Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HAKIKAT,INSTRUMENTASI DAN PRAKTIS DEMOKRASI


BERLANDASKAN PANCASILA DAN UUD 1945

Disusun Oleh :

RIZKY FEBRIANDI SYAH PUTRA


SAHDINA NADILA PUTRI
SASYA EUNICA AMANDA
SRI HUSNA HASTUTI
TEGAR ERLANGGA

Universitas Gunadarma

Fakultas Ekonomi

Manajemen

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh


Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-
Nya Kami bisa menyelesaikan tugas Makalah Mata Kuliah Kewarganegaraan yang
berjudul Bagaimana Hakikat, Instrumentasi, dan Praksis Demokrasi Indonesia Berlandaskan
Pancasila dan UUD NKRI 1945. Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kewarganegaraan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu teruta anggota kelompok kami yang selalu kompak dalam setipa proses
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak yang harus di koreksi oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua
pihak tentunya dengan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasisiwa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Jakarta, 11 Oktober 2021

Kelompok 6

2
Daftar Isi
BAB I .................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………….4

BAB II ................................................................................................................................................ 5
A. Konsep dan Urgensi Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila ............................................. 5
B. Alasan Diperlukan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila ............................................... 7
C. Sumber Historis, Sosiologi, dan Politik Tentang Demokrasi………………………………………………….8

D. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila……..9

E. Deskripsi Esensi dan Urgensi Demokrasi Pancasila………………………………………………………………10

BAB III ............................................................................................................................................. 12


A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
B. Saran ..................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap warga negara mendambakan pemerintahan demokratis yang menjamin tegaknya


kedaulatan rakyat. Hasrat ini dilandasi pemahaman bahwa pemerintahan demokratis
memberi peluang bagi tumbuhnya prinsip menghargai keberadaan individu untuk
berpartisipasi dalam kehidupan bernegara secara maksimal. Karena itu, demokrasi perlu
ditumbuhkan, dipelihara, dan dihormati oleh setiap warga negara tentunya dengan
berlandaskan pancasila dan UUD NKRI 1945

Demokrasi intinya adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Bukan untuk para oknum-oknum penguasa yang mementingkan golongannya masing-
masing. Apakah mereka lupa karena siapa mereka bisa duduk di kursi empuk itu?

1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana konsep dan urgensi demokrasi yang bersumber dari Pancasila?


B. Mengapa diperlukan demokrasi yang bersumber dari Pancasila?
C. Bagaimana sumber historis, sosiologis, dan politik tentang demokrasi?
D. Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan demokrasi yang
bersumber dari Pacasila?
E. Bagaimana deskripsi esensi dan urgensi demokrasi Pancasila?

1.3 Tujuan

1. Pembaca memahami konsep dan urgensi demokrasi yang bersumber dari Pancasila
2. Pembaca memahami perlunya demokrasi yang bersumber dari Pancasila
3. Pembaca memahami sumber historis, sosiologis, dan politik tentang demokrasi
4. Pembaca memahami argumen tentang dinamika dan tantangan demokrasi yang
bersumber dari Pacasila
5. Pembaca memahami deskripsi esensi dan urgensi Demokrasi Pancasila

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila

1. Pengertian Demokrasi Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno,
yakni “demos” dan “kratein”. Sedangkan menurut para ahli dalam “The Advanced
Learner's Dictionary of Current English (Hornby dkk, 1988) mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan “demokrasi” adalah:
1.) negara dengan prinsip pemerintahan di mana semua warga negara dewasa berbagi
melalui perwakilan yang mereka pilih;
2.) negara dengan pemerintah yang mendorong dan memungkinkan hak-hak
kewarganegaraan seperti kebebasan berbicara, beragama, berpendapat, dan
berserikat, penegasan supremasi hukum, kekuasaan mayoritas, disertai dengan
penghormatan terhadap hak-hak minoritas.
3.) masyarakat di mana ada perlakuan satu sama lain oleh warga negara secara setara”.

Dari kutipan tersebut tampak bahwa kata demokrasi merujuk pada konsep kehidupan
negara atau masyarakat di mana warganegara dewasa berpartisipasi berpartisipasi dalam
pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahannya mendukung dan
menjamin kemerdekaan kemerdekaan, kebebasan beragama, berpendapat, berserikat,
keadilan, penegakan hukum, penegakan hukum yang menghormati hak kelompok
minoritas; dan masyarakat yang warga negaranya saling memberi perlakuan yang
sama. Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk pada ucapan Abraham Lincoln mantan
Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa “demokrasi adalah suatu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” atau “the government from the
people, by the people, and for the people”. Karena “orang” yang menjadi
pusatnya, demokrasi oleh Pabottinggi (2002) disikapi sebagai pemerintahan yang
memiliki paradigma “otocentricity” atau otosentrisitas yaitu rakyat yang harus menjadi
kriteria dasar demokrasi. Sebagai suatu konsep demokrasi yang diterima sebagai
“…seperangkat dan prinsip-prinsip kebebasan, yang juga terdiri dari seperangkat praktik
dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Pendeknya,
demokrasi adalah pelembagaan dari kebebasan” (USIS, 1995). Sementara itu CICED
(1999) mengadopsi konsep demokrasi sebagai berikut: “Demokrasi yang secara
konseptual dipersepsikan sebagai kerangka pemikiran penyelenggaraan pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat telah diterima secara universal sebagai Sebagai suatu konsep
demokrasi yang diterima sebagai “…seperangkat dan prinsip-prinsip kebebasan, yang
juga terdiri dari seperangkat praktik dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang

5
dan sering berliku-liku. Pendeknya, demokrasi adalah pelembagaan dari kebebasan”
(USIS, 1995). Sementara itu CICED (1999) mengadopsi konsep demokrasi sebagai
berikut: “Demokrasi yang secara konseptual dipersepsikan sebagai kerangka pemikiran
penyelenggaraan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat telah diterima secara universal
sebagai Sebagai suatu konsep demokrasi yang diterima sebagai “…seperangkat dan
prinsip-prinsip kebebasan, yang juga terdiri dari seperangkat praktik dan prosedur yang
terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Pendeknya, demokrasi adalah
pelembagaan dari kebebasan” (USIS, 1995). Sementara itu CICED (1999) mengadopsi
konsep demokrasi sebagai berikut: “Demokrasi yang secara konseptual dipersepsikan
sebagai kerangka pemikiran penyelenggaraan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat telah
diterima secara universal sebagai ideal, norma, sistem sosial, serta pengetahuan, sikap,
dan perilaku individu yang paling penting perlu didukung, dihargai, dan dikembangkan
secara kontekstual”. Apa yang dikemukakan oleh CICED (1999) tersebut melihat
demokrasi sebagai konsep yang bersifat multidimensi, yakni secara filosofis demokrasi
sebagai ide, norma, dan prinsip; secara sosiologis sebagai sistem sosial; dan secara
psikologis sebagai wawasan, sikap, dan perilaku individu dalam hidup
bermasyarakat. Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, USIS (1995) mengintisarikan
demokrasi sebagai sistem memiliki sebelas pilar atau soko guru, “Kedaulatan Rakyat,
Pemerintahan Berdasarkan Aturan yang Diperintahkan, Kekuasaan, Hak-hak Minoritas,
Hak-hak Azasi, Manusia Pemilihan yang Bebas dan Jujur, Persamaan di depan Hukum,
Proses Hukum yang Wajar, Pembatasan Pemerintah secara Konstitusional, Pluralisme
Sosial, Ekonomi dan Politik, dan Nilai-nilai Toleransi, Pragmatisme, Kerja Sama dan
Mufakat.” Di pihak lain Sanusi (2006) Menemukan adanya sepuluh pilar demokrasi
menurut UUD 1945, yakni: ”Demokrasi yang Ber- Ketuhanan Yang Maha Esa,
Demokrasi Dengan Kecerdasan, Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat, Demokrasi
dengan “Rule of Law”, Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan Negara, Demokrasi
dengan Hak Azasi Manusia, Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka, Demokrasi
dengan Otonomi Daerah, Demokrasi Dengan Kemakmuran, dan Demokrasi yang
Berkeadilan Sosial “. Bila dibandingkan, sesungguhnya secara esensial terdapat
keseimbangan antara sebelas pilar demokrasi universal ala USIS (1995) dengan 9 dari 10
pilar demokrasi Indonesia ala Sanusi (2006). Hal yang tidak terdapat dalam pilar
demokrasi adalah salah satu pilar demokrasi Indonesia, yakni “Demokrasi Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”, dan inilah yang merupakan ciri khas demokrasi Indonesia,
yang dalam pandangan Maududi dan kaum muslim (Esposito dan Voll,1996) disebut “
teodemokrasi”, yakni demokrasi dalam konteks kekuasaan Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan kata lain, demokrasi universal adalah demokrasi yang bernuansa sekuler,
sedangkan demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang berKetuhanan Yang Maha Esa.

6
B. Alasan Diperlukan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila?

Hingga saat ini kita masih menyaksikan sejumlah persoalan tentang kelemahan praktik
demokrasi di Negara kita. Beberapa masalah tersebut yang sempat muncul diberbagai
media jejaring sosial adalah:

1. Buruknya kinerja lembaga perwakilan dan partai politik

2. Krisis partisipasi politik rakyat

3. Munculnya penguasa di dalam demokrasi

4. Demokrasi saat ini membuang kedaulatan rakyat.

Terjadinya krisis partisipasi rakyat disebabkan karena tidak adanya peluang untuk
berpartisipasi atau karena terbatasnya kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik.
Secara lebih spesifik penyebab rendahnya partisipasi politik itu adalah:

A. Pendidikan yang rendah sehingga menyebabkan rakyat kurang aktif dalam


melaksanakan partisipasi politik
B. Tingkat ekonomi rakyat yang rendah
C. Partisipasi politik rakyat kurang mendapat tempat oleh pemerintah.

Munculnya penguasa didalam demokrasi ditandai oleh menjamurnya “dinasti politik”


yang menguasai segala segi kehidupan masyarakat: pemerintahan, lembaga perwakilan,
bisnis, peradilan, dan sebagainya oleh satu keluarga atau kroni. Adapun perihal
demokrasi membuang kedaulatam rakyat terjadi akibat adanya kenyataan yang
memperihatinkan bahwa setelah tumbangnya struktur kekuasaan “otokrasi” ternyata
bukan demokrasi yang kita peroleh melainkan oligarki dimana kekuasaan terpusat pada
sekelompok kecil elit, sementara sebagian rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber
kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi, pendidikan, dan sebagainya).

Atas dasar kenyataan demikian tentu muncul sejumlah pertanyaan dibenak kita. Misalnya

1. Mengapa kekuasaan politik formal dikuasai oleh sekelompok orang partai yang
melalui pemilu berhak “menguras” suara rakyat untuk memperoleh kursi di
parlemen?
2. Mengapa dapat terjadi suatu kondisi dimana melalui parlemen kelompok elit dapat
mengatas namakan suara rakyat untuk melaksanakan agenda politik mereka sendiri
yang sering kali berbeda dengan kepentingan nyata masyarakat?
3. Mengapa pihak-pihak yang memiliki kekuasaan kharismatik yang berakar dari
tradisi, maupun agama yang terdapat pada beberapa orang yang mampu
menggerakkan loyalitas dan emosi rakyat yang bila perlu menjadi tumbal untuk

7
tujuan yang bagi mereka sendiri tidak jelas masih hidup pada era demokrasi dewasa
ini?
4. Mengapa sekelompok elit daerah dapat memiliki wewenang formal maupun
informal yang digunakan untuk mengatasnamakan aspirasi daerah demi
kepentingan mereka sendiri.

C. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang Demokrasi

1. Sumber Nilai yang Berasal dari Demokrasi Desa


Demokrasi yang diformulasikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat merupakan fenomena baru bagi Indonesia ketika merdeka
Mengenai adanya anasir demokrasi dalam tradisi desa kita akan meminjam dua
macam analisis berikut:
o Pertama, paham kedaulatan rakyat sebenarnya sudah tumbuh sejak lama di
Nusantara. Di alam Minangkabau, misalnya pada abad XIV sampai XV
kekuasaan raja dibatasi oleh ketundukannya pada keadilan dan kepatutan.
o Kedua, tradisi demokrasi asli Nusantara tetap bertahan sekalipun di bawah
kekuasaan feodalisme raja-raja Nusantara karena di banyak tempat di Nusantara,
tanah sebagai faktor produksi yang penting tidaklah dikuasai oleh raja, melainkan
dimiliki bersama oleh masyarakat desa. Karena pemilikan bersama tanah desa ini,
hasrat setiap orang untuk memanfaatkannya harus melalui persetujuan kaumnya.

2. Sumber Nilai yang Berasal dari Islam


Nilai demokratis yang berasal dari Islam bersumber dari akar teologisnya. Inti dari
keyakinan Islam adalah pengakuan pada Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid,
Monoteisme). Dalam keyakinan ini, hanya Tuhanlah satu-satunya wujud yang pasti.
Semua selain Tuhan, bersifat nisbi belaka. prinsip Tauhid adalah paham persamaan
(kesederajatan) manusia di hadapan Tuhan, yang melarang adanya perendahan
martabat dan pemaksaan kehendak antarsesama manusia.

3. Sumber Nilai yang Berasal dari Barat


Masyarakat Barat (Eropa) mempunyai akar demokrasi yang panjang. Pusat
pertumbuhan demokrasi terpenting di Yunani adalah kota Athena, yang sering
dirujuk sebagai contoh pelaksanaan demokrasi partisipatif dalam negara-kota sekitar
abad ke-5 SM. Model pemerintahan demokratis model Athena dan Roma ini
kemudian menyebar ke kotakota lain sekitarnya, Kehadiran kolonialisme Eropa,

8
khususnya Belanda, di Indonesia, membawa dua sisi dari koin peradaban Barat: sisi
represi imperialisme-kapitalisme dan sisi humanisme-demokratis.

Perkembangan sejarah demokrasi Indonesia sampai masa Orde Baru dapat dibagi
dalam empat masa, yaitu:

a. Masa Republik Indonesia I (1945-1959) yang dinamakan masa demokrasi


konstitusional
b. Masa Republik Indonesia II (1959-1965) yaitu masa Demokrasi Terpimpin
c. Masa Republik Indonesia III (1965-1998) yaitu masa demokrasi Pancasila.
Demokrsi
d. Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) yaitu masa reformasi

D. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang bersumber dari Pancasila

Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila

Sepanjang sejarah Indonesia pernah mengalami dinamika ketatanegaraan seiring dengan


berubahnya konstitusi yang dimulai sejak berlakunya UUD 1945, Konstitusi RIS 1949,
UUDS 1950, kembali ke UUD 1945 dan akhirnya kita telah berhasil mengamandemen
UUD 1945 sebanyak empat kali. Ihwal postur demokrasi kita dapat kita amati dari fungsi
dan peran lembaga permusyawaratan dan perwakilan rakyat menurut UUD NRI Tahun
1945, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Amandemen UUD 1945 dilakukan pula terhadap ketentuan tentang lembaga


permusyawaratan rakyat, yakni MPR. Sebelum dilakukan perubahan, MPR merupakan
lembaga tertinggi negara. Setelah dilakukan perubahan, maka terjadilah perubahan secara
mendasar dalam sistem ketatanegaraan. Perubahan dari sistem vertikalhierarkis dengan
prinsip supremasi MPR menjadi sistem yang horizontalfundamental dengan prinsip
checks and balances (saling mengawasi dan mengimbangi) antarlembaga negara.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Dalam upaya mempertegas pembagian kekuasaan dan menerapkan prinsip saling


mengawasi dan mengimbangi yang lebih ketat dan transparan, maka ketentuan mengenai
DPR dilakukan perubahan.Perubahan yang terjadi pada Dewan Perwakilan Rakyat
adalah penambahan ketentuan mengenai pemilihan anggota DPR. Dua ketentuan lainnya,
yakni susunan dan masa sidang DPP tetap tidak berubah.

9
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Ketentuan mengenai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan hal baru dalam UUD
1945. Sistem perwakilan di Indonesia merupakan sistem yang khas. Sebab di samping
terdapat DPR sebagai lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi rakyat, juga ada DPD
sebagai lembaga penampung aspirasi daerah. Demikianlah dinamika yang terjadi dengan
lembaga permusyawaratan dan perwakilan di negara kita yang secara langsung
mempengaruhi kehidupan demokrasi.

E. Deskripsi Esensi dan Urgensi Demokrasi Pancasila


Beberapa contoh penerapan esensi pancasila sebagai dasar negara :

1. Sila pertama
Contoh penerapannya bebas melaksanakan kegiatan agama dengan syarat tidak
melanggar norma-norma di Indonesia dan saling menghormati dengan agama lain
2. Sila kedua
Contoh penerapannya, majikan tidak sewenang-wenangnya bertindak
kepembantunya yang tidak berperikemanusiaan.
3. Sila ketiga
Contoh penerapannya, tidak terlalu menonjolkan kebudayaan masing-masing daerah
untuk melihat siapa yang terbaik tetapi dipelajari dan ikut melestarikan dengan serta
meyakinkan bahwa perbedaan itu baik
4. Sila keempat
Contohnya segala persoalan yang ada untuk mendapatkan solusi dengan cara
bermusyawarah unntuk mencapai tujuan ynang diinginkan
5. Sila kelima
Contohnya pemerintah mengadakan program wajib bersekolah selama 9 tahun tanpa
membedakan-bedakan guna mengatasi masalah pendidikan yang begitu rendah.

Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu:

1) agar para pejabat publik dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah,
2) dan agar partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam
berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan
demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan
sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam keadilan
dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran.

10
Esensi pancasila sebagai dasar negara merupakan segala sesuatu yang merupakan
Hakikat, dasar, inti, sari, hal yang pokok, penting, ekstrak dan konsentrat dari segala
sesuatu disebut esensi tergantung dalam konteks dan penggunaannya. Ir. Soekarno
menggambarkan urgensi pancasila secararingkas tetapi meyakinkan. Pancasila adalah
Weltanschauung, satu dasar falsafah dan juga satu alat pemersatu bangsa yang juga pada
hakikatnya satu alat mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala macam
penjajahan terutama imperialisme.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang berdasar Pancasila dan UUD 1945.
Demokrasi Pancsila dalam arti luas adalah kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada di
tangan rakyat yang dalam penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan
dijalankan sesuai rumusan nilai dan norma dalam UUD 1945. Praktik yang berjalan
juga harus sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan kenegaraan Indonesia.
Sekalipun telah terumus dengan baik, namun dalam kenyataannya praktik Demokrasi
Pancasila mengalami pasang surut. Oleh karena itu, perjuangan untuk menuju Indonesia
menjadi lebih baik turut menjadi tanggung jawab bersama melalui peran kita dalam
mempertahankan Demokrasi Pancasila sebagai ciri khas yang dimiliki Indonesia.

B. Saran
1. Otoritas tertinggi dalam sebuah negara yaitu pemerintah, hendaknya mengetahui
dan memahami dengan jelas hakikat dan makna dari Pancasila itu sendiri serta
berupaya mewujudkannya dalam mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya
2. Masyarakat juga hendaknya memahami betul makna Demokrasi Pancasila sehingga
dapat menjadi pedoman dan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga mampu
untuk bisa lebih pro-aktif demi Indonesia yang lebih baik kedepan
3. Mahasiswa sebagai akademisi hendaknya mampu menciptakan dan mengawal
proses berbangsa dan bernegara berdasarkan cita-cita dari Pancasila itu sendiri,
sehingga tercipta bangsa yang beradab dan memiliki potensi masa depan yang cerah
dan tidak mudah terprovokasi untuk merusak tatanan pancasila itu sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Nurwardani, Paristiyanti. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan


Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Budiarjo Miriam. (1981). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia.

Srijanti, Rahman, A., dan Purwanto. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi. Jakarta: Salemba Empat.

Syarbaini, S. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Bogor:


Penerbit Ghalia Indonesia.

Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta, 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai