Anda di halaman 1dari 4

Tiara Azzahrah Alfianto 200810301073

Identitas Nasional Sebagai Salah Satu Determinan Pembangunan dan Karakter


Bangsa

1. Konsep dan Urgensi Identitas Nasional

Identitas merupakan ciri-ciri pada suatu individu, kelompok, masyarakat, atau bangsa
yang membedakannya dengan yang lain. Sedangkan nasional merujuk pada suatu kelompok
yang memiliki kesamaan baik fisik maupun non-fisik. Dengan demikian, identitas nasional
merupakan identitas yang melekat pada suatu kelompok yang diikat dengan beberapa
kesamaan baik fisik maupun nonfisik.

Identitas nasional memiliki beberapa fungsi seperti, penanda eksistensi suatu bangsa
pada kehidupan bangsa dan negara, mencerminkan bagaimana kondisi suatu bangsa dan
ketahanannya, memberikan pembeda antara bangsa tersebut dengan bangsa lain, dan sebagai
hal yang terbuka untuk diberi makna baru agar terus relevan dengan kondisi aktual
perkembangan masyarakatnya.

Ada beberapa faktor yang membentuk identitas nasional suatu bangsa, diantaranya
faktor geografi-ekologis, primordial, historis, sosial, tokoh, perkembangan ekonomi dan
politik. Persamaan yang dimiliki dari faktor-faktor tersebut akan memunculkan rasa
persatuan dan kesatuan yang nantinya menjadi cikal bakal identitas nasional suatu bangsa.

Identitas nasional yang merupakan jati diri suatu bangsa menganut tiga hal seperti
yang dikatakan Hardono Hadi (2002) yaitu kepribadian, identitas, dan keunikan. Kepribadian
memuat sikap atau perilaku masyarakat dari bangsa tersebut, Identitas memuat kesamaan
masyarakat dalam perkembangan dari waktu ke waktu, sedangkan keunikan memuat hal unik
yang hanya dimiliki masyarakat bangsa tersebut. Identitas nasional dapat dilihat dari
beberapa hal seperti bahasa, bendera, lagu kebangsaan, lambang negara, semboyan, dan
kebudayaan.

2. Sejarah Kelahiran Paham Nasionalisme Indonesia

Jika melihat sejarah, paham nasionalisme bisa dibilang telah ada sejak era Kerajaan
Majapahit, dimana Maha Patih Gajah Mada memiliki keinginan untuk menyatukan seluruh
wilayah Kerajaan Majapahit dengan wilayah Nusantara. Lalu dilanjutkan dengan
Nasionalisme Indis, kesadaran yang dilatar belakangi persoalan dalam masyarakat Eropa atau
Indis, yang memberikan perlawanan pada pemerintah Belanda. Nasionalisme Indis muncul
akibat adanya persamaan bahasa atau leluhur, Nasionalisme Indis menyebabkan munculnya
tokoh seperti tiga serangkai yang menuntut hak warga negara dan membentuk oposisi
terhadap pemerintahan kolonial.

Selain hal di atas, adanya modernisasi oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda
memunculkan politik etis yang mana memberikan kesempatan pada rakyat pribumi untuk
mengenyam pendidikan. Hal itu menyebabkan terbentuknya himpunan mahasiswa yang
menjadi salah satu ujung tombak pelaksanaan Kongres Pemuda II dan melahirkan sumpah
pemuda yang semakin memperkuat nasionalisme rakyat.

3. Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional Indonesia

Identitas nasional Indonesia yang mencakup bahasa Indonesia, bendera Indonesia,


pancasila, dan sebagainya sudah sepatutnya kita cintai dan banggakan, karena proses yang
dilalui para pahlawan demi mendapatkan semua itu tidaklah mudah. Namun, jika kita lihat
saat ini identitas nasional kita seakan-akan mulai terkikis. Banyak hal yang menyebabkan hal
tersebut terjadi, entah pengaruh dari luar ataupun dalam negeri.

Pengaruh dari dalam negeri salah satunya adalah adanya peraturan perundang-
undangan tentang desentralisasi dan otonomi daerah yang dikeluarkan pada tahun 1999 dan
diperbarui pada tahun 2004. Peraturan perundang-undangan tersebut selain memberi dampak
positif, juga memberikan dampak negatif seperti meningkatnya nilai-nilai primordialisme
pada suatu suku. Hal tersebut tentu saja harus diminimalisir dengan cara menyadarkan
kembali mereka tentang identitas nasional. Penguatan identitas nasional bisa dilakukan
melalui pendidikan berbasis multikultural. Bisa dilakukan dengan pendekatan kontribusi,
aditif, transformasi, aksi sosial. Salah satu contohnya ialah penempatan pendidikan
multikultural dan kearifan lokal sebagai falsafah pendidikan khususnya pada pendidikan
kewarganegaraan.

Untuk pengaruh dari luar negeri tentu saja dengan adanya globalisasi yang
memarginalkan atau bahkan mulai mematikan budaya dan kearifan lokal. Saat ini produk luar
negeri lebih mudah masuk ke Indonesia sehingga warga negara Indonesia cenderung lebih
bangga mengenakan atau membeli produk luar negeri daripada produk dalam negeri. Hal
tersebut menyadarkan kita agar Indonesia bisa lebih memaksimalkan etos kerjanya untuk
menghasilkan produk berkualitas yang bisa bersaing dengan produk luar negeri.

4. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Identitas Nasional


Indonesia

Jika dilihat dari segi historis, kongres-kongres atau pertemuan yang dilakukan
pemuda pemudi bangsa terdahulu banyak menginspirasi rakyat untuk sadar tentang hal-hal
berbangsa dan bernegara. Terlihat dari banyak bermunculan organisasi pemuda pemudi yang
puncaknya bisa diketahui, dimana mereka berkumpul menjadi satu pada Kongres Pemuda II.

Secara sosiologis, interaksi dan komunikasi yang terus menerus terjalin sejak sebelum
merdeka sampai pasca kemerdekaan sedikit demi sedikit membangun identitas nasional.
Pasca kemerdekaan bisa dilihat dari kegiatan kenegaraan yang banyak dilakukan, lalu ada
pendidikan yang diberikan untuk rakyat baik formal ataupun non-formal. Inetraksi tersebut
yang memupuk dan mengokohkan Indonesia.

Sedangkan secara politis, jati diri bangsa bisa dilihat dari bendera, bahasa, lambang,
dan lagu kebangsaan yang semuanya sudah diatur dan ditetapkan pada undang-undang.
Daftar Pustaka

Ari Setiarsih. 2016. Penguatan Identitas Nasional melalui Pendidikan Multikultural Berbasis
Kearifan Lokal. In: Seminar Nasional PGSD Universitas PGRI Yogyakarta.

Ismail, Sri Hartati. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan: Konsep Dasar Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara di Indonesia. Pasuruan: Penerbit Qiara Media

Mifdal Zusron Alfaqi. 2016. Melihat Sejarah Nasionalisme Indonesia Untuk Memupuk Sikap
Kebangsaan Generasi Muda. Jurnal Civics. 13(2): 209-216

Ristekdikti. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Ristekdikti

Ro’fat Hilmi. 2015. Moral dan Identitas Nasional dalam Era Globalisasi. Al-Burhan. 7(2): 40-
63

Anda mungkin juga menyukai