Anda di halaman 1dari 20

PENTINGNYA ESENSI

PANCASILA
DALAM
PERKEMBANGAN
GLOBAL
Nama Anggota Kelompok 4.B2 :
1. Christhalia M Tutuhatunewa / 202330004
2. Putri V Ramschie / 202330106
3. Yerika Tirza Veerman / 202330307
4. Junet E Walalayo / 202330161
5. lidya soselisa / 202330316
6.Yuliana Wardani/202330048
7. Shiva Shakira umarella / 202330020
8.Marchia A. Soares / 202330343
9.m fauzan alison / 202430038
Perkembangan global merupakan keniscayaan yang
merenggut semua sendi kehidupan bernegara dan
berbangsa.
Secara faktual globalisasi melahirkan tatanan dunia baru
yang mengaburkan batas-batas budaya, ideologis, dan
geografis wilayah.

Ruang imajiner yang tercipta menghadirkan dunia tanpa


batas untuk dijangkau dengan mengendarai teknologi
informasi dan digitalisasi.
Globalisasi diterima dalam persepsi yang berbeda oleh
publik.
Akibatnya terjadi difusi perilaku, praktik, dan kode standar untuk proses arus
informasi, komoditas, uang, bahkan manusia yang melahirkan kosmopolitanisme dan
mendapat respons beragam berupa dukungan, penolakan, pengawasan serta ada yang
mengendalikan dan mengawasi globalisasi.

Sejarah mencatat, pada 1 juni 1945 dalam sidang BPUPKI dalam pidatonya Presiden
Soekarno menjelaskan tentang pentingnya bangsa Indonesia memiliki sebuah
philosofische gronslaag sebagai ideologi nasional yang menopang berdirinya sebuah
negara.

Soekarno sudah memprediksi jauh ke masa depan tentang tantangan perubahan global
yang berdampak pada ketahanan bangsa sehingga berjuang meyakinkan bangsa
Indonesia hal itu tentang pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan
pandangan hidup bangsa.
Pancasila telah disepakati sebagai dasar negara Indonesia dan
pandangan hidup bangsa Indonesia sejak ditemukan dan ditetapkan oleh
founding fathers Indonesia pada tahun 1945, dan sampai saat ini masih
tetap eksis sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup negara
dan bangsa Indonesia.

Esensi eksistensi Pancasila dalam perkembangan global adalah perihal


ketahanan Pancasila di era globalisasi yang menghubungkan semua
aspek kehidupan manusia dengan hampir tidak memiliki batasan.
Globalisasi membuat masyarakat di berbagai belahan dunia dengan
mudah saling berkomunikasi satu sama lain, akses informasi antar
negara pun makin mudah, apa yang terjadi di negara yang satu dapat
dengan mudah diketahui oleh masyarakat negara lainnya.
Hal ini mengakibatkan Indonesia dapat terkontaminasi dengan mudah
oleh hal-hal yang terdapat di negara-negara luar, seperti situasi politik,
ideologi, sistem hukum, budaya dan sebagainya.

Apabila masyarakat tidak mampu menyaring apa yang seharusnya


dikonsumsi dan apa yang tidak seharusnya, maka hal-hal akibat
globalisasi tadi yang tidak sesuai dengan nilai -nilai Pancasila akan
dengan mudah memengaruhi masyarakat, baik dalam bentuk keyakinan
terhadap ideologi maupun hidup dengan budaya asing yang dianggap
wajar sekalipun tidak sesuai dengan Pancasila dan yang sebelumnya
merupakan budaya yang tidak wajar bagi masyarakat Indonesia.
Esensi eksistensi Pancasila pada perkembangan global juga perihal mempertahankan
keberadaan dengan nilai Pancasila di Indonesia supaya dampak perkembangan dunia
tidak dengan mudah mengubah tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang selama
ini berdasarkan Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila bukan hanya untuk diketahui, dipahami, dan diperdebatkan,


melainkan untuk diaktualisasikan melebihi nilai-nilai kehidupan warga global yang
sudah terpengaruh berbagai macam pandangan hidup yang tak sesuai dengan kondisi
serta tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.
Pancasila harus bisa menjadi penyaring nilai-nilai akibat globalisasi manakah yang dapat
masuk dan memengaruhi perkembangan masyarakat Indonesia menjadi lebih modern
karena tuntutan globalisasi dan mana yang tidak harus masuk dan memengaruhi
masyarakat Indonesia.

Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan adalah pondasi


penting yang harus berdiri kokoh dan tidak mudah runtuh dan digeser nilai-nilai universal
yang berasal dari barat akibat globalisasi.

Berbagai literatur meneguhkan soekarno sebagai tokoh nasional yang pertama


memperkenalkan istilah dalam pidatonya dalam rangka mempersiapkan negara baru yang
merdeka dan berdaulat.
Pancasila sebagai dasar negara, merupakan sumber dari segala sumber hukum dan norma
dasar bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup dalam membangun bangsa dimaknai
dalam kapasitas Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia

Sebagai ideologi bangsa, Pancasila mengandung nilai demokratis yang tercermin dalam
sila keempat.
Ideologi Pancasila yang demokratis cenderung terbuka untuk pemahaman - pemahaman
baru dalam upaya membangun peradaban bangsa yang modern.
Nilai - nilai Pancasila menjadi patokan dasar untuk membangun Indonesia dari berbagai
bidang demi mewujudkan tujuan nasional seperti tercantum dalam pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945, alinea IV.
Pancasila merupakan cerminan kepribadian bangsa Indonesia diperhadapkan tekanan
globalisasi yang relasi interpersonal masyarakat yang individualis dengan pola hidup
yang pragmatis.
Nasionalisme terancam dengan kepentingan golongan berdasarkan status dan strata
ekonomi sosial, baik secara nasional maupun antarnegara.

Globalisasi memaksa Negara Indonesia untuk terbuka dan membuka diri, beradaptasi
dengan persaingan global yang kadang cenderung tidak etis jika disandingkan dengan
nilai-nilai dasar Pancasila.

Interaksi sosial yang seolah tanpa batas, mengaburkan standar etika sosial yang
menandai kepribadian masyarakat Indonesia.
Budaya lokal yang seharusnya dipromosikan sebagai kearifan masyarakat di kancah
global oleh generasi bangsa justru tergerus oleh kemajuan global dengan melahirkan
generasi kekinian yang instan dan lupa dengan budaya bangsa sendiri.

Oleh karena itu, pemahaman tentang esensi Pancasila sebagai dasar negara, pandangan
hidup bangsa penting untuk dibumikan menghadapi derasnya pengaruh globalisasi.

Esensi Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa sangat diperlukan sebagai
filter untuk menyaring arus globalisasi yang merajai seluruh aspek kehidupan bangsa
Indonesia. Pancasila menjadi dasar bijak dalam beradaptasi dengan tantangan global.
Pancasila hendaknya dihayati sebagai tatanan nilai yang
tersistem secara kultural dan mengakar pada nilai-nilai
kebajikan, kebenaran, keindahan, kebersamaan, sebagai
pedoman bagi setiap warga negara Indonesia.

Upaya yang kontekstual untuk membumikan Pancasila


kepada generasi bangsa yang milik teknologi menjadi
keharusan yang mendesak untuk tetap mempertahankan
eksistensi serta mengembangkan diri sebagai warga dunia
yang punya jati diri, karena Pancasila adalah nyawa
bangsa Indonesia.
Ketuhanan dalam Pancasila mencerminkan komitmen etis
bangsa untuk menyelenggarakan kehidupan publik yang
berlandaskan moralitas dan budi pekerti luhur.
Ketuhanan dalam Pancasila merupakan usaha pencarian
titik temu dalam semangat gotong royong untuk
mempersiapkan landasan moral yang kokoh bagi
kehidupan bangsa yang berlandaskan moralitas
ketuhanan.

Indonesia bukan negara sekuler yang ekstrem karena sila


pertama Pancasila sebagai konsensus bersama jelas
menghendaki agar nilai ketuhanan mendasari kehidupan
publik.
Untuk menjamin kemaslahatan dan kelangsungan hidup
bangsa, peran publik agama harus dihindari dari politisasi
yang mengarah pada kecenderungan triumphalisme atau
sikap membenarkan ajaran agama sendiri dan menilai
agama lain sebagai musuh.

Keimanan harus ditambahkan pada landasan moralitas


ketuhanan.
Komitmen untuk menjunjung tinggi kemanusiaan
universal (humanity) mengandung implikasi ganda.
Satu sisi seperti yang dikatakan Soekarno bahwa
kebangsaan yang dianut bukan kebangsaan yang
menyendiri, bukan chauvinisme, melainkan kebangsaan
yang menuju kepada kekeluargaan bangsa-bangsa atau
internasionallisme.

Artinya internasionalisme tidak dapat bertumbuh subur


jika tidak berakar dalam bumi nasionalisme.
Sebaliknya, nasionalisme tidak dapat hidup subur jika
tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme.
Nilai universal dalam wacana kemanusiaan global harus
berpadanan dengan daya cerna budaya lokal yang
bermuara pada jati diri bangsa yakni Pancasila.

Nasionalisme Indonesia merupakan nasionalisme yang


memuliakan kemanusiaan universal dengan
mengagungkan persaudaraan, keadilan antar manusia dan
perdamaian.
Seirama dengan keterbukaan nasionalisme Indonesia
terhadap kemanusiaan universal, klaim globalisasi juga
harus disesuaikan dengan realitas kebangsaan.
Kebangsaan Indonesia yang mengglobal merupakan ekspresi rasa syukur atas
desain Tuhan yang menciptakan perbedaan, dengan menjunjung prinsip
kesetaraan dalam kemanusiaan yang merespons positif kemajemukan,
melalui demokrasi yang berkeadilan sosial.

Globalisasi menarik sebagian dari kedaulatan bangsa dan komunitas lokal


untuk mengikuti tuntutan global.

Secara internal, globalisasi juga menghadirkan tuntutan otonom lokal sebagai


ekspresi politik identitas.
Eksistensi Indonesia sebagai negara republik harus tetap
berdiri kokoh dengan memberi ruang koeksistensi
dengan kesetaraan hak bagi semua agama budaya dan etnis.

Semua golongan dari berbagai latar belakang dituntut


memiliki komitmen kebangsaan yang menjunjung
konsensus nasional yang terdapat dalam Pancasila dan
UUD 1945.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai