Anda di halaman 1dari 94

KEWARGANEGARAAN

Oleh
I Ketut Sutika, SH., S.Pd., M.Si
IDENTITAS NASIONAL

1. Pengertian Identitas Nasional


2. Unsur-Unsur Identitas Nasional
3. Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
4. Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa
5. Proses Berbangsa dan Bernegara
1. Pengertian Identitas Nasional

Secara Etimologis
Berasal dari bahasa Inggris “Indentity” artinya ciri-ciri, tanda-tanda atau
jatidiri. Nasional berasal dari bahasa inggris “National” artinya warga negara
atau kebangsaan. Indentitas nasional berasal dari kata “National Indentity”
artinya kepribadian nasional atau jati diri nasional, dan pribadi yang dimiliki
oleh suatu bangsa.

Secara Terminologis
Istilah identitas nasional memiliki pengertian yang berbeda-beda menurut
pendapat beberapa ahli. Menurut Kaelan (2010: 43) menyatakan bahwa
identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini
akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri
serta karakter dari bangsa tersebut.demikian pula hal ini sangat ditentukan
oleh bagaimana proses bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan “Peoples Character”, “National Character” atau
“National Identtity”. Dalam hubungannya dengan identitas nasional
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat sulit jikalau
hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik. Hal ini mengingat
bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku,
kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya memang
berbeda.
Kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu identitas nasional
secara historis berkembang dan menemukan jati dirinya setelah
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Namun demikian identitas nasional suatu bangsa tidak cukup
hanya dipahami secara statis, mengingat bangsa adalah merupakan
kumpulan dari manusia-manusia yang senantiasa berinteraksi
dengan bangsa lain di dunia dengan segala hasil kebudayaannya.
Oleh karena itu identitas nasional suatu bangsa termasuk Indonesia
harus dipahami dalam konteks dinamis
2. Unsur-unsur Identitas Nasional

 Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang


majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur
pembentuk identitas yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan dan
bahasa.
 1) Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat
askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur
dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa
atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.

 2) Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.


Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah
agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama
Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi
negara namun sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah
agama resmi negara dihapuskan.
 3) Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model
pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan)
sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

 4) Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang


lain. Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara
arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang
digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
 Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut di atas dapat
dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut.

 1) Identitas Fundamental; yaitu Pancasila yang merupakan


Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi Negara.

 2) Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan Tata


Perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara,
Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.

 3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan


(archipelago) dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya
dan agama serta kepercayaan (agama).
3. Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional


bangsa Indonesia meliputi:
1. Faktor Objektif
Faktor geografis, ekologis dan demografis.
2. Faktor Subjektif
Faktor historis, Sosial, politik dan kebudayaan
Faktor geografis, ekologis, dan demografis. Terletak di wilayah kepulauan
yang beriklim tropis, terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah
dunia di Asia Tenggara.
Faktor Sejarah, sebelum menjadi Negara yang modern, Indonesia pernah
mengalami masa kejayaan yang gemilang pada masa kerajaan Majapahit dan
Sriwijaya. Pada dua kerajaan tersebut telah membekas semangat perjuangan
bangsa Indonesia pada abad-abad berikutnya.
Kebudayaan, aspek kebuayaan yang menjadi unsur pembentuk
indentitas nasional meliputi: akal budi, peradaban, dan
pengetahuan. Misalnya sikap ramah dan santun bangsa Indonesia.
Suku Bangsa, kemajemukan merupakan indentitas lain bangsa
Indonesia. Tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam
kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, merupakan hal lain
yang harus dikembangkan dan dibudayakan.
Agama, keanekaragaman agama merupakan indentitas lain dari
kemajemukan dengan kata lain, agama dan keyakinan Indonesia tidak
hanya dijamin oleh konstitusi negara, tetapi juga merupakan suatu Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri bangsa
Indonesia.
Bahasa, sekalipun Indonesia memilikiribuan bahasa daerah,kedudukan
bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa melayu)sebagai bahasa
penghubung (lingua franca) peristiwa sumpah pemuda tahun 1982,
yangmenyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa
Indonesia.
Kasta dan Kelas, kasta adalah pembagian sosial atas dasar
agama. Dalam agama Hindu para penganutnya dikelompokkan ke
dalam beberapa kelas, menurut Weber ialah suatu kelompok orang-
orang dalam situasi kelas yang sama, yaitu kesempatan untuk
memperoleh barang-barang dan untuk dapat menentukan sendiri
keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi.
4. Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa
Karakteristik Identitas Nasional Bangsa Indonesia
Karakteristik dapat diartikan sebagai sifat yang tercipta secara alami dari suatu
kebiasaan dan pola hidup masyarakat yang mendiami suatu bangsa. Adapun
karakteristik Identitas Nasional dari Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Persamaan nasib.
Kenyataan sejarah menegaskan bahwa negara Indonesia dijajah dalam
tempo ratusan tahun lamanya. Kondisi tidak mengenakkan tersebut tentu
dirasakan oleh banyak orang Indonesia pada masa penjajahan dulu. Dan
hal tersebut tercermin dalam bentuk Identitas Nasional kita nantinya. Salah
satunya dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala
bentuk penjajahan di muka bumi ini harus dihapuskan.
2. Sama-sama berkeinginan untuk merdeka, bebas dari segala bentuk
belenggu penjajahan dalam bentuk apapun itu.
3. Kesatuan Indonesia. Kita tinggal di tempat dan wilayah nusantara yang
berbentuk kepulauan. Membentang dari ujung Aceh sampai ujung Papua.
Ini juga salah satu karakteristik Identitas Nasional Bangsa Indonesia yang
begitu kaya dan berharga.
Bahwasanya keberagaman dan kemajemukan Indonesia adalah salah
satu unsur pembentuk Identitas Nasional. Banyak sekali suku bangsa,
bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam di setiap daerahnya. Kita
negara yang kaya dan majemuk namun bisa sangat sinergis dalam
naungan Pancasila dengan asas Bhineka Tunggal Ika-nya.
Unsur-unsur yang membentuk sebuah Identitas Nasional bagi
Indonesia.
1. Suku bangsa Indonesia yang Beragam
Suku bangsa di Indonesia merupakan golongan masyarakat yang
mendiami suatu daerah dengan adat dan ciri khasnya. Golongan
sosial bernama Suku Bangsa ini ada sejak zaman dahulu. Indonesia
sendiri di dalamnya terdapat ratusan suku bangsa yang tersebar di
senatero jagat nusantara setidaknya kurang lebih 300 an suku
bangsa yang masih eksis dan mempertahankan nilai-nilai budaya
yang dianut.
2. Kebudayaan yang Majemuk
Kebudayaan atau budaya bersumber dari istilah bahasa
Sanskerta (Buddhayah). Merupakan bentuk jamak dari kata
‘buddhi’ yang berarti akal. Sehingga kebudayaan bisa juga
secara lugas diartikan sebagai segala sesuatu hal yang
berhubungan dengan budi, dan juga akal manusia.

Kata ‘kebudayaan’ dalam bahasa Inggris disebut dengan


‘culture’. Culture sendiri merupakan serapan dari kata latin,
yaitu ‘Colere’. Artinya adalah mengerjakan atau mengolah.
Dalam hal ini lebih merujuk pada kegiatan mengolah akal
hingga membentuk suatu yang berkembang dan kemudian
dinamakan budaya. Dalam perkembangannya, kata ‘culture’ ini
juga kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kita sering
menyebutnya dengan kata ‘kultur’.

Jadi jelas bahwa budaya merupakan salah satu unsur terpenting


dalam pembentukan Identitas Nasional. Beragam kebudayaan
yang ada di Indonesia itu sangatlah unik dan bernilai sejarah
yang tinggi sebagai warisan dari nenek moyang kita.
3. Kehidupan Beragama
Indonesia merupakan negera yang berlandaskan Pancasila dengan
sila pertama yaitu ‘Ketuhanan yang maha Esa’. Indonesia adalah
negara yang menjunjung tinggi kehidupan yang ber-Ketuhanan
(agama).
 Pada masa pemerintahan orde baru ada sebuah istilah bernama
‘Agama Resmi’, yang termasuk ke dalamnya yaitu terdiri dari lima
agama yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Antara lain:
Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Namun kemudian pada
masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), istilah agama
resmi tersebut telah dihilangkan.

 Indonesia merupakan negera dengan penduduk beragama islam


terbesar di dunia. Prinsip hidup warga Indonesia yang religius /
agamis tersebut juga bisa digolongkan sebagai unsur pembentuk
Identitas Nasional Indoenesia.
4. Keanekaragaman Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi baik itu secara lisan, tulisan, maupun
isyarat. Setiap suku bangsa biasanya memiliki bahasa sendiri, yaitu
bahasa daerah. Misal bahasa Sunda, Jawa, Bali, Minang, Batak, dan lain
sebagainya. Tak bisa dipungkiri bahwa bahasa adalah salah satu
unsur penting pembentuk Identitas Nasional, khususnya di
Indonesia.
Keberagaman bahasa di Indonesia ini tidak sampai membuat kita
terpecah belah. Tidak lain karena kita juga dipersatukan dengan
bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Orang-orang dari
bergbagai daerah dengan harmonis dipersatukan dengan bahasa
Indonesia.
5. Proses Berbangsa dan Bernegara

Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran tentang


bagaimana terbentuknya bangsa di mana sekelompok manusia yang berada di
dalamnya merasa sebagai bagian dari bangsa. Negara merupakan organisasi
yang mewadahi bangsa bangsa tersebut merasakan pentingnya keberadaan
Negara sehingga tumbuhlah kesadaran untuk mempertahankan untuk tetap
tegaknya dan utuhnya Negara melalui upaya bela Negara.

Pada zaman modern, adanya Negara lazimnya dibenarkan oleh anggapan


atau pandangan kemanusiaan. Ada banyak perbedaan konsep tentang
kenegaraan yang dilandasi oleh pemikiran ideologis. Demikian pula halnya
dengan bangsa Indonesia yang memiliki beberapa konsep tentang
terbentuknya bangsa Indonesia. Alinea pertama pembukaan UUd 1945
merumuskan bahwa adanya NKRI ialah karena adanya kemerdekaan adalah
hak segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan harus dihapuskan. Alinea kedua pembukaan
UUD 1945 bangsa Indonesia beranggapan bahwa terjadinya Negara
merupakan proses atau rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan.
Secara ringkas, proses tersebut adalah sebagai berikut.
a. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
b. Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan
c. Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai berikut.


1. Terjadinya NKRI merupakan suatu proses yang tidak sekedar dimulai dari
proklamasi. Perjuangan kemerdekaanpun mempunyai peran khusus dalam
pembentukan ide-ide dasar yang dicita-citakan.
2. Proklamasi baru “menghantarkan bangsa Indonesia” sampai ke pintu
gerbang kemerdekaan.
3, Keadaan bernegara yang dicita-citakan belum tercapai halnya adanya
pemerintahan, wilayah, dan bangsa melainkan harus kita isi untuk menuju
keadaan merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.
4. Terjadinya Negara adalah kehendak seluruh bangsa bukanlah sekedar
keinginan golongan.
5. Religiositas yang tampak pada terjadinya negara menunjukkan kepercayaan
bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
URGENSI INTEGRASI
NASIONAL

1. Integrasi Nasional
2. Faktor-faktor Pendorong Integrasi Nasional
3. Faktor-faktor Penghambat Integrasi Nasional
4. Proses Integrasi Nasional Indonesia
5. Integrasi versus Disintegrasi
1. Integrasi Nasional

Integrasi nasional merupakan komunikasi dan interaksi suku


bangsa yang mendiami negara indonesia yang diikrarkan dalam
sumpah pemuda. Aspirasi para pemuda ini terwujud secara sah dan
diakui oleh bangsa-bagsa lain di dunia melalui proklamasi
kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah
menunjjukkan keanekaragaman budaya disetiap daerah di
indonesia justru menjadi hikmah bagi negara indonesia yang
mampu memunculkan faktor perekat integrasi negara. Salah satu
perekat bagsa indonesia ialah bahasa indonesia yang mampu
mempersatukan sosial budaya bagsa indonesia, Pancasila juga
sebagai perekat samangat hidup meraih cita-cita bersama karena di
dalam Pancasila mengandung banyak norma dan nilai pelajaran
yang harus diamalkan.
Integrasi nasional juga diartikan suatu kerangka yang berfikir
filosofi segenap bangsa indonesia yang mengacu pada wawasan
nusantara dalam penciptaan persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara melalui persamaan dan perbedaan dari suatu daerah atau
elemen bangsa yang ada di dalamnya.

Integrasi sosial berwujud pluralisme, integrasi budaya yaitu


penyesuian dua atau lebih budaya agar menjadi suatu sistem
budaya yang sejalan, selaras melalui penyerapan unsur-unsur
baru. Integrasi sosial di sini ialah penangguhan masalah konflik
yang melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur-unsur budaya
baru dan lama yang mempersatupadukan kelompok masyarakat
yang asalnya bebeda-beda, hal ini dapat disama artikan dengan
suatu pembaruan.
Integrasi nasional merupakan penyatuan bagian bangsa yang
berbeda-beda menjadi satu kesatuan yang untuh untuk
membentuk suatu bangsa, contohnya saja di indonesia, diperlukan
adanya keadilan dan kebijakan dengan tidak membeda-bedakan
suku, agama, ras, dan antar golongan satu dengan yang lain yang
membangun dan membina stabilitas politik di Indonesia agar
tercapainnya suatu kesatuan, persatuan bagsa yang berdaulat, adil,
dan makmur.

Secara arti kata integrasi nasional memiliki dua pengertian


yang mendasar, yakni integrasi dan nasional, integrasi berasal dari
kata latin integrate yang berarti memberi tempat dalam suatu
keseluruhan. Kata nasional berasal dari kata nation yang berarti
bagsa.
2. Faktor-Faktor Pendorong Integrasai Nasional

Faktor pendorong terciptanya integrasi nasional ialah:


1. Faktor sejarah bagsa yang merasa senasib dan seperjuangan
dalam merebut kemerdekaan
2. Keinginan kuat para pemuda untuk bersatu sebagaimana
yang dinyatakan dalam sumpah pemuda tanggal 28 Oktober
1928
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bagsa Indonesia,
sebagaimana telah dibuktikan dalam menegakkan dan mengisi
kemerdekaan dengan hal-hal positif
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan
proklamasi kemerdekaan, pancasila, dan UUD 1945, bendera
merah putih, lagu kebangsaaan Indonesia raya, bahasa kesatuan
bahasa Indonesia.
3. Faktor Penghambat Integrasi Nasional

Faktor-faktor yang meghambat terbentuknya integrasi nasional di


antaranya :
1. Masyarakat Indonesia yang heterogen dengan masing-masing
kebudayaan serta adat-istiadat, bahasa daerah, agama, dan
ras.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan
kepulauan yang dikelilingi oleh lautan lepas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan hambatan dan
ganguan yang mendorong keutuhan, kesatuan, dan
persatuan bangsa, baik yang bersal dari dalam maupun luar
negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan
pembangunan dan hasil-hasil pembangunan yang
menimbulkan rasa tidak puas, masalah suku, agama, ras,
dan antar golongan satu dengan yang lain, gerakan
separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa
masyarakat kepada pemerintah karena adanya
ketidakpuasan dengan kinerja dari pemerintah itu sendiri.
5. Adanya paham “etnosenterisme” di antara beberapa suku
bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya
dan mengaggap redah budaya suku bangsa lain.
4. Proses Integrasi Nasional Indonesia

Adapun proses terjadinya integrasi nasional sebagi berikut.


1. Modal awal integrasi nasional adalah adanya rasa senasib dan
seperjuangan yang dimiliki oleh setiap bangsa Indonesia sejak
dahulu.Meskipun pada era perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir
penjajah sebelum abad ke-20 yang ditandai dengan adanya sifat
kedaerahan, tetapi rasa senasib seperjuangan yang ditunjuklkan oleh
para pejuang dan pendahulu kita yang mencerminkan adanya benih-
benih semangat kabangsaan, yang kelak akan memebentuk suatu
keutuhan bangsa Indonesia.
2. Pada abad ke-20 an, para pemuda tampil dalam panggung sejarah
Indonesia dengan menyongsong tema persatuan dan kesatuan untuk
menuju Indonesia yang merdeka. Para pemuda melakukannya melalui
peristiwa yang dinamakan sumpah pemuda, yang terjadi pada tanggal
28 Oktober 1928, para pemuda menunjukkan segala macam peran
serta pembentukan dalam mencapai integrasi nasional.
Integrasi nasional meliputi:
1) Integrasi politik,
2) Integrasi ekonomi , dan
3) integrasi sosial budaya

1) Integrasi Politik
Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan
horisontal. Dimensi yang bersifat vertikal menyangkut hubungan
elit dan massa, baik antara elit politik dengan massa pengikut, atau
antara penguasa dan rakyat guna menjembatani celah perbedaan
dalam rangka pengembangan proses politik yang partisipatif.
Dimensi horisontal menyangkut hubungan yang berkaitan dengan
masalah teritorial, antardaerah, antarsuku, umat beragama dan
golongan masyarakat Indonesia.
2) Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar
daerah dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya
saling ketergantungan menjadikan wilayah dan orang-orang dari
berbagai latar akan mengadakan kerjasama yang saling
menguntungkan dan sinergis. Integrasi ekonomi adalah penghapusan
(pencabutan) hambatan-hambatan antar daerah yang memungkinkan
ketidaklancaran hubungan antar keduanya, misal peraturan, norma
dan prosedur dan pembuatan aturan bersama yang mampu
menciptakan keterpaduan di bidang ekonomi.

3) Integrasi Sosial Budaya


Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang
berbeda, sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda
tersebut dapat meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, dan lain
sebagainya. Integrasi sosial budaya juga berarti kesediaan bersatu
bagi kelompok-kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku,
agama, dan ras.
5. Integrasi versus Disintegrasi

Kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi berarti


penyatuan, keterpaduan antar eleman atau unsur yang ada di
dalamnya, disintegrasi dapat diartikan ketidak satupaduan,
keterpecahan di antara unsur-unsur yang ada. Jika integrasi terjadi
konsensus maka disintegrasi dapat menimbulkan konflik atau
perseturuan dan pertentangan.

Disintegrasi bangsa adalah memudarnya kesatupaduan antar golongan,


dan kelompok yang ada dalam suatu bangsa yang bersangkutan.
Masyarakat suatu bangsa pastilah menginginkan terwujudnya integrasi.
Namun dalam kenyataannya yang terjadi justru gejala disintegrasi.
Disintegrasi memiliki banyak ragam, misalkan pertentangan fisik,
perkelahian, tawuran, kerusuhan, revolusi bahkan perang.
KONSTITUSI

 1. Pengertian dan Pentingnya


Konstitusi bagi Negara
 2. UUD 1945 Sebagai Konstitusi
Negara Indonesia
 3. Konstitusi di Indonesia
 4. Perundang-Undangan di
Indonesia
1. Pengertian dan Pentingnya
Konstitusi
A. Pengertian
 Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis, yaitu constituer yang
artinya membentuk. Istilah tersebut memiliki makna pembentukan
atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Selain istilah tersebut,
ada juga beberapa istilah dari konstitusi seperti gronwet (bahasa
Belanda).

 Gronwet dalam bahasa Indonesia memiliki arti, yaitu wet berarti


undang-undang dan ground berarti tanah. Namun demikian, ada
beberapa negara yang menggunakan istilah constitution (bahasa
Inggris) untuk mengartikan konstitusi.

 Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diartikan sebagai hukum dasar


atau undang-undang dasar. Istilah itu menggambarkan keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara.
 Pengertian konstitusi secara sempit adalah keseluruhan
peraturan negara yang bersifat tertulis. Pengertian konstitusi
secara luas adalah keseluruhan peraturan negara, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis.

 Konstitusi tertulis hanya mengatur dan mencakup hal-hal


mengenai negara dalam garis besar atau pokok-pokoknya
saja. Konstitusi yang tidak tertulis sering disebut konvensi,
yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktik penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Keberadaan konvensi itu menyempurnakan adanya konstitusi
tertulis, dan menjadikan konstitusi suatu negara dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
 Konstitusi negara pada umumnya berisi tentang pembagian
kekuasaan negara, hubungan antarlembaga negara, dan hubungan
negara dengan warga negara.
 Ada tiga ciri-ciri umum yang terdapat pada konstitusi, yaitu sebagai
berikut.
 a. Konstitusi sebagai kumpulan kaidah hukum diberi
kedudukan yang lebih tinggi daripada kaidah hukum
lainnya karena dimaksudkan sebagai alat untuk membatasi
wewenang penguasa sehingga tidak boleh dengan mudah
diubah oleh kelompok atau golongan yang tengah berkuasa.
 b. Konstitusi memuat prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang dianggap paling pokok mengenai
kehidupan bersama dalam suatu negara.
 c. Konstitusi lahir dari momen sejarah terpenting bagi
masyarakat yang bersangkutan. Misalnya, pembebasan dari
penjajahan (Indonesia), penyatuan beberapa negara menjadi satu
(Amerika Serikat).
 B. Pentingnya Konstitusi bagi Negara
 Konstitusi memiliki arti penting bagi negara karena tanpa
konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk negara. Konstitusi
menjadi barometer kehidupan negara yang sarat dengan
bukti sejarah perjuangan para pahlawan.

 Dalam sebuah konstitusi, tercakup pandangan hidup dan


inspirasi bangsa yang memilikinya. A. Hamid S. Attamimi
menyatakan bahwa konstitusi sebagai pemberi pegangan dan
pemberi batas dan sekaligus pegangan dalam mengatur
bagaimana kekuasaan negara itu akan dijalankan.
 Struycken dalam bukunya berjudul Het Staatsrecht van Het
Koninkrijk dre Nederlander menyatakan bahwa undang-undang
dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang
berisi sebagai berikut:
 1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
 2. Tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
 3. Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk
waktu sekarang maupun yang akan datang.
 4. Suatu keinginan di mana perkembangan kehidupan
ketatane garaan bangsa hendak dipimpin.
 Konstitusi sangatlah penting bagi suatu negara, konstitusi akan
mencegah terjadinya penyalahgunaan atau penyelewengan kekuasaan
yang dilakukan oleh pemerintah atau penguasa serta menjamin agar
manusia tidak saling melanggar hak hak asasi manusia. Konstitusi
sangat penting sebab mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu :
 a. Membagi kekuasaan dalam negara
 b. Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara
 Ada tiga hal yang diatur dalam sebuah konstitusi, yaitu
sebagai berikut :
 1. Jaminan hak asasi manusia bagi seluruh warga negara
dan penduduk
 2. Sistem ketatanegaraan yang mendasar
 3. Kedudukan, tugas, dan wewenang lembaga-lembaga
negara
2. UUD 1945 SEBAGAI
KONSTITUSI NEGARA
INDONESIA
Undang-Undang 1945 merupakan konstitusi bagi Negara
Indonesia. Sebagai dasar hukum, UUD 1945 berperan dalam
mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ideologi
bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila sendiri
merupakan hukum di atas segala hukum (staats fundamental
norm). Artinya UUD 1945 sebagai dasar hukum, dalam
pembuatannya tidak boleh bertentangan dan harus
mematuhi nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila, sebab
UUD 1945 adalah hukum yang setingkat di bawah Pancasila.
Maka dari itu dikenallah asas yang berbunyi “hukum yang
lebih tinggi menjadi acuan bagi hukum yang lebih rendah”.
 Pada dasarnya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
konstitusi Negara Indonesia maksudnya adalah UUD 1945
menjadi dasar atau landasan struktural dalam
penyelenggaraan pemerintahan menurut sistem
ketatanegaraan. Undang-Undang Dasar 1945 juga memiliki
fungsi khusus sebagai perwujudan hukum tertinggi yang
harus ditaati, bukan hanya oleh rakyat akan tetapi oleh
pemerintahan dan penguasa juga.

 Intinya setiap warga Negara Indonesia beserta pemerintah


wajib mematuhi apa yang sudah tertulis dalam UUD 1945.
Sebab dengan cara ini, tujuan Negara dalam
menyelenggarakan kepentingan umum tanpa menyingkirkan
kepentingan pribadi dapat terlaksana dengan baik dan
bijaksana.
 Menurut sifatnya pengertian hukum dasar meliputi dua macam,
yaitu hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum dasar tidak tertulis
(convensi).
a. Hukum Dasar Tertulis (UUD)
Menurut E.C.S Wade dalam bukunya Constitusional Law,
Undang-Undang Dasar menurut sifatnya adalah suatu
naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok
dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan
menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan
tersebut.
 Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa UUD 1945 bersifat
singkat dan supel. UUD 1945 hanya memiliki 37 pasal, aturan peralihan
dan aturan tambahan. Hal ini mengandung makna:
1. Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok,
garis-garis besar instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain
penyelenggara negara untuk menciptakan kesejahteraan sosial.
2. Sifatnya supel (elastic) artinya negara Indonesia akan terus
tumbuh dan berkembang seirang dengan perubahan zaman, oleh
karena itu sistem dalam UUD itu jangan sampai ketinggalan
zaman.
Berdasarkan pengertian di atas, sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai
berikut.
- Karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas merupakan suatu
hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara
negara, maupun mengikat bagi setiap warga negara.
- Sebagaimana tersebut dalam penjelasan UUD 1945, bahwa UUD 1945
bersifat singkat dan supel.
b. Hukum Dasar Tidak Tertulis (Convensi)
Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis.
Sifat-sifat convensi:
- Merupakan kebiasaan yang berulang kali dilakukan dan
terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara.
- Tidak bertentangan dengan UUD.
- Diterima oleh seluruh rakyat .
Contoh convensi:
- Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.
Menurut pasal 37 ayat (1) dan (4) UUD’45, segala keputusan
MPR diambil berdasarkan suara terbanyak
- Praktik-praktik penyelenggaraan negara yang sudah menjadi
hukum dasar tidak tertulis antara lain: Pidato kenegaraan
Presiden RI setiap tanggal 16 Agustus di dalam sidang DPR.
3. KONSTITUSI DI INDONESIA

Selain pengertian UUD, dipergunakan juga istilah lain yaitu


“Konstitusi”. Berasal dari bahasa Inggris “Constitution” atau dari
bahasa Belanda “Constitutie”.
Pengertian konstitusi dalam praktik ketatanegaraan umumnya
dapat mempunyai arti:
- Lebih luas dari UUD atau
- Sama dengan pengertian UUD
Sejak Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang, di Indonesia
telah berlaku tiga macam UUD dalam empat periode:
1. 18/8-1945 s/d 27/12-1949
Sistem kabinet adalah presidensial. Artinya, presiden merupakan
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
2. 27/12-1949 s/d 17/8-1950
Bentuk negara serikat (federal). Ketentuan ini dikaji dalam Psl 1 ayat 1
“RIS” yg merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang
demokrasi dan berbentuk federasi, yaitu tujuh negara bagian dan sembilan
satuan kenegaraan.
3. 17/8-1950 s/d 5/7-1959
Sejak tanggal 17 Agustus 1950 berlakulah UUD’S 1950. Hal ini
bersamaan dengan terwujudnya kembali negara kesatuan sebagaimana
dicita-citakan Proklamasi Kemerdekaan 17/8-1945.
4. 5/7-1959 s/d 1998
Pemilu tahun 1955 menghasilkan terbentuknya konstituante
yang bertugas membuat UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950.
Konstiuante telah berhasil menyepakati berbagai
rancangan materi UUD, akan tetapi ketika membahas dasar
negara Konstituante tidak berhasil mencapai kesepakatan.
Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan Dekrit tgl. 5 Juli
1959.

5. Periode Reformasi s/d sekarang


Era reformasi muncul setelah terjadinya krisis
ekonomi dan moneter di Indonesia tahun 1977-1998.
4. PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

44
Kenapa Perlu Regulasi ?
Peraturan Perundangan?

Menurut UU No. 12 Tahun 2011. Peraturan Perundang-undangan


adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Tiga unsur mutlak peraturan
perundang-undangan
Berisi aturan-aturan yang mengatur dan
membatasi tingkah laku manusia dalam
masyarakat

Memuat ancaman atau Memiliki sifat


sanksi bagi pelanggarnya memaksa
Tata Peraturan Perundang-undangan

Tata Peraturan perundang-undangan mengandung makna


bahwa peraturan perundang-undnagn yang berlaku memiliki
hierarki atau tingkatan

Peraturan yang satu memiliki kedudukan yang lebih tinggi


dibandingkan peraturan yang lain
Tata Urutan Perundang-Undangan

UUD 1945

Ketetapan MPR

UU/Perpu

PP

Perpres

Perda Provinsi

Perda Kabupaten/Kota
Perbandingan Tata Urutan Perundang-
undangan RI Tahun 1966-2004
 Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut TAP
MPR No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan RI
 Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut TAP
MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber hukum dan Tata
Urutan Perundang-undangan.
 Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No.
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peratuan Perundang-
undangan
 Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan menurut UU No.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratuan Perundang-
undangan
Asas-asas dalam
pembentukan peraturan
perundang-undangan
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan
(pasal 5)
1. Kejelasan tujuan
2. Kelembagaan
3. Kesesuaian
4. Dapat dilaksanakan
5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
6. Kejelasan rumusan
7. Keterbukaan
Materi muatan peraturan perundang-undangan (pasal6)
1. Pengayoman
2. Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kekeluargaan
5. Kenusantaraan
6. Bhineka tunggal ika
7. Keadilan
8. Kesamaan kedudukan
9. Ketertiban dan kepastian hukum
10. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
UUD 1945
UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang memiliki kedudukan
sebagai hukum dasar yang tertinggi

Hukum dasar adalah norma dasar atau aturan dasar yang


menjadi sumber hukum pembentukan peraturan perundang-
undangan dibawah UUD RI 1945

Artinya, semua peraturan perundang-undangan dan peraturan


lainnya harus bersumber pada UUD RI 1945.

UUD 1945 memuat peraturan-peraturan atau ketentuan tentang


sistem ketatanegaraan dan sistem pemerintah yang dijalankan
oleh para penguasa negara sehingga segala sesuatu yang
bersifat mendasar dan berkaitan dengan kehidupan bernegara
diatur dalam UUD 1945
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap
MPR)
TAP Ketetapan MPR (Tap MPR) artinya suatu bentuk keputusan yang
MPR dikeluarkan oleh MPR dan memiliki kekuatan hukum serta mengikat ke
luar dan ke dalam MPR.

Dalam landasan hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


sebelumnya (UU No. 10 Tahun 2004) Tap MPR tidak dimasukan ke
dalam hirarki. Walaupun tidak dimasukan bukan berarti keberadaan
Tap MPR tidak berlaku.

Kemudian dalam UU No. 12 Tahun 2014 Tap MPR dimasukan


kembali dalam tata urutan perundang-undangan.

Hal tersebut dilakukan untuk menegaskan bahwa produk


hukum yang dibuat berdasarkan Tap MPR masih berlaku secara
sah dalam sistem perundang-undangan Indonesia
Undang-Undang/ Peraturan Pengganti Undang-
Undang
 Undang-Undang
– Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, Undang-undang
adalah peraturan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan persetujuan Presiden.
– Undang-Undang adalah salah satu bentuk peraturan perundang-
undangan yang berfungsi melaksanakan UUD 1945
Contohnya :

UUD 1945
Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)

UU No. 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan
 Peraturan Pengganti Undang-Undang

Kedudukan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) setingkat


Undang-Undang dan berfungsi sebagai Undang-Undang darurat (emergency law).

Pada hakikatnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) sama


dan sederajat dengan Undang-Undang, hanya syarat pembentukannya yang
berbeda.

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dibentuk oleh Presiden


untuk antisipasi keadaan yang "genting dan memaksa” Jadi ada unsur paksaan
keadaan terhadap yang harus segera diantisipasi, tetapi masih dalam koridor
hukum

Perppu diatur dalam batang tubuh UUD 1945 Pasal 22 ayat (1), (2), (3)

Contoh Perppu :
Perppu No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Perppu tersebut
kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia
Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah merupakan pelaksanaan dari suatu Undang-
Undang (Pasal 5 ayat 2)
Peraturan pemerintah memuat aturan-aturan umum untuk
melaksanakan undang-undang
Contohnya :

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

PP No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan bahan


yang mengandung zat adiktif berupa tembakau bagi
kesehatan
Peraturan Presiden

Perpres adalah peraturan perundang-undangan yang


ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintah

Penyusunan Perpres ditegaskan dalam pasal 55 UU Nomor 12


Tahun 2011
Peraturan Daerah Provinsi
Perda Provinsi adalah peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh DPRD Propinsi dengan persetujuan bersama
gubernur.
Perda tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi.

Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota
Perda Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan
bersama Bupati/Walikota
Perda ini dibentuk sesuai dengan kebutuhan daerah yang
bersangkutan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Penjelasan Pasal 8 ayat 1)
Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang
ditetapkan oleh :
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat,
b. Dewan Perwakilan Rakyat,
c. Dewan Perwakilan Daerah,
d. Mahkamah Agung,
e. Mahkamah Konstitusi,
f. Badan Pemeriksa Keuangan,
g. Komisi Yudisial,
h. Bank Indonesia,
i. Menteri,
j. Badan,
k. Lembaga,
l. Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
m. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
n. Gubernur,
o. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
p. Bupati/Walikota,
q. Kepala Desa atau yang setingkat”.

Pejelasan Pasal 8 ayat (2)


“Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan”.

Ketaatan terhadap PERPU di berbagai Lingkungan


 Membutuhkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk
mematuhi dan mentaatinya
 Kepatuhan berarti sikap taat atau siap sedia melaksanakan aturan
 Sikap patuh membentuk perilaku disiplin
 Kepatuhan terhadap hukum merupakan cerminan dari kepribadian
seseorang.
Kesadaran hukum warga negara dapat diukur dari :
1. Pengetahuan hukum
2. Pemahanan hukum
3. Sikap terhadap norma-norma hukum
4. Perilaku hukum
HAK DAN KEWAJIBAN
WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI

1. Pengertian Sila ke-empat Pancasila


2. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan
3. Kewajiban dan Hak Warga Negara dalam Negara
1. Pengertian Sila ke-Empat Pancasila

Pengertian sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat


Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan atau Perwakilan adalah:
1. Mengakui dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.
2. Meningkatkan partisipasinya dalam proses pembangunan.
3. Mendengarkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan
menghormati perbedaan pendapat, menjamin kebebasan
berserikat dan berkumpul.
Sila ke-Empat Pancasila

Kepala Banteng

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangatkekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
2. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan
Sebelum berbicara tentang warga negara, terlebih dahulu dibahas mengenai
unsur negara. Pada umumnya berbidirnya suatu negara harus memenuhi
unsur konstitutif dan deklaratif. Unsur konstitutif merupakan unsur mutlak
berdirinya negara, meliputi wilayah, rakyat dan pemerintah yang berdaulat.
Dalam hal ini akan dibahas tentang rakyat.
Rakyat suatu negara adalah semua orang yang berdiam dalam
wilayah suatu negara dan tunduk pada kekuasaan dari negara tersebut. Pada
awalnya asas pokok yang dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan
seseorang sebagai rakyat ialah asas keturunan (ius sanguinis) dan asas
kelahiran (ius soli).
Rakyat suatu negara negara dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu
penduduk dan bukan penduduk.
Penduduk adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan, sehingga orang itu
diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam suatu
wilayah negara itu.
Penduduk dibedakan atas warga negara dan bukan warga negara.
1. Warga negara adalah mereka yang berdasarkan hukum
merupakan anggota dari suatu negara, serta mempunyai hak dan
kewajiban yang diatur di dalam negara tersebut.
2. Bukan warga negara adalah warga negara asing yang berada di
wilayah suatu negara untuk sementara waktu.

Sedangkan kewarganegaraan adalah hal-hal yang berhubungan


dengan warga negara, misalnya keanggotaan sebagai warga negara.
3. Kewajiban dan Hak Warga Negara dalam Negara

Warga negara merupakan unsur utama berdirinya suatu negara.


Dalam rangka pertahanan keamanan suatu negara, warga negara memiliki
peranan penting untuk menjaga keutuhan suatu negara.
Pertahanan dan keamanan suatu negara merupakan hak mutlak yang
dipikul warga negara demi kelangsungan hidup negara yang diatur oleh
suatu undang-undang.
Setiap negara di dunia senantiasa berusaha untuk mewujudkan cita-
cita dan kepentingan nasionalnya. Demikian pula bangsa Indonesia,
tujuan nasional disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea 4.
Salah satu upaya membina potensi sumber daya manusia agar mampu
membangun dan menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara,
adalah setiap warga negara berkewajiban untuk turut serta dalam
membela negaranya.
Ada beberapa hal yang harus dipahami terkait dengan hak dan
kewajiban warga negara untuk turut serta dalam membela negaranya. Hal
ini tertuang dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) adalah:
1. Keikutsertaan warga negara dalam pertahanan keamanan negara
merupakan hak dan sekaligus kewajiban.
2. Pertahanan dan keamanan negara menggunakan sistem pertahanan
rakyat semesta.
3. Kekuatan utama dalam sistem pertahanan adalah TNI,
sedangkandalam sistem keamanan adalah POLRI.
4. Kedudukan rakyat dalam p ertahanan dan keamanan sebagai
kekuatan pelindung.
Landasan hukum hak dan kewajiban membela negara dalam UUD
1945 adalah sebagai berikut.
- Pasal 27 ayat (3) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara”

- Pasal 30 ayat (1) “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.

- Pasal 30 ayat (2) “Usaha pertahanan dan keamanan negara


dilaksanakan melalui sistem hankamrata oleh TNI dan POLRI.

- Pasal 30 ayat (3) “TNI terdiri atas angkatan darat, laut, dan udara
sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum”
Bentuk-bentuk usaha pembelaan negara. Menurut pasal 9 ayat (2)
tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam
usaha pembelaan negara diselenggarakan melalui:
1. Pendidikan Kewarganegaraan dalah untuk menumbuhkan wawasan
dan kesadaran bernegara serta membentuk sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa.
2. Pelatihan Dasar Kemiliteran secara wajib.
Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang
mendapat pelatihan dasar militer adalah unsur mahasiswa
yang tersusun dalam organisasi Resimen mahasiswa (Menwa).
3. Pengabdian sesuai dengan profesi, yaitu pengabdian warga negara
yang mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan
negara (UU RI nomor 3 tahun 2002) di antaranya: PMI, para medis,
tim SAR, dan petugas bantuan sosial.
DEMOKRASI INDONESIA

A. Pengertian Demokrasi
B. Pelaksanaan Demokrasi
C. Bentuk-bentuk Demokrasi
A. Pengertian dan Ciri-ciri Demokrasi
1. Pengertian
Secara etimologi istilah demokrasi berasal dari
bahasa Yunani “demos” berarti rakyat dan
“kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar
demokrasi berarti “rakyat berkuasa” (government
of rule by the people). Adapula definisi untuk istilah
demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan
atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat.
2. Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri utama sistem demokrasi adalah tegaknya hukum di
masyarakat (law enforcement) dan diakuinya hak asasi
manusia oleh setiap warga masyarakat di suatu negara.
Henry B. Mayo memberi ciri-ciri demokrasi:
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
4. Membatasi pemakaian kekerasan
5. Mengakui adanya keanekaragaman
6. Menjamin tegaknya keadilan
B. Pelaksanaan Demokrasi
Indonesia membangun sistem politik demokrasi sejak kemerdekaan
17 Agustus 1945. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 Ps. 1 Ayat (2)
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”.
Indonesia memprokamasikan kemerdekaannya sehari setelah proklamasi
bangsa tgl 17 Agustus 1945. Indonesia menetapkan UUD 1945 sebagai
konstitusi negara, Pancasila sebagai dasar negara, “Indonesia Raya”
sebagai lagu kebangsaan, bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
bendera Merah Putih sebagai bendera nasional, dan Soekarno-Hatta
sebagai presiden dan wakil presiden. Kemudan dilengkapi dengan
dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) tgl. 29 Agustus
1945. KNIP semula menjadi pembantu presiden, selanjutnya beralih
menjadi DPR/MPR.
Langkah awal demokrasi d Indonesia sejak diterbitkannya
Maklumat Wakil Presiden No.X tgl 3 November 1945 yang
berisi anjuran membentuk partai politik.
Terbitnya UU No.7 Tahun 1953 menetapkan pemilu pertama di
Indonesia. Pemilu pertama tahun 1955 diikuti lebih dari 30
partai.
1. Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
Demokrasi Liberal dilaksanakan setelah dikeluarkan Maklumat
Pemerintah No. 14 Tahun 1945, dalam sistem pemerintahan dipimpin oleh
seorang perdana menteri. Dalam sistem pemerintahan ini Sutan Syahrir
diangkat menjadi perdana menteri .
Sejarah pergantian Kabinet.
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 27 April 1951).
Natsir berasal dari Partai Masyumi.
2. Kabinet Sukiman-Soewirjo (27 April 1951 – 3 April 1952).
merupakan kabinet koalisi Masyumi dan PNI
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953),kabinet yang dibentuk
terdiri atas ahli d bidangnya masing-masing
4. Kabinet Ali atau Ali Wongso (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet ini didukung oleh PNI dan NU, Masyumi menjadi oposisi
5. Kabinet Bahanudin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Kabinet ini dari Masyumi. Pada masa kabinet ini pemilu pertama
kalinya dapat dilaksanakan, tanggal 29 September 1955 pemilihan
anggota DPR, 15 Desember 1955 memilih anggota Konstituante.
2. Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959 - 1965)
Demokrasi terpimpin dilaksanakan sejak Dekret Presiden
yang memuat:
1. Menetapkan pembubaran Konstituante
2. Menetapkan bahwa UUD 1945 berlaku kembali bagi
segenap bangsa Indonesia
3. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 berjudul “Penemuan
Kembali Repolusi Kita”, dikenal dengan Manifesto Politik
Republik Indonesia. Atas usulan DPA, Manifesto Politik
Republik Indonesia dijadikan Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Manifesto Politik Republik Indonesia itu adalah USDEK
Sistem demikrasi terpimpim dutafsirkan Presiden Soekarno saat itu
dengan mentakan kata ‘terpimpin’.
Praktik sistem politkk demokrasi terpimpin yang berpusat pada
presiden.
1. Menurut UUD 1945, kewenangan presiden berada di bawah
MPR, dalam kenyataannya MPR tunduk pada presiden.
2. Tahun 1960, DPR hasil pemilu dibubarkan oleh presiden
diganti dengan DPRGR, keanggotaannya dari tokoh-tokoh
partai besar, PNI, NU, dan PKI yang dianggap sudah
mewakili seluruh golongan nasakom.
3. Pengangkatan presiden Soekarno sebagai presiden seumur
hidup dalam sidang MPRS tahun 1963.
4. Usulan nasakom untuk melanggengkan kedudukan presidsen
sebagai pimpinan besar revolusi.
3. Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (1966 - 1998)
Orde Baru berkeinginan melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Sistem politik yang
digunakan diberi nama “demokrasi konstirusional” atau
demokrasi Pancasila yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Selama masa Orde Baru, pemerintah berhasil melaksanakan
enam kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985,
1987, 1992, dan 1997.
Presiden Soeharto secara resmi dilantik MPR sebagai presiden
tahun 1968 untuk masa jabatan lima tahun kemudian dilantik
kembali oleh MPR secara berturut-turut tahun 1973, 1978,
1983, 1988, 1993, dan 1998
4. Demokrasi era Reformasi
Era reformasi dimulai setelah Presiden Soeharto
mengundurkan diri 21 Mei 1998 digantikan oleh Prof. Dr. B.J.
Habibie. Pemilu dilaksanakan tgl 7 Juni 1999 diikuti oleh 48
partai, selanjutnya tgl 20 Oktober 1999 diadakan pemilihan
presiden RI K.H. Abdurrahman Wahid dan Megawati
Soekarnoputri.
Bangsa Indonesia untuk pertama kalinya melaksanakan
pemilihan presiden dan wakilnya secara langsung tahun 2004,
pemilu dilakukan dalam tiga tahap:
Pertama, 5 April 2004 pemilihan DPR, DPRD Provinsi/Kota
Kedua, 5 Juli 2004 pemilihan Presiden dan wakil thp pertama
Ketiga, 20 September 2004 pemilihan presiden dan wakil tahap
kedua yang terpilih S.B. Yudhoyono dan Jusuf Kalla.
C. Bentuk-bentuk Demokrasi

Menurut Torres, demokrasi dapat dilihat dari dua


aspek yaitu, formal democrasy dan substantive
democrasy, yaitu menunjuk bagaimana proses demokrasi
itu dilakukan.
Formal democrasy menunjuk pada demokrasi dalam arti
sistem pemerintahan.
Dalam suatu negara misalnya dapat diterapkan
demokrasi dengan sistem presidensial dan parlementer.
a. Ditinjau dari penyaluran kehendak rakyat
- Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung dipraktikkan di
negara2 kota (polis, city state) pada zaman
Yunani Kono.
- Demokrasi Tidak Langsung/Perwakilan
Rakyat dalam menyalurkan kehendaknya
memilih wakil2 mereka untuk duduk dalam
parlemen.
b. Ditinjau dari Titik Berat Perhatiannya
* Demokrasi Formal (Liberal). Demokrasi Liberal
menjunjung tinggi persamaan dalam politik tanpa
disertai upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan kesenjangan ekonomi rakyat.
* Demokrasi Sosialis (Komunis). Demokrasi yang
didominasi oleh ideologi komunisme, lembaga
perwakilan rakyat dikuasai sekelompok komunis yang
kurang menjamin kebebasan individu.
* Demokrasi Tersendiri/Dunia Ketiga. Negara yang tidak
berhaluan liberal maupun komunis menerapkan
demokrasi dengan falsafah hidup dan kepribadian
bangsa sendiri.
PENEGAKAN HUKUM YANG
BERKEADILAN
1. Perlindungan Hukum
2. Penegakan Hukum di Indonesia
3. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam
Perlindungan dan Penegakan Hukum
1. Perlindungan Hukum
 A. Pengertian
 Satjipto
Raharjo, menyatakan perlindungan hukum
adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi
manusia yang dirugikan orang lain.

 Philipus, menyatakan perlindungan hukum adalah


perlindungan akan harkat dan martabat serta
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh subjek hukum .
 Sebagai negara hukum, Indonesia berpedoman pada
hukum yang berlaku dalam menyelenggarakan kakuasaan
pemerintahannya. Hal ini secara jelas diebutkan dalam
UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) bahwa negara Indonesia
merupakan negara berdasarkan hukum. Negara yang
tergolong negara hukum memiliki ciri-ciri-ciri sebagai
berikut.
 1. Supremasi hukum
 2. Adanya kedudukan yang sama di depan hukum
 3. Adanya jaminan hak-hak manusia (A.V. Dicey).
B. Peraturan Perundang-undangan Perlindungan Hukum
 Beberapa peraturan perundang-undangan yang
berfungsi dalam memberikan perlindungan hukum:
 1. UU No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman: pengadilan mengadili dengan tidak
membeda-bedakan orang; pengadilan membantu
pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
hambatan untuk tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan.
 2. UU No.39 Tahun 2004 tentang perlindungan
tenaga kerja (TKI): Pemerintah bertanggung
jawab untuk perlindungan TKI; Setiap TKI
mempunyai hak dan kesempatan yang sama
 3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang
sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
pekerjaan; setiap tenaga kerja/buruh
memperoleh perlakuan yang sama dari
pengusaha; setiap tenaga kerja mempunyai hak
dan kesempatan yang sama untuk memilih, atau
pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan
yang layak.
 4. UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen: Pelaku usaha dilarang
memperdagangkan barang yang rusak, cacat
atau bekas; Pelaku usaha dilarang
memproduksi/ memperdagangkan barang atas
jasa yang tidak memenuhi standar/persyaratan.
2. Penegakan Hukum
A. Pengertian
 Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya
untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum
secara nyata dalam masyarakat sebagai pedoman
perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
B. Unsur-unsur dalam Sistem Penegakan Hukum
Ada beberapa unsur dalam penegakan hukum, sebagai berikut.
1. Peraturan Perundang-undangan
Unsur ini merupakan unsur mendasar, krena keberhasilan
atau keggalan penegakan hukum ditentukan sejak awal
pembuatan undang-undang.
2. Penegak hukum
Penegak hukum adalah orang atau lembaga yang secra
hukum berhak melakukannya.
3. Masyarakat
Peran masyarakat dalam upaya penegakan hukum
dapat dilihat dari adanya kesadaran masyarakat atas
hak dan kewajiban, budaya taat hukum.
4. Pelaksanaan (penegakan) hukum
Dalam melaksanakan penegakan hukum ada dua cara
yang dapat dilakukan, yaitu secara preventif dan
represif.
3. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam
Perlindungan dan Penegakan Hukum

Ada beberapa faktor yang memengaruhi perlindungan


dan penegakan hukum:
1. Faktor hukumnya
2. Faktor penegak hukum
3. Faktor sarana atau fasilitas
4. Faktor masyarakat

Anda mungkin juga menyukai