Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER NASIONALISME

dengan judul

“UPAYA PENGUATAN NILAI-NILAI NASIONALISME DALAM


MENANGGULANGI DAMPAK PERGAULAN BERBANGSA”

Disusun Oleh :
NAMA : Lasriwati Rumapea
NIM : 211003242010405
DOSEN PENGAMPU : Nyoman Ardhika, SH. Mhum.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nasionalisme secara umum adalah paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara yang memiliki tujuan atau cita-cita
bersama untuk kepentingan nasional. Nasionalisme berasal dari bahasa nation dalam
bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman) serta natie dalam bahasa Belanda yang berarti
bangsa. Atau dalam artian secara singkat nasionalisme adalah semangat kebangsaan,
perasaan kebangsaan, yaitu semangat cinta atau perasaan cinta terhadap bangsa dan
tanah air melebihi apapun juga. Nasionalisme dalam bangsa menunjukkan bahwa
suatu bangsa memiliki identitas dan jati diri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Keutuhan dan kekokohan suatu negara, tentu saja dipengaruhi oleh sifat
nasionalisme bangsanya, selain nasionalisme, seorang bangsa juga harus mempunyai
sikap patriotisme. Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan
terus melekat selama bangsa Indonesia masih berdiri. Nasionalisme sebagai salah satu
paham untuk mengingatkan generasi muda akan kegigihan usaha para pejuang
Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Jasa para pahlawan memang harus dikenang,
namun dikenang saja tidaklah cukup. Para pahlawan bangsa yang telah gugur tentu
akan bangga bila perjuangan mereka diteruskan oleh generasi saat ini karena
perjuangan mereka belum selesai.
Upaya menumbuhkan semangat nasionalisme generasi muda, pemerintah
memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman dan motivasi kepada semua
anak bangsa agar jiwa nasionalisme dan rasa cinta mereka terhadap bangsanya
(patriotisme) semakin kuat dan tertanam dalam sanubari mereka yang paling dalam.
Upaya yang dilakukan pemerintah salah satunya melalui pendidikan. Semangat
nasionalisme diperlukan dalam perkembangan pendidikan yang berbasis pada
pembentukan karakter dan mentalitas warga negara, sehingga tata nilai yang menjadi
pondasi pembangunan bangsa tetap lestari dan menjadi modal sosial yang dapat
menguatkan sendi-sendi peradaban bangsa ditengah berkecamuknya proses
globalisasi. Perubahan karakter dan mentalitas rakyat merupakan pondasi yang kokoh
dari tata nilai suatu bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila
Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan
hidup bangsa, yang di dalamnya terkandung nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
praksis. Selain itu, Pancasila sebagai ideologi terbuka setidaknya memiliki dua
dimensi nilai-nilai, yaitu nilai-nilai ideal dan aktual. Namun nilai-nilai itu kondisinya
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawa globalisasi, sehingga berdampak terjadinya
pergeseran peradapan, yang juga membawa perubahan pemaknaan dan positioning
Pancasila. Pengaruh-pengaruh budaya asing akan bisa di hindari jika kita generasi
muda mampu menyaring budaya asing dengan menggunakan nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar acuan dalam kehidupan kita. Pancasila yang memiliki semboyan ke-
Bhinneka Tunggal Ika-an, dengan pluralisme dan multikulturalisme yang harus
disatukan oleh “rasa bersama“ dalam idiom nation-state berikut semangat
nasionalisme yang menyertainya. Nasionalisme menegaskan bahwa kepentingan
nasional harus diutamakan, tanpa mengabaikan tanggung jawab global. Dengan
demikian Pancasila memiliki makna yang berbeda akan tetapi tetap satu, banyak
ragam tetapi tetap mewujudkan persatuan. Seperti halnya yang dituliskan oleh Empu
Tantular “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa”. Menunjukkan bahwa
Pancasila merupakan alat persatuan dari keanekaragaman yang ada di negara
Indonesia, multikultural dan juga pluralistik bangsa Indonesia. Tan Hana Darma
Mangrwa menurut Empu Tantular adalah tidak ada kewajiban yang mendua, artinya
hanya demi bangsa dan negara.
Inilah wujud loyalitas yang diharapakan dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Tan Hana Darma Mangrwa. Loyalitas pada bangsa dan negara Indonesia, rasa
nasionalisme dan patriotisme terhadap bangsa dan negara Indonesia. Bila pemuda-
pemudi Indonesia tidak mampu berwawasan nusantara, tidak tahu tanah airnya
sendiri, tidak tahu sabang merauke dan keanekaragaman di dalamnya, maka ini
merupakan cacat embrional bagi nasionalisme Indonesia.

2.2 Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan Indonesia


Sejarah mencatat setidaknya ada empat hal yang dapat menjadi perekat
bangsa, yaitu pertama, jaringan perdagangan di masa lampau. Kedua, penggunaan
bahasa yang sejak 1928 kita sebut sebagai bahasa Indonesia. Ketiga, imperium Hindia
Belanda sesudah pax-neerlandica, dan keempat, pengalaman bersama hidup sebagai
bangsa Indonesia sejak 1945. Proses pembentukan bangsa Indonesia diawali oleh
keinginan untuk lepas dari penjajahan dan ingin memiliki kehidupan yang lebih baik
bebas dari penindasan dan bebas untuk melakukan apa yang diinginkan sebagai
sebuah bangsa yang dibalut dalam rasa nasionalisme. Kemudian kerangka cita-cita
nasional (bangsa) tersebut terangkum apik dalam pembukaan UUD 1945, dengan
negara republik Indonesia sebagai pengemban amanah dari kedaulatan rakyat
Indonesia. Pertumbuhan wawasan kebangsaan Indonesia bersifat unik dan tidak dapat
disamakan dengan pertumbuhan nasionalisme bangsa lain. Walaupun rasa
“persatuan” Indonesia telah bertunas lama dalam sejarah bangsa Indonesia, namun
semangat kebangsaan atau nasionalisme Indonesia dalam arti yang sesungguhnya,
secara formal baru lahir pada permulaan abad ke-20. Semangat kebangsaan tersebut
lahir sebagai reaksi perlawanan terhadap kolonialisme yang telah berlangsung
berabad-abad lamanya. Karena itu, nasionalisme Indonesia kontemporer terutama
berakar pada keaadan bangsa Indonesia pada abad ke duapuluh, namun beberapa dari
akar-akarnya berasal dari lapisan sejarah yang jauh lebih tua.
Kebangkitan dan lahirnya semangat kebangsaan dan nasionalisme Indonesia
pada awal abad ke-20, ditandai oleh 3 momentum sejarah yang saling terkait erat dan
tidak dapat dipisahkan, yaitu: Kebangkitan nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda
tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Ketiga momentum
bersejarah tersebut, merupakan rangkaian proses terbentuknya nasionalisme Indonesia
yang sarat dengan nilai-nilai ke-Indonesiaan. Semangat kebangsaan dan nasionalisme
Indonesia berpijak pada sistem nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Hal ini
tercermin dalam pidato Bung Karno ( 7 Mei 1953) di Universitas Indonesia, yang
intinya ialah: pertama, nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme sempit
(chauvinism) tetapi nasionalisme yang mencerminkan perikemanusiaan (humanisme,
internasionalisme); Kedua, kemerdekaan Indonesia tidak hanya bertujuan untuk
menjadikan negara yang berdaulat secara politik dan ekonomi, tetapi juga
mengembangkan kepribadian sendiri atau kebudayaan yang “Bhinneka Tunggal Ika”.

2.3 Peranan Pemuda dalam Masyarakat


Sejarah telah membuktikan bahwasanya pemuda adalah salah satu pilar yang
memiliki peran besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga
maju mundurnya suatu negara sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan
kontribusi aktif dari pemuda di negara tersebut. Begitu juga dalam lingkup kehidupan
bermasyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial dalam tatanan
masyarakat sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi
pembangunan bangsa, karena pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa
siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Ada beberapa alasan mengapa pemuda memiliki tanggung jawab besar dalam
tatanan masyarakat, antara lain :
• Kemurnian idealismenya
• Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan
baru
• Semangat pengabdiannya
• Spontanitas dan pengabdiannya
• Inovasi dan kreativitasnya
• Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
• Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadiannya yang
mandiri
• Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat,
sikap, dan tindakannya dengan kenyataan yang ada.
Alasan-alasan tersebut pada dasarnya melekat pada diri pemuda yang jika dikembangkan
dan dibangkitkan kesadarannya, maka pemuda dapat berperan secara alamiah dalam
kepeloporan dan kepemimpinan untuk menggerakkan potensi-potensi dan sumber daya
yang ada dalam masyarakat serta untuk kemajuan bangsa.

2.4 Pembangunan Nasional Indonesia


Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses
pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan
nasional. Dalam pengertian lain, pembangunan nasional dapat diartikan merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
tujuan nasional. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut :
1. Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh
kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya
manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini dan jangka panjang,
unsur manusia, unsur sosial budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang
seimbang.
2. Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah
air.
3. Subyek dan obyek pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga
pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan
masyarakat maju yang tetap berkepriadian Indonesia pula.
4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah. Masyarakat
adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan
kegiatan Pemerintah saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam
satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Berikut prioritas sasaran pembangunan nasional secara umum:
1. Membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan
kesatuan.
2. Mewujudkan supremasi hukum dan pemerintah yang baik.
3. Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan
berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan.
4. Membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan
ketahanan budaya.
5. Melakukan pemerataan pembangunan serta mendorong pembangunan di daerah-
daerah.
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas mengenai “Upaya Penguatan Nilai-Nilai
Nasionalisme dalam Menanggulangi Dampak Pergaulan Berbangsa” maka dapat disimpulkan
bahwa untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa Indonesia harus menanamkan sikap
nasionalisme sejak dini, sejak kecil, atau sejak masa sekolah dasar. Karena jika sikap
nasionalisme terlambat diimplementasikan kepada bangsa Indonesia, bangsa Indonesia telah
kehilangan generasi muda yang rendah akan sikap nasionalisme. Maka untuk menanggulangi
masalah tersebut dan untuk menambah rasa nasionalisme bangsa Indonesia adalah dengan
dilatih tentang sikap-sikap yang baik sesuai dengan nilainilai dari Pancasila, tidak
mengajarkan hal-hal yang melanggar nilai-nilai Pancasila, menanamkan rasa cinta tanah air
sejak dini, dan memberi penyuluhan kepada seluruh bangsa Indonesia akan pentingnya
nasionalisme terhadap masa depan bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme bangsa Indonesia
masih kurang dan belum menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.
Peranan pemuda dalam masyarakat menjadi salah satu pilar yang memiliki peran besar dalam
perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga maju mundurnya suatu negara
sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan kontribusi aktif dari pemuda di negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai