Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

RELEVANSI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI 4.0

Disusun oleh:
Lola oktaviana (230102063)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023/2024
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………....................................1
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................2
A.Latar Belakang ........................................................................................3
B.Rumusan Masalah ...................................................................................3

C.Tujuan Penulisan .................................................................................. 3


BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….5

A.Pengertian Relevansi Pancasila diera globalisasi……………………4

B.Mengaktualisasikan Pancasila Sebuah Keharusan Moral.……………..5

C.Perlunya Aksiologis Pancasila Di Era Globalisasi…………………………………..9

D.Pengaruh Globalisasi pada Bangsa Indonesia ………….......................10

E. Proses perjalanan Pancasila menuju era globalisasi……………………………12


BAB III PENUTUP………………………………………………....................13
A.Kesimpulan……………………………………………………………..13
B.Saran……………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….14
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita semua tentu sudah mengetahui bahwa Pancasila merupakan dasar
negara Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila lahir berdasarkan nilai-
nilai budaya yang terkandung sejak zaman nenek moyang kita dahulu. Nilai-
nilai tersebut terlahir melekat secara tidak sengaja pada nenek moyang kita.
Untuk itu seharusnya Pancasila harus dijadikan Pancasila untuk seluruh
warga negara di Indonesia. Bersamaan dengan umur Pancasila yang
bertambah ini dan dibarengi dengan negara-negara didunia yang mengalami
pengembangan pesat dalam berbagai bidang kehidupan. masuknya era
globalisasi menjadikan bangsa dunia hamper tidak memiliki batas
Globalisasi memungkinkan tersebar luasnya pengaruh ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang ada di setiap penjuru dunia ke penjuru
dunia yang lain sehingga tidak jelas lagi batas-batas yang jelas dari suatu
negara. Oleh sebab itu, diera arus globalisasi yang deras ini dimana semua
informasi dan budaya-budaya asing mudah diakses dan tersebar luas.
Kehadiran Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia diharapkan biasa
menjadi filter dan pegangan warga negara Indonesia dengan menerapkan
nilai-nilai Pancasila yang benar dan dipraktikan dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga kita bisa merasakan dampak positif globalisasi seperti
berkembangnya pengetahuan dan teknologi,meningkatkan etos kerja, hingga
arus ekonomi yang meningkat.
Namun masuknya era globalisasi tidak hanya memberikn dampak
positif namun juga negatif bagi warga negar Indonesia. Ketika globalisasi
tidak disikapi dengan cepat dan tepat maka hal ini akan mengancam
eksistensi kita sebagai sebuah bangsa dan bisa mendapatkan dampak negatif
dari globalisai seperti,pola hidup konsumtif,sikap individualistic, gaya hidup
kebarat-baratan serta kesenjangan sosial bagi Indonesia.

1.1 Rumusan masalah


1.apa dampak dan negatif globalisasi bagi Indonesia.
2.bagaimana peran Pancasila bagi bangsa indonesia di era globaliasi.

1.2Tujuan penulisan
1.untuk menjelaskan betapa pentingnya nilai-nilai dalam konteks globalisasi.
2.dapat membahas bagaimana Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi
negara indonesia memiliki relevansi dalam menghadapi tantangan dan
peluang dalam era globalisasi.
3.untuk menunjukkan bagaimana Pancasila dapat menjadi landasan dalam
menjaga identitas,keberagaman,serta mempromosikan perdamaian,keadilan
sosial,dan kerjasama internasioanal ditengah arus globalisasi ysng semakin
cepat dan kompleks.
4.dan untuk menggambarkan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks
globalisasi.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Relevansi Pancasila diera globalisasi 4.0


Pancasila adalah ideologi dasar negara indonesia dan menjadi landasan keputusan bangsa
indonesia yang mencerminkan kepribadian bangsa dan sebagai dasar dalam mengatur
pemerintahan negara. Pancasila, sebagai dasar falsafat negara indonesia,memiliki relevansi
yang signifikan diera globalisasi 4.0. era globalisasi saat ini ditandai oleh percepatan
teknologi, interkoneksi ekonomi, serta pertukaran informasi yang cepat dan luas diseluruh
dunia. Dalam kontek, tetapi juga menjadi panduan moral yang memungkinkan indonesia
untuk menjaga identitas budaya, memperkuat kesatuan dalam keragaman, dan menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat global.

Secara etimologis, Pancasila berasal dari Bahasa sansekerta dari kata panca yang berarti
lima dan sila yang berarti dasar. Jadi Pancasila ialah lima dasar.Globalisasi adalah suatu
proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah yaitu era
dimana setiap orang memiliki kebebasan dalam bidang poitik, ekonomi,maupun sosial
budaya. Dalam era globalisasi, Pancasila memiliki relevansi yang penting sebagai panduan
bagi bangsa indonesia dalam menjaga identitas,keberagaman,dan nilai-nilai fundamental.
Pamcasila menjadi landasan bagi hubungan antarbangsa,mempromosikan
perdamaian,toleransi,dan kerjasama internasioanal yang berlandaskan pada nilai-nilai
keadilan sosial, dapat menjadi dasar dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan
sosial, ekonomi,dan lingkungan, dengan mempertahankan keutuhan serta kesatuan bangsa
dalam konteks dunia yang semakin terhubung secara global.

Melihat kondisi empiris dampak negatif yang mengikuti arus globalisasi di Indonesia,
maka pertanyaan penting yang dapat dirumuskan adalah : apakah dasar negara Pancasila
masih relevan dan bisa dipertahankan di era globalisasi saat ini? Pertanyaan ini patut
dikemukakan mengingat pancasila sebagai dasar negara Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, sumber filosofi bangsa Indonesia, dan sumber rujukan masyarakat Indonesia
dalam berpikir, bertindak dan berperilaku kurang dihayati dan diamalkan oleh masyarakat
Indonesia, khususnya para kaum muda generasi penerus bangsa yang banyak terjebak pada
arus modernitas dan materialisme.

Diera globalisasi yang penuh dengan peluang dan tantangan, pamcasila masih relevan
bagi bangsa indonesia, baik sebagai ideologi negara maupun sebagai dasar negara. Sebagai
ideology negara, Pancasila akan menjadi sistem nilai bagi bangsa indonesia dalam
menghadapi arus globalisasi yang penuh denagn muatan ideologi liberalisme dan
kapitalisme. Ideologi Pancasila sangat cocok dengan karakteristik budaya bangsa indonesia
yang heterogen, plural, dan beranekaragam kultur. Ideologi Pancasila mendasarkan pada
hakekat sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Inilah yang membedakan
dan menjadi keunggulan ideologi Pancasila dibandingkan dengan ideologi-ideologi lain di
dunia. Sebagai dasar negara, Pancasila merefleksikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang sangat komplek sehingga dapat terwadahi dalam kerangka Pancasila
sebagai dasar negara. Dihadapkan pada nilai-nilai global Barat yang muncul di era
globalisasi, sila-sila Pancasila merupakan “filter” yang dapat menjadi “penjaring” dan
“penyaring” bagi masyarakat Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi. Nilai-nilai
Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan merupakan
pilar-pilar penting dalam membentengi masyarakat Indonesia di tengah serangan nilai-nilai
universal yang berasal dari Barat akibat arus globalisasi. Ideologi Pancasila tetap bisa
bersaing dengan ideologi-ideologi lain di dunia ini karena memiliki sejumlah keunggulan
yang tidak ditemukan dalam ideologi lain. Ideologi Pancasila tetap mampu bersaing, mampu
kompetitif menjawab perubahan zaman, walaupun Indonesia diserbu nilai-nilai asing di era
globalisasi. Kekuatan dari ideologi Pancasila justru terletak pada kemampuannya menjaga
keseimbangan antara unsur-unsur yang ada di masyarakat Indonesia.

Di tengah suasana globalisasi, ideologi yang bisa bertahan adalah ideologi yang bisa
menjaga keseimbangan antara kepentingan global dengan kepentingan nasional. Artinya,
ideologi yang bisa terus eksis adalah ideologi yang bisa menempatkan kepentingan nasional
tanpa ikut terpengaruh nilai-nilai asing dari ideologi lain yang datang melalui informasi
global seperti siaran televisi, internet atau pertukaran jasa dan barang lainnya. Bila
dibandingkan dengan ideologi lain, seperti ideologi Marxisme atau Komunisme, Pancasila
memiliki berbagai keunggulan, karena Pancasila menempatkan unsur keseimbangan yang
tidak banyak ditemukan dalam ideologi lain. Semua ideologi lain di dunia umumnya hanya
mementingkan kelompok tertentu atau hanya berpihak pada golongan tertentu, misalnya
ideologi Marxis atau Komunisme, cenderung hanya mementingkan kelompok tertentu yakni
kelompok buruh, khususnya kelompok 'elite' kaum pekerja.

Sementara itu, di belahan negara lain, ada ideologi yang hanya berpihak kepada
kepentingan kelompok yang memiliki modal, orang yang punya kuasa, atau hanya bagi
orang-orang pintar dalam masyarakat. Kita patut bersyukur karena Pancasila sebagai
ideologi bangsa Indonesia tidak seperti itu, tetapi ada keseimbangan antar unsur-unsurnya.

Dalam konteks Indonesia saat ini, Pancasila tengah dihadapkan dengan tantangan
eskternal berskala besar berupa globalisasi. Globalisasi yang berbasiskan pada
perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi, secara drastis telah
mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa. Jadilah Indonesia kini, tanpa bisa
dihindari dan menghindari, menjadi bagian dari arus besar berbagai perubahan yang terjadi
di dunia. Sekecil apa pun perubahan yang terjadi di belahan dunia lain akan langsung
diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecil apa pun
peristiwa yang terjadi di Indonesia secara cepat akan menjadi bagian dari konsumsi
informasi masyarakat dunia. Pengaruh dari globalisasi ini dengan demikian begitu cepat dan
mendalam.

Menjadi sebuah pertanyaan besar bagi bangsa Indonesia, sanggupkah Pancasila


menjawab berbagai tantangan tersebut? Akankah Pancasila tetap eksis sebagai ideologi
bangsa? Jawabannya tentu akan terpulang kepada bangsa Indonesia sendiri sebagai pemilik
Pancasila. Namun demikian, kalaulah kemudian mencoba untuk mencari jawaban atas
berbagai tantangan tersebut, maka jawabannya adalah bahwa Pancasila akan sanggup
menghadapi berbagai tantangan tersebut asalkan Pancasila benar-benar mampu
diaplikasikan sebagai weltanschauung bangsa Indonesia.

Implikasi dari dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup maka bangsa yang besar
ini haruslah mempunyai sense of belonging dan sense of pride atas pancasila. Untuk
menumbuhkembangkan kedua rasa tersebut maka melihat realitas yang tengah berkembang
saat ini setidaknya dua hal mendasar perlu dilakukan.
Pertama, penanaman kembali kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai
ideologi bangsa. Penanaman kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi
bangsa mengandung pemahaman tentang adanya suatu proses pembangunan kembali
kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional. Upaya ini memiliki makna strategis
manakala realitas menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu telah terjadi proses
pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Salah satu
langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau membumikan kembali Pancasila ke tengah
rakyat Indonesia tidak lain melalui pembangunan kesadaran sejarah. Tegasnya, Pancasila
didekatkan kembali dengan cara menguraikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
perjuangan rakyat Indonesia, termasuk menjelaskannya bahwa secara substansial Pancasila
adalah merupakan jawaban yang tepat dan strategis atas keberagaman Indonesia, baik pada
masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.

Kedua, perlu adanya kekonsistenan dari seluruh elemen bangsa, khususnya para
pemimpin negeri ini untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berpikir dan
bertindak. Janganlah sampai Pancasila ini sekadar wacana di atas mulut yang disampaikan
secara “berbusa-busa” hingga menjadi “basi”, sementara di lapangan penuh dengan perilaku
yang tidak sesuai dengan ajaran Pancasila. Dengan demikian, penghayatan dan pengamalan
sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu conditio sine qua
non bagi tetap tegaknya Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Salah satu tantangan terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang besar ini, khususnya
oleh para pemegang kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya kesejahteraan
rakyat dan penegakan keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota dan desa, terlebih
Jawa dan luar Jawa merupakan salah satu permasalahan besar yang harus segera dijawab
oleh bangsa ini. Terasa sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa di alam sejarah dewasa
ini masih ada bagian dari bangsa ini yang secara mengenaskan masih hidup di alam
prasejarah!.

Masalah penegakan keadilan juga menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius
para pengambil kebijakan. Keadilan sosial yang telah lama digariskan para pendiri negeri ini
sering menjadi kontraproduktif manakala hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan
pemilik uang. Jadilah hingga sekarang ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini masih
merupakan pisau keadilan bermata ganda, tajam manakala diarahkan kepada rakyat
kebanyakan, dan tumpul atau bahkan kehilangan ketajamannya sama sekali manakala
dihadapkan dengan para pemegang kekuasaan atau pemilik sumber-sumber ekonomi.

Bila dua hal itu saja mampu dikedepankan bisa jadi bangsa yang besar ini tidak akan
mudah tergoyahkan oleh berbagai tantangan dan ancaman yang ada, baik dari dalam
maupun dari luar. Ancaman dari dalam bisa jadi akan pupus dengan sendirinya manakala
kesejahteraan rakyat terkondisikan pada keadaan yang baik dan keadilan dapat ditegakkan
dengan seadil-adilnya.

Ancaman dari luar, termasuk arus besar globalisasi sekalipun tidak akan menggeruskan
Pancasila sebagai sebuah ideologi tetapi justru akan menjadikan Pancasila sebagai kekuatan
yang mampu mewarnai arus besar globalisasi. Terlebih karena globalisasi bagi bangsa ini
bukanlah merupakan barang baru.

Pada akhirnya, menjadi baik kiranya bila menyimak kembali apa yang pernah dikatakan
oleh Roeslan Abdulgani (1986), "Pancasila kita bukan sekadar berintikan nilai-nilai
statis, tetapi juga jiwa dinamis”. Kurang gunanya kita, hanya secara verbal mencintai
kemerdekaan, kalau kita tidak berani melawan penjajahan, baik yang tradisional-kuno
maupun yang neokolonial. Kurang gunanya kita, secara verbal saja menjunjung tinggi sila
Ketuhanan Yang Maha esa, kalau kita takut melawan kemusyrikan. Kurang guna kita, secara
verbal saja mengagungkan sila Perikemanusiaan, kalau kita membiarkan merajalelanya
situasi yang tidak manusiawi. Kurang faedahnya kita, secara verbal saja cinta Persatuan
Indonesia, kalau kita membiarkan merajalelanya rasa nasionalisme dan patriotisme merosot
dan membiarkan bangsa lain mengeksploitasikan kebodohan dan kelemahan rakyat kita.
Kurang manfaatnya kita cinta sila Kerakyatan kalau kita membiarkan keluhan rakyat
tersumbat. Kurang artinya kita ngobrol saja tentang sila Keadilan Sosial, kalau kita
membiarkan kepincangan sosial ekonomis merajalela.

B.Mengaktualisasikan Pancasila Sebuah Keharusan Moral

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki relevansi yang penting di era globalisasi
4.0. Prinsip-prinsipnya seperti gotong royong, keadilan sosial, dan persatuan sangat relevan
dalam menghadapi tantangan global, memperkuat identitas bangsa, serta mempromosikan
kerjasama antarbangsa yang inklusif dan berkelanjutan. Mengaktualisasikan Pancasila
adalah suatu kewajiban moral bagi warga negara Indonesia untuk menjaga nilai-nilai luhur
dan menjadikannya landasan dalam bersikap dan bertindak dalam konteks globalisasi yang
cepat berubah.

Tentunya, dalam konteks globalisasi 4.0, aktualisasi Pancasila memiliki peran yang krusial.
Globalisasi membawa perubahan yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
budaya, ekonomi, teknologi, dan komunikasi. Dalam menghadapi dinamika ini, nilai-nilai
Pancasila seperti gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan bangsa
memainkan peran yang sangat relevan.

Gotong royong, sebagai salah satu prinsip utama Pancasila, mendukung semangat kerjasama
dan kolaborasi dalam masyarakat. Di era globalisasi ini, kolaborasi lintas batas menjadi
kunci dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan
ketimpangan. Keadilan sosial yang diusung oleh Pancasila juga relevan dalam menjawab
isu-isu global, seperti kesenjangan ekonomi antarnegara dan antarindividu. Selain itu,
prinsip persatuan dan kesatuan dalam bhinneka tunggal ika (berbeda-beda tapi tetap satu)
mencerminkan pentingnya menghargai keragaman dalam masyarakat global yang semakin
terhubung. Ini memberikan landasan moral bagi negara-negara dalam menjalankan
hubungan internasional yang saling menghormati. Dalam konteks teknologi dan informasi
yang pesat berkembang, aktualisasi Pancasila juga melibatkan pemanfaatan teknologi
dengan penuh tanggung jawab, memastikan bahwa inovasi yang dihasilkan sejalan dengan
nilai-nilai moral Pancasila serta tidak merugikan masyarakat. Oleh karena itu,
mengaktualisasikan Pancasila bukan hanya sebagai sebuah keharusan moral, tetapi juga
sebagai fondasi yang kokoh dalam menghadapi perubahan global yang cepat dan kompleks.
Hal ini memungkinkan Indonesia untuk tetap teguh pada identitasnya sambil tetap terlibat
aktif dalam tatanan global yang semakin terintegrasi.

Mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila berkaitan dengan sikap moral maupun tingkah laku
semua warga Indonesia. Berbicara mengenai sikap moral Lickona membaginya kedalam
tiga komponen yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau
perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Sikap moral tersebut
mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebaikan. Ketiga unsur
moral tersebut bertujuan pada terbentuknya individu-individu yang memiliki kematangan
terhadap moral dalam kehidupannya. Moralitas berujung pada tingkah laku yang
ditampilkan oleh individu dalam kehidupan kesehariannya yang mana seseorang dapat
dikatakan memiliki karakter apabila perilakunya sesuai dengan kaidah-kaidah moral.
cepat.
Mengaktualisasikan Pancasila merupakan sebuah keharusan moral karena nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya, seperti gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan kebinekaan,
sangat relevan dalam menghadapi tantangan globalisasi 4.0. Nilai-nilai tersebut menjadi
landasan untuk menciptakan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan keberlangsungan
manusia serta memastikan adanya nilai-nilai universal yang menghormati perbedaan budaya
dalam era globalisasi saat ini.
Globalisasi 4.0 membawa tantangan besar dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari
ekonomi digital hingga perubahan budaya yang cepat. Dalam konteks ini, aktualisasi nilai-
nilai Pancasila menjadi penting karena:
1. Keselarasan Teknologi dan Kemanusiaan:Di tengah perkembangan teknologi yang
pesat, nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan keadilan sosial, memastikan
bahwa kemajuan teknologi tidak meninggalkan manusia. Pancasila menekankan
pentingnya keberpihakan terhadap kemanusiaan dalam penerapan teknologi.
2. Pertahanan terhadap Identitas dan Kebinekaan:Globalisasi membawa integrasi
budaya yang cepat. Pancasila, dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika,
mempromosikan keberagaman dan menjaga keutuhan identitas bangsa di tengah
arus globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai lokal yang penting.
3. Demokrasi dan Keterlibatan Masyarakat:Era globalisasi mempercepat arus
informasi. Melalui prinsip demokrasi Pancasila, masyarakat diharapkan dapat
terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan yang mengikat, serta mampu
memilah informasi untuk kepentingan bersama.
4. Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan: Dalam menghadapi tantangan
ekonomi dan lingkungan, nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial dan tanggung
jawab terhadap lingkungan, menjadi landasan penting dalam menciptakan
keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang
berkelanjutan.
Jadi, aktualisasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi 4.0 menjadi kunci penting
dalam menjaga jati diri bangsa, membangun keberagaman, menghadapi perubahan
teknologi, serta menjaga keseimbangan antara kemajuan dan kemanusiaan.
Sayangnya, saya hanya dapat memberikan informasi dalam batasan jumlah karakter
yang terbatas. Namun, saya bisa memberikan gambaran lebih rinci mengenai relevansi
Pancasila di era globalisasi 4.0.
Dalam konteks globalisasi 4.0 yang ditandai oleh revolusi industri 4.0, teknologi
dan informasi memainkan peran sentral dalam transformasi sosial, ekonomi, dan
politik. Di tengah arus informasi yang cepat dan berbagai perubahan tersebut, nilai-
nilai Pancasila seperti gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan
bangsa menawarkan pondasi moral yang kuat untuk menavigasi tantangan kompleks
ini.

Gotong royong menjadi relevan dalam era di mana kolaborasi lintas batas menjadi
semakin penting, baik dalam mengatasi isu-isu global seperti perubahan iklim,
kemiskinan, atau ketimpangan, maupun dalam membangun kerjasama ekonomi dan
kesejahteraan bersama. Keadilan sosial, sebagai prinsip yang mendasari pembangunan
negara, juga sangat relevan dalam menangani masalah kesenjangan ekonomi yang
menjadi salah satu dampak globalisasi.
Sementara itu, prinsip persatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika memberikan
kerangka kerja yang mendukung dalam menghadapi keragaman dalam masyarakat
global yang semakin terhubung. Hal ini penting untuk menjaga harmoni dan
menghormati keberagaman budaya, keyakinan, dan latar belakang dalam tatanan
global yang multikultural.
Dalam ranah teknologi dan informasi, aktualisasi Pancasila juga menegaskan
pentingnya pemanfaatan teknologi secara etis dan bertanggung jawab. Hal ini
mencakup perlindungan data pribadi, penggunaan teknologi untuk kepentingan
masyarakat, serta memastikan bahwa inovasi teknologi berjalan sejalan dengan nilai-
nilai moral Pancasila.
Mengaktualisasikan Pancasila di era globalisasi 4.0 bukan hanya sekadar sebuah
kewajiban moral, tetapi juga merupakan langkah penting dalam mempertahankan
identitas bangsa Indonesia sambil tetap adaptif terhadap perubahan global yang terus
berkembang.

B. Perlunya Aksiologis Pancasila Di Era Globalisasi


Globalisasi merupakan peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh semua
warga dunia termasuk Indonesia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang semakin maju akan memberikan dampak globalisasi yang positif maupun negatif
bagi kehidupan manusia. Pancasila sebagai kausa materialis merupakan produk warisan
leluhur yang digali dari nilai budaya bangsa Indonesia. Isi dari warisan leluhur tersebut
berupa nilai-nilai askiologis Pancasila yang dijadikan pedoman bagi bangsa Indonesia
dalam berperilaku sehari-hari, baik sebagai individu, maupun sebagai anggota
masyarakat. Pancasila memiliki relevansi yang penting di era globalisasi saat ini,
terutama di era globalisasi 4.0. Nilai-nilai Pancasila yang terdiri dari Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dapat memberikan kerangka kerja yang kokoh
untuk menghadapi tantangan globalisasi.
Di era globalisasi 4.0 yang ditandai oleh perkembangan teknologi dan informasi,
Pancasila memegang peran penting dalam menjaga nilai-nilai keadilan, persatuan, dan
keberagaman. Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai nilai pertama dalam Pancasila
mendorong penghormatan terhadap keberagaman agama dan keyakinan, sementara nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab relevan dalam konteks globalisasi untuk memastikan
keadilan sosial dan hak asasi manusia di era digital.
Pancasila juga menekankan persatuan Indonesia, yang penting dalam menghadapi
era globalisasi yang membuka ruang komunikasi lintas batas. Nilai kerakyatan dalam
Pancasila mendukung partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan,
sedangkan nilai hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan menggarisbawahi pentingnya
keterlibatan semua pihak dalam pengambilan keputusan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, nilai kelima dalam Pancasila,
menjadi landasan untuk memastikan bahwa manfaat dari globalisasi dapat dirasakan
secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, dalam menghadapi era globalisasi 4.0, penerapan aksiologis
Pancasila penting untuk memandu Indonesia dalam menjaga keberagaman, keadilan,
persatuan, dan kesejahteraan seluruh rakyatnya di tengah arus perubahan yang cepat dan
kompleks.Di era globalisasi, nilai-nilai aksiologis Pancasila sangat penting karena
menjadi landasan moral dan filosofis bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi
tantangan-tantangan baru yang muncul dari globalisasi. Pancasila, yang mengandung
nilai-nilai seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, menjadi
pedoman dalam menjaga identitas, persatuan, toleransi, serta keberagaman dalam
menghadapi arus globalisasi yang seringkali membawa dampak sosial, budaya, dan
ekonomi yang kompleks.
Nilai-nilai aksiologis Pancasila membantu masyarakat Indonesia mempertahankan
jati diri dan memandu dalam mengadopsi perkembangan teknologi, informasi, dan pola
interaksi global tanpa kehilangan akar budaya, kearifan lokal, serta toleransi antar-umat
beragama dan budaya. Dengan mendasarkan tindakan dan keputusan pada nilai-nilai
Pancasila, diharapkan mampu memelihara kedamaian, keadilan, serta kesatuan dalam
keragaman, sambil tetap bersikap terbuka terhadap perubahan global yang
dinamis.Pancasila merupakan dasar filosofis negara Indonesia yang mencakup lima nilai
dasar: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai-
nilai ini tidak hanya menggambarkan identitas nasional, tetapi juga memberikan pedoman
untuk menjaga keutuhan, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat dalam era globalisasi
4.0.
Di tengah arus globalisasi yang membawa perubahan yang pesat, nilai-nilai
Pancasila tetap relevan. Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai nilai pertama tidak hanya
mencerminkan pluralitas keberagaman agama di Indonesia, tetapi juga memberikan dasar
untuk menghormati perbedaan keyakinan dalam lingkup global yang semakin terhubung.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab menekankan pentingnya menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan keadilan sosial, yang sangat relevan di era digital dan
globalisasi ekonomi. Pancasila memandang bahwa keadilan sosial dan hak-hak dasar
harus dijamin bagi semua individu tanpa memandang latar belakangnya.
Persatuan Indonesia juga menjadi fokus krusial dalam konteks globalisasi. Di
tengah keragaman budaya, ideologi, dan pemikiran global, nilai persatuan menjadi
fondasi untuk memelihara kerukunan dan solidaritas di antara berbagai kelompok
masyarakat Indonesia.
Sementara nilai kerakyatan dalam Pancasila menegaskan pentingnya partisipasi
aktif masyarakat dalam pembangunan dan pengambilan keputusan. Di era digital dan
globalisasi informasi, keterlibatan masyarakat dalam proses demokrasi dan kebijakan
menjadi semakin penting.
Nilai terakhir, hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan, menunjukkan bahwa
pengambilan keputusan yang bijaksana harus melibatkan aspirasi dari berbagai pihak,
baik dalam skala nasional maupun global. Dalam konteks globalisasi 4.0, di mana
keputusan satu negara dapat memengaruhi negara lain, kerja sama yang bijaksana
menjadi kunci untuk menghadapi tantangan global bersama.
Dengan demikian, aksiologis Pancasila menjadi landasan moral dan filosofis yang
kuat untuk membimbing Indonesia dalam berinteraksi di dunia yang semakin terhubung
secara global. Implementasi nilai-nilai Pancasila menjadi penting dalam memastikan
bahwa globalisasi membawa manfaat yang merata bagi semua lapisan masyarakat, sambil
menjaga identitas, persatuan, dan keadilan dalam bingkai negara Indonesia.
Pada era Globalisasi 4.0, Pancasila memiliki relevansi yang signifikan karena
dapat menjadi pedoman moral dan filosofis dalam menghadapi transformasi digital,
teknologi, dan ekonomi yang terus berkembang. Prinsip-prinsip Pancasila, seperti gotong
royong, keadilan sosial, dan persatuan, dapat membantu mengatasi tantangan seperti
kesenjangan ekonomi, ketimpangan akses terhadap teknologi, serta mendorong
pemanfaatan teknologi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Pancasila juga dapat
mengarahkan kebijakan untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi dan
globalisasi membawa manfaat yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa
meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.Tantangan nyata bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara yang harus kita hadapi saat ini adalah bagaimana tindak tanduk
kita dalam merespon fenomena globalisasi dengan berpedoman pada nilai etika Pancasila
sebagai warisan budaya luhur bangsa Indonesia. Ancaman nyata yang ada didepan mata
kita dewasa ini adalah munculnya gerakan-gerakan ekstremis, politik adu domba dengan
menggunakan isu SARA, adu domba oleh pihak-pihak asing, penyebaran informasi hoax,
dan tindakan-tindakan provokasi melalui sosial media. Tantangan tersebut dapat kita
hadapi apabila kita dalam bertingkah laku dan bertutur kata berpedoman kepada nilai-
nilai luhur Pancasila yang sudah tersusun secara hierarkis berhubungan antara sila yang
satu dengan yang lainnya. Sebagaimana Notonagoro menjelaskan hakikat sila-sila
Pancasila, antara lain di dalamnya terkandung makna adanya kesesuaian dengan hakikat
manusia yang memiliki tabiat saleh, yaitu sifat-sifat keutamaan pribadi manusia yang
relatif permanen melekat dalam pribadi manusia yang meliputi sifat-sifat sebagai berikut:
1. Watak penghati-hati/kebijaksanaan: berbuat sesuai dengan pertimbangan akal, rasa dan
kehendak.
2. Watak keadilan: memberikan apa yang menjadi hak dirinya dan hak orang lain.
3. Watak kesederhanaan : tidak melampaui batas dalam hal kemewahan, kenikmatan dan
rasa enak.
4. Watak keteguhan: tidak melampaui batas dalam hal menghindari diri dari: duka dan
hal yang enak. Sebagai penyeimbang watak kesederhanaan
Dari pendapat di atas bahwa sifat-sifat dan tabiat saleh tersebut sebagai nilai moral
kepribadian bangsa Indonesia. Dalam Era globalisasi ukuran/standar nilai sosial budaya
masyarakat global ikut mempengaruhi eksistensi kepribadian bangsa pada umumnya dan
khususnya bagi bangsa Indonesia. Mengaktualisasikan Pancasila di era globalisasi adalah
dengan cara penggalian kembali nilai-nilai luhur Pancasila dengan mempertimbangkan
rasionalitas dan aktualisasinya dalam mengatasi masalah-masalah kekinian. Pancasila bukan
hanya sebuah rumusan aturan/norma yang terbentuk secara instan tanpa memiliki sumber
yang kuat, melainkan sebaliknya, bahwa Pancasila adalah rumusan dasar negara Indonesia
yang bersumber pada nilai-nilai moral kepribadian bangsa Indonesia, baik nilai moral agama,
sosial dan budaya yang telah mengakar dan melekat bersama eksistensi bangsa Indonesia.
Untuk itu Pancasila harus diaktualisasikan mulai dari kesadaran subjektif dan objektif warga
negara itu sendiri. Kesadaran secara subjektif adalah pelaksanaan pada setiap pribadi
perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan
setiap orang Indonesia. Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini lebih penting karena realisasi
yang subjektif merupakan persyaratan baik aktualisasi Pancasila yang objektif. Aktualisasi
Pancasila yang subjektif ini sangat berkaitan dengan kesadaran, ketaatan, serta kesiapan
individu untuk merealisasikan Pancasila.
Dalam era Globalisasi 4.0, perlunya pendekatan aksiologis terhadap relevansi Pancasila
sangatlah penting. Berikut beberapa alasan mengapa pendekatan aksiologis (kajian nilai)
terhadap Pancasila relevan di era globalisasi ini:
1. Pemeliharaan Nilai-nilai Budaya: Dengan arus globalisasi yang membawa nilai-nilai
baru, pendekatan aksiologis terhadap Pancasila memungkinkan pemeliharaan nilai-
nilai budaya lokal dan nasional. Hal ini penting untuk menjaga keberagaman budaya
dan kekayaan warisan budaya Indonesia.
2. Penyesuaian Terhadap Nilai-nilai Universal: Di tengah pengaruh nilai-nilai universal
yang tersebar melalui globalisasi, kajian nilai Pancasila dapat membantu dalam
menyesuaikan nilai-nilai ini dengan konteks budaya dan sosial Indonesia tanpa
kehilangan identitasnya.
3. Panduan Etika dan Moral: Dalam era di mana teknologi dan informasi berkembang
pesat, kajian nilai Pancasila menjadi panduan etika dan moral yang memastikan
pemanfaatan teknologi sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini oleh Pancasila, seperti
kemanusiaan, keadilan, dan demokrasi.
4. Keharmonisan dan Konsistensi Nilai: Pendekatan aksiologis terhadap Pancasila
memungkinkan adanya konsistensi dalam menjaga nilai-nilai yang diyakini oleh
bangsa Indonesia, sehingga tercipta keharmonisan dan keselarasan dalam
pembangunan nasional di tengah arus globalisasi yang cepat.
5. Dasar untuk Kebijakan Publik: Kajian nilai Pancasila dapat menjadi dasar untuk
merumuskan kebijakan publik yang berlandaskan pada nilai-nilai moral, sosial, dan
budaya yang melekat dalam Pancasila, sehingga memastikan kebijakan yang
dihasilkan berdampak positif bagi seluruh masyarakat.
Dengan pendekatan aksiologis terhadap Pancasila dalam era Globalisasi 4.0,
Indonesia dapat mempertahankan identitas budaya, memastikan keadilan,
merumuskan kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat, serta menjaga
keseimbangan antara integrasi global dan pemeliharaan nilai-nilai lokal yang
diyakini oleh Pancasila.

C.Pengaruh Globalisasi pada Bangsa Indonesia


Pengaruh globalisasi pada Bangsa Indonesia dalam era globalisasi 4.0 memiliki
dampak yang signifikan terhadap relevansi Pancasila. Globalisasi telah membawa
perubahan besar dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Di tengah
arus informasi yang cepat dan interkoneksi global, nilai-nilai tradisional dan identitas
nasional seringkali terpapar oleh pengaruh luar yang intens. Di era globalisasi 4.0,
pengaruh globalisasi terhadap Bangsa Indonesia menjadi semakin kompleks dan
signifikan. Globalisasi telah membawa transformasi mendalam dalam banyak aspek
kehidupan, seperti interaksi sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Dalam menghadapi
arus globalisasi ini, relevansi Pancasila sebagai ideologi dasar negara menjadi
perdebatan yang menarik.
Pancasila, sebagai pijakan filosofis dan moral bagi Bangsa Indonesia, menghadapi
tantangan besar dalam konteks globalisasi. Arus informasi yang begitu cepat,
teknologi yang terus berkembang, serta integrasi ekonomi yang semakin dalam telah
memicu perubahan sosial, nilai-nilai, dan identitas budaya. Dalam hal ini, relevansi
Pancasila harus dipahami sebagai fondasi yang mampu menavigasi Bangsa Indonesia
melalui arus globalisasi yang kompleks.
Pancasila tetap relevan karena memberikan kerangka nilai yang dapat menjaga
keutuhan bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi yang beragam. Prinsip-
prinsipnya, seperti persatuan, gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan
ketuhanan yang maha esa, tetap menjadi landasan moral yang kokoh untuk menjaga
kesatuan dan keberagaman bangsa di tengah tantangan global.
Di sisi lain, Pancasila juga menawarkan pandangan yang dapat mengelola dampak
negatif globalisasi. Misalnya, dalam menghadapi perubahan teknologi yang
mengubah struktur ekonomi dan sosial, nilai-nilai Pancasila seperti keadilan sosial
dapat menjadi pedoman untuk menyeimbangkan dampak ekonomi yang terjadi
akibat globalisasi, memastikan bahwa keuntungan ekonomi didistribusikan secara
adil kepada seluruh lapisan masyarakat.
Jadi, relevansi Pancasila di era globalisasi 4.0 tidak hanya tentang
mempertahankan nilai-nilai tradisional, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai
tersebut mampu menyesuaikan dan mengatasi tantangan-tantangan baru yang
muncul akibat integrasi global. Sebagai dasar negara, Pancasila memberikan
kerangka nilai yang sangat penting dalam menjaga identitas, persatuan, keadilan, dan
kedaulatan Bangsa Indonesia di tengah dinamika global yang terus berkembang.
Pancasila, sebagai ideologi dasar negara Indonesia, tetap memegang peran yang
penting. Meskipun terjadi perubahan dan tantangan akibat globalisasi, Pancasila
tetap relevan karena memberikan landasan nilai yang kuat bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Prinsip-prinsip Pancasila, seperti persatuan, demokrasi, keadilan
sosial, dan gotong royong, tetap menjadi pilar dalam mempertahankan identitas dan
keutuhan bangsa di tengah arus globalisasi yang terus berkembang.
Selain itu, Pancasila juga memberikan landasan moral dan etika yang penting
dalam menghadapi tantangan-tantangan yang muncul akibat globalisasi, seperti
pluralisme, revolusi teknologi, dan integrasi ekonomi global. Nilai-nilai Pancasila
dapat menjadi acuan dalam mengelola perubahan teknologi secara bertanggung
jawab, memastikan bahwa inovasi tersebut tidak hanya memberikan manfaat
ekonomi tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial.
Oleh karena itu, relevansi Pancasila di era globalisasi 4.0 tetap penting bagi
Bangsa Indonesia. Pancasila bukan hanya sebagai identitas, tetapi juga sebagai
landasan yang kuat untuk menjaga kesatuan, toleransi, keadilan, dan nilai-nilai luhur
bangsa di tengah dinamika perubahan yang dihadapi akibat globalisasi.Pengaruh
globalisasi pada Indonesia, khususnya di era globalisasi 4.0, mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan termasuk nilai-nilai kebangsaan seperti Pancasila. Dalam konteks
ini, relevansi Pancasila tetap penting karena sebagai dasar negara, ia menawarkan
kerangka nilai yang dapat menjadi landasan dalam menghadapi dampak globalisasi.
Pancasila memberikan kekuatan untuk mempertahankan identitas, mempromosikan
toleransi, dan menghadapi tantangan global yang muncul seperti pluralisme,
teknologi, dan ekonomi global. Oleh karena itu, mempertahankan relevansi Pancasila
di era globalisasi 4.0 menjadi penting untuk memastikan kesinambungan nilai-nilai
kebangsaan Indonesia. Di era globalisasi 4.0, dampak globalisasi pada Bangsa
Indonesia sangat signifikan. Pengaruh ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan,
mulai dari sosial, ekonomi, budaya, hingga nilai-nilai kebangsaan. Di tengah arus
informasi yang begitu cepat, teknologi yang berkembang pesat, dan integrasi
ekonomi global, muncul tantangan baru bagi identitas dan nilai-nilai yang dipegang
teguh oleh bangsa.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki peran yang sangat penting
dalam menghadapi perubahan ini. Meskipun terjadi perubahan sosial dan budaya
akibat globalisasi, Pancasila tetap relevan karena memberikan kerangka nilai yang
kokoh bagi masyarakat Indonesia. Prinsip-prinsip Pancasila seperti gotong royong,
keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan tetap menjadi pilar penting dalam
mempertahankan identitas dan keutuhan bangsa di tengah arus globalisasi.
Selain itu, Pancasila juga memberikan landasan bagi Indonesia untuk menghadapi
tantangan yang muncul akibat globalisasi, seperti pluralisme, perubahan teknologi,
dan ekonomi global. Prinsip inklusivitas dan toleransi yang dianut oleh Pancasila
dapat membantu Indonesia dalam menjaga keberagaman budaya, agama, serta
mengelola dampak teknologi dan ekonomi global agar tetap sejalan dengan nilai-
nilai luhur bangsa.
Oleh karena itu, di era globalisasi 4.0, mempertahankan relevansi Pancasila
menjadi sangat penting bagi Bangsa Indonesia. Pancasila bukan hanya menjadi
identitas negara, tetapi juga menjadi pondasi yang kuat untuk menghadapi dinamika
global yang terus berkembang, serta sebagai pedoman bagi masyarakat dalam
menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa Indonesia.Di era globalisasi 4.0, Indonesia
sebagai negara berkembang telah terlibat dalam jaringan ekonomi, teknologi, dan
informasi yang semakin terkoneksi secara global. Dampak globalisasi ini membawa
perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Sementara globalisasi telah membawa manfaat, seperti akses terhadap teknologi,
pasar global, dan pertukaran budaya yang lebih luas, dampaknya juga menantang
keberlangsungan nilai-nilai lokal dan identitas kebangsaan.
Pancasila, sebagai ideologi negara, memiliki relevansi yang krusial dalam
menghadapi arus globalisasi ini. Prinsip-prinsip Pancasila, seperti Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memberikan landasan moral dan etika
yang kokoh bagi masyarakat Indonesia.

Di tengah arus informasi yang begitu deras, Pancasila dapat menjadi pegangan
untuk menjaga keberagaman budaya, agama, dan pendapat. Prinsip persatuan
Indonesia dapat dijadikan landasan bagi masyarakat untuk tetap bersatu meskipun
terpapar oleh berbagai pengaruh global. Selain itu, nilai-nilai Pancasila, seperti
gotong royong dan keadilan sosial, juga dapat membantu mengatasi disparitas
ekonomi yang mungkin diperkuat oleh globalisasi.
Dalam konteks globalisasi 4.0 yang diwarnai oleh perkembangan teknologi,
Pancasila bisa menjadi acuan untuk mengelola perubahan teknologi secara etis dan
bertanggung jawab, memastikan bahwa inovasi teknologi tidak hanya memberikan
manfaat ekonomi tetapi juga menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan
sosial.
Dengan demikian, mempertahankan relevansi Pancasila di era globalisasi 4.0
menjadi penting bagi Bangsa Indonesia. Pancasila tidak hanya sebagai landasan
ideologis, tetapi juga sebagai sumber kekuatan moral dan etika bagi masyarakat
Indonesia dalam menjaga identitas, toleransi, keadilan, dan persatuan di tengah
dinamika global yang terus berkembang.
Globalisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap relevansi Pancasila di era
Globalisasi 4.0. Berikut beberapa pengaruhnya:
1. Pengaruh pada Identitas Kebangsaan: Globalisasi membawa arus informasi,
budaya, dan nilai-nilai dari berbagai belahan dunia. Relevansi Pancasila di era
ini menjadi penting dalam mempertahankan identitas kebangsaan Indonesia di
tengah kemajuan teknologi dan pengaruh global yang masif.
2. Tantangan Terhadap Keanekaragaman Budaya:Pengaruh globalisasi dapat
mengancam keberagaman budaya suatu bangsa. Relevansi Pancasila dalam
konteks ini adalah memastikan keberagaman budaya, bahasa, dan adat istiadat di
Indonesia tetap terjaga dalam kerangka kebhinekaan.
3. Perubahan Sosial dan Nilai-nilai Universa:Globalisasi membawa perubahan
sosial dan nilai-nilai universal yang dapat mempengaruhi nilai-nilai lokal. Dalam
hal ini, relevansi Pancasila sebagai panduan moral dan etika tetap diperlukan
untuk menyesuaikan perubahan ini dengan nilai-nilai Indonesia yang
berkembang.
4. Perkembangan Ekonomi dan Sosial:Globalisasi membuka pintu bagi integrasi
ekonomi dan sosial yang lebih erat antara negara-negara. Dalam konteks ini,
relevansi Pancasila adalah memastikan distribusi manfaat ekonomi yang merata
dan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat.
5. Pengaruh Teknologi dan Perubahan Pola Pikir:Perkembangan teknologi dalam
globalisasi dapat membawa perubahan pola pikir dan gaya hidup yang berbeda.
Relevansi Pancasila adalah memastikan bahwa teknologi digunakan untuk
kemajuan yang berkelanjutan dan mendukung nilai-nilai moral serta
kesejahteraan sosial.
Dengan pengaruh globalisasi yang semakin kuat, relevansi Pancasila menjadi
penting dalam menjaga identitas, nilai-nilai, dan keberlangsungan bangsa
Indonesia di era Globalisasi 4.0. Hal ini memerlukan keseimbangan antara
integrasi global dan pemeliharaan nilai-nilai lokal yang dipegang teguh oleh
Pancasila.
Tentu, dalam konteks konkreto, perubahan teknologi merupakan salah satu
dampak globalisasi yang sangat terasa. Revolusi teknologi informasi dan
komunikasi telah mengubah cara orang berinteraksi, bekerja, dan berkomunikasi.
Di era globalisasi 4.0 ini, Pancasila dapat memainkan peran penting dalam
menghadapi tantangan yang muncul dari perkembangan teknologi.
Misalnya, dengan adanya penetrasi teknologi yang begitu dal atam, Pancasila
dapat menjadi acuan moral dalam pemanfaatan teknologi yang bertanggung
jawab. Nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan demokrasi yang terkandung
dalam Pancasila dapat membantu mengarahkan pemanfaatan teknologi untuk
kepentingan bersama tanpa meninggalkan nilai-nilai moral dan hak asasi manusia.
Selain itu, dalam konteks ekonomi global, di mana arus perdagangan dan
investasi semakin terbuka, Pancasila juga berperan dalam memastikan bahwa
hasil dari integrasi ekonomi ini merata dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
Prinsip keadilan sosial dan gotong royong yang tercermin dalam Pancasila dapat
menjadi landasan bagi kebijakan ekonomi yang mengutamakan kesejahteraan
bersama tanpa meninggalkan sebagian besar masyarakat.
Dengan adanya integrasi global, pertukaran budaya juga semakin intens. Di
sini, Pancasila tetap relevan sebagai landasan dalam menjaga keragaman budaya
Indonesia. Prinsip persatuan dan kesatuan dalam keberagaman dapat membantu
masyarakat dalam memelihara identitas budaya, agama, dan adat istiadat tanpa
harus kehilangan rasa persaudaraan antar-etnis atau agama.
Dalam keseluruhan, Pancasila memegang peran vital sebagai pedoman dan
fondasi dalam menghadapi berbagai dampak globalisasi, seperti dalam mengelola
teknologi, ekonomi, dan keragaman budaya. Menjadi landasan nilai, Pancasila
membantu menjaga identitas, kesatuan, dan keadilan di tengah dinamika
kompleks dari era globalisasi 4.0.
E. Peran Relevansi Pancasila diera Globalsasi 4.0
Di era globalisasi 4.0, peran relevansi Pancasila bagi Indonesia sangat penting
sebagai pedoman nilai dalam menghadapi tantangan kompleks yang muncul akibat
integrasi global. Pancasila, sebagai dasar negara, memberikan landasan filosofis dan
ideologis yang mengakar kuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Dalam konteks globalisasi, Pancasila memainkan peran vital sebagai perekat
dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang beragam. Nilai persatuan dan kesatuan
yang terkandung dalam Pancasila menjadi landasan kokoh untuk mengelola keragaman
budaya, agama, suku, dan pandangan politik yang ada di Indonesia. Dengan Pancasila
sebagai pedoman, masyarakat dapat memperkuat rasa persaudaraan dan toleransi,
meminimalisir potensi konflik, serta memperkuat integrasi sosial.
Selain itu, dalam era globalisasi yang diwarnai oleh revolusi industri 4.0,
Pancasila juga memiliki peran strategis dalam mengarahkan pemanfaatan teknologi.
Nilai-nilai Pancasila seperti keadilan sosial, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta
kepemimpinan yang bijaksana, dapat membimbing pengembangan teknologi untuk
memastikan bahwa inovasi tersebut tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi
juga menghormati nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pancasila juga menjadi landasan dalam memperkuat kedaulatan bangsa di tengah
arus globalisasi ekonomi. Prinsip ekonomi yang diatur dalam Pancasila, yang
menekankan pada keadilan, kesejahteraan bersama, serta kepemilikan yang merata, dapat
menjadi pedoman dalam mengelola integrasi ekonomi global agar memberikan manfaat
yang seimbang bagi semua lapisan masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, relevansi Pancasila di era globalisasi 4.0 bukan hanya sebagai
panduan nilai, tetapi juga sebagai fondasi yang menggerakkan negara dan
masyarakat Indonesia dalam menjaga keutuhan, menghadapi tantangan teknologi,
menjalankan perekonomian yang adil, serta memperkuat persatuan di tengah
kompleksitas dinamika global.Relevansi Pancasila dalam era Globalisasi 4.0
memainkan peran yang signifikan dalam konteks berikut:
1. Pemeliharaan Identitas Nasional: Pancasila memegang peranan penting dalam
mempertahankan identitas Indonesia di tengah arus globalisasi yang membawa
perubahan budaya dan nilai-nilai. Hal ini memungkinkan bangsa Indonesia untuk
tetap teguh pada nilai-nilai budaya, agama, dan adat yang telah menjadi bagian
integral dari identitas nasionalnya.
2. Pengembangan Hubungan Internasional: Relevansi Pancasila dalam globalisasi
memperkuat posisi Indonesia dalam mengembangkan kerjasama internasional
yang didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila, seperti perdamaian, kerjasama,
dan kesetaraan.
3. Pedoman dalam Tata Kelola Global: Dalam konteks ekonomi global, Pancasila
memberikan pedoman dalam mengelola proses globalisasi agar lebih adil dan
merata bagi seluruh lapisan masyarakat, meminimalkan dampak negatif seperti
ketimpangan ekonomi dan sosial.
4. Panduan Etika dan Moral: Pancasila memainkan peran penting dalam memandu
tindakan dan keputusan dalam konteks globalisasi. Nilai-nilai moral dan etika
yang terkandung dalam Pancasila mempengaruhi cara Indonesia berinteraksi dan
berkontribusi di panggung global.
5. Adaptasi Terhadap Perubahan: Dalam menghadapi perubahan yang cepat dan
kompleks di era Globalisasi 4.0, relevansi Pancasila terletak pada
kemampuannya untuk membantu Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan
dinamika global tanpa kehilangan nilai-nilai fundamental yang dipegang teguh.
Pancasila tetap relevan di era globalisasi 4.0, terutama dalam konteks pendidikan tinggi
vokasi dan kemajuan teknologi. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila dapat
diterapkan dalam berbagai bidang ilmiah, termasuk informasi dan teknologi yang
berkembang pesat. Nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial dan persatuan, penting
dalam mengatasi tantangan dan kesenjangan yang ditimbulkan oleh Industry 4.0 dan
Society 5.0, serta dalam membimbing implementasi etis kemajuan teknologi. Pancasila
juga sangat penting dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, terutama
dalam hal keterampilan lunak, dan berperan dalam mengarahkan pengembangan inovasi
serta kompetensi sumber daya manusia di tengah revolusi teknologi. Oleh karena itu,
relevansi Pancasila diakui dalam berkontribusi pada pengembangan sumber daya
manusia dan membimbing penggunaan teknologi secara etis di era globalisasi 4.0.
Di era globalisasi 4.0, Pancasila memegang peran yang signifikan dalam beberapa
aspek:
1. Keberagaman dan Toleransi:Relevansi Pancasila sangat terasa dalam
konteks keberagaman global. Nilai-nilai Pancasila, seperti Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Persatuan Indonesia, mempromosikan penghargaan
terhadap perbedaan agama, budaya, dan kepercayaan di tengah globalisasi
yang membawa interaksi antarkultur yang intens.
2. Hak Asasi Manusia dan Keadilan:Dalam era di mana teknologi
berkembang pesat, nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab di Pancasila
menjadi penting. Ini mendukung perlindungan hak asasi manusia dan
memastikan keadilan dalam menggunakan teknologi dan informasi.
3. Partisipasi Masyarakat dan Keterlibatan dalam Keputusan:Nilai
Kerakyatan dalam Pancasila mendorong partisipasi aktif masyarakat
dalam pembangunan dan pengambilan keputusan. Di era digital dan
globalisasi, ini mendukung keterlibatan masyarakat dalam proses
demokratisasi dan pengelolaan kebijakan.
4. Kolaborasi Global yang Berbasis Kebijaksanaan: Dalam menghadapi
tantangan global,nilai Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Pancasila menjadi relevan. Hal ini
menekankan perlunya kolaborasi global yang bijaksana dan pembuatan
keputusan yang memperhitungkan kepentingan bersama.
5. Kesejahteraan dan Keadilan Sosial:Pancasila menegaskan pentingnya
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Di era globalisasi 4.0,
nilai ini menjadi landasan untuk memastikan distribusi manfaat globalisasi
yang merata dan adil kepada seluruh lapisan masyarakat.
Relevansi Pancasila di era globalisasi 4.0 bukan hanya tentang mempertahankan identitas
nasional, tetapi juga memberikan kerangka kerja nilai-nilai yang mendasari interaksi dan
pembangunan dalam skala global, sambil memperhatikan keberagaman, keadilan, dan
kesejahteraan bersama.
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan
Pancasila memiliki relevansi yang kuat dalam era globalisasi karena sebagai landasan
moral, etika, dan identitas bangsa Indonesia, ia memainkan peran penting dalam menjaga
keberagaman budaya, menyeimbangkan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan,
mengupayakan keadilan sosial, mendorong partisipasi masyarakat, dan mengedepankan
keterlibatan global yang bertanggung jawab. Dalam konteks arus globalisasi saat ini, Pancasila
bukan hanya sebuah konsep historis, melainkan juga panduan nilai yang relevan dalam
menghadapi dinamika dan tantangan zaman yang terus berkembang.

B.Saran
Disarankan kepada mahasiswa untuk lebih memahami dan memperdalam kajian tentang
features, supaya, bisa menjadi seorang jurnalis yang kreatif, inspiratif, dan menghibur.
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2008. Membudayakan nilai-nilai pancasila dan kaidah-kaidah undang-
undang dasar negara RI tahun 1945. Dokumen Sekretariat Negara Budimansyah, Dasim. 2011.
Penguatan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun karakter bangsa. Bandung: Widya
Aksara Press. Kaelan. 2013. Negara kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Lickona, T.
2012. Educating for character” mendidik untuk membentuk karakter, bagaimana sekolah dapat
mengajarkan sikap hormat dan tanggung jawab. Jakarta: Bumi Aksara Lickona, T. 2013.
Character matters. Jakarta: Bumi Aksara. Notonagoro. 1984. Pancasila secara ilmiah populer.
Cetakan keenam. Jakarta: Bina Aksara Winarno. 2012. Melaksanakan Pancasila Di Orde
Reformasi. Jurnal Civicus PKn UPI bandung.

Anda mungkin juga menyukai