Anda di halaman 1dari 9

PERANAN PANCASILA DALAM

MENUMBUHKAN
KESADARAN NASIONALISME GENERASI MUDA
DI ERA GLOBAL

Disusun oleh :
Novanto Akbar
Rego Satia Budi
Rahmat Gio Panggi
Rafi Ikbar

Dosen Pengampu : Wendy Anugrah Octavian, M.Pd


ABSTRAKSI

Indonesia adalah negara berbentuk republik dan merupakan negara


kepulauan. Negara Indonesia diberkahi dengan keanekaragaman mulai
dari suku,agama,ras, dan antargolongan. Namun, diera global saat ini,
Indonesia sedang dilanda krisis nasionalisme. Untuk itulah peranan
Pancasila dalam menumbuhkan kesadran nasionalisme generasi muda
sebagai pengganti generasi-generasi sebelumnya.

Kata kunci : Nasionalisme, Pancasila, generasi muda, era


global.
A. Pendahuluan
Salah satu problematika yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia
adalah menurunnya semangat nasionalisme dan patriotisme pada
generasi muda. Penurunan ini disebabkan karena pengaruh budaya luar
yang lebih dianggap modern sehingga banyak generasi muda yang
melupakan budaya bangsanya sendiri. Padahal, generasi muda adalah
pilar,penggerak,dan pengawal pembangunan.
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologinya adalah buah hasil
kesepakatan atas pemikiran pendiri bangsa yang hingga kini masih
kokoh. Dengan datangnya era globalisasi, kita perlu memfilter dampak-
dampak yang dihasilkannya sehingga budaya yang ada tidak akan
menghilang. Berkenaan dengan itu, makalah ini dibuat untuk membahas
peranan Pancasila dalam menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan
generasi muda diera globalisasi. Adapun tujuan makalah ini dibuat
adalah untuk menganalisis masalah akibat puarnya rasa nasionalisme
dan patrionalisme kepada generasi muda di era global ; menganalisa
peran pemerintah dalam hal tersebut ; memberikan gambaran tentang
pentingnya hal tersebut kepada generasi muda saat ini
B. TINJAUAN PUSTAKA

Pancasila mengandung nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai


praktis. Dan, memiliki dua dimensi nilai, yaitu nilai ideal dan aktual.
Tetapi, nilai itu dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawa globalisasi,
sehingga berdampak terjadinya pergeseran peradaban, yang juga
membawa perubahan pemaknaan dan positioning Pancasila (Sultan
Hamengku Buwono x, Kongres Pancasila IV, UGM 2012).
Pancasila sendiri memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
memiliki sifat pluralisme dan multikulturalisme, yang harus disatukan
oleh “rasa bersama” dalam idiom nation-state berikut semangat
nasionalisme yang menyertainya. Seperti yang dituliskan oleh Empu
Tantular: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa” yang
menunjukkan bahwa Pancasila adalah alat persatuan dari
keragaman,multicultural,dan pluralistic di Indonesia.
Paham nasionalisme muncul sekitar tahun 1779 dan mulai
berkembang di Eropa pada 1830. Nasionalisme berasal dari kata ‘nation’
yang berarti bangsa. Namun, masyarakati sering keliru dalam
mengartikan nasionalisme. Nasionalisme kerap kali sering disalah
artikan sebagai paham chauvinism yang berarti paham yang
merendahkan bangsa lain dan menjujung tinggi bangsa sendiri dengan
cara yang berlebihan. Nasionalisme yang sebenarnya adalah
mengutamakan kepentingan nasional tanpa mengabaikan tanggung
jawab global. Selain itu, terdapat dua pendapat dari beberapa tokoh
seperti Ernest Renan dan Otto mengenai nasionalisme yang mana dapat
diambil benang merah-nya bahwa didalamnya terkandung makna
kesatuan dan cinta tanah air, mencintai bangsa dan negara dengan
mewujudkan persatuan bangsa dari berbagai ragam perbedaan.
Dilihat dari asal usulnya, kata globalisasi diambil dai kata global
yang bermakna universal. Secara umum, globalisasi adalah sebuah
istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antar bangsa dan manusia di seluruh dunia melalui
perdagangan,investasi,budaya, dan bentuk interaksi yang lain.
Dari beberapa landasan teori diatas, penulis akan mencoba untuk
menganalisa sejauh mana peranan Pancasila dalam menumbuhkan nilai-
nilai nasionalisme di kalangan generasi muda di era global.
C. PEMBAHASAN

Pancasila dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada masa


orde baru adalah disebabkan karena maraknya praktek KKN
(Korupsi,Kolusi,dan Nepotisme). Pancasila yang sejak dulu menjadi
pandagan hidup sudah seharusnya dijadikan pedoman bagi bangsa
Indonesia dalam bernegara, berbangsa, bermasyarakat.
Semangat nasionalisme dan patriotism di kalangan generasi muda
kian menurun. Hal ini terlihat dari banyaknya generasi muda yang
menganggap bahwa budaya barat lebih modern dibandingkan budaya
bangsa sendiri. Mulai dari fashion, adab, sikap, dan pola hidupnya
cenderung meniru budaya luar. Tak hanya terjadi hampir di pelosok
kota saja, namu kini sudah merambat ke desa-desa.
Belakangan ini, banyak cara yang dilakukan agar Pancasila dapat
eksis di kalangan generasi muda. Bahkan telah dilakukan kongres
Pancasila sebanyak empat kali (I-IV). Semua usaha tersebut melibatkan
kalangan generasi muda yang harusnya akan dating menjadi actor dan
pelaku pembangunan nasional.
Menurut Rajasa (2007), generasi muda mengembangkan karakter
nasionalisme melalui tiga proses, yaitu :
1. Pembangunan Karakter, yang berperan membangun karakter
positif bangsa melalui kemauan keras, serta menjunjung tinggi
nilai moral serta menginternalisasikannya pada kehidupan.
2. Pemberdaya Karakter, menjadi role-model dari pengembangan
karakter bangsa yang positif, dengan berinisiatif membangun
kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi.
3. Perekayasa Karakter, berperan dan berprestasi dalam ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat dalam proses
pembelajaran dalam pengembangan karakter positif bangsa
sesuai perkembangan zaman.
Rasa nasionalisme yang harus ditumbuhkan pada generasi muda
bukanlah nasionalisme yang sempit, namun nasionalisme yang
menjunjung tinggi bangsa dan negara sendiri akan tetapi masih
menghargai bangsa lain. Segala bentuk kegiatan yang dilakukan, harus
bersandar terhadap Pancasila. Tiap-tiap sila Pancasila mengandung jiwa
yang saling berkaitan, memiliki makna yang mendalam untuk menjadi
landasan bertindak dan bertingkah laku.
Di era global kini, globalisasi adalah sesuatu yang tidak dapat kita
hindari. Yang terpenting adalah kita dapat memilah budaya yang cocok
dengan bangsa kita. Kita sebagai masyarakat yang cinta tanah air haus
bisa bersikap dengan tegas menolak budaya yang dapat mengancurkan
tata nilai budaya nasional.
Pancasila harus dijadikan acuan dalam bertindak bagi generasi
muda. Seringkali kita mendengar aksi demo anarkis yang dilakukan
mahasiswa yang mengatasnamakan perjuangan atas nama rakyat yang
ujung-ujungnya perusakan fasilitas umum, membakar mobil, dan
demikian pula dengan aksi-aksi lainnya. Maka dari itu, seandainya rasa
tersebut dituangkan dengan benar, maka tidak akan terjadi kericuhan
yang mengakibatkan keresahan. Rasa nasionalisme pun harus
diungkapkan dengan cara yang benar,sesuai dengan norma,nilai,dan
kaidah Pancasila.
Rasa cinta nasionalisme, cinta pada bangsa sendiri tapi masih
menghargai bangsa yang lain. Semua budaya yang masuk di negara kita
harus bisa disaring menggunakan nilai-nilai Pancasila.
D. Penutup

Sikap nasionalisme dapat kita mulai dari hal kecil. Untuk menjadi
bangsa yang besar, bangsa Indonesia harus menanamkan sikap
nasionalisme sejak dini, sejak kecil, atau sejk masa sekolah dasar. Jika
tidak diimplementasikan, maka bangsa Indonesia akan kehilangan
generasi muda yang rendah terhadap sikap nasionalisme. Maka dari itu,
dibutuhkanlah solusi untuk menanggulangi hal tersebut dengan cara
mengajarkan dan melatih tentang nilai-nilai Pancasila, dan melakukan
penyuluhan tentang pentingnya rasa nasionalisme terhadap masa
depan bangsa. Karena rasa nasionalisme dan cinta tanah air sangat
diperlukan untuk masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Darmiyati, Tri. 2011. “Pengaruh Globalisasi TERHADAP Nilai-nilai


Nasionalisme”. Jakarta.
Kaelan. 2011. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Paradigma.
Jamli, Edison. 2005. Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kumpulan Makalah Kongres Pancasila IV. Yogyakarta:
UGM.
Surono, ed. 2010. Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa.
Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila Press.

Anda mungkin juga menyukai