Anda di halaman 1dari 14

KEPRIBADIAN DAN PEMBUDAYAAN PANCASILA

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Dr. I Nengah Mariasa, M.Hum.

Oleh
Elvira Ratna Aisa (19030234006)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga

makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan

makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila . Penulis sampaikan

terimakasih sebesar - besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan

Pancasila, Dr. I Nengah Mariasa, M.Hum..dan semua pihak yang turut membantu proses

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan

kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan

khususnya bagi penulis sendiri.

Surabaya, 5 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................. 3

C. Tujuan Penulisan............................................................... 3

D. Manfaat Penulisan............................................................. 3

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pembentukan Kepribadian Pancasila.................................. 4

B. Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila.............................. 6

BAB III : PENUTUP

A. Simpulan............................................................................... 10

B. Saran...................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara, Pandangan Hidup Bangsa, sebagai

Filsafat Bangsa, sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dan fungsi lainnya,

dalam realisasi (pengamalannya) memiliki konsekuensi yang berbeda-beda tergantung

pada konteksnya. Realisasi secara praksis ini sangat penting karena Pancasila sebagai

dasar filsafat, pandangan hidup dan hakikatnya adalah merupakan suatu sistem nilai,

yang pada gilirannya untuk dijabarkan direalisasikan serta diamalkan dalam kehidupan

secara kongkrit dalam konteks bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Pancasila adalah salah satu mata kuliah yang mengedepankan

pembinaan sikap dan perilaku mahasiswa, dengan harapan dapat menjadi pribadi yang

santun dan beradab. Adapun rumusan capaian pembelajaran sikap yang telah

ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa dan mampu menunjukkan sikap

religius;

2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas

berdasarkan agama, moral, dan, etika;

3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila;

4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki

nationalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa;


5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama dan

kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;

6. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap

masyarakat dan lingkungan;

7. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

8. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;

9. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang

keahliannya secara mandiri;

10. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan;

11. Mewujudkan karakter “Iman, Cerdas, Mandiri, Jujur, Peduli, dan

Tangguh” dalam perilaku keseharian dan

12. Mempunyai ketulusan, komitmen, serta kesungguhan hati untuk

memPancasilambangkan sikap, nilai, dan kemampuan peserta didik (khusus bagi

lulusan program kependidikan).

Dalam masalah ini adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila itu benar-benar dapat

dicerminkan dalam sikap dan perilaku dari mahasiswa dan juga seluruh warga negara,

mulai dari aparatur pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa. Aktualisasi nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

memerlukan kondisidan iklim yang memungkinkan segenap lapisan masyarakat yang

dapat dicerminkan nilai-nilai pancasila itu dan dapat terlihat dalam perilaku yang

sesungguhnya.
A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pembentukan kepribadian Pancasila dalam kehidupan?

2. Bagaimana proses sosialisasi dan pembudayaan Pancasila dalak kehidupan?

B. Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui proses pembentukan kepribadian Pancasila

2. Dapat mengetahui proses sosialisasi dan pembudayaan Pancasila

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menerapkan mengenai pemahaman dan aktualisasi Pancasila

2. Dapat memberikan pengetahuan baru mengenai proses sosialisasi dan

pembudayaan Pancasila
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Kepribadian Pancasila

Aktualisasi serta pengamalan Pancasila yang objektif yaitu Aktualisasi serta

implementasi nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara,

terutama dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam praksis

penyelenggara negara dan peraturan-perundang undangan di Indonesia. Dalam

implementasi penjabaran Pancasila yang bersifat objektif adalah merupakan

perwujudan nilai nilai Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara Republik

Indonesia, yang realisasi kongkritnya merupakan sumber dari segala sumber hukum

(sumber tertib hukum) Indonesia oleh karena itu implementasi Pancasila yang

objektif ini berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral, secara lebih luas

dengan norma-norma kenegaraan.

Namun demikian sangatlah mustahil implementasi Pancasila secara objektif

dalam bidang kenegaraan dapat terlaksana dengan baik tanpa didukung oleh

aktualisasi Pancasila yang subjektif. Aktualisasi Pancasila yang subjektif adalah

pelaksanaan pada setiap pribadi perseorangan, setiap warga negara, setiap individu,

setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. Aktualisasi Pancasila

yang subyektif justru lebih penting karena realisasi yang subjektif merupakan

persyaratan bagi Aktualisasi Pancasila yang objektif. Bilamana kita rinci Pemahaman

dan Aktualisasi Pancasila sampai pada tingkat mentalitas, kepribadian, dan

Ketahanan ideologis adalah sebagai berikut:


1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan yang

lengkap dan jelas tentang kebaikan dan kebenaran Pancasila. Kemudian diserapkan

dan dihayati sehingga menjadi suatu kesadaran yaitu orang yang selalu dalam

keadaan mengetahui keadaan diri sendiri, memahami, serta memiliki pengetahuan

Pancasila.

2. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari sampai adanya suatu

ketaatan, yaitu suatu kesediaan harus senantiasa ada untuk mengaktualisasikan

Pancasila.

3. Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiasaan untuk

melakukan perbuatan mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

baik dalam bidang kenegaraan maupun dalam bidang kemasyarakatan.

4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu terselenggaranya

kesatuan lahir batin, kesatuan akal, rasa, kehendak sikap dan perbuatan.

Berdasarkan tingkatan dan proses pembentukan kepribadian tersebut, maka

memiliki pengetahuan tentang Pancasila menjadi suatu hal yang sangat vital. Oleh

karena itu ditenggelamkannya Pancasila dalam reformasi yang berlangsung hampir

selama 15 tahun berakibat hilangnya estafet pewarisan nilai-nilai Pancasila pada

generasi penerus bangsa. Akibatnya generasi penerus dewasa ini dan keadaan

kekosongan identitas dan pengetahuan tentang nilai-nilai yang dimilikinya sendiri

sebagai suatu kepribadian bangsa oleh karena itu dewasa ini proses pembentukan

kepribadian berdasarkan nilai-nilai Pancasila harus dilaksanakan secara serius,

terutama oleh kalangan elit negara.


B. Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila

Dalam proses realisasi sosialisasi dan pembudayaan Pancasila pertama-tama

harus diletakkan adalah suatu pemahaman terhadap sistem epistimologi yang benar.

Artinya jikalau kita ingin merealisasikan atau mengamalkan Pancasila harus

dipahami terlebih dahulu bahwa Pancasila itu adalah merupakan suatu sistem nilai di

mana kelima sila merupakan suatu kesatuan yang sistematik. Jadi penjabaran,

realisasi, maupun sosialisasi tidak mungkin hanya berdasarkan salah satu sila saja

terlepas dari esensi sila lainnya. Seluruh sila itu merupakan suatu kesatuan yang

sistematik hierarkis dan bersifat korelatif. Oleh karena itu setiap sila tidak dapat

dipisahkan dan sila lainnya.

Berdasarkan sistem epistemologis tersebut maka revitalisasi, realisasi,

sosialisasi, dan pembudayaan Pancasila tidak mungkin secara langsung dapat

diamalkan sehingga harus melalui transformasi dari sistem nilai, norma, kemudian

dijabarkan dalam suatu realisasi yang bersifat praksis.

Jikalau kita pahami secara sistematik wujud sistem sosial kebudayaan dalam

pembudayaan Pancasila dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) sistem nilai,

(Pembudayaan nilai-nilai Pancasila) (2) sistem sosial, (Pembudayaan P ancasila

pada kehidupan sosial) dan (3) Wujud fisik, (Pembudayaan Pancasila dalam

wujud budaya fisik). Dalam hubungan ini Pancasila merupakan vote values sistem

sosial kebudayaan masyarakat Indonesia, yaitu suatu esensi nilai kehidupan sosial

kebudayaan yang multikulturalisme.

Oleh karena itu, dalam proses pembudayaan nilai-nilai Pancasila harus meliputi

3 dimensi tersebut, sehingga dalam hubungan ini diperlukan suatu proses


pembudayaan nilai-nilai Pancasila. Hal ini memang tidak mudah dan sifatnya

bukanlah suatu proses doktriner melainkan justru pembudayaan dan internalisasi

dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sosial-

budaya masyarakat nampak semakin kuatnya pengaruh individualisme,

primordialisme serta fanatisme etnis, ras, golongan maupun agama. Bangsa

Indonesia adalah multikultural, multi etnis, dan multi religius, oleh karena itu nilai-

nilai persatuan dalam suatu keragaman harus dibudayakan dengan berbasis pada

etika religius dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pembudayaan Nilai-nilai Pancasila, yaitu proses pembudayaan pada domein

values (nilai). Realitas nilai adalah sesuatu yang hanya dapat dipahami dan

dimengerti oleh manusia. Oleh karena itu dalam proses pembudayaan harus

menggunakan strategi dengan senantiasa menghubungkan nilai-nilai Pancasila

dengan realitas kongkrit kehidupan manusia. Misalnya nilai Ketuhanan, selain

pengertian Ketuhanan juga harus dihubungkan dengan realitas kehidupan manusia

dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Misalnya sikap toleransi, tidak

memaksakan keyakinan beragama pada orang lain dan lain sebagainya. Sila

Kemanusiaan misalnya, selain menanamkan pengertian nilai kemanusiaan, juga

dihubungkan dengan realitas kehidupan manusia, misalnya suka melakukan kegiatan

kemanusiaan, mengangkat harkat dan martabat manusia. Sila Persatuan misalnya

selain memberikan pengertian tentang nilai persatuan, juga dihubungkan dengan

kehidupan praksis misalnya, cinta tanah air, bangsa dan negara, memelihara dan

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, cinta terhadap produk nasional, tidak

membedakan suku, ras, etnis maupun golongan dan lain sebagainya. Nilai
Kerakyatan, misalnya selain memberikan pengertian nilai kerakyatan, juga

dihubungkan dengan realitas kongkrit, misalnya memberikan hak yang sama pada

orang lain, menghargai pendapat orang lain, melakukan musyawarah untuk mencapai

suatu mufakat dalam suatu masalah dalam kehidupan masyarakat dan lain

sebagainya. Sila Keadilan Sosial, selain memberikan pengertian keadilan sosial juga

dihubungkan dengan kehidupan kongkrit misalnya, memberikan hak pada orang

yang memang menjadi haknya, memenuhi wajib dalam kehidupan masyarakat,

mewujudkan kebersamaan dengan tidak menonjolkan kepentingan individu dan lain

sebagainya.

Proses pembudayaan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan berbagai

metode, namun yang terpenting sesuai dengan tingkat pengetahuan kelompok

masyarakat yang menjadi objek pembudayaan.

Pembudayaan Pancasila pada Kehidupan Sosial, yaitu proses pembudayaan

pancasila dalam kehidupan sosial-budaya secara kongkrit. Dalam hubungan ini

realisasi Pancasila dilakukan secara langsung dalam kehidupan masyarakat secara

kongkrit. Nilai-nilai Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat, sesuai

dengan situasi, kondisi dan keadaan masyarakat. Misalnya dalam lingkungan RT,

RW yang dengan langsung mempratekkan dan mewujudkan nilai-nilai Pancasila.

Misalnya praktek realisasi musyawarah mufakat, sikap toleransi, sikap tenggang

rasa, realisasi kemanusiaan, misalnya membantu warga yang sedang kesulitan dan

lain sebagainya. Dewasa ini kehidupan masyarakat semakin kompleks dan semakin

canggih, oleh karena itu pembudayaan pada kehidupan sosial juga dapat dilakukan

melalui IT.
Pembudayaan Pancasila dalam Wujud Budaya Fisik, yaitu pembudayaan

nilai-nilai Pancasila secara langsung dalam wujud kebudayaan fisik. Misalnya pada

kaos dengan gambar simbol nasionalisme, semboyan kebangsaan dan lain

sebagainya. Dapat pula dalam suatu cindera mata, yang di dalamnya terkandung

ungkapan, atau icon Pancasila. Secara lebih luas dapat dilakukan pada benda budaya

lain seperti buku, buku cerita, gantungan kunci, patung, parkiran, lukisan, dan

lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pembentukan kepribadian Pancasila diperlukan aktualisasi Pancasila yang


objektif dan subjektif. Secara objektif ialah aktualisasi dalam segala aspek
penyelenggaraan negara. Aktualisasi Pancasila didukung oleh realisasi Pancasila yang
subjektif. Aktualisasi secara subjektif adalah pelaksanaan pada setiap pribadi
perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa,
dan setiap orang di Indonesia. Proses pembentukan kepribadian pancasila diawali
dengaj memiliki pengetahuan yang lengkap, dan jelas tentang kebenaran Pancasila.
Dalam proses realisasi sosialisasi dan pembudayaan Pancasila harus melalui
transformasi dari sistem nilai, norma, kemudian dijabarkan dalam suatu realisasi yang
bersifat praksis. Secara sistematik wujud sistem sosial kebudayaan dalam
pembudayaan Pancasila dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) sistem nilai,
(Pembudayaan nilai-nilai Pancasila) (2) sistem sosial, (Pembudayaan Pancasila
pada kehidupan sosial) dan (3) Wujud fisik, (Pembudayaan Pancasila dalam
wujud budaya fisik). Oleh karena itu, dalam proses pembudayaan nilai-nilai
Pancasila harus meliputi 3 dimensi tersebut, sehingga dalam hubungan ini diperlukan
suatu proses pembudayaan nilai-nilai Pancasila.

B. Saran

Proses pembentukan kepribadian serta proses sosialisasi pembudayaan pancasila


perlu dipertahankan dan diperkenalkan penerapannya pada semua tingkat dari
jenjang pendidikan karena dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
membentuk kepribadian warga negara untuk menanamkan dan mengamalkan nilai-
nilai karakter bangsa Indonesia. Hal tersebut memang harus dilaksanakan
mengingatBangsa Indonesia adalah negara multikultural oleh karena itu nilai-nilai
persatuan dalam keragaman harus dibudayakan dalam pembudayaan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan.2016.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma
Tim MKWU Pendidikan Pancasila Unesa.2017. Pendidikan
Pancasila.Surabaya:Unesa University Press

Anda mungkin juga menyukai