Anda di halaman 1dari 10

NASIONALISME DAN KEBANGSAAN DI INDONESIA

Mata Kuliah

Pemikiran Politik Indonesia

Dosen Pengampu

Indra Fauzan SHI., M.Soc.Sc. Ph.D

Oleh

Aldi Immanuel Siregar

200906087

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU POLITIK

2021/2022
ABSTRAK

Nasionalisme dan Kebangsaan merupakan suatu sikap politik atau pemahaman dari
masyarakat suatu bangsa yang memiliki keselarasan kebudayaan dan wilayah. Juga memiliki
kesamaan cita-cita dan tujuan sehingga timbul rasa ingin mempertahankan negaranya, baik
dari internal maupun eksternal. Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara
potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa. Sikap dan perilaku nasionalisme yang harus
dimiliki warga negara. Itu meliputi harus mematuhi aturan yang berlaku, mematuhi hukum
negara, melestarikan budaya Indonesia. Konsep wawasan kebangsaan itu jelas sekali
menunjukkan konsep sebagai cara pandang yang dilandasi kesadaran diri, sebagai warga dari
suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nasionalisme dan Kebangsaan dijadikan sebagai ideologi maka akan menunjukkan bahwa
suatu bangsa memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta tujuan dan cita-cita. Sehingga
akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok bangsa
tersebut.

Kata Kunci : Nasionalisme dan Kebangsaan Indonesia


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya yaitu tugas makalah yang berjudul
Nasionalisme dan Kebangsaan di Indonesia.

Saya menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan- kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang saya miliki. Oleh karena
itu, semua kritik dan saran pembaca akan saya terima dengan senang hati demi perbaikan
penulisan yang lebih baik.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Persoalan bangsa yang akhir-akhir ini mengemuka, bahkan menjadi semacam hantu
adalah fenomena yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Lepasnya Timor-Timur dari
Negara Kesatuan republik Indonesai (NKRI) dan peristiwa separatis di Irian Jaya dan
Aceh yang menginginkan Papu Merdeka dan Aceh Merdeka, merupakan contoh nyata
adanya kecenderungan di atas. Di sinilah perlunya rasa nasionalisme dan wawasan
kebangsaan dimiliki oleh generasi muda, yang pada akhirnya diharapkan dapat
mengatasi kemaje-mukan yang ada. Dewasa ini keberadaan nasionalisme di Indonesia
semakin hari semakin memudar. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat bahwa
dalam mencapai kemerdekaan oleh para Pahlawan di masa lampau tidaklah mudah.
Sebagai warga negara Indonesia hendaknya kita harus mampu memaknai makna era
globalisasi saat ini harus mampu menjaga keutuhan bangsa dan negara dari terusan
perkembangan jaman dan teknologi. Tentunya masih segar diingatan kita bahwa
beberapa tahun belakangan ini terjadi banyak klinik akibat kurangnya rasa nasionalisme
seperti berbagai budaya Indonesia yang di klaim oleh Malaysia antaralain klaim
ponorogo, batik keris, dan lagu rasa Sayange. Hal tersebut menunjukkan
betapalemahnya nasionalisme indonesia hingga kurang menghargai dan melestarikan
budaya
Mencermati fenomena yang terjadi tersebut, perlu kiranya ada suatu upaya untuk
menggali kembali rasa rasionalisme dan wawasan kebangsaan. Salah satu upaya untuk
menggali rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan dapat dilakukan dengan
memahami gagasan, konsep, dan pandangan yang disampaikan oleh para pemikir pada
masa lalu. Di samping melalui dokumen kesejarahan, gagasan, konsep, dan pandangan
tersebut juga dapat ditelusuri melalui karya-karya budaya yang monumental. Pada masa
ini kita dapat melihat bahwa inti mendalam dari masalah yang hendak dijawab dengan
nasionalisme di indonesia adalah masalah keutuhan dan kemerdekaan bangsa. dan
persoalan semacam itu tidak akan pernah selesai bahkan dengan telah
diproklamasikannya kemerdekaan bangsa Indonesia sekalipun. Sebab-sebab persoalan
keutuhanan dan kemerdekaan bangsa itu sendiri sifatnya dinamis, berkembang sesuai
dengan perkembangan kehidupan bangsa indonesia itu sendiri.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana teori Nasionalisme?
2. Bagaimana konsep nasionalisme?
3. Bagaimana nasionalisme Indonesia saat ini?

I.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami teori nasionalisme
2. Untuk memahami konsep nasionalisme
3. Untuk mengetahui kondisi nasionalisme Indonesia saat ini.

I.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami pembahasan mengenai teori dan konsep mengenai nasionalisme. Selain itu
juga dapat menambah pustaka tentang pendidikan.

I.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode studi pustaka dan
metode deskriptif dalam penyajian analisis.

II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Nasionalisme

Abdulgani (1964) mengemukakan tiga macam teori terbentuknya sebuah bangsa, yakni:
(1) Cultur-natie-theorie (teori kebudayaan) yang menyebutkan bahwa bangsa adalah
kelompok manusia yang memiliki persamaan kebudayaan; (2) Staats-theorie (teori
negara) yang menyebutkan bahwa suatu bangsa timbul karena adanya negara, sehingga
negara harus ada terlebih dahulu untuk membentuk sebuah bangsa; dan (3) Geveols-natie-
theorie (teori kemauan, keinginan) yang menjelaskan bahwa syarat mutlak timbulnya
suatu bangsa adalah adanya keinginan untuk hidup bersama dalam ikatan suatu bangsa,
dan tidak memerlukan adanya persamaan kebudayaan, ras atau agama. Dari ketiga teori
tersebut, nasionalisme Indonesia cenderung mengikuti teori yang ke tiga, yaitu geveols-
natie-theorie karena bangsa Indonesia memiliki beragam ras, agama dan kebudayaan
yang khas satu sama lain.

Berdasarkan sejarah kelahirannya, nasionalisme atau kebangsaan pada masa lampau


merupakan suatu jalan tengah di antara dua kubu ekstrimitas yaitu kegelapan
imperialisme atau kolonialisme dengan kebodohan etnosentrisme (Rachmat, 1996).
Seiring dengan perkembangan dan perubahan kehidupan dunia, nasionalisme masih
relevan dan kembali sebagai jalan tengah antara genderang globalisasi dan kebangkitan
etnosentrisme di tengah masyarakat dunia.
Pergeseran tata sendi kehidupan, menyebabkan banyak hal dalam nasionalisme yang
lampau, menjadi usang dan kurang bermakna pada masa sekarang ini. Sebagai contoh,
slogan “hidup atau mati”, “right or wrong is my country” bukan saja terdengar asing
tetapi juga dirasa naif, karena saat ini kesadaran terhadap persamaan hukum dan
penghormatan hak asasi manusia menjadi hal yang esensial, melebihi rasa kebangsaan
yang tidak pada tempatnya.

2.2 Konsep Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan

Konsep nasionalisme dan wawasan kebangsaan mengacu pada kesadaran suatu warga
negara akan pentingnya ketunggalan bangsa, nation state. Konsep tersebut bersifat
idiologis dan disosialisasikan kepada setiap anggota (warga) negara. Nasionalisme dan
wawasan kebangsaan mengikat warga negara dalam beberapa hal, yakni (a) memiliki
kesadaran sebagai satu bangsa, yang dapat memperkuat rasa kebangsaan, persatuan dan
kesatuan, (b) jiwa, semangat, dan nilai-nilai patriotik, yaang berkaitan dengan perasaan
cinta tanah air, cinta kepada tanah tumpah darah, cinta kepada negara dan bangsa, cinta
kepada milik budaya bangsa sendiri, kerelaan untuk membela tanah airnya, (c) jiwa,
semangat dan nilai-nilai kreatif dan inovatif, dan (d) jiwa, semangat, dan nilai-nilai yang
mampu membentuk kepribadian, watak dan budi luhur bangsa.

Dalam suasana jiwa pasca-Indonesia pengertian nasionalisme, patriotisme, dan


sebagainya akan lebih jernih dan menjelma sampai ke esensi. Hal itu disebabkan
nasionalisme kini berarti berjuang dalam membela kaum manusia yang terjajah, miskin
dalam segala hal termasuk miskin kemerdekaan dan hak penentuan pendapat diri sendiri;
manusia yang tak berdaya menghadapi para penguasa yang sewenang-wenang yang telah
merebut bumi dan hak pribadinya dan memaksakan kebudayaan serta seleranya kepada si
kalah.

Nasionalisme kini lebih pada hikmah jati diri perjuangan melawan sang kuasa lalim yang
secara peroangan maupun struktural dan demi hari depan yang lebih baik dan adil.
Perjuangan tersebut bersifat universal bersama-sama dengan kawan sesama sege-nerasi
muda dan dari segala penjuru dunia. Konsep kebangsaan tidak semata-mata mengacu
pada adanya keragaman kultural. Kebangsaan adalah suatu konsep politik, yang
perwujudannya hanya bisa diraih lewat upaya-upaya politik pula. Dan upaya politik
paling penting adalah menciptakan keadilan sosial, tegasnya keberpihakan pada mereka
yang lemah. Hanya dengan kebangsaan yang menjamin hak politik warga negara untuk
menentukan dirinya sesuai dengan kulturalnya, maka masing-masing kelompok etnis dan
budaya yang tergabung di dalamnya akan terjamin menghayati identitasnya.

Kebangsaan itu sendiri terjadi dan terbentuk sesuai dengan penjadian dan pembentukan
sejarah. Oleh karena sejarah bersifat terbuka maka pembentukan dan penjadian itu tidak
mengenal bentuk akhir atau finalitas. Jadi kebangsaan bukanlah suatu kenyataan,
melainkan suatu cita-cita, aspirasi dan tuntutan khas Indonesia. Kebangsaan itu adalah
suatu persatuan Indonesia merdeka yang mengusahakan keadilan sosial, terutama bagi
mereka yang tertindas.

Nasionalisme Indonesia tidak dapat dipisahkan dari imperialisme dan kolonialisme


Belanda, karena sebenarnya nasionalisme merupakan rekasi terhadap bentuk
kolonialisme. Hubungan antara keduanya dapat dilihat dalam dua tataran, yaitu tataran
universal dan tataran kontekstual. Dalam tataran universal nasionalisme Indonesia
pertama-tama adalah sebuah gerakan emasipasi, keinginan mendapatkan atau
membangun kembali sebuah dunia yang luas, bebas, yang di dalamnya dan dengannya
manusia dapat menghidupkan dan mengembangkan serta merealisasikan dirinya sebagai
subjek yang mndiri dan bebas. Nasionalisme yang demikian ini dipertentangkan dan
imperialisme, yakni upaya melawan segala gerakan yang menghendaki dominasi,
superioritas. Dalam tataran universal ini nasionalisme seiring dengan gagasan
pembebasan manusia pada umumnya.

Sementara itu dalam tataran kontekstual, nasionalisme Indonesia merupakan


kehendak untuk membangun sebuah dunia yang di dalamnya manusia Indonesia, sebagai
bagian dri budaya ke-Timur-an, dapat merealisasikan dirinya secara bebas. Di samping
itu, manusia Indonesai bisa terlepas dari tekanan dan dominasi penjajahan Belanda,
sebagai representasi budaya Barat. Tataran kontekstual ini membatasi gagasan
pembebasan hanya pada hubungan antar-bangsa yang dapat membuatnya bertentangan
dengan gagasan pembebasan pada tataran yang lebih rendah.

Dalam usaha untuk mewujudkan kehendak di atas orang-orang Indonesia tertarik ke


dua arah yang berlawanan, yaitu (1) ada yang bergerak ke masa lalu, dan (2) ada yang
bergerak ke masa depan. Mereka yang bergerak ke masa lalu menganggap dunia itu sudah
ada sebelumnya dan dapat ditemukan kembali. Sementara yang bergerak ke masa depan
mengganggap dunia itu sebagai sebuah bangunan yang akan atau sedang dalam proses
pembentukan.

2.3 Nasionalisme Di Indonesia Saat Ini

Ketika negara yang bernama Indonesia akhirnya terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945
dengan penghuninya yang disebut bangsa Indonesia persoalan ternyata belum selesai.
bangsa indonesia masih harus berjuang dalam perang kemerdekaan antara tahun 1945
tatkala penjajah menginginkan kembali jajahannya. nasionalisme kita saat itu betul-betul
diuji di tengah gejolak politik dan politik di,ide et impera belanda. Setelah pengakuan
kedaulatan tahun 1945 nasionalisme bangsa masih terus diuji dengan munculnya gerakan
separatis di berbagai wilayah tanah air hingga akhirnya padamasa demokrasi Terpimpin"
masalah nasionalisme diambil alih oleh negara. nasionalisme politik pun digeser kembali
ke nasionalisme politik sekaligus kultural. Dan berakhir pula situasi ini dengan terjadinya
tragedi nasional 30 September 1965

Pada masa orde baru wacana nasionalisme pun perlahan-lahan tergeser dengan
persoalan-persoalan modernisasi dan industrialisasi pembangunan. Maka nasionalisme
ekonomi pun muncul ke permukaan. Sementara arus globalisasi seakan memudarkan pula
batas-batas kebangsaan kecuali dalam stabilitas batas wilayah dan kedaulatan negara. kita
pun seakan menjadi warga dunia. di samping itu negara mengambil alih urusan
nasionalisme atas nama kepentingan nasionalis dan demi stabilitas nasional sehingga
terjadilah apayangdisebut greedy state" negara betul-betul menguasai rakyat hingga
memori kolektif masyarakat pun dicampuri negara. Maka inilah yang disebut
“nasionalisme negara” (Abdullah 2001: 37-39) Tahun 1998 terjadi reformasi yang
memporak-porandakan stabilitas semua yang dibangun orde baru. Masa ini pun diikuti
dengan masa krisis berkepanjangan hingga berganti empat orang presiden. Potret
nasionalisme itu pun kemudian memudar. banyak yang beranggapan bahwa nasionalisme
sekarang ini semakin merosot di tengah isu globalisasi demokratisasi dan liberalisasi yang
semakin menggila. kasus Ambalat, beberapa waktu lalu secara tiba-tibamenyerukan rasa
nasionalisme kita dengan menyerukan slogan-slogan “Ganyang Malaysia!”. Setahun
terakhir ini" muncul lagi nasionalisme itu ketika lagu raasa Sayang-sayange dan “reog
reog ponorogo “diklaim sebagai budaya negeri jiran itu. Semangat nasionalisme kultural
dan politik seakan muncul. Seluruh elemen masyarakat bersatu menghadapi ancaman dari
luar. Namun anehnya" perasaan atau paham itu hanya muncul sesaat ketika peristiwa itu
terjadi.

III

PENUTUP

Kesimpulan

Gagasan nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang terdapat dalam novel Indonesia
modern tampak pada struktur naratif yang menggambarkan jiwa patriotisme, rela
berkorban, strategi perjuangan, kebersamaan dalam perjuangan, motivasi dan makna
per¬juangan, keyakinan dalam perjuangan, dan nilai kemanusiaan dalam perjuangan,
makna hakiki kemerdekaan, merdeka bagi rakyat kecil, jaminan kebebasan, identitas
kebangsaan, perilaku kepemimpinan, penegakan kebenaran, dan menghapuskan
penindasan, tujuan akhir perjuangan, kecintaan pada kedamaian, sejajar dengan bangsa
lain, sikap patriotisme baru, penguasaan Ipteks, dan sikap dan semangat kemadirian. Dari
berbagai butir gagasan nasionalisme tersebut menunjukkan adanya dinamika dan
perkembangan makna nasionalisme dan wawasan kebangsaan. Gagasan nasionalisme dan
wawasan kebangsaan yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu nasionalisme
gelombang pertama: nasionalisme pra-kemerdekaan, nasionalisme gelombang kedua:
nasionalisme pasca-kemerdekaan, dan nasionalisme gelombang ketiga: nasionalisme
Indonesia-baru. Hal itu memberikan implikasi bahwa Indonesia modern dapat dijadikan
sebagai salah satu sarana atau bahan dalam upaya mengembangkan pemahaman tentang
nasionalisme dan wawasan kebangsaan bagi generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA

Dian,Achmad,dkk.1992. Ringkasan dan ulasan novel Indonesia Modern Novel: Grasindo.


http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=369010&val=7990&title=Nasionalisme

https://jeremiasjena.wordpress.com/2008/06/20/memahami-nasionalisme/feed/

https://jeremiasjena.wordpress.com/2007/03/23/nasionalisme-indonesia/feed/

https://amp.kompas.com/nasional/read/2019/11/15/15304751/pentingnya-nasionalisme-di-
era-indonesia-modern

https://pusdiklat.bps.go.id/diklat/bahan_diklat/BA_Nasionalisme_Utama%20Andri%20Arjita
%20S.T.,%20M.T._1736.pdf

Anda mungkin juga menyukai