Disusun oleh:
Lola oktaviana (230102063)
1.2Tujuan penulisan
1.untuk menjelaskan betapa pentingnya nilai-nilai dalam konteks globalisasi.
2.dapat membahas bagaimana Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi
negara indonesia memiliki relevansi dalam menghadapi tantangan dan
peluang dalam era globalisasi.
3.untuk menunjukkan bagaimana Pancasila dapat menjadi landasan dalam
menjaga identitas,keberagaman,serta mempromosikan perdamaian,keadilan
sosial,dan kerjasama internasioanal ditengah arus globalisasi ysng semakin
cepat dan kompleks.
4.dan untuk menggambarkan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks
globalisasi.
PEMBAHASAN
Secara etimologis, Pancasila berasal dari Bahasa sansekerta dari kata panca yang berarti
lima dan sila yang berarti dasar. Jadi Pancasila ialah lima dasar.Globalisasi adalah suatu
proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah yaitu era
dimana setiap orang memiliki kebebasan dalam bidang poitik, ekonomi,maupun sosial
budaya. Dalam era globalisasi, Pancasila memiliki relevansi yang penting sebagai panduan
bagi bangsa indonesia dalam menjaga identitas,keberagaman,dan nilai-nilai fundamental.
Pamcasila menjadi landasan bagi hubungan antarbangsa,mempromosikan
perdamaian,toleransi,dan kerjasama internasioanal yang berlandaskan pada nilai-nilai
keadilan sosial, dapat menjadi dasar dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan
sosial, ekonomi,dan lingkungan, dengan mempertahankan keutuhan serta kesatuan bangsa
dalam konteks dunia yang semakin terhubung secara global.
Melihat kondisi empiris dampak negatif yang mengikuti arus globalisasi di Indonesia,
maka pertanyaan penting yang dapat dirumuskan adalah : apakah dasar negara Pancasila
masih relevan dan bisa dipertahankan di era globalisasi saat ini? Pertanyaan ini patut
dikemukakan mengingat pancasila sebagai dasar negara Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia, sumber filosofi bangsa Indonesia, dan sumber rujukan masyarakat Indonesia
dalam berpikir, bertindak dan berperilaku kurang dihayati dan diamalkan oleh masyarakat
Indonesia, khususnya para kaum muda generasi penerus bangsa yang banyak terjebak pada
arus modernitas dan materialisme.
Diera globalisasi yang penuh dengan peluang dan tantangan, pamcasila masih relevan
bagi bangsa indonesia, baik sebagai ideologi negara maupun sebagai dasar negara. Sebagai
ideology negara, Pancasila akan menjadi sistem nilai bagi bangsa indonesia dalam
menghadapi arus globalisasi yang penuh denagn muatan ideologi liberalisme dan
kapitalisme. Ideologi Pancasila sangat cocok dengan karakteristik budaya bangsa indonesia
yang heterogen, plural, dan beranekaragam kultur. Ideologi Pancasila mendasarkan pada
hakekat sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Inilah yang membedakan
dan menjadi keunggulan ideologi Pancasila dibandingkan dengan ideologi-ideologi lain di
dunia. Sebagai dasar negara, Pancasila merefleksikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang sangat komplek sehingga dapat terwadahi dalam kerangka Pancasila
sebagai dasar negara. Dihadapkan pada nilai-nilai global Barat yang muncul di era
globalisasi, sila-sila Pancasila merupakan “filter” yang dapat menjadi “penjaring” dan
“penyaring” bagi masyarakat Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi. Nilai-nilai
Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan merupakan
pilar-pilar penting dalam membentengi masyarakat Indonesia di tengah serangan nilai-nilai
universal yang berasal dari Barat akibat arus globalisasi. Ideologi Pancasila tetap bisa
bersaing dengan ideologi-ideologi lain di dunia ini karena memiliki sejumlah keunggulan
yang tidak ditemukan dalam ideologi lain. Ideologi Pancasila tetap mampu bersaing, mampu
kompetitif menjawab perubahan zaman, walaupun Indonesia diserbu nilai-nilai asing di era
globalisasi. Kekuatan dari ideologi Pancasila justru terletak pada kemampuannya menjaga
keseimbangan antara unsur-unsur yang ada di masyarakat Indonesia.
Di tengah suasana globalisasi, ideologi yang bisa bertahan adalah ideologi yang bisa
menjaga keseimbangan antara kepentingan global dengan kepentingan nasional. Artinya,
ideologi yang bisa terus eksis adalah ideologi yang bisa menempatkan kepentingan nasional
tanpa ikut terpengaruh nilai-nilai asing dari ideologi lain yang datang melalui informasi
global seperti siaran televisi, internet atau pertukaran jasa dan barang lainnya. Bila
dibandingkan dengan ideologi lain, seperti ideologi Marxisme atau Komunisme, Pancasila
memiliki berbagai keunggulan, karena Pancasila menempatkan unsur keseimbangan yang
tidak banyak ditemukan dalam ideologi lain. Semua ideologi lain di dunia umumnya hanya
mementingkan kelompok tertentu atau hanya berpihak pada golongan tertentu, misalnya
ideologi Marxis atau Komunisme, cenderung hanya mementingkan kelompok tertentu yakni
kelompok buruh, khususnya kelompok 'elite' kaum pekerja.
Sementara itu, di belahan negara lain, ada ideologi yang hanya berpihak kepada
kepentingan kelompok yang memiliki modal, orang yang punya kuasa, atau hanya bagi
orang-orang pintar dalam masyarakat. Kita patut bersyukur karena Pancasila sebagai
ideologi bangsa Indonesia tidak seperti itu, tetapi ada keseimbangan antar unsur-unsurnya.
Dalam konteks Indonesia saat ini, Pancasila tengah dihadapkan dengan tantangan
eskternal berskala besar berupa globalisasi. Globalisasi yang berbasiskan pada
perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi, secara drastis telah
mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa. Jadilah Indonesia kini, tanpa bisa
dihindari dan menghindari, menjadi bagian dari arus besar berbagai perubahan yang terjadi
di dunia. Sekecil apa pun perubahan yang terjadi di belahan dunia lain akan langsung
diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecil apa pun
peristiwa yang terjadi di Indonesia secara cepat akan menjadi bagian dari konsumsi
informasi masyarakat dunia. Pengaruh dari globalisasi ini dengan demikian begitu cepat dan
mendalam.
Implikasi dari dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup maka bangsa yang besar
ini haruslah mempunyai sense of belonging dan sense of pride atas pancasila. Untuk
menumbuhkembangkan kedua rasa tersebut maka melihat realitas yang tengah berkembang
saat ini setidaknya dua hal mendasar perlu dilakukan.
Pertama, penanaman kembali kesadaran bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai
ideologi bangsa. Penanaman kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi
bangsa mengandung pemahaman tentang adanya suatu proses pembangunan kembali
kesadaran akan Pancasila sebagai identitas nasional. Upaya ini memiliki makna strategis
manakala realitas menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu telah terjadi proses
pemudaran kesadaran tentang keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Salah satu
langkah terbaik untuk mendekatkan kembali atau membumikan kembali Pancasila ke tengah
rakyat Indonesia tidak lain melalui pembangunan kesadaran sejarah. Tegasnya, Pancasila
didekatkan kembali dengan cara menguraikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
perjuangan rakyat Indonesia, termasuk menjelaskannya bahwa secara substansial Pancasila
adalah merupakan jawaban yang tepat dan strategis atas keberagaman Indonesia, baik pada
masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.
Kedua, perlu adanya kekonsistenan dari seluruh elemen bangsa, khususnya para
pemimpin negeri ini untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam berpikir dan
bertindak. Janganlah sampai Pancasila ini sekadar wacana di atas mulut yang disampaikan
secara “berbusa-busa” hingga menjadi “basi”, sementara di lapangan penuh dengan perilaku
yang tidak sesuai dengan ajaran Pancasila. Dengan demikian, penghayatan dan pengamalan
sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu conditio sine qua
non bagi tetap tegaknya Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Salah satu tantangan terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang besar ini, khususnya
oleh para pemegang kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya kesejahteraan
rakyat dan penegakan keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota dan desa, terlebih
Jawa dan luar Jawa merupakan salah satu permasalahan besar yang harus segera dijawab
oleh bangsa ini. Terasa sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa di alam sejarah dewasa
ini masih ada bagian dari bangsa ini yang secara mengenaskan masih hidup di alam
prasejarah!.
Masalah penegakan keadilan juga menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius
para pengambil kebijakan. Keadilan sosial yang telah lama digariskan para pendiri negeri ini
sering menjadi kontraproduktif manakala hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan
pemilik uang. Jadilah hingga sekarang ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini masih
merupakan pisau keadilan bermata ganda, tajam manakala diarahkan kepada rakyat
kebanyakan, dan tumpul atau bahkan kehilangan ketajamannya sama sekali manakala
dihadapkan dengan para pemegang kekuasaan atau pemilik sumber-sumber ekonomi.
Bila dua hal itu saja mampu dikedepankan bisa jadi bangsa yang besar ini tidak akan
mudah tergoyahkan oleh berbagai tantangan dan ancaman yang ada, baik dari dalam
maupun dari luar. Ancaman dari dalam bisa jadi akan pupus dengan sendirinya manakala
kesejahteraan rakyat terkondisikan pada keadaan yang baik dan keadilan dapat ditegakkan
dengan seadil-adilnya.
Ancaman dari luar, termasuk arus besar globalisasi sekalipun tidak akan menggeruskan
Pancasila sebagai sebuah ideologi tetapi justru akan menjadikan Pancasila sebagai kekuatan
yang mampu mewarnai arus besar globalisasi. Terlebih karena globalisasi bagi bangsa ini
bukanlah merupakan barang baru.
Pada akhirnya, menjadi baik kiranya bila menyimak kembali apa yang pernah dikatakan
oleh Roeslan Abdulgani (1986), "Pancasila kita bukan sekadar berintikan nilai-nilai
statis, tetapi juga jiwa dinamis”. Kurang gunanya kita, hanya secara verbal mencintai
kemerdekaan, kalau kita tidak berani melawan penjajahan, baik yang tradisional-kuno
maupun yang neokolonial. Kurang gunanya kita, secara verbal saja menjunjung tinggi sila
Ketuhanan Yang Maha esa, kalau kita takut melawan kemusyrikan. Kurang guna kita, secara
verbal saja mengagungkan sila Perikemanusiaan, kalau kita membiarkan merajalelanya
situasi yang tidak manusiawi. Kurang faedahnya kita, secara verbal saja cinta Persatuan
Indonesia, kalau kita membiarkan merajalelanya rasa nasionalisme dan patriotisme merosot
dan membiarkan bangsa lain mengeksploitasikan kebodohan dan kelemahan rakyat kita.
Kurang manfaatnya kita cinta sila Kerakyatan kalau kita membiarkan keluhan rakyat
tersumbat. Kurang artinya kita ngobrol saja tentang sila Keadilan Sosial, kalau kita
membiarkan kepincangan sosial ekonomis merajalela.
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki relevansi yang penting di era globalisasi
4.0. Prinsip-prinsipnya seperti gotong royong, keadilan sosial, dan persatuan sangat relevan
dalam menghadapi tantangan global, memperkuat identitas bangsa, serta mempromosikan
kerjasama antarbangsa yang inklusif dan berkelanjutan. Mengaktualisasikan Pancasila
adalah suatu kewajiban moral bagi warga negara Indonesia untuk menjaga nilai-nilai luhur
dan menjadikannya landasan dalam bersikap dan bertindak dalam konteks globalisasi yang
cepat berubah.
Tentunya, dalam konteks globalisasi 4.0, aktualisasi Pancasila memiliki peran yang krusial.
Globalisasi membawa perubahan yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
budaya, ekonomi, teknologi, dan komunikasi. Dalam menghadapi dinamika ini, nilai-nilai
Pancasila seperti gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan bangsa
memainkan peran yang sangat relevan.
Gotong royong, sebagai salah satu prinsip utama Pancasila, mendukung semangat kerjasama
dan kolaborasi dalam masyarakat. Di era globalisasi ini, kolaborasi lintas batas menjadi
kunci dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan
ketimpangan. Keadilan sosial yang diusung oleh Pancasila juga relevan dalam menjawab
isu-isu global, seperti kesenjangan ekonomi antarnegara dan antarindividu. Selain itu,
prinsip persatuan dan kesatuan dalam bhinneka tunggal ika (berbeda-beda tapi tetap satu)
mencerminkan pentingnya menghargai keragaman dalam masyarakat global yang semakin
terhubung. Ini memberikan landasan moral bagi negara-negara dalam menjalankan
hubungan internasional yang saling menghormati. Dalam konteks teknologi dan informasi
yang pesat berkembang, aktualisasi Pancasila juga melibatkan pemanfaatan teknologi
dengan penuh tanggung jawab, memastikan bahwa inovasi yang dihasilkan sejalan dengan
nilai-nilai moral Pancasila serta tidak merugikan masyarakat. Oleh karena itu,
mengaktualisasikan Pancasila bukan hanya sebagai sebuah keharusan moral, tetapi juga
sebagai fondasi yang kokoh dalam menghadapi perubahan global yang cepat dan kompleks.
Hal ini memungkinkan Indonesia untuk tetap teguh pada identitasnya sambil tetap terlibat
aktif dalam tatanan global yang semakin terintegrasi.
Mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila berkaitan dengan sikap moral maupun tingkah laku
semua warga Indonesia. Berbicara mengenai sikap moral Lickona membaginya kedalam
tiga komponen yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau
perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Sikap moral tersebut
mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebaikan. Ketiga unsur
moral tersebut bertujuan pada terbentuknya individu-individu yang memiliki kematangan
terhadap moral dalam kehidupannya. Moralitas berujung pada tingkah laku yang
ditampilkan oleh individu dalam kehidupan kesehariannya yang mana seseorang dapat
dikatakan memiliki karakter apabila perilakunya sesuai dengan kaidah-kaidah moral.
cepat.
Mengaktualisasikan Pancasila merupakan sebuah keharusan moral karena nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya, seperti gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan kebinekaan,
sangat relevan dalam menghadapi tantangan globalisasi 4.0. Nilai-nilai tersebut menjadi
landasan untuk menciptakan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan keberlangsungan
manusia serta memastikan adanya nilai-nilai universal yang menghormati perbedaan budaya
dalam era globalisasi saat ini.
Globalisasi 4.0 membawa tantangan besar dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari
ekonomi digital hingga perubahan budaya yang cepat. Dalam konteks ini, aktualisasi nilai-
nilai Pancasila menjadi penting karena:
1. Keselarasan Teknologi dan Kemanusiaan:Di tengah perkembangan teknologi yang
pesat, nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan keadilan sosial, memastikan
bahwa kemajuan teknologi tidak meninggalkan manusia. Pancasila menekankan
pentingnya keberpihakan terhadap kemanusiaan dalam penerapan teknologi.
2. Pertahanan terhadap Identitas dan Kebinekaan:Globalisasi membawa integrasi
budaya yang cepat. Pancasila, dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika,
mempromosikan keberagaman dan menjaga keutuhan identitas bangsa di tengah
arus globalisasi tanpa kehilangan nilai-nilai lokal yang penting.
3. Demokrasi dan Keterlibatan Masyarakat:Era globalisasi mempercepat arus
informasi. Melalui prinsip demokrasi Pancasila, masyarakat diharapkan dapat
terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan yang mengikat, serta mampu
memilah informasi untuk kepentingan bersama.
4. Pertanggungjawaban Sosial dan Lingkungan: Dalam menghadapi tantangan
ekonomi dan lingkungan, nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial dan tanggung
jawab terhadap lingkungan, menjadi landasan penting dalam menciptakan
keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial yang
berkelanjutan.
Jadi, aktualisasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi 4.0 menjadi kunci penting
dalam menjaga jati diri bangsa, membangun keberagaman, menghadapi perubahan
teknologi, serta menjaga keseimbangan antara kemajuan dan kemanusiaan.
Sayangnya, saya hanya dapat memberikan informasi dalam batasan jumlah karakter
yang terbatas. Namun, saya bisa memberikan gambaran lebih rinci mengenai relevansi
Pancasila di era globalisasi 4.0.
Dalam konteks globalisasi 4.0 yang ditandai oleh revolusi industri 4.0, teknologi
dan informasi memainkan peran sentral dalam transformasi sosial, ekonomi, dan
politik. Di tengah arus informasi yang cepat dan berbagai perubahan tersebut, nilai-
nilai Pancasila seperti gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan
bangsa menawarkan pondasi moral yang kuat untuk menavigasi tantangan kompleks
ini.
Gotong royong menjadi relevan dalam era di mana kolaborasi lintas batas menjadi
semakin penting, baik dalam mengatasi isu-isu global seperti perubahan iklim,
kemiskinan, atau ketimpangan, maupun dalam membangun kerjasama ekonomi dan
kesejahteraan bersama. Keadilan sosial, sebagai prinsip yang mendasari pembangunan
negara, juga sangat relevan dalam menangani masalah kesenjangan ekonomi yang
menjadi salah satu dampak globalisasi.
Sementara itu, prinsip persatuan dalam Bhinneka Tunggal Ika memberikan
kerangka kerja yang mendukung dalam menghadapi keragaman dalam masyarakat
global yang semakin terhubung. Hal ini penting untuk menjaga harmoni dan
menghormati keberagaman budaya, keyakinan, dan latar belakang dalam tatanan
global yang multikultural.
Dalam ranah teknologi dan informasi, aktualisasi Pancasila juga menegaskan
pentingnya pemanfaatan teknologi secara etis dan bertanggung jawab. Hal ini
mencakup perlindungan data pribadi, penggunaan teknologi untuk kepentingan
masyarakat, serta memastikan bahwa inovasi teknologi berjalan sejalan dengan nilai-
nilai moral Pancasila.
Mengaktualisasikan Pancasila di era globalisasi 4.0 bukan hanya sekadar sebuah
kewajiban moral, tetapi juga merupakan langkah penting dalam mempertahankan
identitas bangsa Indonesia sambil tetap adaptif terhadap perubahan global yang terus
berkembang.
Di tengah arus informasi yang begitu deras, Pancasila dapat menjadi pegangan
untuk menjaga keberagaman budaya, agama, dan pendapat. Prinsip persatuan
Indonesia dapat dijadikan landasan bagi masyarakat untuk tetap bersatu meskipun
terpapar oleh berbagai pengaruh global. Selain itu, nilai-nilai Pancasila, seperti
gotong royong dan keadilan sosial, juga dapat membantu mengatasi disparitas
ekonomi yang mungkin diperkuat oleh globalisasi.
Dalam konteks globalisasi 4.0 yang diwarnai oleh perkembangan teknologi,
Pancasila bisa menjadi acuan untuk mengelola perubahan teknologi secara etis dan
bertanggung jawab, memastikan bahwa inovasi teknologi tidak hanya memberikan
manfaat ekonomi tetapi juga menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan
sosial.
Dengan demikian, mempertahankan relevansi Pancasila di era globalisasi 4.0
menjadi penting bagi Bangsa Indonesia. Pancasila tidak hanya sebagai landasan
ideologis, tetapi juga sebagai sumber kekuatan moral dan etika bagi masyarakat
Indonesia dalam menjaga identitas, toleransi, keadilan, dan persatuan di tengah
dinamika global yang terus berkembang.
Globalisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap relevansi Pancasila di era
Globalisasi 4.0. Berikut beberapa pengaruhnya:
1. Pengaruh pada Identitas Kebangsaan: Globalisasi membawa arus informasi,
budaya, dan nilai-nilai dari berbagai belahan dunia. Relevansi Pancasila di era
ini menjadi penting dalam mempertahankan identitas kebangsaan Indonesia di
tengah kemajuan teknologi dan pengaruh global yang masif.
2. Tantangan Terhadap Keanekaragaman Budaya:Pengaruh globalisasi dapat
mengancam keberagaman budaya suatu bangsa. Relevansi Pancasila dalam
konteks ini adalah memastikan keberagaman budaya, bahasa, dan adat istiadat di
Indonesia tetap terjaga dalam kerangka kebhinekaan.
3. Perubahan Sosial dan Nilai-nilai Universa:Globalisasi membawa perubahan
sosial dan nilai-nilai universal yang dapat mempengaruhi nilai-nilai lokal. Dalam
hal ini, relevansi Pancasila sebagai panduan moral dan etika tetap diperlukan
untuk menyesuaikan perubahan ini dengan nilai-nilai Indonesia yang
berkembang.
4. Perkembangan Ekonomi dan Sosial:Globalisasi membuka pintu bagi integrasi
ekonomi dan sosial yang lebih erat antara negara-negara. Dalam konteks ini,
relevansi Pancasila adalah memastikan distribusi manfaat ekonomi yang merata
dan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat.
5. Pengaruh Teknologi dan Perubahan Pola Pikir:Perkembangan teknologi dalam
globalisasi dapat membawa perubahan pola pikir dan gaya hidup yang berbeda.
Relevansi Pancasila adalah memastikan bahwa teknologi digunakan untuk
kemajuan yang berkelanjutan dan mendukung nilai-nilai moral serta
kesejahteraan sosial.
Dengan pengaruh globalisasi yang semakin kuat, relevansi Pancasila menjadi
penting dalam menjaga identitas, nilai-nilai, dan keberlangsungan bangsa
Indonesia di era Globalisasi 4.0. Hal ini memerlukan keseimbangan antara
integrasi global dan pemeliharaan nilai-nilai lokal yang dipegang teguh oleh
Pancasila.
Tentu, dalam konteks konkreto, perubahan teknologi merupakan salah satu
dampak globalisasi yang sangat terasa. Revolusi teknologi informasi dan
komunikasi telah mengubah cara orang berinteraksi, bekerja, dan berkomunikasi.
Di era globalisasi 4.0 ini, Pancasila dapat memainkan peran penting dalam
menghadapi tantangan yang muncul dari perkembangan teknologi.
Misalnya, dengan adanya penetrasi teknologi yang begitu dal atam, Pancasila
dapat menjadi acuan moral dalam pemanfaatan teknologi yang bertanggung
jawab. Nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan demokrasi yang terkandung
dalam Pancasila dapat membantu mengarahkan pemanfaatan teknologi untuk
kepentingan bersama tanpa meninggalkan nilai-nilai moral dan hak asasi manusia.
Selain itu, dalam konteks ekonomi global, di mana arus perdagangan dan
investasi semakin terbuka, Pancasila juga berperan dalam memastikan bahwa
hasil dari integrasi ekonomi ini merata dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
Prinsip keadilan sosial dan gotong royong yang tercermin dalam Pancasila dapat
menjadi landasan bagi kebijakan ekonomi yang mengutamakan kesejahteraan
bersama tanpa meninggalkan sebagian besar masyarakat.
Dengan adanya integrasi global, pertukaran budaya juga semakin intens. Di
sini, Pancasila tetap relevan sebagai landasan dalam menjaga keragaman budaya
Indonesia. Prinsip persatuan dan kesatuan dalam keberagaman dapat membantu
masyarakat dalam memelihara identitas budaya, agama, dan adat istiadat tanpa
harus kehilangan rasa persaudaraan antar-etnis atau agama.
Dalam keseluruhan, Pancasila memegang peran vital sebagai pedoman dan
fondasi dalam menghadapi berbagai dampak globalisasi, seperti dalam mengelola
teknologi, ekonomi, dan keragaman budaya. Menjadi landasan nilai, Pancasila
membantu menjaga identitas, kesatuan, dan keadilan di tengah dinamika
kompleks dari era globalisasi 4.0.
E. Peran Relevansi Pancasila diera Globalsasi 4.0
Di era globalisasi 4.0, peran relevansi Pancasila bagi Indonesia sangat penting
sebagai pedoman nilai dalam menghadapi tantangan kompleks yang muncul akibat
integrasi global. Pancasila, sebagai dasar negara, memberikan landasan filosofis dan
ideologis yang mengakar kuat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Dalam konteks globalisasi, Pancasila memainkan peran vital sebagai perekat
dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang beragam. Nilai persatuan dan kesatuan
yang terkandung dalam Pancasila menjadi landasan kokoh untuk mengelola keragaman
budaya, agama, suku, dan pandangan politik yang ada di Indonesia. Dengan Pancasila
sebagai pedoman, masyarakat dapat memperkuat rasa persaudaraan dan toleransi,
meminimalisir potensi konflik, serta memperkuat integrasi sosial.
Selain itu, dalam era globalisasi yang diwarnai oleh revolusi industri 4.0,
Pancasila juga memiliki peran strategis dalam mengarahkan pemanfaatan teknologi.
Nilai-nilai Pancasila seperti keadilan sosial, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta
kepemimpinan yang bijaksana, dapat membimbing pengembangan teknologi untuk
memastikan bahwa inovasi tersebut tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi
juga menghormati nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pancasila juga menjadi landasan dalam memperkuat kedaulatan bangsa di tengah
arus globalisasi ekonomi. Prinsip ekonomi yang diatur dalam Pancasila, yang
menekankan pada keadilan, kesejahteraan bersama, serta kepemilikan yang merata, dapat
menjadi pedoman dalam mengelola integrasi ekonomi global agar memberikan manfaat
yang seimbang bagi semua lapisan masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, relevansi Pancasila di era globalisasi 4.0 bukan hanya sebagai
panduan nilai, tetapi juga sebagai fondasi yang menggerakkan negara dan
masyarakat Indonesia dalam menjaga keutuhan, menghadapi tantangan teknologi,
menjalankan perekonomian yang adil, serta memperkuat persatuan di tengah
kompleksitas dinamika global.Relevansi Pancasila dalam era Globalisasi 4.0
memainkan peran yang signifikan dalam konteks berikut:
1. Pemeliharaan Identitas Nasional: Pancasila memegang peranan penting dalam
mempertahankan identitas Indonesia di tengah arus globalisasi yang membawa
perubahan budaya dan nilai-nilai. Hal ini memungkinkan bangsa Indonesia untuk
tetap teguh pada nilai-nilai budaya, agama, dan adat yang telah menjadi bagian
integral dari identitas nasionalnya.
2. Pengembangan Hubungan Internasional: Relevansi Pancasila dalam globalisasi
memperkuat posisi Indonesia dalam mengembangkan kerjasama internasional
yang didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila, seperti perdamaian, kerjasama,
dan kesetaraan.
3. Pedoman dalam Tata Kelola Global: Dalam konteks ekonomi global, Pancasila
memberikan pedoman dalam mengelola proses globalisasi agar lebih adil dan
merata bagi seluruh lapisan masyarakat, meminimalkan dampak negatif seperti
ketimpangan ekonomi dan sosial.
4. Panduan Etika dan Moral: Pancasila memainkan peran penting dalam memandu
tindakan dan keputusan dalam konteks globalisasi. Nilai-nilai moral dan etika
yang terkandung dalam Pancasila mempengaruhi cara Indonesia berinteraksi dan
berkontribusi di panggung global.
5. Adaptasi Terhadap Perubahan: Dalam menghadapi perubahan yang cepat dan
kompleks di era Globalisasi 4.0, relevansi Pancasila terletak pada
kemampuannya untuk membantu Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan
dinamika global tanpa kehilangan nilai-nilai fundamental yang dipegang teguh.
Pancasila tetap relevan di era globalisasi 4.0, terutama dalam konteks pendidikan tinggi
vokasi dan kemajuan teknologi. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila dapat
diterapkan dalam berbagai bidang ilmiah, termasuk informasi dan teknologi yang
berkembang pesat. Nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan sosial dan persatuan, penting
dalam mengatasi tantangan dan kesenjangan yang ditimbulkan oleh Industry 4.0 dan
Society 5.0, serta dalam membimbing implementasi etis kemajuan teknologi. Pancasila
juga sangat penting dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, terutama
dalam hal keterampilan lunak, dan berperan dalam mengarahkan pengembangan inovasi
serta kompetensi sumber daya manusia di tengah revolusi teknologi. Oleh karena itu,
relevansi Pancasila diakui dalam berkontribusi pada pengembangan sumber daya
manusia dan membimbing penggunaan teknologi secara etis di era globalisasi 4.0.
Di era globalisasi 4.0, Pancasila memegang peran yang signifikan dalam beberapa
aspek:
1. Keberagaman dan Toleransi:Relevansi Pancasila sangat terasa dalam
konteks keberagaman global. Nilai-nilai Pancasila, seperti Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Persatuan Indonesia, mempromosikan penghargaan
terhadap perbedaan agama, budaya, dan kepercayaan di tengah globalisasi
yang membawa interaksi antarkultur yang intens.
2. Hak Asasi Manusia dan Keadilan:Dalam era di mana teknologi
berkembang pesat, nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab di Pancasila
menjadi penting. Ini mendukung perlindungan hak asasi manusia dan
memastikan keadilan dalam menggunakan teknologi dan informasi.
3. Partisipasi Masyarakat dan Keterlibatan dalam Keputusan:Nilai
Kerakyatan dalam Pancasila mendorong partisipasi aktif masyarakat
dalam pembangunan dan pengambilan keputusan. Di era digital dan
globalisasi, ini mendukung keterlibatan masyarakat dalam proses
demokratisasi dan pengelolaan kebijakan.
4. Kolaborasi Global yang Berbasis Kebijaksanaan: Dalam menghadapi
tantangan global,nilai Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Pancasila menjadi relevan. Hal ini
menekankan perlunya kolaborasi global yang bijaksana dan pembuatan
keputusan yang memperhitungkan kepentingan bersama.
5. Kesejahteraan dan Keadilan Sosial:Pancasila menegaskan pentingnya
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Di era globalisasi 4.0,
nilai ini menjadi landasan untuk memastikan distribusi manfaat globalisasi
yang merata dan adil kepada seluruh lapisan masyarakat.
Relevansi Pancasila di era globalisasi 4.0 bukan hanya tentang mempertahankan identitas
nasional, tetapi juga memberikan kerangka kerja nilai-nilai yang mendasari interaksi dan
pembangunan dalam skala global, sambil memperhatikan keberagaman, keadilan, dan
kesejahteraan bersama.
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Pancasila memiliki relevansi yang kuat dalam era globalisasi karena sebagai landasan
moral, etika, dan identitas bangsa Indonesia, ia memainkan peran penting dalam menjaga
keberagaman budaya, menyeimbangkan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan,
mengupayakan keadilan sosial, mendorong partisipasi masyarakat, dan mengedepankan
keterlibatan global yang bertanggung jawab. Dalam konteks arus globalisasi saat ini, Pancasila
bukan hanya sebuah konsep historis, melainkan juga panduan nilai yang relevan dalam
menghadapi dinamika dan tantangan zaman yang terus berkembang.
B.Saran
Disarankan kepada mahasiswa untuk lebih memahami dan memperdalam kajian tentang
features, supaya, bisa menjadi seorang jurnalis yang kreatif, inspiratif, dan menghibur.
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2008. Membudayakan nilai-nilai pancasila dan kaidah-kaidah undang-
undang dasar negara RI tahun 1945. Dokumen Sekretariat Negara Budimansyah, Dasim. 2011.
Penguatan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun karakter bangsa. Bandung: Widya
Aksara Press. Kaelan. 2013. Negara kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma Lickona, T.
2012. Educating for character” mendidik untuk membentuk karakter, bagaimana sekolah dapat
mengajarkan sikap hormat dan tanggung jawab. Jakarta: Bumi Aksara Lickona, T. 2013.
Character matters. Jakarta: Bumi Aksara. Notonagoro. 1984. Pancasila secara ilmiah populer.
Cetakan keenam. Jakarta: Bina Aksara Winarno. 2012. Melaksanakan Pancasila Di Orde
Reformasi. Jurnal Civicus PKn UPI bandung.