Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Identitas nasional merupakan ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang
tentunya berbeda antara satu bangsa dengan bangsa yang lain. Setiap negara memiliki
identitas masing masing berupa ciri, karakter, dan keunikannya. Oleh karena itu,
identitas suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari jati diri atau kepribadian suatu
bangsa.

Pengertian identitas nasional adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian


bangsa, filsafat pancasila, dan juga sebagai ideologi negara, sehingga memiliki
kedudukan paling tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas nasional
dijadikan ciri suatu bangsa sehingga mencerminkan kepribadian suatu bangsa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian identitas nasional?


2. Bagaimana sejarah kelahiran paham nasionalisme indonesia?
3. Apa pengertian identitas nasionalisme sebagai karakter bangsa?
4. Apa pengertian Islam dan Nasionalisme?
5. Apa pengertian globalisasi dan tantangan identitas nasional?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian identitas nasional.
2. Untuk mengetahui sejarah kelahiran paham nasionalisme indonesia.
3. Untuk mengetahui pengertian identitas nasionalisme sebagai karakter bangsa.
4. Untuk mengetahui pengertian islam dan nasionalisme.
5. Untuk mengetahui pengertian globalisasi dan tantangan identitas nasional.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL


Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa yang lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa
banyak dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional.” Namun demikian, proses pembentukan
identitas nasional bukan sesuatu yang sudah selesai. tetapi sesuatu yang terus berkembang
dan kontekstual mengikuti perkembangan zaman. Sifat identitas nasional yang relatif dan
kontekstual mengharuskan setiap bangsa untuk selalu kritis terhadap identitas nasionalnya
serta selalu menyegarkan pemahaman dan pemaknaan terhadap jati dirinya. Pertanyaan
reflektif Layaknya ditujukan kepada identitas-identitas khas yang selama ini melekat kepada
bangsa Indonesia.

Pertanyaan kritis terhadap jargon - jargon identitas nasional yang dianggap statis perlu
diupayakan sebagai upaya terus-menerus mengkontekstualisasikan nilai-nilai baru yang terus
berkembang di tengah masyarakat. Salah satunya yaitu bcnarkah ungkapan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang ramah dan agamais. Benarkah ungkapan ini masih menjadi ciri
khas bangsa Indonesia saat ini? Dunia yang semakin berubah, sebagai akibat dari
mengglobalnya ideologi kapitalisme, langsung maupun tidak langsung telah membentuk
karakter dan pola pikir manusia Indonesia. Kehidupan sosial yang semakin berorientasi
materiil. lambat namun pasti telah memengaruhi pandangan sosial bangsa Indonesia yang
selama ini dikenal sebagai manusia yang berwatak sosial dan agamis. Mencermati kenyataan
sosial sehari-hari, julukan ini tidak selamanya tepat. Tingginya kasus korupsi dan maraknya
tindakan kekerasan yang dilakukan masyarakat dan negara merupakan kenyataan yang jauh
dari julukan luhur Indonesia sebagai masyarat yang ramah dan agamais.

Maraknya kerusuhan sosial di sejumlah daerah menunjukkan tatanan sosial


masyarakat Indonesia sudah berubah. Tindakan-tindakan anarkis atau perusakan fasilitas
umum pada sebagian aksi unjuk rasa menunjukkan semakin menipisnya kesadaran bahwa
fasilitas umum dibangun dari uang rakyat. Kesenjangan yang luas antara si kaya dan si
miskin di tengah gegap gempitanya pembangunan me. nambah kuat asumsi akan semakin
menipisnya rasa kesetiakawanan sosial bangsa Indonesia. Dalam kehidupan agama, Indonesia
sudah banyak berubah dari identitasnya sebagai bangsa agamais. Semangat dan antusiasme
keagamaan sebagaimana terlihat pada semaraknya perayaan hari-hari besar keagamaan, tidak
sebanding lurus dengan angka tindakan korupsi di kalangan birokrasi dan swasta yang masih
tinggi. Sebuah kenyataan paradoks dari ungkapan-ungkapan positif atas identitas

bangsa Indonesia. Menurut para ahli secara umum terdapat beberapa unsur yang menjadi
komponen identitas nasional, di antaranya:

l. Pola perilaku, adalah gambaran tentang kebiasaan setiap individu. Contohnya, adat istiadat.

2. Lambang-lambang. Suatu hal yang menggambarkan maksut dan tujuan serta fungsi negara.
Lambang – lambang ini pada umumnya di tulis dalam undang – undang. misalnya bendera,
bahasa, dan lagu kebangsaan

2
3. Alat-alat perlengkapan, adalah alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan teknologi, misalnya bangunan masjid, candi,
pakaian adat, teknologi bercocok tanam, dan teknologi seperti kapal laut, pesawat terbang,
dan lainnya.Tujuan yang ingin dicapai, yang bersumber dari tujuan yang bersifat dinamis dan
tidak tetap, seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu. Tujuan dari bangsa
Indonesia sudah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yakni kecerdasan dan kesejahteraan
bersama bangsa Indonesia.

Salah satu identitas yang melekat pada negara Indonesia adalah sebagai suatu bangsa
yang majemuk. Kemajemukan bangsa Indonesia ini terlihat pada ungkapan Bhinneka
Tunggal Ika yang terdapat pada simbol nasional burung garuda dengan lima simbol yang
mewakili sila-sila dalam dasar negara Pancasila. Kemajemukan ini merupakan perpaduan
dari unsur-unsur yang menjadi inti identitas di atas: sejarah, kebudayaan, suku bangsa,
agama, dan bahasa.

1. Sejarah
Menurut catatan dalam sejarah, sebelum menjadi sebuah negara, bangsa Indonesia
pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan Nusantara, Majapahit dan
Sriwijaya misalnya, dikenal sebagai pusat-pusat kerajaan Nusantara yang pengaruhnya
menembus batas-batas teritorial di mana dua kerajaan ini berdiri.

Kebesaran dua kerajaan Nusantara tersebut telah membekas pada semangat


perjuangan bangsa Indonesia pada abad-abad berikutnya ketika penjajahan asing
menancapkan kuku imperialismenya. Semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir
penjajah telah menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi
salah satu unsur pembentuk identitas nasionalnya.

2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga
unsur, yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Aka] budi bangsa Indonesia dapat dilihat
pada sikap ramah 'dan santun kepada sesama. Adapun, unsur identitas peradabannya tecermin
dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai ndai-nilai bersama bangsa Indonesia yang
majemuk. Sebagai bangsa maritim, keandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal
Pinisi di masa lalu merupakan dentitas pengetahuan bangsa Indonesia lainnya yang tidak
dimiliki oleh bangsa in di dunia.

3. Suku Bangsa
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebihh
dari sekadar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa lndonesia untuk
hidup bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain pembentuk identitasnya yang
hams terus dikembangkan dan dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat
dilihat pada keberadaan ribuan suku, bahasa, dan budaya.

4. Agama
Keanekaragaman agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah
Indonesia. Keragaman agama dan keyakinan di Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi
negara, tetapi juga merupakan suatu rahmat 'Ihhan Yang Maha Esa yang harus tetap
dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia. Mensyukuri nikmat kemajemukan dapat
dilakukan dengan sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi satu
golongan atas kelompok lainnya.

3
5. Bahasa
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting.
Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah. kedudukan bahasa Indonesia (bahasa
yang digunakan bangsa Melayu) sebagai bahasa penghubung (lingua franca) berbagai
kelompok etnis yang mendiami Kepulauan Nusantara memberikan nilai identitas tersendiri
bagi bangsa Indonesia.

Peristiwa Sumpah Pemuda 1928, yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan Indonesia, telah memberikan nilai tersendiri bagi pembentukan identitas nasional
Indonesia. Lebih dari sekadar bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki nilai tersendiri
bagi bangsa Indonesia ia telah memberikan sumbangan besar pada pembentukan persatuan
dan nasionalisme Indonesia.

A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, Ham, Dan Masyarakat Madani (ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prenada Media Group, 2010) hlm. 15.

B. SEJARAH KELAHIRAN PAHAM NASIONALISME INDONESIA


Nasionalisme tersebut muncul dari adanya solidaritas yang tinggi yaitu rasa bahwa
bangsa Indonesia tidak lebih rendah dari bangsa penjajah. Seperti keyakinan bahwa bangsa
Indonesia memiliki peradaban besar yang pernah terjadi di nusantara yaitu kerajaan
Majapahit, Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan yang lainnya telah membuktikan bahwa bangsa
Indonesia dahulu mampu bersaing dengan bangsa asing. Perlu diingat bahwa paham
nasionalisme di Indonesia berkembang pertama-tama di kalangan kaum terdidik Hindia
Belanda yang jumlahnya sedikit. Golongan terpelajar itu menyadari akan nasib bangsanya
sehingga terbentuk kepribadian, pola pikir dan etos juang yang tinggi untuk membebaskan
diri dari penjajahan yang mana mereka juga sadar bahwa tujuan tersebut tidak hanya dicapai
dalam perjuangan fisik akan tetapi juga perjuangan politik. Memang nasionalisme di negeri
jajahan berbeda dengan nasionalisme dan proses terbentuknnya negara-bangsa di Eropa yang
umumnya didasarkan pada kesamaan ras atau bahasa. Bangsa menurut Ernest Renan adalah
suatu azas-akal yang terjadi dari dua hal, pertama rakyat itu dulunya harus bersama-sama
menjalani suatu riwayat. Kedua, rakyat itu sekarang harus mempunyai kemauan, keinginan
hidup menjadi satu. Otto Bauer juga menjelaskan bahwa bangsa adalah suatu persatuan
perangai yang terjadi dari persatuan hal ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu. Jadi
nasionalisme adalah suatu iktikad, suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu ada satu
golongan dan satu bangsa.

Sejarah itu pun muncul dengan datangnya VOC ke Indonesia. Pada mulanya mereka
datang ke Indonesia karena rempah - rempahnya. Namun semakin lama mereka mulai tertarik
untuk menguasai perdangan dan memonopoli perdagangan di Indonesia. Kelakuan kaum
VOC membuat hati rakyat indonesia marah dan geram. Kebangkitan bangsa indonesia ini
diawali dengan kemenangan Jepang melawan Rusia selaku bangsa Eropa pada tahun 1905
yang mematahkan pandangan bahwa orang Barat lebih tinggi kedudukannya dari orang
timur.Tak berjarak lama dari kemenangan Jepang atas Rusia (1905) nasionalisme di
Indonesia tumbuh begitu cepat seiring dengan munculnya Budi Utomo yang juga menjadi

4
pelopor organisasi perjuangan. Corak perjuangan yang dilakukan Budi Utomo yang dibangun
oleh Sutomo lulusan STOVIA dan Wahidin Sudirohusodo tersebut dipengaruhi oleh politik
etis Belanda yang melahirkan priyayi baru jawa atau priyayi rendahan yang tidak bisa
bersekolah karena kondisi ekonomi Jawa yang saat itu terpuruk. Ricklefs menyebutkan
bahwa kalangan priyayi jawa yang baru atau yang lebih rendah memandang pendidikan
sebagai kunci menuju kemajuan.

Pada tahun 1909, seorang lulusan OSVIA yang bernama Tirtoadisuryo mendirikan
Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Sarekat Dagang Islamiyah ini juga yang membuat
paham nasionalisme semakin tumbuh dengan pesat di Indonesia. Pada tahun 1912, Serekat
Dagang Islamiyah mengubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI) yang dipimpin oleh HOS
Tjokroaminoto. Sejak itu SI berkembang pesat dan untuk yang pertama kalinya tampak
adanya basis rakyat walaupun sulit untuk dikendalikan dan hanya berlangsung sebentar.
Berbeda lagi dengan Budi Utomo, SI berkembang ke daerah-daerah di luar Jawa, tetapi Jawa
tetap menjadi pusat kegiatannya. HOS Tjokroaminoto pun dianggap sebagai Ratu Adil "raja
yang adil" yang ada dalam ramalan tradisi-tradisi Jawa yang disebut Erucakra.[12] Akan
tetapi SI kemudian pecah menjadi dua golongan karena infiltrasi dari paham komunisme
yang dibawa oleh Henk Sneevliet[13] dan mempengaruhi pola pemikiran Semaun yang pada
1915 dipindah tugaskan dari SI Surabaya ke SI Semarang yang kemudian bergabung dengan
ISDV.

Pada bulan Mei 1920 ISDV berganti nama menjadi Perserikatan Kommunist di India
dan pada 1924 berganti lagi menjadi Partai Komunis Indonesia. Akan tetapi PKI kemudian
bubar seiring dengan adanya pemberontakan di Jawa pada tahun 1926-1927. Setelah
hancurnya PKI muncullah pemimpin-pemimpin baru, dan perhatian utama tertuju pada
Sukarno sebagai putra seorang Jawa dan Bali. Pada 1927, Soekarno dan tujuh tokoh bangsa
lainnya mendirikan PNI pada 4 Juli 1927[14] dan bertepatan dengan hari kemerdekaan
Amerika yang secara sadar dipilih oleh Soekarno karena keterkaitannya dengan sejarah
dunia. Adapun 3 dari 8 tokoh yang mendirikan PNI adalah mantan aktivis Perhimpunan
Indonesia dan memiliki idealisme yang sama dengan pemuda di tanah air. Nasionalisme yang
dibawa oleh Sukarno dan beberapa tokoh PNI lainnya yaitu nasionalisme yang secara
konseptual bersifat eklektis yang menggabungkan aspek-aspek partikular di negeri ini dan
aspek-aspek universal dari pemikiran Barat.

Nasionalisme yang dikembangkan para tokoh pergerakan mampu berbicara atas nama
bangsa dan membela rakyat kecil. Meskipun para tokoh pergerakan tersebut berasal dari
kalangan kecil elite sosial yang dididik dalam sistem kolonial, mereka mengkritisi banyak
nilai kolonial dan tidak menganggapnya sebagai nilai-nilai masyarakat modern yang
seharusnya ada. Retor Kaligis juga menambahkan bahwa Sukarno dan Mohammad Hatta
tidak menginginkan kehidupan berbangsa yang dikembangkan di Indonesia seperti
pelaksanaan Revolusi Perancis yang menumbuh suburkan borjuisme dan tidak memberikan
kekuasaan bagi rakyat kecil, meski pada awalnya berjuang bersama-sama dengan kaum
borjuis menumbangkan rezim feodal. Rakyat kecil hanya memperoleh kebebasan, sedangkan
persamaan dan persaudaraan cuma menjadi slogan. Soekarno menekankan agar nasib kaum
marhaen Indonesia jangan seperti rakyat jelata Perancis di masa Revolusi Perancis. Kini

5
meski kolonialisme fisik telah berakhir, kontruksi sosial yang mereka bangun masih tetap ada
pada masyarakat Timur, termasuk di Indonesia. hubungan Kristen-Islam, dikotomi pribumi-
non pribumi, inferioritas Timur dan superioritas Barat merupakan warisan kontruksi sosial
yang dibangun saat kolonialisme yang terus berlanjut hingga saat ini.

C. IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI KARAKTER BANGSA

Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia senantiasa membutuhkan
orang lain. Aristotles, seorang filsuf Yunani mengatakan manusia adalah zoom politicon,
yang artinya manusia adalah makhluk yang berkelompok. Manusia dalam bersekutu atau
berkelompok akan membentuk suatu organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan
tercapainya tujuan hidup kelompok tersebut. Dimulai dari lingkungan terkecil seperti
keluarga kemudian membentuk kelompok yang lebih besar lagi seperti suku, masyarakat, dan
bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Negara merupakan suatu organisasi yang
dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah
tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama.

Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Apabila negara adalah
organisasi kekuasaaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih menunjuk pada
persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih ada banyak bangsa yang belum
bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah bernegara yang pada mulanya berasal dari
banyak bangsa dapat menyatakan dirinya sebagai satu bangsa.

Untuk mengkaji tentang identitas nasional, maka uraian pada bab ini mencakup:

1. Hakikat Bangsa
2. Identitas Nasional
3. Hakikat Negara
4. Bangsa dan Negara Indonesia
5. Identitas Nasional Indonesia

 HAKIKAT BANGSA
Konsep bangsa memiliki 2 pengertian (Badri Yatim, 1999), yaitu bangsa dalam
pengertian sosiologis antropologis dan bangsa dalam pengertian politis.

1. Bangsa dalam Arti Sosiologis Antropologis

Bangsa dalam pengertian sosiologis antropologis adalah persekutuan hidup


masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut
merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Jadi, mereka menjadi satu bangsa
karena disatukan oleh kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa, dan sebagainya. Ikatan
demikian disebut ikatan primordial. Persekutuan hidup masyarakat semacam ini dalam suatu
negara dapat merupakan persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup
minoritas.
6
Satu negara dapat terdiri dari beberapa bangsa. Misalnya, Amerika Serikat terdiri dari
bangsa Negro, bangsa Indian, bangsa Cina, bangsa Yahudi, dan lain-lainnya yang dahulunya
merupakan kaum pendatang. Bangsa Indonesia terdiri dari beberapa bangsa yang tersebar
dari Aceh sampai Irian Jaya, seperti Batak, Minangkabau, Sunda, Dayak, Banjar, dan
sebagainya.

2. Bangsa dalam Arti Politis

Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah sama
dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan
ke dalam. Jadi, mereka diikat oleh kekuasaan politik, yaitu negara.

Bangsa dalam arti sosiologis antropologis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah
ethnic, suku, atau suku bangsa. Ini untuk membedakan dengan bangsa yang sudah beralih
dalam arti politis. Namun, kita masih mendengar isitilah bangsa dalam arti sosiologis
antropologis untuk menunjuk pada persekutuan hidup tersebut. Misalnya, bangsa Moro,
bangsa Yahudi, bangsa Kurdi, dan bangsa Tarmil. Bangsa Indonesia (dalam arti politis)
memiliki banyak bangsa (dalam arti sosiologis antropologis) seperti suku bangsa Batak,
Minangkabau, Jawa, Betawi, Madura, Dayak, Asmat, Dani, dan lain-lain. Indonesia dikenal
sebagai bangsa yang heterogen, karena ada banyak bangsa di dalamnya.

3. Cultural Unity dan Political Unity

Melalui pemahaman yang kurang lebih sama, bangsa pada dasarnya memiliki dua arti,
yaitu bangsa dalam pengertian kebudayaan (cultural unity) dan bangsa dalam pengertian
politik kenegaraan (political unity). (AT Soegito, 2004). Cultural unity adalah bangsa dalam
pengertian antropologi/sosiologi, sedangkan political unity adalah bangsa dalam pengertian
politik kenegaraan.

Cultural unity terjadi karen suatu masyarakat itu merupakan satu persekutuan hidup
berdiri sendiri yang merasa satu kesatuan dalam hal ras, religi, bahasa, sejarah, dan adat
istiadat.. Cultural unity sudah menyebr di banyak negara, yang hal ini disebabkan oleh
adanya migrasi, akulturasi, dan naturalisasi. Justru sekarang ini banyak bangsa menyebar di
banyak negara sehingga sebuah negara terdiri dari banyak bangsa. Negara tersebut menjadi
bangsa yang heterogen, seperti Amerika Serikat yang banyak kedatangan bangsa-bangsa di
dunia. Negara yang relatif homogen semakin sedikit. Contoh, Jepang dan Israel.

Anggota sebuah political unity, mungkin berbeda corak dan latar belakang
kebudayaannya, tetapi mereka menjadi satu bangsa dalam pengertian politik. Para anggota
political unity berdiam di satu daerah yang disebut satu wilayah yang sama, yang merupakan
satu pemerintahan serta tunduk pada kekuasaan tertinggi. Bersatunya mereka dalam political
unity, bukan lagi atas dasar unsur-unsur etnik sebagaimana cultural unity, tetapi berdasar
pada unsur etnik. Contoh political unity: bangsa Indonesia, bangsa India, bangsa Malaysia.

4. Proses Pembentukan Bangsa-Negara

7
Secara umum ada 2 proses pembentukan bangsa-negara, yaitu model ortodoks dan
model mutakhir. (Ramlan Surbakti, 1999). Pertama, model ortodoks yang bermula dari
adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara
tersendiri. Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan negara Israel untuk satu bangsa
Yahudi. Setelah bangsa-negara ini terbentuk maka rezim politik (penguasa) dirumuskan
berdasarkan kostitusi negara yang selanjutnya dikembangkan oleh partisipasi warga negara
dalam kehidupan politik bangsa-negara yang bersangkutan. Kedua, model mutakhir yang
berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri,
sedangkan penduduk negara merupakan skumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah
kemunculan negara Amerika Serikat pada tahun 1776.

Kedua model ini berbeda dalam 4 hal. Pertama, ada tidaknya perubahan unsur dalam
masyarakat. Model ortodoks tidak mengalami perubahan unsur karena satu bangsa
membentuk satu negara. Model mutakhir mengalami perubahan unsur karena dari banyak
kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa. Kedua, lamanya waktu yang diperlukan dalam
proses pembentukan bangsa-negara. Model ortodoks membutuhkan waktu yang singkat saja,
yaitu hanya membentuk struktur pemerintahan, bukan pembentukan identitas kultural baru.
Model mutakhir memerlukan waktu yang lama karena harus mencapai kesepakatan tentang
identitas kultural yang baru. Ketiga, kesadaran politik masyarakat pada model ortodoks
muncul setelah terbentuknya bangsa-negara, sedangkan dalam model mutakhir, kesadaran
warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa-negara.
Keempat, derajat partisipasi politik dan rezim politik. Pada model ortodoks, partisipasi politik
dan rezim politik dianggap sebagai bagian terpisah dari proses integrasi nasional. Pada model
mutakhir, partisipasi politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
integrasi nasional.

 IDENTITAS NASIONAL

Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara


etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nasional”. Kata
identitas berasal dari bahasa inggris identity yang memiiki pengertian harfiah; ciri,
tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga
membedakan dengan yang lain. Dengan demikian, identitas berarti ciri-ciri, tanda-
tanda atau jati diri yang dimiliki seorang, kelompok, masyarakat, bahkan suatu bangsa
sehingga dengan identitas itu bisa membedakan dengan yang lain.

1. Faktor Pembentukan Identitas Bersama

Proses pembentukan bangsa-negara membutuhkan identitas-identitas untuk


menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi
identitas bersama suatu bangsa, meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika,
sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan Surbakti, 1999).

a. Primordial

8
Faktor-faktor primordial ini meliputi: ikatan kekerabatan (darah dan keluarga),
kesamaan suku bangsa, daerah asal (homeland), bahasa, dan adat istiadat. Faktor primordial
merupakan identitas yang menyatukan masyarakat sehingga mereka dapat membentuk
bangsa-negara. Contoh: bangsa Yahudi membentuk bangsa Israel.

b. Sakral

Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan
faktor sakral yang dapat membentuk bangsa-negara. Faktor sakral ikut menyumbang
terbentuknya satu nasionalitas baru. Faktor agama Katolik mampu membentuk beberapa
negara di Amerika Latin. Negara Uni Sovyet diikat oleh kesamaan ideologi komunis.

c. Tokoh

Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat
pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa-negara. Pemimpin di beberapa negara dianggap
sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat, dan simbol persatuan bangsa yang
bersangkutan. Beberapa contoh, misalnya Mahatma Ghandi di India, Tito di Yugoslavia,
Nelson Mandella di Afrika Selata, dan Soekarno di Indonesia.

d. Bhinneka Tunggal Ika

Prinsip bhinneka tunggal ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa untuk
bersatu dalam perbedaan (unity in diversity). Yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah
kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut negara dan pemerintahannya,
tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, dan agamanya.

Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia


pada identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan negara,
namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang terwujud
dalam bangsa-negara di bawah satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup
bersama di bawah satu bangsa meskipun berbeda latar belakang.

e. Sejarah

Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman di masa lalu
seperti sama-sama menderita karena penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga
melahirkan tekat dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.

f. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan dan


profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan

9
saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan
anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar soldaritas dan
persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh
Emile Dirkhiem disebut solidaritas organis. Faktor ini berlaku di masyarakat industri maju
seperti Amerika Utara dan Eropa Barat.

g. Kelembagaan

Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa berupa lembaga-lembaga


pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi, angkatan bersenjata,
pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu melayani dan mempertemukan warga
tanpa membeda-bedakan asal-usul dan golongannya dalam masyarakat. Kerja dan perilaku
lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu bangsa.

 HAKIKAT NEGARA
1. Arti Negara
Menurut KBBI, negara mempunyai dua pengertian berikut. Pertama, negara
adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah
dan ditaati rakyatnya. Kedua, negara adlah kelompok sosial yang menduduki
wilayah atau daerah tertentu yang diorganisir dibawah lembaga politi dan
pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga
berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Pengertian negara dari pendapat para ahli, antara lain sebagai berikut.
1. Georg Jellinek
Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
2. Kranenburg
Negara ialah organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau
bangsanya sendiri.
3. Roger F. Soultau
Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
4. Soenarko
Negara adalah organisasi kekuasaan masyarakat yang mempunyai daerah
tertantu dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sovereign.

 BANGSA DAN NEGARA INDONESIA


1. Hakikat Negara Indonesia
Para pendiri negara (the founding fathers) menyadari bahwa negara Indonesia
yang hendak didirikan haruslah mampu berada diatas semua kelompok dan
golongan yang beragam. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara bekas
jajahan Belanda merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa,
berbagai ras dengan wilayah yang tersebar di nusantara.

10
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia, sebagai berikut.
1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan
bangsa asing yang lebih kurang selama 350 tahun.
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu
penjajahan.
3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang membentang
dari Sabang sampai Merauke.
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan suatu
bangsa.

Frans Magnis Suseno (1995) menyatakan bahwa kesatuan bangsa


Indonesiatidak bersifat alamiah tetapi historis, persatuan bangsa Indonesia tidak
bersifat etnik melainkan etis. Bersifat historis oleh karena bangsa Indonesia
bersatu bukan karena kesatuan bahasa ibu, kesatuan suku, budaya maupun agama.
Yang mempersatukan bangsa indonesia adalah sejarah yang dialami bersama,
yaitu sejarah penindasan, perjuangan kemerdekaan, dan tekad untuk kehidupan
bersama.

Hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan


modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya
didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu
masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang
sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau
golongannya.

2. Proses Terjadinya Negara Indonesia


Terjadinya negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang
berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan tersebut digambarkan sesuai
dengan keempat alinea dalam pembukaan UUD 1945. Terjadinya negara-negara
indonesia buan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan, atau
penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk melalui proses
perjuangan (revolusi), yaitu perjuangan melawan penjajah sehingga berhasil
memproklamasikan kemerdekaan indonesia.
3. Cita-cita, Tujuan, dan Visi Negara Indonesia
Bangsa indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, beraulat, adil,
dan makmur. Dengan rumusan yang singkat, negara Indonesia bercita-cita
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila
dan UUD 1945.
Tujuan negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alinea IV Pembukaan
UUD 1945. Secara rinci sebagai berikut:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

11
Penjabaran berikutnya tentang tujuan negara tersebut terdapat dalam tujuan
pembangunan nasional Indonesia. Dalam GBHN 1999-2004 Tap MPR No IV/MPR/1999
disebutkan bahwa penyelenggaraan bernegara bertujuan mewujudkan kehidupan yang
demokratis, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum
dalam tatanan masyarakat dan bangsa yang beradab, mandiri, bebas, maju, dan sejahtera
untuk kurun waktu lima tahun ke depan.

Adapun visi bangsa indonesia adalah terwujudnya masyarakat indonesia yang damai,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa, berkahlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin (Tap MPR
No. VII MPR/2001).

Selanjutnya berdasarkan Rencana Pembangunan Jangkaa Menengah (RPJM) Nasional


2004-2009, disebutkan bahwa Visi Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009 sebagai
berikut.

1. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman,


bersatu, rukun, dan damai.
2. Tewujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi
hukum, kesetaraan, dan hak asasi manusia.
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja
dan penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi
pembangunan yang berkelanjutan.

 IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya


nasional. Pada uraian sebelumnya identitas nasional bersifat buatan, dan sekunder.
Bersifat buatan oleh karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh
warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder oleh
karena identitas nasional lahir belakangan bila dibandingkan dengan identitas
kesukubangsaan yang memang telah dimilikiwarga bangsa itu secara askriptif. Jauh
sebelum mereka memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.

Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia, adalah sebagai berikut.

1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa pergaulan
yang kemudian diangkat diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober
1928. Bangsa indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus sebagai identitas nasional indonesia.
2. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila

12
Berisi lima nilai dasar yang dijadikan sebagai dasar filsafat dan ideologi dari negara
indonesia. Pancasila merupakan identitas nasional yang berkedudukan sebagai dasar
negara dan ideologi nasional Indonesia.
3. Lagu Kebangsaan yaitu indonesia Raya
Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan yang pada tanggal 28 Oktober 1928
dinyanyikan untuk pertama kali sebagai lagu kebangsaan negara.
4. Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan lambang negara.
5. Semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka tunggal ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menunjukkan
kenyataan bahwa bangsa kita heterogen, namun tetap berkeinginan untuk menjadi
satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
6. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
Warna merah berarti berani dan putih berarti suci. Lambang merah putih sudah
dikenal pada masa kerajaan di Indonesia yang kemudian diangkat sebagai bendera
negara. Bendera warna putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945,
namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda.
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
Merupakan hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata
urutan perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Bentuk
negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem politik
yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas NKRI
yang berkedaulatan rakyat disepakati untuk tidak ada perubahan.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungan yang serba
beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa, kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai
kbudayaan dari kelompok-kelompok bangsa di Indonesia yang memiliki cita rasa
tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat luar merupakan kebudayaan
nasional. Kebudayaan nasional pada dasarnya adalah puncak-puncak dari kebudayaan
daerah.

Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa


Dengan memahami identitas bangsa diharapkan akan memahami jati diri
bangsa sehingga menumbuhkan kebanggan terhadap bangsanya sendiri. Karakter
berasal dari bahasa latin “kharakter, kharassein atau kharax”, dalam bahasa prancis
“caratere” dalam bahasa inggris “character”. Dalam arti luas karakter berarti sifat
kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan seseorang dengan
orang lain.
Karena pancasila digali dari pandangan hidup bangsa, maka pancasila dapat
dikatakan sebagai karakter sesungguhnya bangsa indonesia. Dengan demikian

13
pancasila betul betul merupakan nilai dasar sekaligus ideal untuk bangsa indonesia.
Nilai nilai yang merupakan identitas sekaligus karakter bangsa. Lima dasar nilai yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang terkandung dalam
pancasila merupakan realitas yang hidup di indonesia.

Dwi Minarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta 13220 Jl. Sawo Raya
No. 18, PT Bumi Aksara, 2006) hlm. 29.

D. ISLAM DAN NASIONALISME

Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Bangsa mempunyai dua
pengertian, yaitu: dalam pengertian antropologis serta sosiologis, bangsa adalah suatu
masyarakat yang merupakan suatu persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-
masing anggota persekutuan-hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah,
dan adat istiadat. Persekutuan-hidup semacam ini dalam suatu negara dapat merupakan
persekutuan-hidup yang mayoritas dan dapat pula merupakan persekutuan-hidup minoritas.
Bahkan dalam satu negara bisa terdapat persekutuan-hidup “bangsa”-dalam pengertian
antropologis-dan dapat pula anggota satu bangsa itu tersebar di beberapa negara. Adapun
yang dimaksud bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang
sama, dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke
luar dan ke dalam.

Nation (bangsa) dalam pengertian politik inilah yang kemudian merupakan pokok
pembahasan tentang nasionalisme. Tetapi bangsa dalam pengertian antropologis tidak dapat
begitu saja ditinggalkan atau diabaikan, sebab ia memiliki faktor obyektif. Meskipun tidak
merupakan hal pokok, namun sering menentukan bagi terbentuknya bangsa dalam pengertian
politik. Jadi dalam kedua pengertian bangsa itu, ada kaitan yang sangat erat dan penting.

Mengenai definisi nasionalisme, banyak rumusan yang dikemukakan, diantaranya


adalah:

1. Encyclopaedia Britannica
Nasionalisme merupakan keadaan jiwa, dimana individu merasa bahwa setiap orang
memiliki kesetiaa dalam keduniaan (sekuler) tertinggi kepada negara kebangsaan.
2. Huszer dan Stevenson
Nasionalisme adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa cinta secara alami
kepada tanah airnya.
3. International Encyclopaedia of the Social Sciences
Nasionalisme adalah suatu ikatan politik yang mengikat kesatuan masyarakat modern
dan memberi pengabsahan terhadap klaim (tuntutan) kekuasaan.
4. L. Stoddard

14
Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan, dianut oleh sejumlah
besar manusia perseorangan sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan.
Nasionalisme adalah rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu negara.
5. Hans Kohn
Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita cita dan satu-satunya
bentuk sah dari organisasi politik, dan bahwa bangsa adalah sumber dari semua
tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.

Badri Yatim, Soekarno, Islam, dan Nasionalisme (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 77.

Memaknai Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang
mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan
itu masyarakat suatu bangsa akan merasakan adanya ksetiaan yang mendalam kepada bangsa
itu sendiri. Indonesia adalah negara kepulauan dengan ribuan pulaun yang tersebar dari
sabang hingga merauke, sehingga menghasilkan masyarakat dengan latar belakang yang
berbeda-beda. Nasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan persatuan dan
kebebasan bangsa. Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu: kesatuan, kebebasan,
kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Nasionalisme juga dapat diartikan sebagain perpaduan
dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi,
kekhawatiran akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan bangsa akan dapat terhindarkan
(Smith, 2003).

Nasionalisme memiliki beberapa prinsip yaitu prinsip kebersamaan menuntut setiap


warga negara untuk menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi
dan golongan, prinsip persatuan dan kesatuan menuntut setiap warga negara harus mampu
mengesampingkan pribadi atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan dan anarkis
(merusak), untuk menegakkan prinsip persatuan dan kesatuan setiap warga negara harus
mampu mengedepankan sikap kesetiakawan sosial, perduli terhadap sesama, solidaritas dan
berkeadilan sosial prinsip demokrasi yang memandang bahwa setiap warga negara
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, karena hakikatnya kebangsaan
adalah tekad untuk hidup bersama mengutamakan kepentingan bangsa dan negara yang
tumbuh dan berkembang dari bawah untuk bersedia hidup sebagai bangsa yang bebas,
merdeka, berdaulat, adil, dan makmur (Chotib, 2007).

Nasionalisme juga memiliki beberapa kelemahan yaitu kualitas ikatannya rendah


tidak akan mampu mengikat manusia dalam persatuan umat yang sesungguhnya, ikatannya
hanya bersifat emosional dan muncul secara tiba-tiba dari naluri mempertahankan diri dan
cenderung berubah-ubah. Ikatan ini bersifat temporal akan meningkat ketika mendapatkan
ancaman dari pihak luar, sebaliknya pada saat keadaan normal atau aman, penjajah telah
pergi, ikatan ini pun ikut pergi. (www.pejuangpena.net, 2016)

15
Sikap nasionalisme memang penting, jauh dari itu wajib bagi umat islam mengikuti
petunjuk alquran adalah mutlak. Maka dari itu Islam mempunyai pandangan sendiri tentang
nasionalisme. Mungkinkah kita menjadi muslim taat, sekaligus nasionalis sejati pada saat
yang bersamaan? Jawaban ini sangat tergantung kepada definisi, persepsi, dan pengahayatan
kita atas makna nasionalisme itu sendiri. Karena dari sinilah seorang al Maududi, tokoh Islam
Pakistan (1903-1979), misalnya berbeda pendapat dengan tokoh IM (Ikhwan al-Muslimin),
Hasan al-Bana (1906-1949). Al-Bana dalam risalah al-mu’tamar al-khamisnya, misalnya
mengatakan, “Relasi antara Islam dan Nasionalisme tidak selalu bersifat tadhadhud atau
kontradiktif. Menjadi muslim yang baik tidak selalu berarti antinasionalisme.” Kalau kita
teruskan: menjadi sekularis juga tidak selalu berarti menjadi nasionalis tulen. Sebaliknya al-
Maududi menolak kehadiran nasionalisme dalam pemikiran islam, karena ia adalah produk
barat dan hanya membuat pecah belah umat islam.Nasionalisme dengan pengertian paham
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran kenggotaan dalam suatu
bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa bukan hanya tidak
bertentangan, tapi juga bagian tak terpisahkan dari islam.

Pernyataan lain tentang Islam dan Nasionalisme, Ali Muhammad Naqvi secara tegas
menyatakan bahwa Islam tidak kompatibel dengan nasionalisme, karena keduanya saling
berlawanan secara ideologis. Jadi, nasionalisme diperlukan bagi seluruh masyarakatIndonesia
termasuk umat islam, akan tetapi jika ada hal yang kontradiktif antara sikap nasionalisme
atau toleransi dengan ajaran islam itu sendiri maka agama harus di dahulukan dengan tidak
mengartikan antinasionalisme.

Jamaah Shalahuddin “Islam dan Nasionalisme” , diakses dari http://js.ugm.ac.id/2017/03/29/islam-dan-


nasionalisme/, pada tanggal 30 Agustus 2019 pukul 12.08.

E. GLOBALISASI DAN TANTANGAN IDENTITAS NASIONAL

1.Pengertian Globalisasi

Globalisasi merupakan sebuah fenomena dimana masyarakat itu saling ketergantungan


dalam segi budaya maupun ekonomi. Globalisasi juga dikatakan sebagai interaksi tanpa bata
oleh semua masyarakat didunia ini bagaikan dunia dalam genggaman. Pada saat yang sama
isu - isu dunia dibilang politik, ekonomi, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM) dengan
begitu cepat mempengaruhi situasi dalam suatu negara.

Globalisasi sering diidentikan dengan : (1) Internasionalisasi , yaitu hubungan antar negara,
meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal ; (2) Liberalisasi, yaitu pencabutan
pembatasan-pembatasan pemerintah untuk membuka ekonomi tanpa pagar (border less
world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang, kendali devisa ,
dan izin masuk suatu negara (visa); (3) Universalisasi , yaitu ragam gaya hidup dan selera
disuruh pelosok pengurus dunia ; (4) Westernisasi , yaitu ragam hidup model dunia barat ;

16
(5). De toritolisasi , yaitu ruang sosial dalam pembatasan tempat . Contoh dampak negatif
dari grobalisasi yang mengancam ketahanan nasional adalah ; maraknya berita bohong atau
Hoaks.

Dizaman digital ini dimana tidak ada seorangpun yang bisa lepas dari handphone atau gadget
sangat mudah sekali terkena hoaks atau berita bohong . Hampir sulit dibedakan mana hang
hoaks dan mana yang tidak. Hoaks atau berita bohong bisa mengancam keutuhan
dimasyarakat bahkan pemerintah sampai mengeluarkan UU ITE demi menjaga keutuhan
negara kita, agar masyarakat itu berhati - hati dalam bermedia sosial tanpa dasar yang kuat.
seperti contoh kasus : kerusuhan 22 mei 2019 telah terjadi aksi unjuk rasa dijakarta yang
menuntut "agar dilaksanakan pemilu ulang karena diduga adanya kecurangan dalam pemilu
". Pada saat itu banyak sekali berita hoaks berkeliaran dilansir dari laman
http://detik.id/6ZvO6w bahwa polisi telah menangkap 10 tersangka kasus berita hoaks dalam
kerusuhan tersebut.

2. Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional merupakan kondisi dimana suatu negara itu mampu ,tangguh , dan ulet
dalam menghadapi semua tantangan masalah dll yang bisa mengganggu keutuhan negara.

Dari skema diatas dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional dirumuskan sebagai
kondisi dinamis satu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional , didalam menghadapi dan mengatasi
segala tantangan , ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun
dalam , yang langsung maupun tidak langsung yang membahayakan identitas , integritas
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan pejuangan nasional.
Berikut contoh-contoh dari ancaman integritas bangsa :
 Contoh ancaman langsung :
1. Negara kita diperangi oleh negara lain

 Contoh ancaman tidak langsung :


1.Maraknya Penyebaran radikalisme dimasyarakat

 Contoh ancaman dari dalam :


1. Terjadinya pemberontakan atau perpecahan dalam masyarakat

 Contoh ancaman dari luar :

17
1.Pengaruh ideologi bangsa lain contohnya konsep komunisme dan khilafah
2. Persaingan produk luar negeri lebih diminati dari pada produk dalam negeri
Dari pemparan diatas dapat disimpulkan bahwa ,Kita sebagai bangsa indonesia harus
berjiwa pancasila dan bersemboyan bhineka tunggal ika dimana tidak ada perasaan membeda
- bedakan suku,ras,agama,budaya dll. Globalisasi merupakan wadah yang sangat efektif
untuk opnum - opnum yang menginginkan perpecahan sesuatu negara tersebut, contohnya
indonesia. Indonesia adalah negara yang bersuku-suku ,berbeda ras,bahasa,kebudayaan, dan
agama yang sangat rawan sekali terjadinya konflik yang membuat keutuhan kita terganggu.
Pengamalan pancasilalah yang bisa terus mempersatukan kita dan juga selalu memfillter
setiap informasi yang didapat dengan pembuktian.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan
membedakannya dengan bangsa yang lain.

2. Nasionalisme tersebut muncul dari adanya solidaritas yang tinggi yaitu rasa bahwa bangsa
Indonesia tidak lebih rendah dari bangsa penjajah. Seperti keyakinan bahwa bangsa Indonesia
memiliki peradaban besar yang pernah terjadi di nusantara yaitu kerajaan.

3. Dengan memahami identitas bangsa diharapkan akan memahami jati diri bangsa sehingga
menumbuhkan kebanggan terhadap bangsanya sendiri. Karakter berasal dari bahasa latin
“kharakter, kharassein atau kharax”, dalam bahasa prancis “caratere” dalam bahasa inggris
“character”. Dalam arti luas karakter berarti sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak
yang membedakan seseorang dengan orang lain.

4. nasionalisme diperlukan bagi seluruh masyarakatIndonesia termasuk umat islam, akan


tetapi jika ada hal yang kontradiktif antara sikap nasionalisme atau toleransi dengan ajaran
islam itu sendiri maka agama harus di dahulukan dengan tidak mengartikan antinasionalisme.

5. Globalisasi merupakan wadah yang sangat efektif untuk opnum - opnum yang
menginginkan perpecahan sesuatu negara tersebut, contohnya indonesia. Indonesia adalah
negara yang bersuku-suku ,berbeda ras,bahasa,kebudayaan, dan agama yang sangat rawan
sekali terjadinya konflik yang membuat keutuhan kita terganggu. Pengamalan pancasilalah
yang bisa terus mempersatukan kita dan juga selalu memfillter setiap informasi yang didapat
dengan pembuktian.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Minarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta 13220 Jl. Sawo Raya No. 18,
PT Bumi Aksara, 2006)

Badri Yatim, Soekarno, Islam, dan Nasionalisme (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999)

Jamaah Shalahuddin “Islam dan Nasionalisme” , diakses dari http://js.ugm.ac.id/2017/03/29/islam-dan-


nasionalisme/,

A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, Ham, Dan Masyarakat Madani (ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prenada Media Group, 2010)

20

Anda mungkin juga menyukai