Disusun Oleh :
Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi
Manajemen
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 6
2
Daftar Isi
BAB I .................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………….4
BAB II ................................................................................................................................................ 5
A. Konsep dan Urgensi Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila ............................................. 5
B. Alasan Diperlukan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila ............................................... 7
C. Sumber Historis, Sosiologi, dan Politik Tentang Demokrasi………………………………………………….8
D. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila……..9
3
BAB I
PENDAHULUAN
Demokrasi intinya adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Bukan untuk para oknum-oknum penguasa yang mementingkan golongannya masing-
masing. Apakah mereka lupa karena siapa mereka bisa duduk di kursi empuk itu?
1.3 Tujuan
1. Pembaca memahami konsep dan urgensi demokrasi yang bersumber dari Pancasila
2. Pembaca memahami perlunya demokrasi yang bersumber dari Pancasila
3. Pembaca memahami sumber historis, sosiologis, dan politik tentang demokrasi
4. Pembaca memahami argumen tentang dinamika dan tantangan demokrasi yang
bersumber dari Pacasila
5. Pembaca memahami deskripsi esensi dan urgensi Demokrasi Pancasila
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Demokrasi Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno,
yakni “demos” dan “kratein”. Sedangkan menurut para ahli dalam “The Advanced
Learner's Dictionary of Current English (Hornby dkk, 1988) mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan “demokrasi” adalah:
1.) negara dengan prinsip pemerintahan di mana semua warga negara dewasa berbagi
melalui perwakilan yang mereka pilih;
2.) negara dengan pemerintah yang mendorong dan memungkinkan hak-hak
kewarganegaraan seperti kebebasan berbicara, beragama, berpendapat, dan
berserikat, penegasan supremasi hukum, kekuasaan mayoritas, disertai dengan
penghormatan terhadap hak-hak minoritas.
3.) masyarakat di mana ada perlakuan satu sama lain oleh warga negara secara setara”.
Dari kutipan tersebut tampak bahwa kata demokrasi merujuk pada konsep kehidupan
negara atau masyarakat di mana warganegara dewasa berpartisipasi berpartisipasi dalam
pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahannya mendukung dan
menjamin kemerdekaan kemerdekaan, kebebasan beragama, berpendapat, berserikat,
keadilan, penegakan hukum, penegakan hukum yang menghormati hak kelompok
minoritas; dan masyarakat yang warga negaranya saling memberi perlakuan yang
sama. Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk pada ucapan Abraham Lincoln mantan
Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa “demokrasi adalah suatu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” atau “the government from the
people, by the people, and for the people”. Karena “orang” yang menjadi
pusatnya, demokrasi oleh Pabottinggi (2002) disikapi sebagai pemerintahan yang
memiliki paradigma “otocentricity” atau otosentrisitas yaitu rakyat yang harus menjadi
kriteria dasar demokrasi. Sebagai suatu konsep demokrasi yang diterima sebagai
“…seperangkat dan prinsip-prinsip kebebasan, yang juga terdiri dari seperangkat praktik
dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Pendeknya,
demokrasi adalah pelembagaan dari kebebasan” (USIS, 1995). Sementara itu CICED
(1999) mengadopsi konsep demokrasi sebagai berikut: “Demokrasi yang secara
konseptual dipersepsikan sebagai kerangka pemikiran penyelenggaraan pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat telah diterima secara universal sebagai Sebagai suatu konsep
demokrasi yang diterima sebagai “…seperangkat dan prinsip-prinsip kebebasan, yang
juga terdiri dari seperangkat praktik dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang
5
dan sering berliku-liku. Pendeknya, demokrasi adalah pelembagaan dari kebebasan”
(USIS, 1995). Sementara itu CICED (1999) mengadopsi konsep demokrasi sebagai
berikut: “Demokrasi yang secara konseptual dipersepsikan sebagai kerangka pemikiran
penyelenggaraan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat telah diterima secara universal
sebagai Sebagai suatu konsep demokrasi yang diterima sebagai “…seperangkat dan
prinsip-prinsip kebebasan, yang juga terdiri dari seperangkat praktik dan prosedur yang
terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Pendeknya, demokrasi adalah
pelembagaan dari kebebasan” (USIS, 1995). Sementara itu CICED (1999) mengadopsi
konsep demokrasi sebagai berikut: “Demokrasi yang secara konseptual dipersepsikan
sebagai kerangka pemikiran penyelenggaraan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat telah
diterima secara universal sebagai ideal, norma, sistem sosial, serta pengetahuan, sikap,
dan perilaku individu yang paling penting perlu didukung, dihargai, dan dikembangkan
secara kontekstual”. Apa yang dikemukakan oleh CICED (1999) tersebut melihat
demokrasi sebagai konsep yang bersifat multidimensi, yakni secara filosofis demokrasi
sebagai ide, norma, dan prinsip; secara sosiologis sebagai sistem sosial; dan secara
psikologis sebagai wawasan, sikap, dan perilaku individu dalam hidup
bermasyarakat. Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, USIS (1995) mengintisarikan
demokrasi sebagai sistem memiliki sebelas pilar atau soko guru, “Kedaulatan Rakyat,
Pemerintahan Berdasarkan Aturan yang Diperintahkan, Kekuasaan, Hak-hak Minoritas,
Hak-hak Azasi, Manusia Pemilihan yang Bebas dan Jujur, Persamaan di depan Hukum,
Proses Hukum yang Wajar, Pembatasan Pemerintah secara Konstitusional, Pluralisme
Sosial, Ekonomi dan Politik, dan Nilai-nilai Toleransi, Pragmatisme, Kerja Sama dan
Mufakat.” Di pihak lain Sanusi (2006) Menemukan adanya sepuluh pilar demokrasi
menurut UUD 1945, yakni: ”Demokrasi yang Ber- Ketuhanan Yang Maha Esa,
Demokrasi Dengan Kecerdasan, Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat, Demokrasi
dengan “Rule of Law”, Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan Negara, Demokrasi
dengan Hak Azasi Manusia, Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka, Demokrasi
dengan Otonomi Daerah, Demokrasi Dengan Kemakmuran, dan Demokrasi yang
Berkeadilan Sosial “. Bila dibandingkan, sesungguhnya secara esensial terdapat
keseimbangan antara sebelas pilar demokrasi universal ala USIS (1995) dengan 9 dari 10
pilar demokrasi Indonesia ala Sanusi (2006). Hal yang tidak terdapat dalam pilar
demokrasi adalah salah satu pilar demokrasi Indonesia, yakni “Demokrasi Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”, dan inilah yang merupakan ciri khas demokrasi Indonesia,
yang dalam pandangan Maududi dan kaum muslim (Esposito dan Voll,1996) disebut “
teodemokrasi”, yakni demokrasi dalam konteks kekuasaan Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan kata lain, demokrasi universal adalah demokrasi yang bernuansa sekuler,
sedangkan demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang berKetuhanan Yang Maha Esa.
6
B. Alasan Diperlukan Demokrasi yang Bersumber dari Pancasila?
Hingga saat ini kita masih menyaksikan sejumlah persoalan tentang kelemahan praktik
demokrasi di Negara kita. Beberapa masalah tersebut yang sempat muncul diberbagai
media jejaring sosial adalah:
Terjadinya krisis partisipasi rakyat disebabkan karena tidak adanya peluang untuk
berpartisipasi atau karena terbatasnya kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik.
Secara lebih spesifik penyebab rendahnya partisipasi politik itu adalah:
Atas dasar kenyataan demikian tentu muncul sejumlah pertanyaan dibenak kita. Misalnya
1. Mengapa kekuasaan politik formal dikuasai oleh sekelompok orang partai yang
melalui pemilu berhak “menguras” suara rakyat untuk memperoleh kursi di
parlemen?
2. Mengapa dapat terjadi suatu kondisi dimana melalui parlemen kelompok elit dapat
mengatas namakan suara rakyat untuk melaksanakan agenda politik mereka sendiri
yang sering kali berbeda dengan kepentingan nyata masyarakat?
3. Mengapa pihak-pihak yang memiliki kekuasaan kharismatik yang berakar dari
tradisi, maupun agama yang terdapat pada beberapa orang yang mampu
menggerakkan loyalitas dan emosi rakyat yang bila perlu menjadi tumbal untuk
7
tujuan yang bagi mereka sendiri tidak jelas masih hidup pada era demokrasi dewasa
ini?
4. Mengapa sekelompok elit daerah dapat memiliki wewenang formal maupun
informal yang digunakan untuk mengatasnamakan aspirasi daerah demi
kepentingan mereka sendiri.
8
khususnya Belanda, di Indonesia, membawa dua sisi dari koin peradaban Barat: sisi
represi imperialisme-kapitalisme dan sisi humanisme-demokratis.
Perkembangan sejarah demokrasi Indonesia sampai masa Orde Baru dapat dibagi
dalam empat masa, yaitu:
D. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang bersumber dari Pancasila
9
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Ketentuan mengenai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan hal baru dalam UUD
1945. Sistem perwakilan di Indonesia merupakan sistem yang khas. Sebab di samping
terdapat DPR sebagai lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi rakyat, juga ada DPD
sebagai lembaga penampung aspirasi daerah. Demikianlah dinamika yang terjadi dengan
lembaga permusyawaratan dan perwakilan di negara kita yang secara langsung
mempengaruhi kehidupan demokrasi.
1. Sila pertama
Contoh penerapannya bebas melaksanakan kegiatan agama dengan syarat tidak
melanggar norma-norma di Indonesia dan saling menghormati dengan agama lain
2. Sila kedua
Contoh penerapannya, majikan tidak sewenang-wenangnya bertindak
kepembantunya yang tidak berperikemanusiaan.
3. Sila ketiga
Contoh penerapannya, tidak terlalu menonjolkan kebudayaan masing-masing daerah
untuk melihat siapa yang terbaik tetapi dipelajari dan ikut melestarikan dengan serta
meyakinkan bahwa perbedaan itu baik
4. Sila keempat
Contohnya segala persoalan yang ada untuk mendapatkan solusi dengan cara
bermusyawarah unntuk mencapai tujuan ynang diinginkan
5. Sila kelima
Contohnya pemerintah mengadakan program wajib bersekolah selama 9 tahun tanpa
membedakan-bedakan guna mengatasi masalah pendidikan yang begitu rendah.
1) agar para pejabat publik dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah,
2) dan agar partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalam
berbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan
demikian, pada gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan
sehingga secara bertahap dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam keadilan
dan masyarakat yang adil dalam kemakmuran.
10
Esensi pancasila sebagai dasar negara merupakan segala sesuatu yang merupakan
Hakikat, dasar, inti, sari, hal yang pokok, penting, ekstrak dan konsentrat dari segala
sesuatu disebut esensi tergantung dalam konteks dan penggunaannya. Ir. Soekarno
menggambarkan urgensi pancasila secararingkas tetapi meyakinkan. Pancasila adalah
Weltanschauung, satu dasar falsafah dan juga satu alat pemersatu bangsa yang juga pada
hakikatnya satu alat mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala macam
penjajahan terutama imperialisme.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang berdasar Pancasila dan UUD 1945.
Demokrasi Pancsila dalam arti luas adalah kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada di
tangan rakyat yang dalam penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan
dijalankan sesuai rumusan nilai dan norma dalam UUD 1945. Praktik yang berjalan
juga harus sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan kenegaraan Indonesia.
Sekalipun telah terumus dengan baik, namun dalam kenyataannya praktik Demokrasi
Pancasila mengalami pasang surut. Oleh karena itu, perjuangan untuk menuju Indonesia
menjadi lebih baik turut menjadi tanggung jawab bersama melalui peran kita dalam
mempertahankan Demokrasi Pancasila sebagai ciri khas yang dimiliki Indonesia.
B. Saran
1. Otoritas tertinggi dalam sebuah negara yaitu pemerintah, hendaknya mengetahui
dan memahami dengan jelas hakikat dan makna dari Pancasila itu sendiri serta
berupaya mewujudkannya dalam mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya
2. Masyarakat juga hendaknya memahami betul makna Demokrasi Pancasila sehingga
dapat menjadi pedoman dan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga mampu
untuk bisa lebih pro-aktif demi Indonesia yang lebih baik kedepan
3. Mahasiswa sebagai akademisi hendaknya mampu menciptakan dan mengawal
proses berbangsa dan bernegara berdasarkan cita-cita dari Pancasila itu sendiri,
sehingga tercipta bangsa yang beradab dan memiliki potensi masa depan yang cerah
dan tidak mudah terprovokasi untuk merusak tatanan pancasila itu sendiri.
12
DAFTAR PUSTAKA
13