Oleh
I Ketut Sutika, SH., S.Pd., M.Si
IDENTITAS NASIONAL
Secara Etimologis
Berasal dari bahasa Inggris “Indentity” artinya ciri-ciri, tanda-tanda atau
jatidiri. Nasional berasal dari bahasa inggris “National” artinya warga negara
atau kebangsaan. Indentitas nasional berasal dari kata “National Indentity”
artinya kepribadian nasional atau jati diri nasional, dan pribadi yang dimiliki
oleh suatu bangsa.
Secara Terminologis
Istilah identitas nasional memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut
pendapat beberapa ahli. Menurut Kaelan (2010: 43) menyatakan bahwa
identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini
akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri
serta karakter dari bangsa tersebut.demikian pula hal ini sangat ditentukan
oleh bagaimana proses bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan “Peoples Character”, “National Character” atau
“National Identtity”. Dalam hubungannya dengan identitas nasional
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat sulit jikalau
hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik. Hal ini mengingat
bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku,
kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya memang
berbeda.
Kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu identitas nasional
secara historis berkembang dan menemukan jati dirinya setelah
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Namun demikian identitas nasional suatu bangsa tidak cukup
hanya dipahami secara statis, mengingat bangsa adalah merupakan
kumpulan dari manusia-manusia yang senantiasa berinteraksi
dengan bangsa lain di dunia dengan segala hasil kebudayaannya.
Oleh karena itu identitas nasional suatu bangsa termasuk Indonesia
harus dipahami dalam konteks dinamis
2. Unsur-unsur Identitas Nasional
1. Integrasi Nasional
2. Faktor-faktor Pendorong Integrasi Nasional
3. Faktor-faktor Penghambat Integrasi Nasional
4. Proses Integrasi Nasional Indonesia
5. Integrasi versus Disintegrasi
1. Integrasi Nasional
1) Integrasi Politik
Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan
horisontal. Dimensi yang bersifat vertikal menyangkut hubungan
elit dan massa, baik antara elit politik dengan massa pengikut, atau
antara penguasa dan rakyat guna menjembatani celah perbedaan
dalam rangka pengembangan proses politik yang partisipatif.
Dimensi horisontal menyangkut hubungan yang berkaitan dengan
masalah teritorial, antardaerah, antarsuku, umat beragama dan
golongan masyarakat Indonesia.
2) Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar
daerah dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya
saling ketergantungan menjadikan wilayah dan orang-orang dari
berbagai latar akan mengadakan kerjasama yang saling
menguntungkan dan sinergis. Integrasi ekonomi adalah penghapusan
(pencabutan) hambatan-hambatan antar daerah yang memungkinkan
ketidaklancaran hubungan antar keduanya, misal peraturan, norma
dan prosedur dan pembuatan aturan bersama yang mampu
menciptakan keterpaduan di bidang ekonomi.
44
Kenapa Perlu Regulasi ?
Peraturan Perundangan?
UUD 1945
Ketetapan MPR
UU/Perpu
PP
Perpres
Perda Provinsi
Perda Kabupaten/Kota
Perbandingan Tata Urutan Perundang-
undangan RI Tahun 1966-2004
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut TAP
MPR No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan RI
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut TAP
MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber hukum dan Tata
Urutan Perundang-undangan.
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No.
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peratuan Perundang-
undangan
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratuan Perundang-
undangan
Asas-asas dalam
pembentukan peraturan
perundang-undangan
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan
(pasal 5)
1. Kejelasan tujuan
2. Kelembagaan
3. Kesesuaian
4. Dapat dilaksanakan
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
6. Kejelasan rumusan
7. Keterbukaan
Materi muatan peraturan perundang-undangan (pasal6)
1. Pengayoman
2. Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kekeluargaan
5. Kenusantaraan
6. Bhineka tunggal ika
7. Keadilan
8. Kesamaan kedudukan
9. Ketertiban dan kepastian hukum
10. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
UUD 1945
UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang memiliki kedudukan
sebagai hukum dasar yang tertinggi
UUD 1945
Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)
Perppu diatur dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 22 ayat (1), (2), (3)
Contoh Perppu :
Perppu No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Perppu tersebut
kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia
Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah merupakan pelaksanaan dari suatu Undang-
Undang (Pasal 5 ayat 2)
Peraturan pemerintah memuat aturan-aturan umum untuk
melaksanakan undang-undang
Contohnya :
Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota
Perda Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan
bersama Bupati/Walikota
Perda ini dibentuk sesuai dengan kebutuhan daerah yang
bersangkutan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Penjelasan Pasal 8 ayat 1)
Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh :
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat,
b. Dewan Perwakilan Rakyat,
c. Dewan Perwakilan Daerah,
d. Mahkamah Agung,
e. Mahkamah Konstitusi,
f. Badan Pemeriksa Keuangan,
g. Komisi Yudisial,
h. Bank Indonesia,
i. Menteri,
j. Badan,
k. Lembaga,
l. Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
m. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
n. Gubernur,
o. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
p. Bupati/Walikota,
q. Kepala Desa atau yang setingkat”.
Kepala Banteng
- Pasal 30 ayat (1) “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.
- Pasal 30 ayat (3) “TNI terdiri atas angkatan darat, laut, dan udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum”
Bentuk-bentuk usaha pembelaan negara. Menurut pasal 9 ayat (2)
tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam
usaha pembelaan negara diselenggarakan melalui:
1. Pendidikan Kewarganegaraan dalah untuk menumbuhkan wawasan
dan kesadaran bernegara serta membentuk sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa.
2. Pelatihan Dasar Kemiliteran secara wajib.
Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang
mendapat pelatihan dasar militer adalah unsur mahasiswa
yang tersusun dalam organisasi Resimen mahasiswa (Menwa).
3. Pengabdian sesuai dengan profesi, yaitu pengabdian warga negara
yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan
negara (UU RI nomor 3 tahun 2002) di antaranya: PMI, para medis,
tim SAR, dan petugas bantuan sosial.
DEMOKRASI INDONESIA
A. Pengertian Demokrasi
B. Pelaksanaan Demokrasi
C. Bentuk-bentuk Demokrasi
A. Pengertian dan Ciri-ciri Demokrasi
1. Pengertian
Secara etimologi istilah demokrasi berasal dari
bahasa Yunani “demos” berarti rakyat dan
“kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar
demokrasi berarti “rakyat berkuasa” (government
of rule by the people). Adapula definisi untuk istilah
demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan
atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat.
2. Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri utama sistem demokrasi adalah tegaknya hukum di
masyarakat (law enforcement) dan diakuinya hak asasi
manusia oleh setiap warga masyarakat di suatu negara.
Henry B. Mayo memberi ciri-ciri demokrasi:
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
4. Membatasi pemakaian kekerasan
5. Mengakui adanya keanekaragaman
6. Menjamin tegaknya keadilan
B. Pelaksanaan Demokrasi
Indonesia membangun sistem politik demokrasi sejak kemerdekaan
17 Agustus 1945. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 Ps. 1 Ayat (2)
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”.
Indonesia memprokamasikan kemerdekaannya sehari setelah proklamasi
bangsa tgl 17 Agustus 1945. Indonesia menetapkan UUD 1945 sebagai
konstitusi negara, Pancasila sebagai dasar negara, “Indonesia Raya”
sebagai lagu kebangsaan, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
bendera Merah Putih sebagai bendera nasional, dan Soekarno-Hatta
sebagai presiden dan wakil presiden. Kemudan dilengkapi dengan
dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) tgl. 29 Agustus
1945. KNIP semula menjadi pembantu presiden, selanjutnya beralih
menjadi DPR/MPR.
Langkah awal demokrasi d Indonesia sejak diterbitkannya
Maklumat Wakil Presiden No.X tgl 3 November 1945 yang
berisi anjuran membentuk partai politik.
Terbitnya UU No.7 Tahun 1953 menetapkan pemilu pertama di
Indonesia. Pemilu pertama tahun 1955 diikuti lebih dari 30
partai.
1. Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
Demokrasi Liberal dilaksanakan setelah dikeluarkan Maklumat
Pemerintah No. 14 Tahun 1945, dalam sistem pemerintahan dipimpin oleh
seorang perdana menteri. Dalam sistem pemerintahan ini Sutan Syahrir
diangkat menjadi perdana menteri .
Sejarah pergantian Kabinet.
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 27 April 1951).
Natsir berasal dari Partai Masyumi.
2. Kabinet Sukiman-Soewirjo (27 April 1951 – 3 April 1952).
merupakan kabinet koalisi Masyumi dan PNI
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953),kabinet yang dibentuk
terdiri atas ahli d bidangnya masing-masing
4. Kabinet Ali atau Ali Wongso (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet ini didukung oleh PNI dan NU, Masyumi menjadi oposisi
5. Kabinet Bahanudin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Kabinet ini dari Masyumi. Pada masa kabinet ini pemilu pertama
kalinya dapat dilaksanakan, tanggal 29 September 1955 pemilihan
anggota DPR, 15 Desember 1955 memilih anggota Konstituante.
2. Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959 - 1965)
Demokrasi terpimpin dilaksanakan sejak Dekret Presiden
yang memuat:
1. Menetapkan pembubaran Konstituante
2. Menetapkan bahwa UUD 1945 berlaku kembali bagi
segenap bangsa Indonesia
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 berjudul “Penemuan
Kembali Repolusi Kita”, dikenal dengan Manifesto Politik
Republik Indonesia. Atas usulan DPA, Manifesto Politik
Republik Indonesia dijadikan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Manifesto Politik Republik Indonesia itu adalah USDEK
Sistem demikrasi terpimpim dutafsirkan Presiden Soekarno saat itu
dengan mentakan kata ‘terpimpin’.
Praktik sistem politkk demokrasi terpimpin yang berpusat pada
presiden.
1. Menurut UUD 1945, kewenangan presiden berada di bawah
MPR, dalam kenyataannya MPR tunduk pada presiden.
2. Tahun 1960, DPR hasil pemilu dibubarkan oleh presiden
diganti dengan DPRGR, keanggotaannya dari tokoh-tokoh
partai besar, PNI, NU, dan PKI yang dianggap sudah
mewakili seluruh golongan nasakom.
3. Pengangkatan presiden Soekarno sebagai presiden seumur
hidup dalam sidang MPRS tahun 1963.
4. Usulan nasakom untuk melanggengkan kedudukan presidsen
sebagai pimpinan besar revolusi.
3. Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (1966 - 1998)
Orde Baru berkeinginan melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Sistem politik yang
digunakan diberi nama “demokrasi konstirusional” atau
demokrasi Pancasila yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Selama masa Orde Baru, pemerintah berhasil melaksanakan
enam kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985,
1987, 1992, dan 1997.
Presiden Soeharto secara resmi dilantik MPR sebagai presiden
tahun 1968 untuk masa jabatan lima tahun kemudian dilantik
kembali oleh MPR secara berturut-turut tahun 1973, 1978,
1983, 1988, 1993, dan 1998
4. Demokrasi era Reformasi
Era reformasi dimulai setelah Presiden Soeharto
mengundurkan diri 21 Mei 1998 digantikan oleh Prof. Dr. B.J.
Habibie. Pemilu dilaksanakan tgl 7 Juni 1999 diikuti oleh 48
partai, selanjutnya tgl 20 Oktober 1999 diadakan pemilihan
presiden RI K.H. Abdurrahman Wahid dan Megawati
Soekarnoputri.
Bangsa Indonesia untuk pertama kalinya melaksanakan
pemilihan presiden dan wakilnya secara langsung tahun 2004,
pemilu dilakukan dalam tiga tahap:
Pertama, 5 April 2004 pemilihan DPR, DPRD Provinsi/Kota
Kedua, 5 Juli 2004 pemilihan Presiden dan wakil thp pertama
Ketiga, 20 September 2004 pemilihan presiden dan wakil tahap
kedua yang terpilih S.B. Yudhoyono dan Jusuf Kalla.
C. Bentuk-bentuk Demokrasi