Anda di halaman 1dari 25

7

BAB II
PEMBAHASAN

A. Lunturnya Nilai-Nilai Nasionalisme Generasi Muda

1. Nasionalisme

Lothrop Stoddard (1998:138) mengemukakan bahwa:”Nasionalisme

adalah suatu keadaan jiwa, suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar

manusia sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan dalam bentuk

kebersamaan”. Sedang Nazaruddin Sjamsuddin (1998:38) mengemukakan bahwa:

“Nasionalisme adalah suatu konsep yang berpendapat bahwa kesetiaan individu

diserahkan sepenuhnya kepada negara”.

Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan

kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris ”nation”) dengan mewujudkan

satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia

(http://wikipedia.org/wiki/nasionalisme,). Nasionalisme dapat menonjolkan

dirinya sebagai bagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer

berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan, dan ideologi.

Adapun bentuk-bentuk dari nasionalisme sangatlah beragam. Bentuk-bentuk

nasionalisme adalah sebagai berikut:

1. Nasionalisme kewarganegaraan

Nasionalisme kewarganegaraan disebut juga nasionalisme sipil. Nasionalisme

jenis ini adalah nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik

dari penyertaan aktif rakyatnya, ”kehendak rakyat”, ”perwakilan politik”.

Teori nasionalisme ini bermula dibangun oleh Jean Jacques Rousseau.


8

2. Nasionalisme etnis

Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh

kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun

oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa

Jerman untuk "rakyat").

3. Nasionalisme romantik

Nasionalisme romantik disebut juga nasionalisme organik t atau

nasionalisme identitas adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara

memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari

bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik

adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme

romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme

romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder

merupakan koleksi kisahkisah yang berkaitan dengan etnis Jerman

4. Nasionalisme budaya

Nasionalisme budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh

kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti

warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa

yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah

dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih

dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk

menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya

Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis


9

Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRT karena

pemerintahan RRT berpaham komunisme.

5. Nasionalisme kenegaraan

Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu

digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat

sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.

Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip

masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu

argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik

dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki

kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di

Spanyol, serta sikap Jacobin terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri

Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas

menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih

otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika.

Secara sistematis, bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud

tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah,

seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme

Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Sepanyol

dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.

6. Nasionalisme agama

Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh

legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya


10

nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.

Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan

agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan

oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu

(http://wikipedia.org/wiki/nasionalisme,).

Jauh sebelum prinsip Nasionalisme Indonesia lahir, telah terbit beberapa

tokoh yang mengilhami, menginspirasi maupun penggerak perubahan kualitas

pendiikan Indonesia, yang kesemuanya mendasarkan pada prinsip cinta tanah air,

cinta sesama dan bangsa ( nasionalisme).

a. RA. Kartini

Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 april 1879. 1 Kartini

dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita, tokoh pendidikan yang berlatar cinta

tanah air dan sesama. Pada zaman kartini belum lahir kedudukan kaum wanita

Indonesia masih sangat terbelakang. Keadaan semacam ini disebabkan oleh

adanya susunan dan pandangan masyarakat yang masih kolot. Menurut susunan

dan pandangan masyarakat, kaum wanita di Indonesia hanya mempunyai

kewajiban dan tanpa hak apapun.

Selain itu, yang mereka tahu hanya bagaimana harus berbakti dan taat pada

suaminya. Para wanita Indonesia tidak diperkenankan melakukan kegiatan lain

selain yang sudah ditentukan oleh suami maupun adat. Dan realitanya, para wanita

menerima semua itu dengan legawa karena menganggap semua itu sudah

ketentuan tradisi dari nenek moyangnya.

1 Tashadi, RA. Kartini, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1986, Jakarta hlm.17
11

Sehingga para wanita Indonesia cenderung kurang berpendidikan bahkan

buta huruf karena mereka tidak diberi hak untuk bersekolah. Kenyataan inilah

yang menjadi titik awal motivasi perjuangan kartini. Berprinsip pada cinta

sesama, sesama bangsa terlebih sesame kauma wanita, Kartini melakukan

beragam pemikiran dan pergerakan. Dalam hal pendidikan di sekolah, Kartini

menganjurkan agar anak- anak diberi pendidikan modern. Hal ini bukan

bermaksud mem-belandakan atau men-eropa-kan orang Indonesia. Namun,

berpendidikan modern dengan tetap sebagai orang Indonesia yang cinta pada

tanah airnya dan berjiwa Indonesia.2 Dalam hal ini, Kartini bermaksud melakukan

asimilasi, yakni segi-segi pendidikan dari luar diambil kemudian dipadukan

dengan segi-segi pendidikan Indonesia pula. Diharapkan dari percampuran itu,

niscaya akan tercipta sesuatu yang lebih baik. Cita-cita dan pemikiran Kartini

tersebut ditulis dalam suratnya yang tertanggal 12 Juni 1902. Dalam hal

peradaban, Kartini juga sangat menganjurkan pendidikan budi pekerti, hal ini

dimaksudkan sebagai penyaring peradaban barat yang dianggap kurang sesuai

dengan jiwa ketimuran Indonesia. Tidak hanya sebatas itu, pemikiran hebat.

Kartini juga menyoal pendidikan yang diadakan oleh kolonial Belanda

yang dirasa masih banyak kekurangan hingga belum mampu mencerdaskan

bangsa Indonesia. Para murid hanya diajari membaca, menulis, bahasa daerah dan

berhitung. Kartini menginginkan adanya kesempurnaan pendidikan dengan

pengadaan pelajaran bahasa Indonesia, bahasa melayu dan bahasa Belanda.

Karena menurutnya, bahasa-bahasa tersaebut akan memudahkan murid untuk

2 Ibid, hlm.79
12

mempelajari ilmu-ilmu yang berbahasa asing supaya pengetahuan lebih luas.

Sementara bagi Belanda, hal tersebut dikhawatirkan menjadi boomerang yang

siap menghancurkan kolonialisme. Kartini menuntut supaya pemerintah Hindia

Belanda segera mengubah politiknya dan mengadakan pembaharuan-

pembaharuan yang berguna bagi rakyat. Untuk itu, Kartini juga berusaha

mendirikan sekolah sendiri dan bertanggung jawab sebagai guru. Tujuan Kartini

waktu itu hanya satu, yaitu memperbaiki keadaan pendidikan. Sekolah yang

didirikan Kartini dikhususkan untuk perempuan dengan memberi nama

sekolahnya "Sekolah Gadis" . Perjuangan Kartini berakhir seiring dengan

wafatnya pada 17 septemer 1904.

b. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lahir pada tahun 1928 di Yogyakarta. Dia dikenal luas

sebagai seorang pendidik, budayawan maupun nasionalis pendidikan yang hebat.

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pejuang untuk memberi jawaban atas

pertanyaan" pendidikan apakah yang paling cocok untuk anak-anak Indonesia.

Jawaban yang paling tepat adalah pendidikan nasional.

Usaha mewujudkan pendidikan nasional tersebut dimulai pada 3 juli 1922

dengan mendirikan perguruan kebangsaan Taman Siswa yang pertama di

Yogyakarta. Pada waktu itu nama yang dipakai adalah National Onderwijs Institut

Taman Siswa ( Lembaga Pendidikan Sekolah TamanSiswa).3 Melalui perguruan

taman siswa, Ki Hajar Dewantara mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk

3 Darsiti Soeratman, Ki Hajar Dewantara, (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan


kebudayaan,1986) hlm.ix
13

kepentingan nusa dan bangsa. Taman siswa melaksanakan kerja duta dan kerja

membantu. Tugas yang pertama dimaksudkan untuk mendidik rakyat agar berjiwa

kebangsaan dan berjiwa merdeka, untuk menjadi kader-kader yang mampu

mengangkat derajat nusa dan bangsanya hingga bisa sejajar dengan bangsa-bangsa

lain yang merdeka. Tugas yang kedua, kerja membantu dimaksudkan untuk

membantu perluasan pendidikan dan pengajaran yang pada saat itu sangat

dibutuhkan oleh rakyat banyak, sedang sekolah yang disediakan oleh pemerintah

Belanda sangatlah terbatas.

Dalam penyelenggaraanya, Taman Siswa berjalan dengan kekuatan

sendiri, tidak menerima subsidi dari pemerintah kolonial. Sebagai

konsekuensinya, maka pejuang-pejuang Taman Siswa harus berani hidup

sederhana penuh pengabdian. Selain itu. Di Taman Siswa tidak hanya

menghendaki pembentukan intelek, tetapi juga dan terutama pendidikan dalam

arti pemeliharaan dan latihan susila dengan menggunakan cara kekeluargaan.

Dalam praksisnya, seorang guru atau pamong tidak hanya sekedar mengajar

melainkan juga mendidik.

c. Soekarno

Memasuki abad 20, tepatnya pada tanggal 6 juni 1901, telah lahir tokoh

berpengaruh, nasionalis, budayawan dan pemikir pendidikan Indonesia yang

berwajah modern. Secara universal yang bernama Soekarno. Sejak muda sampai
14

terpilih menjadi presiden pertama Indonesia, Soekarno dengan radikal telah

menunjukkan kedalaman berpikirnya dalam dunia pendidikan selain politik dan

budaya. Dalam pemikirannya4, soekarno sedikit banyak telah mengadopsi pola

pendidikan kolonial Belanda yang dianggap terbuka, egaliter, dan menanamkan

kedalaman berpikir dengan cara membiasakan seseorang mempelajari berbagai

pemikiran dari sumbernya. Meski hal tersebut hanya berlaku bagi kalangan pelajar

tertentu saja. Berangkat dari kenyataan bangsa Indonesia yang masih jauh

tertinggal dalam hal kualitas pendidikan dari negara-negara barat, soekarno

termotivasi untuk melakukan perbaikan dan pembaharuan. Bagi soekarno, kualitas

pendidikan sangatlah punya andil dalam pembentukan karakter suatu bangsa

hingga dimana hal tersebut akan bermuara pada peradaban dan kesejahteraan

bangsa yang tinggi. Soekarno ingin menegaskan bahwa hanya dengan pendidikan

sajalah yang akan menjadi proses untuk meningkatkan daya gerak bangsa menuju

kemajuan, yang salah satu

2. Lunturnya Nilai-Nilai Nasionalisme


Lunturnya nilai-nilai nasionalisme ditandai dengan mengikisnya

kebanggaan terhadap negara dan bangsa sendiri. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan lunturnya nilai-nilai nasionalisme antara lain:


a. Pengaruh negatif dari globalisai

 Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa


4 Ibid, hlm.70
15

liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga

tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke

ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme

bangsa akan hilang.

 Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk

dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald,

Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya

rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala

berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa

Indonesia.

 Mayarakat Indonesia khususnya anak muda banyak yang lupa akan

identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung

meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

 Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya

dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi

ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang

kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

 Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian

antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang

tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa (http://www.wikimu.com,

8 September 2011).

b. Minimnya keteladanan dari pemimpin bangsa

Pemerintahan pada jaman reformasi yang jauh dari harapan, sehingga


16

membuat masyarakat kecewa pada kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya

kasus-kasus korupsi, penggelapan uang Negara, dan penyalahgunaan

kekuasaan oleh para pejabat Negara, banyak menimbulkan sikap apatis

terhadap pemerinta.

c. Faktor keluarga dan lingkungan sekitar

Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan rasa

nasionalisme dan patriotisme, sehingga anak meniru sikap tersebut. Anak

merupakan peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.

d. Demokratisasi yang melewati batas

Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan maraknya

unjuk rasa, (kadang anarkis) telah menimbulkan frustasi di kalangan

masyarakat dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat

malas, egois dan emosional.

e. Munculnya etnosentrisme

Timbulnya etnosentrisme yang menganggap suku dan golongannya lebih

baik dari suku atau golongan lainnya, membuat masyarakat lebih

mengagungkan daerah atau sukunya dari pada persatuan bangsa. Hal ini

sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan baik dengan pendekatan

yang lebih komprehensif dan menyelesaikan ketimpangan yang terjadi di

daerah-daerah.

B Peran Pendidikan IPS dalam Menanamkan Nilai-Nilai Nasionalisme

1. Hakikat Pendidikan IPS


17

Istilah Pendidikan IPS dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia

masih relatif baru digunakan5. Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social

Studies dalam konteks kurikulum Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali

digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Social

Studies yang mengembangkan kurikulum di Amerika Serikat.

Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di

Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang

menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai

macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih

yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk

dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.

Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak

menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara dan

selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l861-

1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia,

mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut merasa

sulit untuk menjadi satu bangsa.

Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para

pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan

penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa

Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social

studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892.

5 Entin Solihatin, 2009, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi
Aksara hal 14
18

Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional

dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang

perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan

sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir

merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.

Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di

Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum

sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini

disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah,

para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan

menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat secara

seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk

mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmu-

ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal

pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah.

Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum

sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat.

Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam

bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat

ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah

melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I

(1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima

masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
19

a. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.

b. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan

c. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan

pembangunan.

d. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan

dana.

e. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi

kepentingan pembangunan nasional.

Kedudukan pengajaran IPS begitu unik karena harus mempersiapkan dan

mendidik anak didik untuk hidup dan memahami dunianya, dimana kualitas

personal dan kualitas sosial seseorang akan menjadi hal yang sangat vital.

Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS sebagai mata

pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:

a. IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan

demokrasi.

b. IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan "dunianya".

c. IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif.

d. IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental

understanding) tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

e. IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial.

Barr dan teman-temannya (Nelson, 1987; Chapin dan Messick,1996)

merumuskan tiga perspektif tradisi utama dalam IPS. Ketiga tradisi utama tersebut

ialah:
20

a. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship

transmission).

b. IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial.

c. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry (reflective inquiry).

Roberta Woolover dan Kathryn P. Scoot (1987) merumuskan ada lima

perspektif dalam mengajarkan IPS . Kelima perspektif tersebut tidak berdiri

masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif yang lain.

Kelima perspektif tersebut ialah:

a. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship

transmission).

b. IPS diajarkan sebagai Pendidikan ilmu-ilmu sosial.

c. IPS diajarkan sebagai cara berpikir reflektif (reflective inquiry).

d. IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.

e. IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang

rasional.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan keidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia

sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan


21

kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di

manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek

menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara

negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan

semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang

menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.

Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh

kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari

permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti

daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan

mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Sebagai

ilustrasi digambarkan sebagai berikut

a. Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya landai

dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang tidak

begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari ikan.

Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal yang

masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas masyarakatnya

bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua pelabuhan-pelabuhan

besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai utara Jawa. Dataran

rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di atas

permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung

oleh iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocok untuk

dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi,


22

Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk,

dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem pertanian

yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan holtikultura seperti

sayuran, buah-buahan, da tanaman hias.

b. Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena

sedikitnya persediaan air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk

terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan

mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang relatif mudah. Ladang

yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah pegunungan.

Jika dicermati ada beberapa aspek dari Pendidikan IPS yang meliputi:

a. hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia

tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya

dipelajari dalam ilmu sosiologi

b. ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia,

perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi

c. psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi

d. budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi

e. sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan

manusia dipelajari dalam ilmu sejarah

f. geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap

kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi

g. politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik


23

Tujuan pendidikan IPS ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan siswa yang berguna untuk kehidupan sehari harinya. IPS sangat erat

kaitannya dengan persiapan anak didik untuk berperan aktif atau berpartisipasi

dalam pembangunan Indonesia dan terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia

(global society). IPS harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari

keseluruhan pendidikan kepada anak. IPS memerankan peranan yang signifikan

dalam mengarahkan dan membimbing anak didik pada nilai-nilai dan perilaku

yang demokratis, memahami dirinya dalam konteks kehidupan masa kini,

memahami tanggung jawabnya sebagai bagian dari masyarakat global yang

interdependen.

Siswa membutuhkan pengetahuan tentang hal-hal dunia luar yang luas dan

juga tentang dunia lingkungannya yang sempit. Siswa perlu memahami hal-hal

berkaitan dengan individunya, lingkungannya, masa lalu, masa kini, dan masa

datang. Kesadaran akan pentingnya hubungan antara bahan IPS (social studies

content), ketrampilan, dan konteks pembelajaran (learning contexs) dapat

membatu kita untuk mengembangkan suatu IPS yang kuat kadar inquiri sosialnya.

Ketrampilan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan IPS mencakup

hal-hal sebagai berikut:

1. Ketrampilan mendapatkan dan mengolah data

2. Ketrampilan menyampaikan gagasan, argumen, dan cerita

3. Ketrampilan menyusun pengetahuan baru

4. Ketrampilan berpartisipasi di dalam kelompok.


24

Dalam hubungannya dengan nilai dalam pendidikan IPS, seorang guru

harus mendorong anak untuk aktif bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang

berlaku. Guru perlu memotivasi anak untuk memiliki sikap yang baik. Sangatah

penting bagi seorang guru mendorong anak untuk memiliki sikap yang baik,

karena dengan menciptakan pengalamanpengalaman di dalam kelas siswa

diharapkan akan melakukan perbuatan yang baik dalam kegidupan sehari-harinya

Oemar Hamalik (dalam Etin Solihatin6) merumuskan tujuan pendidikan

IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan

pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4)

keterampilan.

Pengetahuan dan Pemahaman; salah satu fungsi pengajaran IPS adalah

mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-

fakta dan ide-ide kepada anak.

Sikap belajar; IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar

yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki

(inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu

melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.

Nilai-nilai sosial dan sikap; anak membutuhkan nilai-nilai untuk

menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan

perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS.

Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan

berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan

6 Entin Solihatin, 2009, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi
Aksara hal 16
25

pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadapa perkembangan

nilai-nilai dan sikap anak

Keterampilan dasar IPS; anak belajar menggunakan keterampilan dan

alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan

mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data,

mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan

kesimpulan.

2. Upaya Menanamkan Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Pendidikan IPS

Berdasarkan peran guru di dalam dan di luar kelas dan berdasarkan

hakikat, karakter, serta tujuan pendidikan IPS, maka peran dan tanggung jawab

guru Pendidikan IPS dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan

Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung

jawab terhadap pembangunan bangsa. Peran dan tanggung jawab yang

diemban guru Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial lebih kepada

menanamkan dan menambah semangat nasionalisme. Hal ini sangat penting

ditengah masyarakat yang dinamis dan mengalami perubahan yang cepat

seiring dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi

dan komunikasi. Membangun jati diri di era global bkan suatu pekerjaan yang

mudah, hal itu karena semakin tidak terbendungnya pengaruh budaya luar

yang sering tidak sesuai dengan karakter bangsa. Penanaman nilai-nilai


26

Pancasila menjadi tanggung jawab pengampu pendidikan terutama guru

PIPS.

b. Melatih siawa agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-

psikologis. Hal tu sesuai dengan hakikat pengetahuan Sosial sebabagi suatu

mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan, antara lain:

1) Siapa diri saya?

2) Pada masyarakat apa saya berada?

3) Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi

anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?

4) Apa artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia?

5) Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari

waktu ke waktu?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan

jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial secara sistematis dan

komprehensif. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi

keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses menuju

kedewasaan.

c. Melatih siswa agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi

pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Hal tersebut tidak

terlepas dari kodrat manusia sebagai mahluk sosial yang harus mampu

bergaul dan memberikan konstribusi positif terhadap masyarakat dan

lingkungannya. Dengan demikian tugas guru Pendidikan Ilmu Pengetahuan


27

Sosial adalah memberikan pengetahuan dan pengalaman, serta keterampilan

sosial terhadap siswa. Dalam hal ini perlu ada hubungan emosional antara

guru dan siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak

dingaruhi komponen-komponen belajar mengajar. Tapi di samping komponen

pokok yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar, ada factor lain yang ikut

mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu soal hubungan antara guru

dan siswa.

Hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan

factor yang sangat menentukan. Bagimana baiknya bahan pelajaran yang

diberikan, bagaimanpun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika

hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat

menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.

Dalam hubungan ini, salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui

contact-hours di dalam hubungan guru-siswa. Contact-hours atau jam-jam

bertemu antara guru-siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan di luar jam-

jam prestasi di muka kelas seprti biasanya.

Perlu dikembangkan sikap demokratis dan terbuka dari para guru dan ada

keaktifan dari pihak siswa dan gureu harus bersikap ramah sebaliknya siswa

juga harus bersikap sopan, saling hormat menghormati, guru lebih bersifat

manusiawi, rasio guru dan siswa yang lebih bersifat proporsional, masing-

masing pihak bila perlu mengetahui latar belakang baik guru maupun siswa.

Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan.


28

1. perlu dedikasi yang penuh dikalangan guru yang disertai dengan kesadaran

akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya/siswa;

2. menciptakan hubungan yang baik antara sesama staf pengajar dan

pimpinan, sehingga mencerminkan pola hubungan baik antara guru dan

siswa;

3. sistem pendidikan dan kurikulum yang mantap;

4. adanya fasilitas dan ruangan yang memadai bagi para guru untuk

mencukupi kebutuhan tempat bertamu antara guru dan siswa;

5. rasio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dapat melakukan

pendidikan dan hubungan secara baik perlu adanya kesejahteraan guru

yang memadai sehingga guru tidak terpaksa harus mencari hasil

sampingan.

Berdasarkan hakikat dan karakter pendidikan IPS maka upaya-upaya yang

dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme antara lain:

1. Integrasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran.

Nilai-nilai kearifan lokal yang ada di sekitar sekolah dapat dimanfaatkan

untuk pembelajaran IPS. Tak terkecuali dalam pembelajaran untuk menanamkan

nilai-nilai nasionalisme. Dengan diintegrasikannya nilai-nilai kearifan lokal dalam

pembelajaran IPS diharapkan siswa akan memiliki pemahaman tentang kerifan

lokalnya sendiri, sehingga menimbulkan kecintaan terhadap budayanya sendiri.

Proses integrasi nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran IPS ini bisa

dilakukan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam

mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran IPS tentunya guru


29

harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, disesuaikan dengan

materi pelajaran yang disampaikan, metode pembelajaran yang digunakan.

Salah satu aplikasi pengintegrasian nilai-nilai kearifan lokal misalnya

apabila di lingkungan terdekat sekolah itu terdapat tanaman singkong yang

merupakan andalan daerah tersebut. Maka guru dalam pembelajaran bisa

memanfaatkan tema “singkong”.

Contoh lain pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran IPS adalah

dengan lebih mengenal wilayahnya sendiri dalam materi geografi atau pahlawan

lokal bagi materi sejarah. Dengan mengenal lingkungan dengan segala potensi

yang ada diharapkan siswa mempunyai kebanggan terhadap lingkungannya

sendiri, sehingga menimbulkan rasa memiliki dan menjaga lingkungan.

2. Merefleksikan pelaksanaan Upacara Bendera dalam Pembelajaran IPS

Rasa Cinta Tanah Air dapat ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar

rasa terhadap cinta tanah air tertananam di hatinya dan dapat menjadi manusia

yang dapat menghargai bangsa dan negaranya misalnya dengan upacara bendera

setiap hari Senin yang dilakukuan di sekolah dengan menghormat bendera Merah

Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh bangga, dan

mengucapkan Pancasila dengan semangat.

Kegiatan seperti ini direfleksikan dalam pembelajaran IPS, misalnya

dikaitkan dengan perjuangan mempertahankan Merah Putih, sehingga dapat

diarahkan pada lima aspek perkembangan sikap perilaku maupun kemampuan

dasar. Pada aspek sikap perilaku, melalui cerita bisa menghargai dan mencintai
30

Bendera Merah Putih, mengenal cara mencintai Bendera Merah Putih dengan

merawat dan menyimpan dengan baik, menghormati bendera ketika dikibarkan

3. Melatih Siswa Untuk Aktif Dalam Berorganisasi

Kegiatan anak di luar belajar formal juga melatih inisiatif. Anak yang

melibatkan dirinya dalam organisasi, akan berusaha menjadi pribadi yang

berguna. Inilah sebabnya, anak menjadi pribadi yang berinisiatif tinggi karena ia

merasa diperlukan oleh organisasinya. Anak yang berorganisasi juga cenderung

lebih obyektif dalam menilai sesuatu. Ia terbiasa dengan perbedaan dan lebih

mudah menerimanya. Anak juga lebih mudah menerima konflik yang biasa terjadi

dalam organisasi. Membiasakan anak untuk berorganisasi ini bisa ditanamkan

melalui pembelajaran IPS baik itu materi sejarah, sosiologi, ekonomi maupun

geografi.

4. Melalui Acara Memperingati Hari Besar Nasional

Kegiatan lain adalah memperingati hari besar nasional dengn kegiatan

lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara

sederhana dengan menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar

rumah dan pakaian adat, mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta

mengunjungi museum terdekat, mengenal para pahlawan melalui bercerita atau

bermain peran. Bisa juga diintegrasikan dalam tema lain melalui pembiasaan

sikap dan perilaku, misalnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan,

menyayangi sesama penganut agama, menyanyangi sesama dan makhluk Tuhan


31

yang lain, tenggang rasa dan menghormati orang lain. Menciptakan kedamaian

bangsa adalah juga perwujudan rasa cinta tanah air.

5. Memberikan Pendidikan Moral

Membentuk moral anak bisa dilakukan lewat story telling (dongeng).

Kegiatan membaca dongeng dan berdiskusi antara guru dan anak, ini dapat

dilakukan di sekolah maupun di rumah. Anak tentu saja menjadi anugerah

terindah bagi setiap orangtua. Namun, ketika sang buah hati beranjak remaja atau

dewasa, bisa jadi anak yang telah dibesarkan dan dididik sebaik mungkin, menjadi

anak yang tidak mengerti nilai-nilai moral dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai