaan antara satu dengan lainnya namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu
kesatuan yang sistematis dan kemanusiaan merupakan salah satu dari tujuan dari nilai-nilai
pancasila itu. Istilah Kemanusiaan berasal dari kata Melayu yang berarti "Humaniora". Hal
ini merupakan dari bahasa kuno dalam bentuk manu, istilah dari bahasa Sansekerta yang
berarti "manusia".
Menurut Yudi Latif, dalam kesadaran kemanusiaan universal indonesia hanyalah nota
kecil di muka bumi tetapi merupakan bagian penting dari planet ini karena indonesia sejak
lama dipengaruhi oleh realitas global dan oleh karena itu tidak bisa melepaskan diri dari
komitmen kemanusiaan.3 Salah satu bulir pancasila berbunyi “ kemanusiaan yang adil dan
beradab” merupakan komitmen tinggi untuk menjunjung kemanusiaan. Dengan adanya
sikap adil dan saling menghargai sesama manusia, maka timbullah persamaan derajat, hak
dan kewajiban asasi manusia tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan jenis kelamin.
Hormat menghormati, saling berkerjasama, tenggang-rasa merupakan sebagaian
perwujuduan dari menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan.4 Hal itulah yang menjadi isi
dari pembukaan uud 1945 yang mengatakan bahwa “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan
itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Dalam
rancangan pembukaan uud 1945 yang disusun oleh panitia sembilan, peletakan prinsip
internasionalisme (perikemanusiaan) sebagai dasar negara itu merupakan arti eratnya
hubungan antara nasionalisme dan internasionalisme. Oleh karena itu sila kedua dari
pancasila mempunyai arti ganda “keluar” (ikut memperjuangkan perdamaian dan keadilan
dunia) dan “kedalam” (memuliakan hak-hak asasi manusia, sebagai individu atau
kelompok).
Pada pembukaan UUD 1945, nilai dari pancasila ini terkandung dalam semua alinea
terutama pada alinea pertama dan aline keempat meskipun yang secara tersurat disebut
(merdeka) dan bahkan secara tersirat di akui pula bahwa dalam suasana kebangsaan yang
bebas dan hak-hak warganya juga dimuliakan. Soekarno pernah berkata: “kita bukan saja
mendirikan negara Indonesia merdeka tetapi harus menunju pula kepada kekeluargaan
bangsa-bangsa...inilah filosofis prinsip nomor dua yang boleh saya namakan
Internationalisme”. Dibawah nilai-nilai ketuhanan yang maha esa dan cita-cita negara
indonesia, semua manusia harus dipandang setara dan bersaudara yang mengandung
keharusan untuk menghormati kemanusiaan. Pancasila sebagai nilai dari kemanusiaan
memandang bahwa pada saat itu dunia sedang dalam keadaan perang sehingga para
founding fathers kita menyerukan agar untuk membebaskan semua negara yang di jajah.
Bahkan terdapat kekhawatiran di sebagaian kalangan bahwa arus globalisasi demokrasi
dan gerakan hak asasi manusia akan mengancam jati diri bangsa Indonesia.
Globalisasi adalah fenomena dunia berwajah banyak yang sering diidentikkan dengan:
(1) Internasionalisasi, yaitu hubungan antarnegara, meluasnya arus perdagangan
dan penanaman modal,
(2) Liberalisasi, yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk
membuka ekonomi tanpa pagar (borderless world) dalam hambatan
perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa, dan visa,
(3) Universalisasi, yaitu ragam selera atau gaya hidup seperti pakaian, makanan,
kendaraan di seluruh pelosok penjuru dunia,
(4) Westernisasi, yaitu ragam hidup model budaya Barat,
(5) de-Teritorialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografis sehingga ruang social
dalam perbatasan, tempat, dan jarak menjadi berubah
KESIMPULAN
Realitas dalam masyarakat Indonesia saat ini adalah maraknya kerusuhan sosial di
sejumlah daerah dan tingginya tingkat korupsi dan maraknya kekerasan yang menunjukan
bahwa nilai-nilai pancasila itu belum diterapkan dalam kehidupan sehari hari dan bahwa
tatanan sosial masyarakat Indonesia sudah berubah. Sedangkan rumusan etika global akan
terealisasi jika diletakkan dalam konteks Civil Society. Perwujudannya nampak jika semua
agama secara bersama bisa mencapai minimal konsensus tentang nilai, norma, dan prinsip
dasar dalam tiap agama.
Daftar Pustaka:
A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, Ham, dan Masyarakat Madani,
Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayullah Jakarta, 2014
Geovanie, Jeffrie, Civil Religion Dimensi Sosial Politik Islam, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2013
Hamidi, Jazim, Civic Education antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010
Kung, Hans dan Josef Kuscher, Karl, A Global Ethic: The Declaration of the
Parliament of the World’s Religious, New York: Continuan,1993
Sulastomo, Cita-Cita Negara Pancasila, Jakarta: Kompas, 2014 Weiss, Piero &
Taruskin, Richard, Music in the Western World: A History in Document (1984)
REFERENSI
https://www.academia.edu/35619787/Pancasila_Kemanusiaan_dan_Etika_Glo
bal