Anda di halaman 1dari 19

TANTANGAN ETIKA PANCASILA PADA GENERASI

MUDA DI ERA MILENIAL

Dosen Pengampu : Dayu Rika Perdana S.Pd, M.Pd.


Mata Kuliah :
Bahasa Indonesia
Kelas A
Disusun Oleh
Arya Ananta
(2155013003)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEODESI JURUSAN TEKNIK


GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah memudarnya
semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan
banyaknya pengaruh budaya asing yang banyak masuk di negara kita, akibatnya banyak
generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena menganggap bahwa budaya asing
merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-
nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi disebagian besar generasi muda.

Sejakdahulu dan sekarang ini serta masa yang akan datang peranan pemuda atau generasi muda
sebagai pilar, penggerak dan pengawal jalannya pembangunan nasional sangat diharapkan.
Melalui organisasi dan jaringannya yang luas, pemuda dan generasi muda dapat memainkan
peran yang lebih besar untuk mengawal jalann pembangunan nasional. Berbagai permasalahan
yang timbul akibat rasa nasionalisme dan kebangsaan yang memudar banyak terjadi belakangan
ini, banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi dan 2 terlibat
pada suatu kepentingan yang hanya mementingkan diri pribadi atau sekelompok tertentu
dengan mengatasnamakan rakyat sebagai alasan dalam kegiatanya.

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan bapak pendiri bangsa
ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era globalisasi, negara Indonesia
tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara. Sebagai dasar negara, Pancasila
harus menjadi acuan negara dalam menghadapi berbagai tantangan global dunia yang terus
berkembang. Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasi batasan batasan
diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan
mudah ke masyarakat. Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa
indonesia, jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak
globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah
wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia, sedangkan hal negatif
dari dampak globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan Indonesia.
Sehubungan hal tersebut, generasi muda sebagai pilar bangsa diharapkan memiliki jiwa
patriotisme dan nasionalisme dengan tetap bertahan pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
meskipun banyak budaya asing masuk di negara Indonesia. Dengan berlandaskan Pancasila
diharapkan pengaruh budaya asing bisa disaring sehingga generasi muda bisa menjadi generasi
yang benar-benar cinta pada tanah air Indonesia apapun keadaanya.

Terkait dengan hal itu, makalah ini akan membahas peranan Pancasila dalam menumbuhkan
rasa nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia di era globalisasi. Esai ini bertujuan
untuk menganalisis masalah-masalah yang tercermin akibat pudarnya rasa nasionalisme dan
patriotism generasi muda di era global; mengetahui sejauh mana pentingnya Pancasila dalam
menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotism generasi muda di era global; menganalisis
peran pemerintah dalam menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda saat ini;
dan memberikan gambaran kepada generasi muda akan pentingnya rasa nasionalisme dan
patriotisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta tantangan etika pancasila pada
generasi muda di era milenial.

Sejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut digunakan destutt de
Tracy pada penghujung abad kedelapan belas. Tracy menyebut Ideologi sebagai science of
ideas, yaitu sebuah program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional bagi
masyarakat prancis, namun, napoleon mengecam istilah ideologi yang dianggapnya suatu
khalayaln belaka, yang tidak mempunyai praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang
tidak akan ditemukan dalam kenyataan. Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita sedangkan logos berarti ilmu. Ideologi secara
etimologis artinya ilmu tentang ide-ide (The Science Of Ideas) atau ajaran tentang pengertian
dasar. Selanjutnya Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol
sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman kerja (atau
perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu.

Ideologi berintikan serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yang bersifat menyeluruh
dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan
atau pandangan hidup mereka. Nilai- nilai yang terangkai atau menyatu menjadi satu sistem itu,
sebagaimana halnya dengan nilai-nilai dasar Pancasila, biasanya bersumber dari budaya dan
pengalaman sejarah suatu masyarakat atau bangsa yang menciptakan ideologi itu.

Pancasila merupakan sebuah ideologi bangi bangsa Indonesia sebab Pancasila merupakan suatu
kepercayaan yang dianggap satu-satunya ideologi yang paling tepat dalam menjalan system
kenegaraan republik Indonesia. Pancasila merupakan science of ideas dari founding father kita
seperti Ir. Soekarno, Soepomi, M. Yamin, dan KH. Bagus Hadikusumo dan tokoh-tokoh
nasional yang terlibat dalam penyusunan Ideologi Pancasila tanpa terkecuali. Pancasila
merupakan Lima dasar disepakati bersama oleh bangsa Indonesia melalui founding Father yang
harus dijalan bangsa Indonesia dalam system kehidupan social maupun system kenegaraan,
meliputi :
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan lima dasar ini lah yang menjadi landasan kita dalam menghadapi kehidupan tantangan
Ideologi Pancasila dari berbagai terjangan ideologi dunia dan kebudayaan global. Seperti
tantangan menghadapi atheisme, Individualisme, dan kapitalisme. Pancasila menghadapi
tantangan dalam sikap prilaku kehidupan yang menyimpang dari norma-norma masyarakat
umum, tantangan terbesar dalam pada masa sekarang ini adalah tantangan narkoba dan
terorisme.

Proses terjadinya Pancasila adalah melalui suatu proses kualitas. Artinya, sebelum disahkan
menjadi dasar negara, baik sebagai pandangan hidup maupun filsafat hidup bangsa Indonesia.
Fungsinya adalah sebagai motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai
tujuan. Pancasila merupakan prinsip dasar dan nilai dasar yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia, yang mempribadi dalam masyarakat dan merupakan sesuatu living
reality. Pancasila ini sekaligus merupakan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila juga dapat
menuntun segala tindak tanduk yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
tidak melanggar hukum dan juga tidak merampas hak-hak sebagai manusia.

Pentingnya Pancasila sebagai ideologi Negara adalah untuk memperlihatkan peran ideologi
sebagai penuntun moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga ancaman-ancaman
yang datang untuk negeri ini dapat dicegah dengan cepat. Sebab Pancasila merupakakan
Ideologi yang terbuka bagi seluruh perkembangan zaman. Sehigga apapun yang terjadi dalam
perkembangan zaman harus sesuai dengan kaedah-kaedah yang berlaku atas dasar Pancasila.
Syafruddin Amir, dalam penelitiannya yang berjudul Pancasila as Integration Philosophy of
Education and National Character menyatakan bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa yang
harus menjadi spirit bagi setiap nadi kehidupan dari masyarakat dan kegiatan yang
konstitusional karena Pancasila dipandang sebagai media akulturasi dari bermacammacam
pemikiran mengenai agama, pendidikan, budaya, politik, social, dan bahkan ekonomi .

Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Ia berperan dan berfungsi sebagai dasar dan sekaligus tujuan dari berbagai bidang
kehidupan yang terus berkembang itu seirama dengan perkembangan aspek masyarakat dan
perubahan zaman dari masa ke masa. Ada hubungan timbal balik atau interaksi antara. 6
dinamika kehidupan dengan Pancasila dan ideologi. Interaksi tersebut akan bersifat positif atau
saling menguntungkan bilamana ia bersifat saling merangsang. Pancasila merangsang dan
sekaligus menjiwai dinamika kehidupan itu sedangkan pada waktu yang sama dinamika
kehidupan itu merangsang dinamika internal yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi
terbuka untuk mengembangkan jati dirinya. Maka dari itu, Pancasila harus juga
diaktualisasikan dalam berbagai bidang kehidupan.
TINJAUAN PUSTAKA

Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan, melepaskan diri dari penjajahan, bangsa Indonesia
masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaan karena ternyata penjajah belum mengakui
kemerdekaan dan belum ikhlas melepaskan Indonesia sebagai wilayah jajahannya,. Oleh
karena itu, periode pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, sampai saat ini bangsa Indonesia
telah berusaha mengisi perjuangan mempertahankan kemerdekaan memalui berbagai cara,
baik perjuangan fisik maupun diplomatis. Perjuangan mencapai kemerdekaan dari penjajah
telah selesai, namun tantangan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang hakiki
belumlah selesai. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses pendidikan dan pembelajaran bagi
warga negara yang dapat memelihara semangat perjuangan kemerdekaan, rasa kebangsaan, dan
cinta tanah air (Anggraini,D. 2020).

Di era global dengan ciri dunia tanpa batas, dunia datar (dunia maya) secara langsung maupun
tidak langsung banyak ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia. Hal ini
terkadang tidak disadari oleh masyarakat kita, bahkan mereka banyak yang menganggap bahwa
nilai-nilai dan ideologi asing justru menjadi pandangan hidupnya seperti materialisme,
hedonisme, konsumerisme. Materialisme dalam hal ini diartikan sebagai sikap hidup yang
mengagungkan materi atau benda-benda. Ukuran keberhasilan atau kesuksesan seseorang
dipandang dari sudut materi yang dimiliki (uang, harta benda/kekayaan) sehingga sering
mengabaikan etos kerja dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian lama kelamaan orang
menjadi kurang menghargai orang lain dari sisi spiritualitasnya (seseorang dihargai karena
kekayaan materi, bukan kekayaan batin yang dimiliki). Hedonisme adalah suatu paham dan
sikap hidup yang mengejar kenikmatan dan kesenangan duniawi dengan orientasi pada
pemuasan kebutuhan hidup secara fisik, seperti senang menikmati makanan mahal/berkelas,
gaya hidup metropolit dengan dunia gemerlap di mana seks bebas, merokok, narkoba, minum
alkohol menjadi bagian yang sering tak dapat dipisahkan. Gejala yang lain, kecenderungan
masyarakat Indonesia yang tampak menggejala saat ini adalah konsumerisme, yaitu suatu sikap
dan gaya hidup yang lebih senang berposisi sebagai pengguna (konsumen) dari pada produsen.
Kecenderungan konsumtif yang berlebihan ditandai dengan membeli atau memiliki barang-
barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, melainkan sekedar karena diinginkan (Latif,Y.
2018).

Pada era post modern melalui sarana komunikasi online dan virtual online telah menawarkan
perubahan budaya secara progresif dan menjadi sebuah kepribadian. Kepribadian modern
dalam post modern adalah masyarakatnya semakin hidup dengan sifat dominan individualistis.
Sifat ini membentuk suatu karakter baru karena masyarakat hidup dengan media online yang
dapat dirasakan sehari-hari. Era ini memberikan dampak positif yaitu dapat terwujudnya
penegakkan hak asasi manusia dalam kebebasan berekspresi, memilih, persamaan/kesetaraan
dan demokrasi. Sebaliknya teknologi yang cenderung bebas nilai memiliki dampak negatif bagi
warga negara. Warga negara menjadi ketergantungan dengan teknologi dan menyebabkan
kesenjangan dan pengaburan makna dimana silaturahmi bisa dilakukan tanpa tatap muka secara
langsung, sehingga warga negara menjadi kurang berkontribusi untuk membangun praktik nilai
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Hanum,FF. 2019).

Permasalahan bangsa saat ini adalah terputusnya ikatan dan lemahnya kepedulian sosial yang
berbentuk: Pertama, selfisme yang memperlihatkan sikap mendewakan diri sendiri yang
berlebihan dengan mengabaikan rasa dan nilai. Kepercayaan diri yang berlebihan selain
menghilangkan kaitan manusia dengan lingkungannya juga mengurangi sensitivitas
kemanusiaan sebagai bagian dari suatu kolektivitas. Kedua, keserakahan ekslusif, suatu
kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja berpuas diri menikmati kejayaannya dan tidak
ingin diusik, hal ini menimbulkan keserakahan dan tidak peduli dengan orang lain. Ketiga,
ketidakpedulian yang meluas sebagai wujud dari apatisme terhadap harapan akan kehidupan
yang lebih baik. Setiap orang cenderung tidak terlibat atau bahkan menarik diri dari kolektivitas
sehingga tidak terjalin komunikasi yang intens yang memungkinkan adanya pertukaran baik
antarkelompok maupun antarkelas.

Lebih lanjut (Hasanah,U.2021)menyampaikan tiga ancaman ideologis yang sedang dihadapi


bangsa Indonesia saat ini yaitu hierarki sosial, oposisi biner dan totalitas. Pertama, hierarki
sosial adalah masyarakat manusia yang diorganisasikan ke dalam hierarki berbasis kelompok
dengan beberapa kelompok menikmati hak istimewa berada di atas dan yang lain berjuang di
bawah. Pada akhirnya hierarki di masyarakat memunculkan konflik antar anggota. Kedua,
oposisi biner adalah sebuah konsep universal untuk memahami dunia dengan menyandingkan
dua istilah yang berlawanan dimana bahasa yang digunakan untuk menjelaskan dan
menggambarkan nilai-nilai yang ditempatkan masyarakat pada kata-kata tertentu. Pada setiap
oposisi biner memiliki dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Oposisi biner bisa
menimbulkan hierarki dan menimbulkan opini publik. Peran media sangat berpengaruh dalam
hal ini seperti gagasan media mengambil kecenderungan manusia untuk melakukan hal yang
sama menghadirkan dunia melalui konstruksi perbedaan yang terpolarisasi. Oposisi biner yang
demikian juga dapat mendukung pandangan stereotip (yang sering berarti tidak menguntungkan
daripada menguntungkan) dari kelompok sosial tertentu. Ketiga, berpikir totalitas dimana
konsep totaliti ini merupakan peringkasan atas berbagai macam variasi menjadi bentuk
keseragaman karena keterbatasan logika manusia. Perwujudan totality ini juga dilaksanakan
dalam pelaksanaan pemerintahan yaitu pemerintahan yang totalitarian, rezim ini menggunakan
metode- metode psikiatri untuk menekan perbedaan-perbedaan yang mengancam kekuasaan
negara. Keseragaman menjadi amat penting dalam upaya memudahkan kontrol oleh pemerintah
yang ingin melanggengkan kekuasaan.

Uraian permasalahan di atas menunjukkan memudarnya nilai-nilai dalam kehidupan


masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang hidup dalam kehidupan masyarakat atau living values
adalah sebagai nilai-nilai dasar kehidupan adalah nilai-nilai yang diwujudkan di dalam berbagai
kebiasaan yang secara umum/universal mendasari relasi yang baik dan harmonis antara kita
dengan orang lain dalam kehidupan di sekitar. Hal ini merupakan kebiasaan-kebiasaan yang
sulit untuk ditemukan saat ini dan mendatang karena terhimpit oleh sikap dan sifat manusia
modern yang individualistis, hedonistis dan materialistis, yang menunjukkan bahwa mereka
lupa bahwa manusia adalah makhluk sosial, berbudi dan berakhlak (Effendi,FP.2021).

Bangsa Indonesia sekarang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama
dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter mulia,
seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religius, sedikit demi sedikit mulai tergerus
oleh budaya asing yang cenderung hedonistik, materialistik dan individualistik sehingga nilai-
nilai karakter tersebut tidak lagi dianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang ingin
diperoleh. Fenomena materialisme, pragmatisme, dan hedonisme ini makin menggejala dalam
kehidupan bermasyarakat. Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan akhlak masyarakat,
khususnya generasi muda. Generasi muda saat ini ada yang mengatakan sebagai generasi
milenial. Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo
boomers. produk teknologi akan mengikuti gaya hidup masyarakat milenial. Sebab, pergeseran
perilaku turut berubah beriringan dengan teknologi, perilaku streaming native yang kini
semakin popular. Mereka mengakses internet dengan berstreaming sehari lebih dari tiga jam.
Generasi inilah yang sangat mudah terpengaruh dengan ancaman ideologi lain dan
kecenderungan mengabaikan nilai-nilai dalam kehidupannya. Terabainya nilai-nilai dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara inilah yang menyebabkan beberapa permasalahan bagi
bangsa Indonesia.

Sebagai contoh bahwa ada segelintir elit politik di daerah yang memiliki pemahaman yang
sempit tentang otonomi daerah. Mereka terkadang memahami otonomi daerah sebagai bentuk
keleluasaan pemerintah daerah untuk membentuk kerajaan-kerajaan kecil. Implikasinya mereka
menghendaki daerahnya diistimewakan dengan berbagai alasan. Bukan itu saja, fenomena
primordialisme pun terkadang muncul dalam kehidupan masyarakat. Beberapa kali Anda
menyaksikan di berbagai media massa yang memberitakan elemen masyarakat tertentu
memaksakan kehendaknya dengan cara kekerasan kepada elemen masyarakat lainnya. Sebagai
bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki peradaban yang mulia (masyarakat madani) dan
peduli dengan pendidikan bangsa, sudah seyogyanya berupaya untuk menjadikan nilai-nilai
karakter mulia itu tumbuh dan bersemi kembali menyertai setiap sikap dan perilaku bangsa,
mulai dari pemimpin tertinggi, hingga rakyat jelata, sehingga bangsa ini memiliki kebanggaan
dan diperhitungkan eksistensinya di tengahtengah bangsa-bangsa lain. Salah satu upaya ke arah
itu adalah melakukan pembinaan karakter di semua aspek kehidupan masyarakat, terutama
melalui institusi Pendidikan. Dunia pendidikan harus mencatat strategi pengajaran mereka
dalam hal efektivitas dan relevansi. Ketika kita mengambil pendidikan “Generasi Milenial,”
para siswa yang lahir antara tahun 1982–2002, sangat jelas bahwa gambaran pendidikan telah
berubah. Ini adalah siswa yang tidak pernah tahu kehidupan tanpa internet. Ponsel sudah
tersedia dan berfungsi lebih dari sekadar alat komunikasi verbal. Maka melalui pendidikan
dapat diterapkan dan ditanamkan nilai-nilai/ karakter pada generasi milenial ini. Sesuai dengan
amanah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Pendidikan Tinggi tujuan utama
pendidikan adalah selain mengembangkan potensi peserta didik tetapi juga membentuk
kepribadian dan akhlak mulia peserta didik. Pendidikan Pancasila menjadi salah satu mata
kuliah wajib selain Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi yang merupakan
mata kulain pembentuk kepribadian. Kemudian dalam praksisnyna pembelajaran Pendidikan
Pancasila harus disesuaikan dengan karakteristik generasi milenial. Dengan demikian
Pendidikan Pancasila memiliki peran yang sangat krusial dimana banyak ancaman yang terjadi
adalah ancaman terhadap ideologi yang berimbas pada mengendurnya nilai-nilai yang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan demikian dalam artikel ini akan dibahas bagaimana
konsep Pendidikan Pancasila bagi generasi milenial untuk memperkuat kepribadian mereka
dengan menanamkan dan memperkuat nilai-nilai yang hidup dalam kehidupan yang tentunya
berbasis nilai-nilai moral Pancasila sebagai Ideologi bangsa Indonesia yang pada akhirnya akan
menjadikan Negara Indonesia menjadi Negara yang lebih beradab (Muhktadi,M.2019).
PEMBAHASAN

Penelitian menunjukkan bahwa generasi muda dapat mengimplementasikan nilai-nilai


sila Pancasila di sekolah dengan mengikuti pembelajaran pendidikan Pancasila. Generasi
muda merupakan peran yang sangat penting dalam memajukan Indonesia dengan
perkembangan teknologi saat ini. Proses pembelajaran pendidikan Pancasila dapat
berfungsi sebagai kehidupan arah di masa depan dengan perkembangan teknologi yang
merujuk kepada nilai sila Pancasila. Peran nilai pendidikan Pancasila dapat berbagai
pengaruh dampak negatif dan positif. Secara etimologi, Pancasila berasal dari bahasa
Sansekerta dan terdiri dari dua kata, Panca yaitu lima dan Sila yaitu dasar, asas, atau
prinsip. Jadi Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar. Pancasila yaitu suatu dasar
negara, ideologi negara, dan sebagai pandangan atau pedoman kehidupan bangsa.
Pancasila harus kuat dan kokoh bagi setiap kehidupan bangsa, dan merupakan cerminan
ideologi suatu bangsa agar dapat maju serta harus terikat berdasarkan nilai-nilai Pancasila
di perkembangan era digital ini dalam berbagai bidang (Amir, S 2013). Dengan
berpedoman pada nilai- nilai Pancasila sebagai pandangan hidup untuk membangun
kemajuan bangsa dan diri tiap individu. Oleh sebab itu, Peran Pendidikan Pancasila
dalam proses pembelajaran sebagai awal memperkenalkan kesadaran atau cita-cita moral
yang menjiwai dan dijiwai bangsa dalam era digital ini.

Era digital adalah zaman yang berada dalam kondisi kehidupan yang mendukung adanya
perkembangan teknologi agar lebih mudah menemukan informasi. Teknologi adalah alat
sebagai sistem untuk melakukan pengembangan dan menyelesaikan permasalahan yang
terjadi pada setiap kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini, generasi
muda harus mempunyai rasa nasionalisme dalam menumbuhkan kesadaran tiap individu
pada perkembangan era digital.

Nasionalisme berasal dari kata ‘nation’ artinya bangsa. Nasionalisme selalu diartikan
sebagai paham chauvinisme yaitu paham dengan mencintai bangsanya sendiri secara
berlebihan. Paham ini bagi generasi muda tidak untuk dijadikan sebagai pemahaman
dalam kehidupannya, pemuda harus mencintai tanah air Indonesia dengan tidak secara
berlebihan mampu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme agar tidak memudarnya
semangat jiwa bangsa. Menurut Undang- Undang No 40/2009 mengenai para pemuda
atau generasi muda merupakan Setiap warga negara Indonesia yang memenuhi usia
produktif yaitu 16-30 tahun. Generasi muda dapat dilihat dari sifat yang dimiliki dengan
beranekaragam etnis, politik, ekonomi, dan bahasa. Para pemuda Indonesia belum
memiliki wawasan nusantara, dan belum mengenal lebih mengenai tanah airnya, dari
sabang saapai merauke banyaknya keanekaragaman didalamnya, hal ini merupakan
generasi muda yang kurang mencintai tanah airnya sendiri yaitu Indonesia. Dengan
perkembangan digital saat ini, generasi muda harus mampu bersaing dengan ketatnya
teknologi saat ini.

Pancasila sejak awal sudah menempati sebagai dasar negara dan menjadi pandangan
hidup bagi masyarakat, serta menjadikan pedoman dalam kehidupan bangsa dan negara.
Pancasila mulai pudar eksistensinya dikalangan para pemuda. Maka dari itu, diharapkan
kejayaan Pancasila akan muncul kembali dan para pemuda mulai sadar akan pentingnya
rasa dan semangat nasionalisme. Dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, agama, dan
nilai budaya saling berkaitan memberikan kemajuan pada pemngembangan teknologi saat
ini. Keterkaitan antara keempat hal tersebut dapat dijadikan dua kemungkinan, yaitu
pertama sebagai pengembangan teknologi yang harus berdasarkan sikap human-religius
dalam penggunaannya, karena posisinya yang harus selalu berdampingan dengan
kebudayaan dan agama agar tidak menyalahgunakan teknologi. Kedua, teknologi berada
pada posisi yang menempatkan agama dan budaya saling berkaitan dengan tukar pikiran.

Teknologi yang semakin pesat membuat generasi muda harus mampu mempertahankan
nilai-nilai dasar pancasila dengan beriringan pada perkembangan era digital saat ini.
Semangat patriotisme dan nasionalisme mulai memudar dikalangan generasi muda saat
ini. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa generasi muda yang menganggap bahwa
dengan adanya perkembangan teknologi semakin mudah untuk mengakses sesuatu dan
mementingkan kepentingan individunya, tetapi hal ini terbalik dengan adanya teknologi
generasi muda harus siap menghadapi semua tantangan yang terjadi. Generasi muda
merupakan pilar bangsa yang mempunyai peran penting dalam mengahadapi berbagai
macam tantangan. Masa depan bangsa tergantung dari sikap dan cara bertindak generasi
muda.

Menjunjung nilai-nilai pancasila sebagai pandangan hidup setiap orang agar selalu
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa nasionalisme harus tumbuh secara
luas dikalangan generasi muda tidak nasionalisme yang sempit dan berdasarkan nilai-nilai
Pancasila pada era digital saat ini.

Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia dengan berbagai macam nilai yang ada
dalam bidangnya seperti nilai agama dan budaya. Pancasila menjadikan pedoman
kehidupan dalam masyarakat, bangsa, dan bernegara. Rumusan Pancasila sebagai suatu
sifat yang sangat penting dalam paradigma ilmu Perkembangan teknologi tidak terlepas
dari nilai pancasila sebagai ideologi negara. Indonesia mempunyai budaya dan nilai
religius yang berkembang dalam orientasi terarah. Maka dari itu, pancasila sebagai
ideologi dengan berpegang teguh dalam kehidupan yang berkembang pada era digital ini.
Para ahli harus mengetahui pengetahuan ilmunya tanpa menghilangkan nilai ideologi
yang berasal dari masyarakatnya sendiri. Generasi muda sangat berpengaruh terhadap
nilai-nilai pancasila dan sangat penting untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan
patriotisme (Amrah, 2016). Hal inilah membuat para generasi muda harus mengobarkan
rasa cinta tanah air dengan mengikuti nilai Pancasila (Widiyaningrum, 2019). Pancasila
mempunyai lima sila dan satu diantaranya harus saling berkaitan menjiwai secara
kesatuan yang utuh dan mempunyai makna dalam landasan bersikap dan bertindak. Di era
digital ini banyak teknologi yang sudah berubah. Banyak teknologi dari luar yang masuk
ke dalam, sebagai generasi muda tidak akan bisa menolaknya. Hal terpenting sebagai
masyarakat Indonesia terutama generasi muda harus mampu memilah penggunaan
teknologi dengan mementingkan individu serta mementingkan bangsa dan negaranya
berdasarkan nilai pancasila (Sasongko , 2020).

Pada perkembangan teknologi, Pancasila harus dijadikan pondasi dalam kedudukannya di


Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa agar terarah dalam
menjalani kehidupan. Nilai pada tiap sila Pancasila menjadi aplikatif dalam penggunaan
implikasi ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpedoman Pancasila negara akan
menjadi damai, aman, cerdas, dan sejahtera dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara tanpa melihat perbedaan SARA. Mengimplementasian nilai pancasila dalam
kehidupan diri individu, membutuhkan proses pendekatan dalam memaknai nilai sila
pancasila sebuah kesepakatan nasional dan nilai-nilainya dijunjung tinggi oleh semua
golongan ( Sulasmono , 2019). Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki nilai
sila pancasila yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa sila lainnya. Pancasila dijadikan
sebagai pandangan hidup dan dasar negara bagi Indonesia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Pada perkembangan teknologi, Pancasila harus dijadikan pondasi dalam kedudukannya di


Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa agar terarah dalam
menjalani kehidupan. Nilai pada tiap sila Pancasila menjadi aplikatif dalam penggunaan
implikasi ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpedoman Pancasila negara akan
menjadi damai, aman, cerdas, dan sejahtera dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara tanpa melihat perbedaan SARA. Mengimplementasian nilai pancasila dalam
kehidupan diri individu, membutuhkan proses pendekatan dalam memaknai nilai sila
pancasila sebuah kesepakatan nasional dan nilai-nilainya dijunjung tinggi oleh semua
golongan ( Sulasmono , 2019). Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki nilai
sila pancasila yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa sila lainnya. Pancasila dijadikan
sebagai pandangan hidup dan dasar negara bagi Indonesia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Pada generasi muda, nilai Pancasila semakin menurun karena adanya perkembangan era
digital dan rasa cinta tanah air pun menurun ( Eta Yuni Lestari, 2019). Hal ini dilihat dari
pandangan banyaknya generasi muda lebih mementingkan individu dibanding
mementingkan sosial.

Dasar ideologi Pancasila merupakan peran pancasila yang menjadi sentral. Peran
Pancasila dalam perkembangan teknologi mengakibatkan beberapa dampak, antara lain
dampak positif dan negatif melalui nilai-nilai yang terkandung (Yudanegara, F. 2015).
Secara positif dan negatif teknologi seperti sosial media bisa menjadi suatu inovasi
perkembangan pembelajaran pada generasi muda saat ini. ( Fitri, S. 2017 ).

1. Dampak Positif

a. Media komunikasi
Perkembangan teknologi memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan
manusia. Jika dahulu manusia mempunyai keterbatasan jarak untuk dapat
berkomunikasi dengan orang lain tidak dengan demikian.
b. Media pertukaran data
Perkembangan teknologi memudahkan seseorang untuk berbagi berbagai file
dengan cepat, seperti film, musik, gambar dan data lainnya. Data tersebut dapat
diakses dengan sangat cepat dan hanya membutuhkan beberapa langkah saja.
c. Media untuk hubungan Sosial
Media sosial merupakan salah satu hal yang tercipta dari adanya perkembangan
teknologi ( Setiawan, D. 2014).

2. Dampak Negatif

Selain memberikan dampak positif, ternyata perkembangan teknologi informasi


dapat memberikan dampak negatif bagi penggunanya. Hal tersebut muncul akibat
dari penggunaan yang salah dan tidak bertanggung jawab. Saat ini banyak
masyarakat yang lebih nyaman mempunyai teman dari dunia maya dari pada aktif
pada kegiatan-kegiatan riil yang dapat memberikan kualitas hubungan pertemanan
lebih intens dan kongkrit. Dalam Hal inilah Pancasila berfungsi sebagai kehidupan
arah dimasa depan dengan berkembangnya teknologi ( Ratnaya, 2011). Pancasila
dijadikan dasar negara dalam era digital saat ini, untuk kesejahteraan kehidupan
masyarakat Indonesia. Pada perkembangan digital, sebagai generasi muda dalam
bersikap harus didasarkan pada salah satu sila Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil
dan beradab. Pada dasarnya Pancasila adalah nilai, kerangka berfikir, dan sebagai
dasar moralitas bagi perkembangan digital. Pancasila menunjukkan etika dalam
pengembangan teknologi.

Merujuk kepada Pancasila Sila ke-1. Generasi muda diharapkan mampu


mengimplementasikan pancasila dalam kehidupannya agar tidak mudah terpengaruh
oleh apapun. Teknologi ditemukan serta dipertimbangkan juga tujuan dan akibat
adanya perkembangan tersebut. Pada sila pertama ini manusia harus menjaga
teknologi dan manfaatkannya dengan baik, karena generasi muda percaya bahwa
apapun yang dikerjakan selalu dalam pengewasan Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan merujuk kepada Sila ke-2 Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan
beradap, diharapkan teknologi dijadikan sebagai proses dari terciptanya budaya
manusia yang bermoral dan beradab. Maka dari itu, perkembangan teknologi harus
berdasar pada hakikat dan bertujuan untuk mensejahterakan bangsa dan negara.
Teknologi harus menjadi alat untuk meningkatkan harkat, martabat, dan bukan
membuat manusia menjadi makhluk yang sombong akibat dari penggunaan
teknologi. Khususnya bagi generasi muda, pada perkembangan teknologi, generasi
muda harus dapat mempergunakan teknologi dengan sebijak mungkin. Generasi
muda merupakan generasi bangsa. Apalagi di era digital saat ini, generasi muda tidak
dapat dipisahkan dengan teknologi. Para generasi muda akan berhasil memajukan
Indonesi menjadi satu, dengan kemampuan melakukan segalanya demi kepentingan
bangsa dan negara. Dan mampu menciptakan rasa nasionalisme agar generasi muda
siap menghadapi tantangan era digital saat ini, dan rasa persatuan bangsa Indonesia
tercipta (Hermi Yanzi, et. al. 2019).

Di era digital ini, teknologi menjadi sangat melekat kepada semua kalangan
masyarakat terutama generasi muda. Dengan mengimplementasikan Pancasila Sila
ke-3 yaitu persatuan Indonesia, mampu memberikan rasa nasionalisme kepada para
generasi muda bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia dapat ditingkatkan di masa
digital ini, akibat adanya penggunaan teknologi dengan maksimal, para pemuda
dapat menggunakan teknologi secara baik dan benar, persatuan serta kesatuan
bangsa dapat mewujudkan sifat saling terlibat satu sama lain sebab adanya faktor
dari luar yang tidak dapat lepas dari kemajuan teknologi. Maka dari itu,
perkembangan teknologi harus kuat dalam menjalin kesatuan dan persatuan agar
dapat terjalin hubungan yang menuju internasional.

Implementasi dari Pancasila Sila ke-4, yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dapat didasarkan pada adanya
perkembangan teknologi secara demokrat di era digital. Hal ini menunjukkan setiap
masyarakat Indonesia terutama generasi muda harus mampu mempunyai kebebasan
dalam berpendapat dan berkembangnya teknologi secara terbuka, serta harus
mempunyai sikap saling menghargai dan mampu mengkritik dan memberikan saran
terhadap teknologi masa ini.

Implementasi dari Pancasila sila ke-5 yaitu, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keadilan ini berlaku pada perkembangan era digital ini dan rasa
nasionalisme pada generasi muda. Sebagai generasi muda yang menggunakan
teknologi diharapkan mampu berlaku secara adil harus mengutamakan kepentingan
umum dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dari kepentingan individu
berdasarkan nilai-nilai pancasila yang ada. Kelima sila pancasila ini menjadi
pedoman yang berisi nilai-nilai sebagai kehidupan dan pengimplementasian dalam
era digital saat ini.
KESIMPULAN

Pendidikan Pancasila menjadi suatu pembelajaran dimana harus berpegang pada lima sila
dan harus saling berkaitan menjiwai secara kesatuan yang utuh dan mempunyai makna
dalam landasan bersikap dan bertindak. Di era digital ini banyak teknologi yang sudah
berubah. Sebagai masyarakat Indonesia terutama generasi muda harus dapat memilah
penggunaan teknologi baik dalam kepentingan individu atau kepentingan bangsa dan
negaranya berdasarkan Pancasila.

Peran Pancasila sebagai dasar negara sangat krusial bagi perkembangan teknologi di
Indonesia. Perkembangan digital saat ini, harus disertai dengan peran aktif para generasi
muda berdasarkan nilai-nilai pancasila. Peran penting generasi muda berpengaruh pada
kemajuan bangsa dan negara dengan berpegang teguh pada pancasila. Dengan
menerapkan nilai-nilai pancasila pada generasi muda diharapkan mampu menumbuhkan
rasa nasionalisme pada tiap individu agar siap dalam menhadapi tantangan perkembangan
teknologi dan dapat mensejahterakan kesatuan bangsa dan negara.

Pancasila telah dijadikan dasar negara dalam era digital saat ini, untuk kesejahteraan
kehidupan masyarakat Indonesia. Perkembangan digital saat ini, diharapkan generasi
muda dalam bertingkah atau bersikap harus didasarkan pada sila kemanusiaan yang adil
dan beradab dan berdasarkan pada nilai sila pancasila yang lainnya. Generasi muda harus
mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan globalisasi saat ini. Pancasila berfungsi
sebagai dasar negara dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung. Untuk
memperdalam pengetahuan mengenai peran Pancasila dalam menumbuhkan rasa
nasionalisme pada Generasi Muda di Era Digital, generasi muda dapat menjalankan
misinya sebagai pelaku utama dalam menumbuhkan rasa nasionalisme di era saat ini.
Daftar Pustaka

Anggraini, D., Fathari, F., Anggara, JW, & Al Amin, MDA (2020). Pengamalan
nilai-nilai Pancasila bagi generasi milenial. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial dan
Politik (JISoP) , 2 (1), 11-18.

Cahyani, S. A., & Dewi, D. A. (2021). KAJIAN TEORITIS PERAN PENTING


NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT DI INDONESIA. EDUSAINTEK: JURNAL
PENDIDIKAN, SAINS DAN TEKNOLOGI, 8(1), 110-122.

Effendi, FP, & Dewi, DA (2021). Generasi Milenial Berpancasila di Media


Sosial. Jurnal Ilmu Kewarganegaraan & Sosial , 5 (1), 116-124.

Ferry, A. EKSISTENSI DAN PERAN PANCASILA DALAM MENUMBUHKAN


RASA NASIONALISME DAN CINTA TANAH AIR PADA GENERASI
MILENIAL.

Hanum, FF (2019, Oktober). Pendidikan Pancasila bagi Generasi Milenial.


Dalam PROSIDING SEMINAR NASIONAL “REAKTUALISASI
KONSEP KEWARGANEGARAAN INDONESIA” (Vol. 1, hlm. 72-81).
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

Hasanah, U. (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila di Kalangan Generasi


Millenial Untuk Membendung Diri Dari Dampak Negatif Revolusi Indutri
4.0. Pedagogi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan , 8 (1), 52-59.

Illahi, N. (2020). Peranan Guru Profesional dalam Peningkatan Prestasi Siswa dan
Mutu Pendidikan di Era Milenial. Jurnal Asy-Syukriyyah, 21(1), 1-20.

Kopong, K. (2018). PERAN KATEKIS DALAM PENDIDIKAN POLITIK BAGI


GENERASI MILENIAL PADA PERHELATAN PEMILU 2019. Atma
Reksa: Jurnal Pastoral dan Kateketik, 3(1), 59-74.
Latif, Y. (2018). Identitas keindonesiaan dan aktualisasi Pancasila bagi generasi
milenial di era digital. Jurnal Kajian Lemhannas RI , 6 (1), 5-19.

Mukhtadi, M., & Komala, RM (2019). Membangun Kesadaran Bela Negara Bagi
Generasi Milenial Dalam Sistem Pertahanan Negara. Manajemen
Pertahanan: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Manajemen Pertahanan , 4 (2).

Rahma, D., & Dewi, DA (2021). Milenial Mengimplementasikan Nilai Pancasila:


Sebuah Harapan dan Cita-cita. EduPsyCouns: Jurnal Pendidikan, Psikologi
dan Konseling , 3 (1), 135-145.

Saputra, I. (2019). Pemanfaatan media sosial dalam pembelajaran Pancasila untuk


generasi milenial di perguruan tinggi. SOL JUSTISIO, 1(1 April), 33-41.

Rahayu, S. (2018). PERAN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN (PPKn) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN
POLITIK MAHASISWA DI ERA MILLENNIAL (Studi Deskriptif Pada
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung) (Doctoral
dissertation, FKIP UNPAS).

Rais, N. S. R., DIEN, M. M. J., & DIEN, A. Y. (2018). Kemajuan teknologi informasi
berdampak pada generalisasi unsur sosial budaya bagi generasi
milenial. Jurnal Mozaik, 10(2), 61-71.

Samsul, A. (2021). KONSEP PELAJAR PANCASILA DALAM PERSPEKTIF


PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGUATAN
KARAKTER RELIGIUS DI ERA MILENIAL (Doctoral dissertation, UIN Prof.
KH. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO).

Saputra, I. (2019). Pemanfaatan media sosial dalam pembelajaran Pancasila untuk


generasi milenial di perguruan tinggi. SOL JUSTISIO, 1(1 April), 33-41.
Sueca, I. N., Artajaya, G. S., & Suardana, I. P. O. (2021). PELATIHAN
PENGEMBANGAN ENTREPRENEUR BERBASIS POTENSI DIRI
DALAM PENGUATAN KARAKTER GENERASI MILENIAL DI
YAYASAN DVIPANTARA SAMSKRTAM. SELAPARANG Jurnal
Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(3), 932-935.

Yolandha, W., & Dewi, D. A. (2021). Pendidikan Kewarganegaraan Konsilidasi


Identitas Nasional di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5(1), 911-919.

Anda mungkin juga menyukai