Anda di halaman 1dari 7

Nilai nilai kemanuisaan dan etika global bedasarkan pancasila

Disusun Oleh:

Abrar arisyad m.ali (220106041)

Program Studi Ilmu Hukum

Fakultas Syariah Dan Hukum

Universitas Islam Negri Banda Aceh

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat
menyelesaikanmakalah yang berjudul “ Pancasila kemanusiaan dan etika global ”
t e p a t w a k t u . M a k a l a h i n i merupakan tugas mata kuliah “Pendidikan Pancasila” untuk
penyelesaian absensi kelas.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Zubir,M.Ag


selaku dosenmata kuliah ‘Pendidikan Pancasila’ atas bimbingan dan pengarahannya selama
penyusunan makalah ini.Serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan
satu per satu.

Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya sangatmembutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada
intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih
baik lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Jakarta, 17 Oktober 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR 1

PENDAHULUAN 2

KEMANUSIAAN DAN PANCASILA 3

ETIKA GLOBAL DAN GLOBALISASI 4

KESIMPULAN 5

DAFTAR PUSTAKA 6

Pendahuluan

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia yang merupakan


rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pengertian Pancasila diawali dalam proses perumusan dasar
negara dalam sidang BPUPKI. Pada rapat pertama, Radjiman Widyoningrat,
mengajukan suatu masalah, yang secara khusus akan dibahas pada sidang
tersebut, yaitu mengenai calon rumusan dasar Negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampillah tiga orang pembicara yaitu Muhammad
Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato
secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar Negara Indonesia.
Sebagaimana masukan dari salah satu teman Ir. Soekarno yang merupakan ahli
bahasa, maka Beliau menamainya dengan “Pancasila” yang artinya 5 dasar.

A. kemanusiaan dan pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem
nilai-nilai pedoman bangsa oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan meskipun dalam sila-sila terkandung nilai-nilai yang memiliki
perbedaan antara satu dengan lainnya namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu
kesatuan yang sistematis dan kemanusiaan merupakan salah satu dari tujuan dari nilai-nilai
pancasila itu. Istilah Kemanusiaan berasal dari kata Melayu yang berarti "Humaniora". Hal
ini merupakan dari bahasa kuno dalam bentuk manu, istilah dari bahasa Sansekerta yang
berarti "manusia".

Menurut Yudi Latif, dalam kesadaran kemanusiaan universal indonesia hanyalah nota
kecil di muka bumi tetapi merupakan bagian penting dari planet ini karena indonesia sejak
lama dipengaruhi oleh realitas global dan oleh karena itu tidak bisa melepaskan diri dari
komitmen kemanusiaan.3 Salah satu bulir pancasila berbunyi “ kemanusiaan yang adil dan
beradab” merupakan komitmen tinggi untuk menjunjung kemanusiaan. Dengan adanya
sikap adil dan saling menghargai sesama manusia, maka timbullah persamaan derajat, hak
dan kewajiban asasi manusia tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan jenis kelamin.
Hormat menghormati, saling berkerjasama, tenggang-rasa merupakan sebagaian
perwujuduan dari menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan.4 Hal itulah yang menjadi isi
dari pembukaan uud 1945 yang mengatakan bahwa “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan
itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Dalam
rancangan pembukaan uud 1945 yang disusun oleh panitia sembilan, peletakan prinsip
internasionalisme (perikemanusiaan) sebagai dasar negara itu merupakan arti eratnya
hubungan antara nasionalisme dan internasionalisme. Oleh karena itu sila kedua dari
pancasila mempunyai arti ganda “keluar” (ikut memperjuangkan perdamaian dan keadilan
dunia) dan “kedalam” (memuliakan hak-hak asasi manusia, sebagai individu atau
kelompok).

Dalam sila kedua terkandung nilai-nilai kemanusiaan antara lain:

A. Pengakuan terhadap martabat manusia


B. Perlakuan yang adil terhadap manusia
C. Pengertian manusia yang beradab, memiliki daya cipta, rasa, manusia dan hewan
D. Nilai sila kedua ini dijiwai sila pertama dan menjiwai sila ke tiga, keempat serta
kelima

Pada pembukaan UUD 1945, nilai dari pancasila ini terkandung dalam semua alinea
terutama pada alinea pertama dan aline keempat meskipun yang secara tersurat disebut
(merdeka) dan bahkan secara tersirat di akui pula bahwa dalam suasana kebangsaan yang
bebas dan hak-hak warganya juga dimuliakan. Soekarno pernah berkata: “kita bukan saja
mendirikan negara Indonesia merdeka tetapi harus menunju pula kepada kekeluargaan
bangsa-bangsa...inilah filosofis prinsip nomor dua yang boleh saya namakan
Internationalisme”. Dibawah nilai-nilai ketuhanan yang maha esa dan cita-cita negara
indonesia, semua manusia harus dipandang setara dan bersaudara yang mengandung
keharusan untuk menghormati kemanusiaan. Pancasila sebagai nilai dari kemanusiaan
memandang bahwa pada saat itu dunia sedang dalam keadaan perang sehingga para
founding fathers kita menyerukan agar untuk membebaskan semua negara yang di jajah.
Bahkan terdapat kekhawatiran di sebagaian kalangan bahwa arus globalisasi demokrasi
dan gerakan hak asasi manusia akan mengancam jati diri bangsa Indonesia.

B. Etikan Global dan Globalisasi

Globalisasi atau global merupakan sebuah gambaran tentang semakin tergantungnya di


antara sesama masyarakat dunia baik budaya maupun ekonomi. Istilah globalisasi juga
sering dihubungkan dengan sirkulasi gagasan, bahasa, dan budaya populer yang melintasi
batas negara.7 Fenomena global ini acap kali disederhanakan oleh kalangan ahli sebagai
gejala kecenderungan dunia menuju sebuah perkampungan global (global village) di mana
interaksi manusia berlangsung tanpa halangan batas geografis. Oleh karena itu pada saat
yang bersamaan pula isu-isu tentang kemanusiaan seperti hak asasi manusia, demokrasi
dan ruang publik sangat cepat dapat mempengaruhi situasi yang terjadi si suatu negara.
Globalisasi bisa berpengaruh terhadap hidup yang kita alami mengandaikan ruang (space)
dan waktu (time). Misalnya masuknya pengaruh westernisasi kedalam suatu negara
dengan cepat karena kemajuan teknologi informasi sebuah berita atau kejadian di kawasan
dunia lain yang dapat dilihat dengan mudah oleh penduduk di belahan lain.

Globalisasi adalah fenomena dunia berwajah banyak yang sering diidentikkan dengan:
(1) Internasionalisasi, yaitu hubungan antarnegara, meluasnya arus perdagangan
dan penanaman modal,
(2) Liberalisasi, yaitu pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah untuk
membuka ekonomi tanpa pagar (borderless world) dalam hambatan
perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa, dan visa,
(3) Universalisasi, yaitu ragam selera atau gaya hidup seperti pakaian, makanan,
kendaraan di seluruh pelosok penjuru dunia,
(4) Westernisasi, yaitu ragam hidup model budaya Barat,
(5) de-Teritorialisasi, yaitu perubahan-perubahan geografis sehingga ruang social
dalam perbatasan, tempat, dan jarak menjadi berubah

KESIMPULAN
Realitas dalam masyarakat Indonesia saat ini adalah maraknya kerusuhan sosial di
sejumlah daerah dan tingginya tingkat korupsi dan maraknya kekerasan yang menunjukan
bahwa nilai-nilai pancasila itu belum diterapkan dalam kehidupan sehari hari dan bahwa
tatanan sosial masyarakat Indonesia sudah berubah. Sedangkan rumusan etika global akan
terealisasi jika diletakkan dalam konteks Civil Society. Perwujudannya nampak jika semua
agama secara bersama bisa mencapai minimal konsensus tentang nilai, norma, dan prinsip
dasar dalam tiap agama.

Daftar Pustaka:

Adiprasetya, Joas, Mencari Dasar Bersama: Etik Global Dalam Kajian


Postmodernisme dan Pluralisme Agama, Jakarta: Gunung Mulia

A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, Ham, dan Masyarakat Madani,
Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayullah Jakarta, 2014

F. Knitter, Paul, Satu Bumi Banyak Agama-Dialog Multi-Agama dan Tanggung


Jawab Global, Jakarta: Gunung Mulia, 2010

Geovanie, Jeffrie, Civil Religion Dimensi Sosial Politik Islam, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2013

Hamidi, Jazim, Civic Education antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010

K. Bertens, Etika, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007

Kung, Hans dan Josef Kuscher, Karl, A Global Ethic: The Declaration of the
Parliament of the World’s Religious, New York: Continuan,1993

Latif, Yudi, Negara paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011

Subekti, Slamet, Pemaknaan Humanisme Pancasila Dalam Rangka Penguatan


Karakter Bangsa Menghadapi Globalisasi

Sulastomo, Cita-Cita Negara Pancasila, Jakarta: Kompas, 2014 Weiss, Piero &
Taruskin, Richard, Music in the Western World: A History in Document (1984)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menata Kembali Kerangka Kehidupan


Bernegara Berdasarkan Pancasila, Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2006

Jurnal Malaysia. http://web.usm.my/kajh/

www. Kompasiana.com, Muhammad Anis, Etika Global dan Pluralisme Kung.


diunggah 18 Juni 2010, pukul 13:41 WIB
KBBI Daring. Lihat http://kbbi.web.id/etika

REFERENSI

https://www.academia.edu/35619787/Pancasila_Kemanusiaan_dan_Etika_Glo
bal

Anda mungkin juga menyukai