Anda di halaman 1dari 4

Tiara Azzahrah Alfianto 200810301073

Kelas Pendidikan Kewarganegaraan 30

HAKIKAT, INSTRUMENTASI, DAN PRAKSIS DEMOKRASI INDONESIA


BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD NKRI 1945

1. Konsep dan urgensi demokrasi yang bersumber dari pancasila


Sebenarnya apa arti dari demokrasi sendiri? Secara etimologis, diambil dari
bahasa yunani kuno yaitu demos dan kratein. Demos memiliki arti “rakyat” sedangkan
kratein memiliki arti “pemerintahan” sehingga bisa kita simpulkan bahwa demokrasi
memiliki arti pemerintahan yang dipegang oleh rakyat. Hal tersebut mendukung
pendapat Abraham Lincoln bahwa demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Selain itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
demokrasi memiliki arti pemerintahan dimana rakyatnya ikut andil dalam jalannya
pemerintahan tersebut.
Demokrasi sendiri memiliki beberapa unsur penegak yang dijelaskan sebagai
berikut :
a) Negara hukum, negara memberi perlindungan hukum yang setara kepada seluruh
rakyatnya.
b) Masyarakat (civil society), keterlibatkan masyarakat yang terbuka, bebas dari
tekanan, serta kritis.
c) Insfrastruktur, terdiri dari partai politik, kelompok penekan dan kelompok
kepenitngan.
d) Pers yang bebas dan bertanggung jawab.
2. Alasan mengapa diperlukan demokrasi yang bersumber dari pancasila
Demokrasi yang bersumber dari pancasila sangat dibutuhkan karena beberapa
hal. Pertama, untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi secara damai dan
melembaga. Kedua, membatasi kekerasan yang terjadi sampai dengan titik minimum.
Ketiga, mengakui dan mewajarkan adanya keanekaragaman. Keempat, menjamin
ditegakkannya keadilan. Kelima, menyelenggarakan pergantian pemimpin atau
penguasa secara teratur. Yang terakhir keenam, menjamin adanya kebebasan untuk
rakyat.
3. Menggali sumber historis, sosiologis, dan politik tentang demokrasi yang
bersumber dari pancasila
Menurut Moh. Hatta (dalam Latif, 2011) ada lima anasir demokrasi asli yang
akan menjadi dasar pemerintahan Indonesia di masa mendatang, yaitu rapat, mufakat,
gotong royong, hak protes bersama dan menyingkir dari daerah kekuasaan raja, serta
dipuja dalam lingkungan nasional sebagai pokok kuat untuk demokrasi nasional.
Sumber nilai demokrasi selanjutnya berasal dari Islam, dimana dalam
keyakinan ini memiliki inti Ketuhanan Yang Maha Esa. Hanya Tuhan yang diyakini
dalam keyakinan ini sehingga seluruh pengaturan hidup manusia bersifat mutlak,
namun hal ini bertentangan dengan jiwa tauhid dimana kekuasaan mutlak tersebut
dianggap tidak beradab. Dasar logis dari jiwa tauhid ialah memandang sama seluruh
manusia dihadapan Tuhan dan tidak boleh merendahkan sesama sedikitpun.
Yang ketiga adalah sumber nilai demokrasi dari barat, pusat dimulainya nilai
demokrasi ini adalah di Athena lalu dilanjutkan dengan kemunculan serupa di Roma
(Italia) dalam bentuk pemerintahan republik. Namun, semua itu mengalami
kemunduran pada sekitar abad ke-11 M, dan bangkit lagi di Eropa pada masa
Renaissance (sekitar 14-17 M). Dilanjutkan dengan kedatangan kolonialisme Eropa di
Indonesia yang membawa sisi represi imperialisme-kapitalisme dan humanisme-
demokrasi. Sifat imperialisme-kapitalisme muncul dalam bentuk penindasan,
sedangkan humanisme-demokrasi muncul di akhir abad ke-19 dalam ruang public
modern yang membentuk institusi-institusi baru.
Di Indonesia sendiri bentuk demokrasi sempat berubah beberapa kali, dari
masa demokrasi revolusi (1945-1950), masa demokrasi liberal (1950-1959), masa
demokrasi terpimpin (1959-1965), demokrasi masa orde baru (1966-1998), demokrasi
masa transisi (1998-1999), dan demokrasi masa reformasi (1999-sekarang).
4. Dinamika dan tantangan demokrasi yang bersumber dari pancasila
Dinamika demokrasi bisa dilihat dari tiga lembaga besar Indonesia, yaitu
MPR, DPR, dan DPD. MPR pernah melakukan perubahan dari sistem vertikal
hierarkis menjadi sistem horizontal fundamental dengan prinsip checks and balance
antarlembaga negara. Hal itu berkaitan dengan kewenangan MPR untuk melantik dan
memberhentikan presiden serta wakil presiden. Selain itu, dari DPR sendiri adanya
perubahan pada UUD 1945 memberikan perubahan pada fungsi dan hak yang dimiliki
DPR. Untuk DPD, perubahan pada UUD 1945 menghasilkan dibentuknya DPD. Hal
ini dikatakan unik karena negara kita selain memiliki Dewan Perwakilan Rakyat, kita
juga memiliki Dewan Perwakilan Daerah.
Dengan adanya dinamika ini diharapkan mampu membentuk demokrasi di
Indonesia yang lebih baik lagi, juga mampu menghadapi tantangan yang akan
diterima Indonesia seperti maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Demokrasi
Indonesia diharapkan mampu menghadapi tantangan tersebut.
5. Deskripsi esensi dan urgensi demokrasi pancasila
Esensi dari demokrasi pancasila bisa didasarkan pada sepuluh pilarnya sebagai
berikut :
a) Demokrasi berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa,
b) Demokrasi dengan kecerdasan,
c) Demokrasi yang berkedaulatan rakyat,
d) Demokrasi dengan Rule of Law,
e) Demokrasi dengan pembagian kekuasaan,
f) Demokrasi dengan hak asasi manusia,
g) Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka,
h) Demokrasi dengan otonomi daerah,
i) Demokrasi dengan kemakmuran, dan
j) Demokrasi yang berkeadilan.

Beberapa hal yang menyebabkan kehidupan berdemokrasi sangatlah penting


ialah diperlukan partisipasinya dalam membuat keputusan, untuk memiliki persamaan
kedudukan di mata hukum, dan mendapat distribusi pendapatan secara adil.
Diharapkan pemimpin yang beriman, bertaqwa, serta bermoral mampu
mengimplementasikan demokrasi dengan baik berdasarkan norma kemanusiaan,
norma keadilan, norma kepatutan, dan normal kejujuran dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara agar manfaatnya dapat dirasakan seluruh warga negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Imron dan Srikantono. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan (Civil Education).


Jember: SUPERIOR “Pusat Studi Pemberdayaan Rakyat dan Transformasi Sosial”

Firdaus, F. (2013). Urgensi Demokrasi dalam Penegakan Hukum di Indonesia. DIKTUM:


Jurnal Syariah dan Hukum, 11(2), 196-204.

Irham, M. A. (2016). “Neo-Kkn” Dan Tantangan Demokratisasi Indonesia. Analisis: Jurnal


Studi Keislaman, 16(1), 245-278.

Ristekdikti. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Ristekdikti

Wijaya, A. (2014). Demokrasi dalam Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. al-


Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam, 4(01), 136-158.

Anda mungkin juga menyukai