Anda di halaman 1dari 13

NAMA : Veronica Crista Avivah

NIM : 2034290016
PRODI : Teknik Sipil
SEMESTER : 1 (Satu)
KELAS : Pagi
Pentingnya Menjaga Pancasila Di Era Globalisasi
Arti Pancasila Menurut KBBI adalah dasar negara serta falsafah bangsa dan negara
Republik Indonesia yang terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan (5) Keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut way of life.artinya Pancasila dipergunakan
sebagai petunjuk hidup sehari hari (Kemasyarakatan 2016). Pancasila digunakan sebagai
petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang .berarti
bahwa semua tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari semua sila Pancasila .Keseluruhan sila di dalam Pancasila merupakan satu
kesatuan organis.Pancasila harus dihayati adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
Arti Pancasila Menurut Para Ahli :
Pengertian pancasila menurut Soekarno ialah isi jiwa bangsa Indonesia secara turun-
temurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat, dengan demikian
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi yakni falsafah bangsa Indonesia.
Pengertian pancasila menurut Notonegoro adalah dasar falsafah negara Indonesia,
sehingga dapat diartikan kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
Pengertian pancasila menurut Muhammad Yamin adalah lima dasar yang berisi pedoman
atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. Pancasila berasal dari kata panca yang
berarti lima dan sila berarti sendi, asas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik.
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana). Bahasa rakyat biasa disebut dengan bahasa Prakerta.
Pengertian pancasila menurut Prof. Dr. Nurcholish Majdid  adalah modal untuk
mewujudkan demokrasi Indonesia, pancasila memberi dasar dan prasyarat asasi bagi demokrasi
dan tatanan politik Indonesia, pancasila menyumbang beberapa hal penting. Menurut Nurcholish,
adanya Pancasila dan UUD 1945 telah diterima oleh umat Muslim Indonesia.
Nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai atau
value adalah suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Asal mula nilai - nilai
pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah berasal dari perkembangan dan
pengalaman hidup bangsa Indonesia dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara, dimulai
sejak berdirinya bangsa Indonesia hingga era saat ini. Pancasila yang terdiri dari lima sila
merupakan asas- asas atau nilai- nilai moral bangsa Indonesia untuk dilaksanakan dalam
kehidupan sehari – hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tabel. Nilai Pancasila dan operasionalisasinya (dalam Meinarno, 2013, 2016; Meinarno
dan Mashoedi, 2016, Putri dan Meinarno, 2016)

Nilai Definisi Rincian


Nilai pertama, Ketuhanan Percaya pada tuhan dan Toleransi pada kelompok yang
Yang Maha Esa menjalankan perintahnya berbeda keyakinan, spirituality
(Religio-toleransi) sesuai keyakinan dan tidak and religiousness
memaksakan kepercayaan
pada orang lain
Nilai Kedua, Mengikuti persamaan hak dan Respek, fair, courge
Kemanusiaan yang adil dan kewajiban, saying pada
beradab sesame, menjalani hubungan
(kemanusiaan) dengan bangsa lain berdasar
sikap saling menghormati
Nilai Ketiga, Mengutamakan kepentingan Loyalitas, kewarganegaraan
Persatuan Indonesia bangsa daripada diri/ (memiliki pendirian yang kuat
(Patriotisme-persatuan) kelompok, cinta tanah air dan terhadap kewajibannya, setia
bangsa dan mengembangkan kawan)
rasa persatuan bagi bangsa
Nilai Keempat, Pengambilan keputisan Tanggung jawab, harmoni
Kerakyatan yang dipimpin berdasar musyawarah untuk
oleh hikmat kebijaksanaan kepentingan bersama dengan
dalam permusyawaratan tidak memaksakan kehendak
perwakilan (demokrasi) kepada orang lain, dapat
dipertanggungjawabkan dan
melaksanakan keputusan yang
diambil
Nilai Kelima, Menjaga keseimbangan hak- Persahabatan, keadilan dan
Keadilan social bagi seluruh kewajiban social dengan kerendahan, menolong
rakyat Indonesia mawas diri (dalam bentuk
(Keadilan social) kualitas luhur manusia) dan
pengembangan diri yang
bertujuan untuk memajukan
kehidupan sosial

Paham-paham tersebut tidaklah sama dengan tujuan bangsa Indonesia yang tertera dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. (Indonesia n.d.). Di era globalisasi ini peran Pancasila
tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena
dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai
kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat (Ginting 2017). Dalam era
Globalisasi, budaya Barat dapat masuk dengan mudah tanpa adanya batas dan pemisah antara
budaya Barat yang positif maupun negatif. Karena tak adanya pemisah, bangsa Indonesia harus
dapat dengan cermat memilih dan melilah budaya-budaya baru yang masuk agar tidak terbawa
arus globalisasi.
Globalisasi adalah era dimana tiap orang memiliki kebebasan dalam bidang politik,
ekonomi maupun sosial budaya. Kebebasan tersebut sering disalah artikan oleh sebagian orang.
Tiap kali kebebasan tersebut tidak mencermikan nilai-nilai Pancasila yang sering menjadi
pedoman bagi bangsa Indonesia untuk kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila seiring waktu ditinggalkan dan dilupakan dan malah diganti oleh
paham-paham barat seperti paham Liberal, Komunis maupun Sosialis yang sangat berbeda bagi
bangsa.(Nadiroh n.d.).
Identitas global dalam penulisan ini adalah perasaan ikatan terhadap kebudayaan dunia
yang di dalamnya termasuk kesadaran pada kejadian, praktek, gaya hidup dan informasi dari
kebudayaan global (Arnett, 2002). Penulisan tentang identitas global dilakukan terhadap
mahasiswa dengan berlatar etnis berbeda di Iran. Mereka berasal dari Azeri Turk (Azerbaijan),
Fars, dan Kurdi di Universitas Tabriz. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa ketika identitas
global meningkat maka identitas lokalnya semakin rendah (Mahammadbakhsh, Fathiazar, Hobbi,
Ghodratpour, 2011). Namun temuan ini juga tidak dapat digeneralisasi. Temuan lain oleh Tsai
(2006) yang meneliti tentang globalisasi dan well being (wal afiat) menemukan bahwa dampak
globalisasi di negara berkembang tidak terlalu kuat atau bermakna daripada di negara industri.
Oleh karena analisisnya tidak dapat menguatkan dugaan bahwa globalisasi akan mengguncang
stabilitas negara.
Globalisasi telah merasuk ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di
dalamnya agama. Bahkan dapat dikatakan bahwa saat ini agama telah menemukan tanah yang
subur dan jalan yang mulus untuk berkembang secara global berkat kemajuan teknologi. Era
globalisasi menjadikan agama-agama yang ada dapat memperluas jaringannya melampaui
tempat kelahirannya. Perkembangan agama di zaman internet ini cukup pesat karena pengaruh
globalisasi. Saat ini tak terhitung banyaknya website yang menyediakan informasi tentang agama
yang memudahkan penyebaran agama sehingga terjadi pertambahan anggota atau pengikut yang
baru. Internet juga memungkinkan umat beragama untuk saling berhubungan meski tidak berada
dalam wilayah yang sama. Tak dapat dipungkiri bagaimana globalisasi mendatangkan banyak
manfaat dan kemajuan bagi agama.
Supratman (2013) memaparkan bahwa terdapat pengaruh baik positif maupun negatif
dari globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme sebagai berikut:

 Pengaruh Positif Globalisasi terhadap Nilai- nilai Nasionalisme


1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis.
Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan dijalankan secara jujur,
bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif
tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan
kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan
kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang
tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan
bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita
terhadap bangsa.

 Pengaruh Negatif Globalisasi terhadap Nilai- nilai Nasionalisme


1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa
kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi
Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi maka akan mengakibatkan rasa
nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di
Indonesia. Hal ini berdampak kepada hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri, dengan
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa
nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia
dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena
adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama
warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme.
Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi
berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global.
Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk
diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum
tentu sesuai bagi Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak
anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Menurut Maria (2012), arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam
masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu
kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan
kepribadian dan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala
yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Pancasila Sebagai Filter Nilai-Nilai Asing Di Era Globalisasi Presiden Soekarno pada
saat berpidato dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaaan Indonesia
(BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, pernah mengatakan mengenai pentingnya bangsa Indonesia
memiliki sebuah “philosofische gronslaag” atau filosofi dasar yang memuat pandangan tentang
dunia dan kehidupan (weltanschauung). Menurutnya dasar negara dan ideologi nasional tersebut,
merupakan suatu hal yang abadi yang harus tetap dipertahankan selama berdirinya negara
(Kementrian komunikasi dan informatika RI 2011) Ungkapan dari presiden pertama sekaligus
Proklamator Republik Indonesia tersebut, jelas memperlihatkan mengenai pentingnya dasar
negara dan ideologi nasional sebagai landasan berdiri dan tegaknya sebuah negara. Oleh sebab
itu, perumusan dasar negara Indonesia dilakukan melalui penggalian yang mendalam terhadap
pandangan hidup dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang mencerminankan nilai-nilai
peradaban, kebudayaan, dan keluhuran budi yang mengakar dan teranyam dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Hal itu pulalah yang kemudian menjadi landasan dari lahirnya Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila lahir dari sebuah perjanjian luhur
berdasarkan hasil musyawarah para founding father (pendiri bangsa dan negara) Indonesia dalam
sidang BPUPKI yang dilaksanakan selama dua kali masa persidangan, yaitu pada tanggal 29
Mei-1 Juni 1945 dan 10-16 Juni 1945. Sejak pertama kali ditetapkan sebagai dasar negara oleh
Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, tepat satu hari
setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekannya, Pancasila dianggap sebagai sublimasi dari
pandangan hidup dan nilai-nilai budaya yang mampu menyatukan bangsa Indonesia dengan
keberagaman suku, ras, bahasa, dan agama, sehingga keberadaannya dapat
dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun sosio-kultural.
Moral dalam arti tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama yang berlaku di Indonesia,
sosio-kultural berarti mencerminankan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Oleh sebab itu,
Pancasila kemudian menjadi norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara yang memiliki
kedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum tertinggi, menjadi pandangan hidup bagi
bangsa Indonesia, dan jiwa yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia (Kementrian
komunikasi dan informatika RI 2011). Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi norma dasar
dalam penyelenggaraan bernegara, sekaligus menjadi sumber dari segala sumber hukum yang
menjadi cita-cita hukum (recht-idee) dan cita – cita bersama (staats-idee) bangsa Indonesia.
Sebagai Ideologi atau pandangan hidup, nilai- nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan
dalam pembangunan bangsa dan negara, agar tetap berdiri kokoh dan mengetahui arah dalam
memecahkan berbagai masalah seperti ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial-budaya dan lain
sebagainya. Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila mencerminkan
kepribadian bangsa Indonesia, sebab nilai dasarnya merupakan hasil kristalisasi dari nilai- nilai
budaya bangsa Indonesia asli bukan diambil dari bangsa lain, yang mencerminkan garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Talcott Parsons (2007), seorang Sosiolog asal Amerika dalam bukunya yang berjudul
Social System (sistem sosial) mengatakan bahwa jika suatu masyarakat ingin tetap eksis dan
lestari, ada empat paradigma fungsi (function paradigm) yang harus terus dilaksanakan oleh
masyarakat bersangkutan. Antara lain:
1. Pattern Maintenance (pola pemeliharaan), yaitu kemampuan memelihara sistem nilai budaya
yang dianut dan berlaku di dalam masyarakat, karena budaya pada hakikatnya merupakan
endapan dari perilaku manusia. Budaya masyarakat itu akan berubah karena terjadi transformasi
nilai dari masyarakat terdahulu ke masyarakat baru atau pun karena masuknya pengaruh budaya
dari luar, tetapi dengan tetap memelihara nilai-nilai yang dianggapnya luhur, budaya lama akan
tetap bertahan meskipun akan terbentuk masyarakat baru yang lain.
2. Kemampuan masyarakat beradaptasi dengan dunia yang berubah dengan cepat. Sejarah
membuktikan banyak peradaban masyarakat yang telah hilang karena tidak mampu beradaptasi
dengan perubahan dunia. Padahal menurut Parsons, masyarakat yang mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan serta mampu memanfaatkan peluang yang timbul, maka dialah yang akan
unggul.
3. Adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beragam secara terus-menerus,
sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang akan kian menyatukan masyarakat itu. Artinya,
sebuah sistem yang ada di dalam masyarakat, harus mampu mengatur dan menjaga antar
hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
4. Keempat, masyarakat perlu memiliki goal attainment atau tujuan bersama yang dari masa ke
masa bertransformasi karena terus diperbaiki oleh dinamika masyarakatnya dan oleh para
pemimpinnya. Jika negara kebangsaan Indonesia terbentuk oleh kesamaan sejarah masa lalu,
maka ke depan perlu lebih dimantapkan lagi oleh kesamaan cita-cita, pandangan hidup, harapan,
dan tujuan tentang masa depannya. Dalam perspektif negara- bangsa, empat paradigm fungsi
yang dikemukakan oleh Parson tersebut setidaknya perlu diterapkan oleh masyarakat Indonesia,
terutama untuk menjaga nilai-nilai Pancasila agar dapat tetap hidup dan berkembang dalam
kedudukannya sebagai dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, nilai-nilai Pancasila seakan terlupakan sebagai sebuah dasar negara dan
ideologi nasional yang seharusnya dijunjung tinggi oleh semua masyarakat Indonesia, terlebih
dengan semakin cepatnya perkembangan zaman yang diimbangi oleh derasnya arus globalisasi
dan masuknya budaya asing. Oleh sebab itu, agar Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa tetap mempunyai semangat untuk diperjuangkan, kita perlu menerima kenyataan jika
Pancasila belum dapat dijadikan sebagai pijakan dalam bersikap oleh semua pihak. Pancasila
perlu disosialisasikan agar benar-benar dipahami oleh masyarakat Indonesia khususnya kaum
muda sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia dalam mempertahankan eksistensi dan
mengembangkan dirinya menjadi bangsa yang sejahtera dan modern. Sebagai dasar negara,
Pancasila harus benar-benar dijadikan sebagai acuan dasar hukum dan dasar moral dalam
penyelenggaraan bernegara. Sebagai ideologi atau pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila
perlu benar-benar dihayati sebagai suatu sistem nilai yang dipilih dan didianut oleh bangsa
Indonesia karena kebaikan, kebenaran, keindahan dan manfaatnya bagi bangsa Indonesia,
sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari yang pengamalannya
bersifat subjektif, artinya tergantung kepada individu yang bersangkutan. Karena berbagai
tantangan yang dihadapi dalam menjalankan ideologi Pancasila, sejatinya tidak akan mampu
untuk menggantikankan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, Pancasila
harus terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa Indonesia, karena Pancasila merupakan nyawa yang telah tertanam sejak bangsa dan
negara Indonesia lahir. Tantangan pada era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi budaya
dan kepribadian bangsa Indonesia seperti sekarang ini, harus ditangkal melalui nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila sebagai sebuah dasar negara dan ideologi nasional bangsa
Indonesia. Meskipun perkembangan zaman berkembang dengan sangat cepat, tetapi perlu diingat
bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak harus kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang
memiliki nilai-nilai peradaban, kebudayaan, dan keluhuran budi yang sebenarnya sudah jelas
tergambar dari nilai-nilai luhur Pancasila. Oleh karena itu, tantangannya yang sebenarnya
dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini adalah menyiapkan secara matang
generasi muda penerus bangsa agar arah dari pembangunan Indonesia dapat berjalan dengan
baik. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan yang lebih menekankan pada nilai-nilai yang
tertuang dalam Pancasila.
1. Ideologi Pancasila dalam pemikiran radikal dan revolusioner
Perlu kita renungkan, Pancasila sebagai dasar Negara diwarnai oleh ketegangan, konflik, dan
consensus bersama. Kondisi bangsa Indonesia yang dimasa kolonial selalu menempatkan warga
Nusantara sebagai pihak yang terkalahkan banyak menginspirasi perumusan Pancasila. Para
pendiri bangsa berhasil keluar dari rutinitas pandangan hidup bangsanya melalui penalaran dan
kontemplasi yang brilyan (Hariyono, 2014). Kelemahan bangsa Indonesia yang nampak dalam
menghadapi penguasa kolonial adalah lemahnya persatuan bangsa Indonesia. Perbedaan yang
ada pada masyarakat sering dijadikan media pecah belah oleh penguasa kolonial. Warga pribumi
di nusantara belum merasa dan menyadari dirinya sebagai sesama bangsa yang senasib dan
seperjuangan. Sehingga beberapa tokoh pergerakan nasional, mulai dari Tan Malaka, Hatta dan
Soekarno, melihat bahwa rasa senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa inilah yang harus
dikembangkan. Perlakuan ketidakadilan yang diterima masyarakat nusantara menginspirasi
adanya penghormatan terhadap ketidakadilan masyarakat pribumi yang diperlakukan tidak
manusawi menuntut adanya penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Secara
kodratnya manusia memiliki hak dan martabat yang sama. Setiap bentuk pemikiran, sistem
hingga tindakan yang tidak menghargai dimensi kemanusiaan dan keadilan bertentangan dengan
prinsip Pancasila. Di alam prinsip Pancasila tidak membeda-bedakankan manusia berdasarkan
agama, ras, warna kulit atau budaya. Pandangan Pancasila mengakui adanya pluralism yang
memungkinkan berkembangnya suatu nasionalisme yang inklusif. Kehidupan masyarakat yang
cukup memprihatinkan dari masyarakat pribumi akibat pemiskinan dan pembodohan oleh sistem
kolonialisme, imperialisme, dan kapitalisme. Hanya melalui sistem yang humanis dan adil
masyarakat Indonesia berpeluang untuk memperoleh kemakmuran. Masyarakat yang adil dan
makmur bukanlah suatu mimpi yang diwujudkan tanpa dasar.
Pancasila dirintis untuk menggapai tatanan masyarakat yan adil dan makmur. Untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmurakan terwujud jika masyarakat Indonesia terus
mewarisi dan mengembangnkan nilai-nilai luhur yang digali dari dari sumber religioitas.
Eksisitensi Tuhan sudah dikenal oleh masyarakat nusantara dengan segala istilah dan ajaran.
Toleransi terhadap perbedaan sikap banyak dijunjung oleh nenek moyang nusantara. Berbagai
nilai-nilai dasar tersebu mulai dirintis oleh tokohtokoh pergerakan nasional. Pada saat Soekarno
menyebutkan dan merumuskan dasar Negara yang ditawarkan dalam siding BPUPKI tidak ada
hadirin yang menolak. Berbagai nilai luhur tersebut sudah sudah ada dan hidup di masyarakat
nusantara serta diperkaya dengan pemikiran dunia yang modern. Hariyono (2014) mengatakan
bahwa kepentingan bangsa dan Negara selalu menempati posisi yang dominan dalam perumusan
Pancasila sebagai dasar Negara maupun sebagai pandangan hidup bangsa. Sejak 1 Juni 1945
hingga 18 Agustus 1945 para pendiri Negara sedang berdiskusi mendalam tentang platform
kehidupan berbangsa dan bernegara. Persatuan bangsa menjadi pertimbangan utama. Berkat
penggalian nilai-nilai luhur itulah Pancasila hingga kini masih relevan dan cocok bagi bangsa
Indonesia. Prinsip-prinsip yang ada dalam Pancasila tidak semuanya berasal dari asing. Pancasila
juga tidak semuanya berasal dari warisan nusantara. Para pendiri Negara mengolah kembali
warisan nusantara dan memperkaya dengan warisan dunia sehingga muncul suatu rumusan
Pancasila yang sangat cerdas dan visioner. Dari perpaduan budaya global dan warisan budaya
yang luhur itulah berhasil dirumuskan Pancasila sebagai suatu dasar Negara sekaligus pandangan
hidup. Kita semua menyadari bahwa Pancasila sebagai Grundnorm/Staatsfundamentalnorm,
yaitu pokok kaidah fundamental Negara masih berada dalam tataran normative. Pokok fikiran
Pancasila kemudian dijabarkan dalam UndangUndang Dasar1945 yang diharapkan dapat
menjadi pijakan dalam membuat tatanan kehidupan dan kebijakan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Tujuan mulia pemerintahan Negara Indonesia didasari oleh empat hal yang
tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 alenia keempat, yaitu:
1)Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2)Memajukan kesejahteraan umum
3)Mencerdaskan kehidupan bangsa
4)Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
2. Ideologi Pancasila dalam Perspektif Global
Pancasila merupakan dasar Negara dan pandangan hidup bangsa Indoesia. Sebagai dasar
Negara, Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam membangun Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara diwujudkan dalam hukum nasional Indonesia, dimana
Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Indonesia. Sedangkan
sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila dijadikan sebagai tuntunan bagi seluruh masyarakat
Indonesia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
2.1 Pancasila Sebagai Ideologi
Ideologi memainkan peranan yang penting dalam proses dan memeliara integrasi nasional,
terutama di Negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia (Ubaidillah, 2000). Istilah
ideologi berasal dari kata ‘idea’ berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan ‘logos’
berarti ilmu. Kata idea sendiri berasal dari bahasa Yunani ‘eidos’ yang artinya bentuk.
Selanjutnya ada kata ‘idein’ yang artinya melihat. Dengan demikian secara harfiah ideologi
berarti ilmu pengertian-pengertian dasar, cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai,
sehingga cita-ita yang bersifat tetap itu yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap
itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham (Kaelan, 2005). Kaelan (2005)
menyatakan bahwa ideologi sebagai pandangan masyarakat memiliki karakteristik: (a) ideologi
sering muncul dan berkembang alam situasi kritis; (b) ideologi memiliki jangkauan yang luas,
beragam, dan terprogram; (c) ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan; (d)
ideologi memiliki pola pemikiran yang sistematis; (e) ideologi cenderung eksklusif, absolute dan
universal; (f) ideologi memiliki sifat empiris dan normatif; (g) ideologi dapat dioperasionalkan
dan didokumentasikan konseptualisasinya; (h) ideologi bisanya terjadi dalam gerakangerakan
politik.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana idelogi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-
istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan lain perkatan unsur-unsur yang
merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila
(Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007).
Ideologi berkaitan dengan tertib sosial, dan tertib politik yang ada, berupaya untuk secara
sadar sisteatis mengubah, mempertahankan tertib masyarakat. Suatu pemikiran mendalam,
menyeluruh, menjadi ideologi apabila pemikiran, gagasangagasan tersebut secara praktis
difungsikan ke dalam lembagalembaga politik suatu masyarakat, suatu bangsa, suatu Negara
(Suparlan, 2012). Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan,
suku bangsa, dan agama. Sehingga semboyan ‘Bhineka Tungga Ika’ diterapkan bagi segala
masyarakat Indonesia dalam kesatuan yang utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila
sebagai ideologi nasional berupaya meletakkan kepentingan bangsa dan Negara Indonesia
ditempatkan dalam kedudukan utama di atas kepentingan yang lainnya. Kedudukan Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia, tercantum di dalam pembukaan UUD 1945
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang haus dilaksanakan secara
berkesinambungan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, Pancasila
sebagai ideologi bangsa adalah sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan, dan nilai-
nilai bangsa Indonesia yang harus diimplementasikandalam kehidupan, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2.2 Globalisasi
Globalisasi merupakan gejala mengglobalnya sosio-cultural antar bangsa sehingga kultur
antar bangsa di dunia seolah-olah melebur menjadi kultur dunia (global). Akibatnya hubungan
antar bangsa semakin dekat. Globalisasi biasa dikaitkaitkan dengan kemajuan teknologi
informasi, spekulasi dalam pasar uang, meningkatnya arus modal lintas Negara, pemasaran
massal, peanasan global, era perusahaan multinasional hilangnya batas-batas antar Negara dan
kian melemahnya kekuasaan Negara (Budiono, dalam Suparlan 2012). Arus globalisasi tidak
mungkin dihentikan. Berjalannya globalisasi tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai penyebabnya. Dampaknya juga tidak bisa dihindarkan. Bagi masyarakat,
bangsa dan Negara Indonesi, globalisasi memiliki dampak positif dan negative. Adapun dampak
negative dan dampak positif globalisasi menurut Suparlan (2012) antara lain:
a. Dampak Positif Globalisasi bagi Indonesia
(1) Semangat kompetitif Untuk mengikuti arus globalisasi suatu Negara dituntut mampu
bersaing di dunia internasional.
(2) Kemudahan dan kenyamanan hidup Globalisasi dengan kemajuan di bidang informasi,
komunikasi dan transportasi telah memberi kemudahan dan kenyamanan masyarakat.
(3) Sikap toleransi dan solidaritas kemanusiaan Informasi mengenai keprihatinan dan
penderitaan sejumlah manusia di suatu Negara, memotivasi pemerintah di Negara lain untuk ikut
membantu meringankan penderitaan yang dirasakan sesamanya.
(4) Kesadaran dalam kebersamaan Toleransi dan solidaritas antar bangsa berkembang
menjadi kesadaran dalam kebersamaan untuk mengatasi berbagai masalah, dimana ancaman dan
bencana bagi keselamatan dunia sebagai satu-satunya planet tempa tinggal bagi umat manusia.
(5) Menumbuhkan sikap terbuka Sikap terbuka ini untuk mengenal dan menghormati
perbedaan, kelebihan, dalam kehidupan manusia sebagai individu maupun bangsa yang hidup di
wilayah Negara lain.
(6) Globalisasi memberi tawaran baru Globalisasi memberikan tawaran baru barupa
kesematan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluasluasnya melalui jaringan internet
(7) Terbukanya mobilitas sosial Kemajuan transportasi mendorong mobilitas sosial yang
semakin terbuka dimana jarak tidak lagi menjadi permasalahan.
b. Dampak Negatif Gobalisasi bagi Bangsa Indonesia
(1) Pergeseran nilai Sesuatu yang baru (nilai, teknologi, budaya, dan lainnya) dari asing secara
tidak otomatis dapat diintegrasikan ke dalam kondisi individu atau masyarakat yang
menerimanya.
(2) Pertentangan nilai Masuknya nilai-nilai baru dan asing yang tidak sejalan atau bahkan
bertentangan dengan nilai-nilai luhur dari pandangan hidup masyarakat.
(3) Perubahan gaya hidup (Life style)
(4) Berkurangnya kedaulatan Negara
Pemerintah harus mengakui dan bekerja di suatu lingkungn dimana sebagian besar
penyelesaian masalah harus dirumuskan dengan memperhatikan dunia global.
3. Nilai-Nilai yang terkandung dalam Pancasila Berikut ini adalah nilai-nilai dalam lima sila
Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa Nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama ini adalah
dimana kita sebagai manusia yang diciptakan wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
laranganNya. Masyarakat Indonesia berhak untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-
masing dan wajib menjalankan apa yang diperintahkan dalam agama masing-masing dan
menjauhi apa yang dilarang. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Sila kedua ini menjelaskan
bahwa kita sesama manusia mempunyai derajat yang sama dihadapan hukum. Persatuan
Indonesia Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya bulat tidak terpecah.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sila ini menjelaskan tentang demokrasi, adanya kebersamaan dalam mengambil
keputusan dan penanganannya, dan kejujuran bersama. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia Makna dalam sila ini adalah adanya kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat,
seluruh kekayaan dan sebagainya dipergunakan untuk kebahagiaan bersama, dan melindungi
yang lemah. Pancasila sebagai dasar Negara, pandanga hidup bangsa Indonesia, dan sebagai
ideologi bangsa, menurut Suko Wiyono (2013) memuat nilai-nilai/karakter bangsa Indonesia
yang tercermin dalam silasila Pancasilasebagai berikut:
1. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa: terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kepercayaan
dan Ketaqwaan kepada Tuhn Yang Maha Esa; (2) kebebasan beragama dan berkepercayaan paa
Tuhan Yang Maha Esa sebagai hak yang paling asasi bagi manusia; (3) toleransi di antara umat
beragama dan berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; dan (4) Kecintaan pada semua
makhluk ciptaan Tuhan, khususnya makhluk manusia.
2. Nilai-nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: terkandun di dalamnya prinsip asasi (1)
Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan prinsip bahwa kemanusiaan adalah satu
adanya; (2) Kejujuran; (3) Kesamaderajatan manusia; (4) Keadilan; dan (5) Keadaban.
3. Nilai-nilai Persatua Indonesia: terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Persatuan; (2)
Kebersamaan; (3) Kecintaan pada bangsa; (4) Kecintaan pada tanah air; dan (5) Bhineka
Tunggal Ika.
4. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan: terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Kerakyatan; (2)
Musyawarah mufakat; (3) Demokrasi; (4) Hikmat kebijaksanaan, dan (Perwakilan).
5. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: terkandung di dalamnya prinsip
asasi
4. Kondisi Masyarakat Indonesia saat ini dalam Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila
Kondisi bangsa Indonesia saat ini dapat dikaji dan identifikasi dengan melihat prilaku
dan kepribadian masyarakat Indonesia tercermin pada tingkah laku masyarakat Indonesia sehari-
hari. Perilaku masyarakat Indonesia saat ini yang tidak sesuai dengan nilainilai Pancasila yaitu:
Penyimpangan sila pertama
Saat ini kita menjumpai generasi muda yang tidak bertaqwa kepada Tuhan YME.
Misalnya: meninggalkan ibadah, melanggar peraturan agama, menganggap dirinya sebagai
Tuhan atau Rasul, dan lain sebagainya.
Penyimpangan sila kedua
Sekarang ini kita temui diantara pemuda Indonesia yang tidak memanusiakan manusia
lain sebagai mana mestinya. Misalnya: kasus pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan lain
sebagainya.
Penyimpangan sila ketiga
Memudarnya rasa persatuan dan kesatuan yang terjadi pada masyarakat Indonesia saat
ini. Misalnya: tawuran antar pelajar, bentrok antar warga seperti perang sampit, bentrok antar
suku seperti kisah perang sampit, dan lain sebagainya.
Penyimpangan sila keempat
Demokrasi selayaknya dilaksanakan dengan sehat. Fenomena yang terjadi saat ini masih
adanya money politic di kalangan masyarakat yang biasa dijumpai pada saat pemilihan kepala
desa, pemilihan bupati atau walikota.
Penyimpangan sila kelima
Selanjutnya mengenai keadilan, banyak fakta-fakta mengenai ketidakadilan yang di
lakukan oleh generasi muda bangsa Indonesia saat ini. Tidak perlu jauh-jauh, saat ini dapat kita
lihat pada kelompok belajar kita saja sebagai faktanya. Dalam kelompok belajar PPKN misalnya,
tugas PPKN membuat makalah secara kelompok ketidak adilan selalu kita rasakan. Hal tersebut
karena sebenarnya yang mengerjakan tugas kelompok dari 8 anggota kelompok, hanya 3 orang
saja dan yang lainnya tinggal nitip nama. Padahal ia menginginkan mendapatkan nilai yang
sama. Sungguh ini adalah contoh kecil yang berada pada kehidupan para pelajar sehari-hari.
5. Upaya yang dilakukan Masyarakat Indonesia dalam Membudayakan Nilai-Nilai Pancasila
Sebelum memasuki upaya masyarakat Indonesia dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila
maka perlu kita tahu fungsi dari Pancasila. Sri Untari (2012) menjabarkan fungsi Pancasila
antara lain:
(1) Pancasila sebagai identitas dan kepribadian bangsa Pancasila adalah kepribadian bangsa yang
digali dari nilai-nilai yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan budaya bangsa
Indonesia.
(2) Pancasila sebagai sistem filsafat Pancasila bersifat obyektif ilmiah karena uraiannya bersifat
logis dan dapat diterima oleh paham yang lain.
(3) Pancasila sebagai sumber nilai Nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
(4) Pancasila sebagai sistem etika Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud etika
Pancasila adalah etika yang mengacu dan bersumber pada nilai-nilai, norma Pancasila sebagai
dasar Negara dan pandangan hidup bangsa (Sri Untari, 2012).
(5) Pancasila sebagai paradigma keilmuan ekonomi, politik, hukum, dan pendidikan
(6) Pancasila sebagai ideologi terbuka Menurut Winarno dalam Sri Untari (2012) disebut terbuka
sebab ideologi Pancasila bersumber pada kondisi obyektif, konsep, prinsip, dan nilai-nilai
orisinal masyarakat Indonesia sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Yudhanegara Firman. 2015. Pancasila Sebagai Filter Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai
Nasionalisme
Putri Maharani Ardi. 2018. Relevankah Pancasila Dan Globalisasi, Mengungkap Hubungan
Pancasila Dan Identitas Global. Fakultas Psikologi Universitas Pancasila.
Asmaroini Ambiro Puji. 2017. Menjaga Eksistensi Pancasila Dan Penerapanny Bagi Masyarakat
Di Era Globalisasi. Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Anda mungkin juga menyukai