Anda di halaman 1dari 15

Proses Penguatan Nasionalisme dan Pembentukan Konsepsi

Identitas Bangsa di Indonesia Tahun 1900-1945


Listia Anita Wati
13030121410001

Nasionalisme dan Karakter Bangsa S2 Ilmu Sejarah Departemen Sejarah Fakultas


Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Alamat Korespondensi:listia.anitawai@gmai.com

Abstrak

Perlunya mengetahui bagaimana proses terbentuknya negara bangsa Indonesia


tidak terlepas dari lahir dan berkembangnya paham nasionalisme. Nasionalisme
mampu dipahami dan dipelajari oleh bangsa Indonesia berkat adanya kemampuan
baca tulis yang dimiliki sekelompok kecil bangsa Indonesia. Sekelompok bangsa
itu dijuluki sebagai goongan terpelajar, dikemudian hari merekalah yang menjadi
tokoh utama pergerakan di Indonesia. Menyebarnya paham nasionalisme
memberikan pemahaman kepada bangsa Indonesia tentang kesadaran berbangsa
dan memahami identitas bangsa yang sejati. Tulisan ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan mengungkap informasi dibalik proses terjadinya penguatan
nasionalisme dan pembentukan konsepsi idntitas bangsa Indonesia. Tulisan ini
menggunakan metode penulisan sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu,
heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa proses berkembang dan menguatnya nasionalisme Indonesia
dimotori oleh goongan terpeajar, tokoh pemikir dan organisasi masa pergerakan
yang memberi kontribusi besar pada terbentuknya negara bangsa Indonesia. Pada
salah satu organisasi masa pergerakan berkembang pula budaya Indis yang
mempelopori terbentuknya identitas bangsa. Nasionalisme Indis menjadi pion
utama pengobaran semangat nasionalisme dan penguatan identitas bangsa.
Kata Kunci: Nasionalisme, Identitas Bangsa, Indis.

PENDAHULUAN
Sejarah di Indonesia awal abad ke-20 ditandai dengan lahir dan
berkembangnya paham nasionalisme di Indonesia, paham tersebut semakin
menguat dan memicu lahirnya akar identitas bangsa. Nasionalisme menjadi
pondasi terbentuknya sebuah negara bangsa sedangkan identitas bangsa lahir
beriringan dengan lahirnya negara bangsa. Konsepsi Identitas bangsa Indonesia
merupakan produk ciptaan bangsa Indonesia yang bersifat by desain,namun ada
proses yang menyertai pembentukan konsepsi itu. Konsep identitas bangsa
Indonesia yang saat ini dikenal sebagai semboyan Bhineka Tunggal Ika

1
merupakan hasil proses kesukarelaan bangsa Indonesia yang plural dan beragam
untuk bersatu membetuk satu identitas nasional. Perlunya mengkaji nasionalisme
dan identitas bangsa karena kedua konsep ini menjadi pilar utama terbentuknya
negara bangsa Indonesia.
Jika berbicara mengenai proses maka ada beberapa kekuatan yang menjadi
faktor pendorong terjadinya proses tersebut. proses penguatan nasionalisme dan
pembentukan identitas bangsa tidak terlepas dari kekuatan dan peran tokoh
pemikir, pendidik dan lembaga pendidikan serta organisasi masa pergerakan yang
banyak berkontribusi terhadap terjadinya sebuah proses. Penulis merasa ini
penting untuk diteliti supaya menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan baru
terkait fakta-fakta dibalik layar yang belum terungkap.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah atau (Historical Research)
yang mengandung arti merekonstruksi kembali secara sistematis, akurat dan
objektif kejadian atau peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau dengan
menggunakan pendekatan interpretatif. Peneliti sejarah membuat rekonstruksi
masa lampau dengan mengumpulkan, memverifikasi dan menganalisa bukti-bukti
atau fakta-fakta yang ada dengan teliti, sehingga memungkinkan gambaran yang
tepat pada masa lampau, memberikan latar masa sekarang dan perspektif masa
yang akan datang1.
Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap.
Tahap pertama Heuristik yaitu, mencari dan menemukan data serta sumber-
sumber sejarah2 yang sesuai untuk melakukan penelitian mengenai proses
penguatan nasionalisme dan pembentukan konsepsi identitas bangsa di Indonesia
pada 1900-1945. Penelitian ini memanfaatkan literatur kepustakaan yang lebih
dominan dengan sumber sekunder. Sumber sekunder yang diperoleh berupa
artikel dalam jurnal, hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya.

1
Yusuf A. Muri. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Padang: UNP Press. hlm. 351
2
Endah & Wasino. 2018. Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan.
Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama. hlm. 11-12

2
Tahap kedua Kritik Sumber3 yaitu, menguji keaslian sumber seperti
sumber sekunder yang diperoleh di uji kembali kebenaran isi data serta narasinya.
Tahap ketiga Interpretas4i, apabila sumber sejarah telah teruji keaslian dan
kebenarannya maka dilakukan analisis dan penafsiran, sumber-sumber sekunder
yang telah terkumpul dan teruji kebenarannya selanjutnya dilakukan analisis dan
diinterpretasikan menjadi sebuah hubungan sebab akibat. Historiografi, setelah
sumber sekunder sudah dianalisis dan ditafsirkan maka dilakukan proses menulis
hasil penelitian sesuai dengan kaedah penulisan karya ilmiah yang baik dan benar
menjadi sebuah artikel ilmiah dengan judul proses penguatan nasionalisme dan
pembentukan konsepsi identitas bangsa di Indonesia pada 1900-1945.

PEMBAHASAN
A. Proses Penguatan Nasionalisme
Salah satu kebijakan pemerintah kolonian yang bisa dikatakan
sebagai bumerang bagi dirinya atau sebagai senjata makan tuan adalah
kebijakan politik etis. Kebijakan politik etis yang kemudian pada akhirnya
menjadi salah satu bukti bahwa nasionalisme telah ada di Indonesia5.
Kebijakan tersebut khususnya pada bidang pendidikan, tujuan awalnya
sebagai pemenuhan tenaga kerja murah dan membentuk pemikiran feodal
bagi bangsa pribumi justru pada sisi lain memberikan cahaya pencerahan
bagi pribumi untuk menemukan cara terbebas dari penjajahan. Pendidikan
merupakan salah satu faktor terjadinya integrasi dan munculnya kesadaran
berbangsa. Melalui peran pemuda yang tergabung dalam Perhimpunan
Indonesia di Eropa menjembatani bagi masuknya paham-paham besar
yang berkontribusi dalam usaha pergerakan nasional. Paham besar tersebut
diantaranya adalah, nasionalisme yang telah lebih dulu tumbuh subur dan
dipraktikan di Eropa. Para pemuda golongan terpelajar mengadopsi paham
tersebut dan mengimplementasikannya pada tanah kelahirannya.

3
Endah & Wasino. 2018. Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan.
Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama. hlm. 11-12
4
Endah & Wasino. 2018. Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan.
Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama. hlm. 11-12
5
Mifdal zusron alfaqi. Melihat sejarah nasionalisme indonesia untuk memupuk sikap
kebangsaan generasi muda. Jurnal civics volume 13 nomor 2, desember 2016. hlm:211

3
Didalam negeri bangsa yang telah memiliki kesadaran berbangsa
membentuk sebuah komunitas yang bersifat kedaerahan. Komunitas-
komunitas tersebut diantaranya Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes
dan lain sebagainnya, menerima paham-paham besar yang dibawa oleh
golongan terpelajar dan mempelajarinya dengan baik. Dari kesadaran
berbangsa yang terbentuk dalam komunitas-komunitas etnis atau daerah
asal, mereka berkomitmen untuk berintegrasi dan mengikrarkan sebuah
sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Sumpah tersebut terjadi
pada 28 Oktober 1928, yang menjadi pertanyaan adalah mereka berasal
dari suku bangsa yang berbeda dan tentunya mereka memiliki bahasa yang
berbeda. Bagaimana cara agar sumpah yang mereka ikrarkan dapat
menyampaikan pesan pada seluruh suku bangsa? Pada saat itu di tanah
jajahan telah memiliki bahasa penghubung antarsuku dan antarbangsa
yang dikenal sebagai (lingua franca), yaitu bahasa Melayu yang
digunakan oleh semua suku dan orang-orang asing yang mengunjungi
seluruh kepulauan Indonesia.
Bahasa penghubung atau (lingua franca), muncul dan digunakan
sebagai akibat dari aktivitas perdagangan dan budaya maritim bangsa,
yang saling berinteraksi antar suku bangsa. Sehingga pada proses integrasi
tidak mempersoalkan bahasa penghubung karena telah ada dan telah
digunakan6. Perjuangan untuk menyuarakan kesadaran berbangsa pada
seluruh suku bangsa yaitu, melalui jalur pergerakan nasional. Golongan
terpelajar mendirikan organisasi-organisasi sebagai wadah dan penyalur
ide-ide dan menyuarakan paham nasionalisme. Dengan adanya national
bewustzjin masa Kartini disebut sebagai awal kesadaran nasional, dan
munculnya Budi Utomo dapat disebut sebagai awal pergerakan nasional.
Kartini bergerak secara individu sedangkan Budi Utomo bergerak secara
organisasi yang selanjutnya diikuti oleh organisasi lainnya. Melalui

6
Djuliati Suroyo. INTEGRASI NASIONAL DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
INDONESIA SEBUAH PROSES YANG BELUM SELESAI. Pidato Pengukuhan Disajikan pada
Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra Universitas
Diponegoro di Semarang 2002 ,hlm:4

4
perjuangan pergerakan nasional inilah, akhirnya tercapai “Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia” pada 17 Agustus 1945. Dengan adanya
kemerdekaan inilah bangsa Indonesia berintegrasi kedalam negara bangsa
NKRI dengan batas wilayah yang mewarisi bekas kekuasaan
Nederlandsch Indie.
B. Proses Pembentukan Konsepsi Identitas Bangsa
Agar lebih memahami makna dari konsep bangsa kita akan
mengutip pendapat Ernest Renan dalam tulisannya yang berjudul Qu’est
ce qu’une nation?. Ia mengungkapkan bahwa bangsa adalah hal yang
berkaitan dengan perasaan, dan kehendak untuk hidup bersama, yang
timbul antara sekelompok besar manusia atas dasar kesamaan penderitaan
masa lampau. Dalam konteks ini Renan menyangkal bahwa timbulnya
sebuah bangsa atas dasar kesamaan ras, bahasa, agama maupun keadaan
geografis7. Pendapat Renan lebih sesuai dengan pengertian bangsa untuk
konteks keindonesiaan dan negara-negara bekas jajahan. Dalam konteks
keindonesiaan, negara bangsa ini terbentuk bukan atas dasar kesamaan ras,
bahasa, agama dan kondisi geografis. Negara bangsa tetap bisa terbentuk
walaupun manusia penghuninya memiliki perbedaan dan keberagaman,
atas dasar kesamaan penderitaan penjajahan masa lalu.
Akar identitas bangsa sebenarnya sudah mulai tampak sejak
terjadinya proses integrasi seluruh etnis di Indonesia yang ditandai dengan
peristiwa “Sumpah Pemuda”. Setiap etnis memiliki perwakilan dalam
perkumpulan seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Celebes, mereka
atas kesdaran penuh bersatu dan membentuk sebuah identitas bangsa.
Setelah era kemerdekaan dirumuskanlah konsep identitas bangsa dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan tersebut mengandung makna
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keberagaman
namun tetap satu dibawah payung NKRI.
Identitas bangsa Indonesia berbeda dengan identitas bangsa-bangsa
di Eropa, jika mereka memiliki satu identitas yaitu bahasa yang sama,

7
Ernest Renan. 1968. Apakah Bangsa Itu?. Djakarta: Erlangga ,hlm:3

5
etnis yang sama. Berbeda hal dengan bangsa Indonesia yang mendirikan
sebuah negara dengan keberagaman etnis, keberagaman bahasa namun
disatukan dengan sejarah dan penderitaan yang sama. Atas dasar sejarah
dan nasib yang sama itulah menjadi pengikat bangsa ini berkomitmen
untuk menjadi negara bangsa Indonesia. Seorang ahi yang bernama
Niwandhono (2011) dalam Mifdal zusron alfaqi 2016: 212 menyebut
bahwa nasionalisme Indis adalah embrio dari identitas kebangsaan yang
kemudian disebut Indonesia. Dari nasionalisme Indis ini muncul tokoh-
tokoh seperti Douwes Dekker yang menjadi pelopor pendirian Indische
Partij8.
C. Kontribusi Kekuatan Pendorong Terjadinya Proses
1) Kekuatan Guru dan Pendidikan
Dalam sejarah Indonesia peran guru sebagai penyebar
semangat nasionalisme dapat dilihat dari berbagai momen tertentu
yang melibatkan guru9. Indonesia memiliki pemikir pendidikan
nasional yang menjadi penegak pilar dasar-dasar pendidikan nasional
yang sesuai dengan karakter bangsa. Pendidikan yang mencerminkan
nilai-nilai kebudayaan nasional dan nilai-nilai nasionalisme. Jika di
Jawa Ki Hadjar mendirikan perguruan Taman Siswa maka di Sumatera
ada Mohammad Sjafei dengan perguruan INS Kayutanamnya10.
a). Ki Hadjar Dewantara dan Taman Siswa
Ki Hadjar Dewantara setelah pulang dari hukuman
pengasingan di Belanda, ia mendirikan sebuah perguruan yang
menggunakan “sistem among”. Ia memperoleh hukuman
pengasingan akibat dari tindakannya yang menuliskan sebuah
karya yang menyinggung pihak kolonial. Ia bersama dua rekannya
mendirikan organisasi politik yang dengan berani menyuarakan
nasionaisme dan kemerdekaan Indonesia. Tahun 1922 mendirikan
8
Mifdal zusron alfaqi. Melihat sejarah nasionalisme indonesia untuk memupuk sikap
kebangsaan generasi muda. Jurnal civics volume 13 nomor 2, desember 2016. hlm:212
9
Romadi. Menelisik Peran Guru daam Pembumian Nasionalisme Awa Abad XX. Jurnal
of Indonesian History. Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6633. 2018. Hlm: 66
10
Mestika Zed. 2012. Engku Mohammad Sjafe’i dan INS Kayutanam: Jejak Pemikiran
Pendidikannya. Jurnal Tingkap Vol. VIII No. 2. Hlm: 173

6
sekolah yang digunakan sebagai penyalur nilai-nilai nasionalisme
kepada anak-anak bangsa. Jika semasa aktif pada organisasi politik
bentuk perjuangannya bersifat nonkooporatif maka setelah
mendirikan perguruan perjuangannya lebih bersifat halus melalui
proses pembelajaran.
Ki Hajar Dewantoro ternyata membangun pendidkian tidak
terlepas dari agendanya dalam membangun semangat kebangsaaan
atau nasionalisme Indonesia yang semula diperjuangkan melalui
jalur politik yaitu Indische Partij11. Taman Siswa sebagai media
perjuangan bangsa dan membasmi diskriminasi, Ki Hadjar berfikir
bagaimana bangsa ini tidak dipandang rendah lagi oleh bangsa
penjajah. Solusinya adalah bangsa Indonesia harus dibekali
pendidikan agar memiliki wawasan dan pemikiran yang terbuka.
Perguruan ini juga menjunjung nilai independen dengan tidak
menerima segala bantuan dari pemerintah kolonial. Ha ini menjaga
agar tujuan dari perguruan ini tidak terpengaruh oleh pihak luar
dan tetap leluasa menyuarakan nasionalisme dan perjuangan
kebangsaan. Sikap anti kolonial yang telah tertanam dalam diri Ki
Hadjar dituangkan pada perguruan yang ia dirikan. Berusaha untuk
menghidndarkan diri dari pengaruh kolonial, menanamkan nilai-
nilai patriotisme kesadaran berbangsa dan berjiwa merdeka12.
b). Mohammad Sjafei dan INS Kayutanam
pada tahun 1926 Mohammad Sjafei mendirikan sekolah
INS Kayutanam, sekolah tersebut menggunakan sistem
pendidikannya yang khas dan berbeda dengan sistem pendidikan
Belanda. Cara ini merupakan wujud penentangannya terhadap
bangsa penjajah, ia berfikir bahwa sistem pendidikan Belanda
adalah sistem yang berkepentingan untuk menjadikan bangsa
Indonesia sebagai budak pekerja murahan. Sedangkan sistem
11
Romadi. Menelisik Peran Guru daam Pembumian Nasionalisme Awa Abad XX. Jurnal
of Indonesian History. Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6633. 2018. Hlm: 67
12
Nur Aini. Ki Hadjar Dewantara 1889-1959:Perjuangan dan Kiprahnya dalam
Pendidikan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta 2009. Hlm: 55-58

7
pendidikannya menekankan pada kemandirian dan kemerdekaan
berfikir. Lalu memalui sistem pendidikannya ini Monhammad
Sjafei menyalurkan pemikiran nasionalismenya kepada seluruh
peserta didiknya. Menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada anak
didik karena harapan selanjutnya adalah anak-anak muda yang ia
didik itu yang akan memperjuangkan nasip bangsa Indonesia di
hari yang akan datang.
Mohammad Sjafei berfikir bahwa perjuangan kebangsaan
melalui jalur politik sangat beresiko jika kita salah langkah maka
akan mendapat hukuman yang berat. Maka ia melakukan
perubahan jalur perjuangan yaitu dengan pendidikan, menurutnya
pendidikan melalui sistem pembelajaran mampu mentransfer
pemahaman nilai-nilai nasionalisme. Jika dibandingkan dengan
menulis pada majalah-majalah akan dicurigai oleh pemerintah dan
membahayakan jika mendapat hukuman. Mohammad Sjafei
menawarkan sebuah sistem pendidikan yang mengintegrasikan
nilai-nilai karakter bangsa. Tercermin dari dasar pendidikannya
yang menuntut guru agar sebisa mungkin menggunakan
kebudayaan nasional sebagai media pembelajaran13.
Mengajarkan pada peserta didiknya agar memiliki jiwa
patriotik dan cinta tanah air. Mohammad Sjafei juga menciptakan
sebuah lagu nasional yang liriknya mengandung nilai-nilai cinta
tanah air. Lagu itu wajib dinyayikan setiap pagi oleh peserta
didiknya, lagu yang berjudul “Indonesia Subur” merupakan sebuah
produk dari buah pemikiran nasionalismennya. Tokoh Mohammad
Sjafei dan INS Kayutanam sangat berperan terhadap penguatan
nasionalisme dan penguatan identitas bangsa. Nilai nasionalisme
yang ia jadikan sebagai dasar pendidikan dan pendidikan yang
menekankan pada karakter bangsa dan kebudayaan nasional
mencerminkan bahwa perjuangan kebangsaan tidak harus melaui

13
Mohammad Sjafei. 1968. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: CSIS. Hlm:60

8
jalur politik saja. Jalur pendidikan juga sangat berperan dalam
perjuangan kebangsaan Indonesia.
2) Kekuatan Tokoh Pemikir Nasionalis
Dari pendidik dan lembaga pendidikan yang didirikan Belanda
di Indonesia disisi lain mencetak tenaga terdidik murah, juga
menyebabkan kelompok terpelajar. Kelompok terpelajar tersebut
dengan kemampuan baca tulisnya mempelajari paham paham
nasionalisme dan diterapkan pada aktivitas perkumpulan. Tokoh-tokoh
pemikir nasionalis ini menjadi pionir terlaksanannya proses penguatan
nasionalisme dan penguatan identitas bangsa. Tokoh yang pertama kali
menyuarakan kesadaran berbangsa pada angan-angannya adalah R.A
Kartini. Ia menuliskan sebuah surat kepada temannya di Belanda, isi
surat tersebut terkandung nilai kesadaran berbangsa. Awal mula
bangsa Indonesia berjuang pada cakupan lokalitas maka pada
perkembangan selanjutnya tepatnya awal abad ke-20 bangsa Indonesia
mulai berjuang pada cakupan nasional. Dengan pemahaman dan
penyebaran paham nasionalisme bangsa Indonesia mulai menyadari
pentingnya persatuan dalam berjuang. Sehingga komitmen persatuan
diikrarkan pada 28 Oktober 1928, mulai sejak itu bangsa Indonesia
telah memiliki akar identitas bangsa yaitu keberagaman yang satu.
Penguatan nasionalisme dan identitas bangsa tidak lepas dari
peran tiga serangkai yang gamblang menyuarakan nasionalisme Indis
dan semangat kemerdekaan. Hukuman bukan hal yang ampuh untuk
menghentikan perjuangan tiga serangkai. Setelah organisasinya
dilarang dan mereka diasingkan mereka tetap menyebarkan pengaruh
semangat nasionalisme pada lingkungan yang baru dimasuki. Melalui
Indische Vereniging tiga serangkai mempengaruhi pelajar-pelajar
Indonesia untuk melakukan nasionalisasi istiah-istilah berbahasa
Beanda dan dirubah ke bahasa Melayu.
Anggota tiga serangkai memilih menggunakan tulisan untuk
menyuarakan pemikirannya, seperti halnya Suwardi Suryaningrat dan

9
dr. Ciptomangunkusumo sering menuliskan kritikan-kritikan pedas
kepada bangsa penjajah melaui majalah-majalah. Tuisannya yang
terkenal adalah kekuatan dan ketakutan. Pada dasarnya Cipto
memperlihatkan keberaniannya terhadap pemerintah, dengan
pernyataanya bahwa semakin keras pemerintah bertindak, maka itu
justru akan semakin membakar semangat perjuangan bersama rekan
rekannya. Keberanian perjuangan mereka lewat pena, mengakibatkan
tiga serangkai diasingkan ke Belanda14.
3) Kekuatan Organisasi Masa Pergerakan
a). Indiche Partij
IP sebagai organisasi pergerakan yang cukup berani
menyuarakan nasionalisme dan terang-terangan menyuarakan cita-
cita kemerdekaan. Organisas ini menambung semua golongan
termasuk golongan keturunan Indis, sehingga organisasi ini lah
yang mempelopori lahirnya nasionalisme Indis. Nasionalisme Indis
adalah sebuah gerakan yang menjadi awal mula benih nasionalisme
Indonesia15. Keturunan Indis yang tergabung dalam organisasi ini
juga menyebarkan pengaruh kebudayaan Indis yang dipercaya
sebagai dasar lahirnya identitas bangsa Indonesia.
Organisasi ini berdiri pada 6 September 1912 di Bandung
oleh tiga serangkai. Sangat menonjolkan keberanian dengan
menyauarakan tujuan membangun patriotisme, memajukan tanah
air untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Keberanian itu ditunjukan oleh anggota pendiri organisasi ini,
seperti Suwardi Suryaningrat menulis dalam harian De Express
yang berjudul Als ik eens Nederlander dengan tujuan menyindir
bangsa penjajah yang merayakan kemerdekaannya atas Perancis.
Bangsa penjajah memungut biaya pada pribumi untuk
14
Sulandjari. PEMBENTUKAN KESADARAN NASIONALISME INDONESIA : Kilas
Balik Ide-Ide Pemikiran dr. Cipto Mangunkusumo. Hasil penelitian ini disampaikan dalam acara
Diskusi Bulanan di Pusat Kajian Bali Pada tanggal 11 Mei 2016. Hlm:13
15
Mifdal zusron alfaqi. Melihat sejarah nasionalisme indonesia untuk memupuk sikap
kebangsaan generasi muda. Jurnal civics volume 13 nomor 2, desember 2016. hlm:212

10
memperingati kemerdekaan 100 tahunnya, tanpa rasa malu bahwa
mereka bahagia diatas penderitaan rakyat terjajah.
Tuisan Suwardi berujung pada penangkapan, dan mendapat
pembelaan dari dr Ciptomangunkusumo menulis dalam harian De
Expres yang diartikan sebagai berikut “Kekuatan atau ketakutan”.
Konsistensi organisasi IP yang menyuarakan kemerdekaan dan
memberantas diskriminasi ras dan kelas menggambarkan bahwa
organisasi ini sangat istimewa dan berkontibusi besar terhadap
pembentukan identitas bangsa dan penguatan nasionalisme
Indonesia. Hingga pada saat tiga serangkai dibuang ke Belanda dan
meninggalkan organisasi IP terbengkalai, mereka tetap
menyalurkan pemikirannya pada organisasi yang baru
dimasukinnya di Belanda. Mereka memberi pengaruh
Perhimpunan Indonesia sehingga yang awalnya bergerak pada
bidang sosial mengalami pergeseran ke arah politik dan nasionais.
b). Indische Vereniging
Organisasi menjadi jembatan utama masuknya paham
nasionalisme dari Eropa ke Indonesia, melalui peran para peajar
yang tergabung pada organisasi ini. Organisasi yang menjadi
wadah dan pemersatu seluruh pelajar Indonesia yang ada di negeri
Belanda, pada kemudian hari mahasiswa-mahasiswa tersebut
menjadi tokoh-tokoh nasionalis bangsa. Diantaranya adalah
Soewardi Soerjaningrat, Tjipto Mangoenkosumo, Muhammad
Hatta, Sutan Sahjrir, Sutomo, dan Sartono.
Organisasi ini pada awal mulanya bergerak pada bidang
sosial, mahasiswa yang menempuh pendidikan di Belanda merasa
perlunya sebuah perkumpuan untuk menyatukan ikatan sosial
mereka. Karena berasal dari tanah air yang sama mereka merasa
memiliki saudara di negara rantau. Sejak tahun 1913 organisasi ini
mulai melakukan pergeseran dan condong pada pergerakan politik
karena mendapat pengaruh dari anggota tiga serangkai yang

11
dibuang ke Belanda dan bergabung dengan organisasi ini. Suryadi
Suryaningrat terpilih menjadi ketua pada periode 1917-1919 sejak
saat itulah organisasi ini mulai berani dan mengarah pada
perjuangan Indonesia merdeka. Organisasi ini lebih terbuka dan
tegas dalam menyuarakan cita-citanya dengan mengganti istilah-
istilah berbahasa Belanda menjadi bahasa Melayu. Nama
organisasi juga dirubah menjadi Perhimpunan Indonesia periode
1919-1921 oeh Ahmad Soebardjo16.
Gerakan yang dilakukan oleh organisasi tersebut
mencerminkan usaha-usaha yang nasionalis dan menjurus pada
kemerdekaan Indonesia. Peran dan kontribusinya yang sangat besar
terhadap menguatnya paham nasionalisme. Usaha yang dilakukan
seperti menasionalisasi oistilah-itilah yang berbahasa Belanda
menjadi bahasa Melayu, serta sering menyuarakan nama Indonesia
pada forum-forum internasional memicu kemarahan bangsa
penjajah. Namun usaha yang dilakukan oleh PI membangkitkan
semangat nasionalisme bumi putera.
Organisasi ini memberikan pengaruh tentan tujuan dan cita-
citanya terhadap organisasi-organisasi yang ada di Indonesia,
seperti Budi Utomo yang beum bergerak pada bidang politik
setelah mendapat pengaruh dari PI mulai menyuarakan satu cita-
cita. Pengaruh tersebut dibawa oleh Dr. Soetomo yang merupakan
pendiri BU. PI juga menyebarkan pengaruhnya dengan cara
mengirimkan majalah Indonesia Merdeka yang secara sembunyi-
sembunyi dikirim ke Indonesia. Organisasi ini juga sangat berperan
pada terlaksanannya kongres pemuda II yang menghasilkan
sumpah pemuda17.

KESIMPULAN

16
Sudiyo. 2004. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan.
Jakarta: Rineke Cipta.Hlm:24-26
17
Sudiyo. 2004. Perhimpunan Indonesia. Jakarta: Bina Adiaksara.hlm:119-127

12
Proses penguatan nasionalisme di Indonesia dimulai sejak adanya
kebijakan politik etis yang memebri kesempatan pada bangsa pribumi untuk
memiliki kemampuan baca tulis. Dengan kemampuan dasar pada pendidikan
tersebut maka munculah golongan terpelajar yang mulai berfikir menelaah paham-
paham besar yang berkaitan dengan perjuangan kebangsaan. Golongan terpelajar
dikemudian hari menjadi kelompok pemikir yang akan memikirkan nasib bangsa
dan memperjuangngkannya dengan segenap kemampuannya. Dikemudian hari
golongan terpelajar ini membentuk sebuah forum perkumpulan yang digunakan
sebagai sarana perjuangan. Salah satu organisasi yang bernama Indische Parti
yang merupakan lukisan identitas bangsa saat ini. Organisasi ini menampung
seluruh golongan dari berbagai etnis yang bersatu memperjuangkan nasionalisme
dan kemerdekaan. Organisasi ini yang dibentuk oleh tiga serangkai melahirkan
nasionalisme Indis yang menjadi akar bentuk identitas bangsa.

Identitas bangsa yang saat ini dikenal sebagai semboyan “Bhineka


Tunggal Ika” lahir dari perkembangan nasionalisme Indis. Lalu diperkuat kembali
menjadi sebuah komitmen yang mengikat seluruh bangsa yang berbeda kedalam
satu wadah yaitu, ikrar “Sumpah Pemuda”. Terjadinya proses penguatan
nasionalisme dan pembentukan konsepsi identitas bangsa itu tidak terlepas dari
kekuatan besar yang menjadi pendorong. Kekuatan besar tersebut diantaranya
adalah, pendidik dan pendidikan ada Ki Hadjar Dewantara dengan Taman
Tiswanya yang memperjuangkan semangat nasionalisme dan patriotisme, ada
Mohammad Sjafei dengan INS Kayutanamnya yang mengajarkan kemerdekaan
berfikir, peletak dasar pendidikan berkarakter, pendidikan yang mengedepankan
nilai-nilai nasionalis dan cinta tanah air.

Kekuatan tokoh pemikir nasionalis yang memberikan pengaruhnya


terhadap organisasi dan bangsa Indonesia. Khususnya R.A Kartini sebagai peletak
dasar kesadaran berbangsa, Tiga Serangkai yang dengan gamblang menyuarakan
nasionalisme dan kemerdekaan melalui tulisan-tulisan yang mengritik keras
kesewenang-wenangan kolonial Belanda. Kekuatan organisasi politik Indisch
Partij dan Indische Vereniging merupakan dua organisasi yang menjadi motor

13
penggerak bagi tokoh pemikir nasionalis untuk berjuang menyuarakan
nasionalisme dan kemerdekaan. Dengan adanya dua organisasi ini pejuang
kebangsaan mampu meakukan aksi-aksi nasionalisasi istilah-istilah berbahasa
Belanda dan dirubah ke bahasa Melayu. Dijadikan sebagai forum penyuara
konsepsi keindonesiaan di kencah internasional. Pengaruhnya mampu
menyadarkan organisasi-organisasi masa pergerakan lainnya untuk berani dan ikut
memperjuangkan kemerdekaan. Keberanian dan konsistensinya mampu
mengobarkan semangat bangsa Indonesia untuk bersatu pada satu tujuan yakni
kemerdekaan.

REFERENSI
Aini, Nur. Ki Hadjar Dewantara 1889-1959:Perjuangan dan Kiprahnya dalam
Pendidikan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta 2009.
Romadi. Menelisik Peran Guru daam Pembumian Nasionalisme Awa Abad XX.
Jurnal of Indonesian History. Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-
6633. 2018.
Renan, Ernest. 1968. Apakah Bangsa Itu?. Djakarta: Erlangga.
Sjafei, Mohammad. 1968. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: CSIS.
Sudiyo. 2004. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan
Kemerdekaan. Jakarta: Rineke Cipta.
---------- 2004. Perhimpunan Indonesia. Jakarta: Bina Adiaksara.
Sulandjari. PEMBENTUKAN KESADARAN NASIONALISME INDONESIA :
Kilas Balik Ide-Ide Pemikiran dr. Cipto Mangunkusumo. Hasil penelitian
ini disampaikan dalam acara Diskusi Bulanan di Pusat Kajian Bali Pada
tanggal 11 Mei 2016.
Suroyo, Djuliati. INTEGRASI NASIONAL DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
INDONESIA SEBUAH PROSES YANG BELUM SELESAI. Pidato
Pengukuhan Disajikan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar
dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra Universitas Diponegoro di
Semarang 2002.
Wasino & Endah Sri Hartatik. 2018. Metode Penelitian Sejarah: dari Riset
hingga Penulisan. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.
Yusuf, A. Muri. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Padang: UNP Press.
Zed, Mestika. 2012. Engku Mohammad Sjafe’i dan INS Kayutanam: Jejak
Pemikiran Pendidikannya. Jurnal Tingkap Vol. VIII No. 2.

14
zusron alfaqi, Mifdal. Melihat sejarah nasionalisme indonesia untuk memupuk
sikap kebangsaan generasi muda. Jurnal civics volume 13 nomor 2,
desember 2016.

15

Anda mungkin juga menyukai