Anda di halaman 1dari 9

SISTEM PERIODIK

(Sejarah Perkembangan Sistem Periodik)

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Kimia Dasar

Yang Diampu Oleh : Prof.Dr. Suyatno,M.Si.

Oleh :

1. Luklukul Fitriyah ( 19030234036 )


2. Indri Wasa Estiningtyas ( 19030234032 )
3. Elvira Ratna Aisa ( 19030234006 )
4. Syananda Zahra Fadila ( 19030234005 )
5. M. Iqbal Al Ghifari ( 19030234045 )

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

PRODI KIMIA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sesuai dengan\


Perkembangan ilmu kimia. Ilmu ini berakar pada alkimia yang telah dipraktikkan
selama berabad-abad diseluruh dunia. Banyak proses kimia yang ditemukan oleh
Alkimiawan hingga menuntun pada pengembangan kimia modern. Karena banyak nya
masalah dalam kehidupan membuat para kimiawan selalu mengkaji persoalan yang
terjadi baik dalam lingkungan maupun alam secara keseluruhan. Karena itu sejarah
perkembangann yang diangkat adalah sejarah perkembangan system periodik unsur
mulai dari pengelompokkan unsur – unsur yang sederhana hingga pengelompokkan
yang secara modern. Pengelompokkan unsur mengalami sejarah perkembangan, sifat
logam, non logam, hukum-hukum, golongan, peride, dan sifat-sifat unsur dalam system
periodik modern.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan sistem periodik unsur ?
2. Bagaimana cara pengelompokan unsur-unsur tersebut ?
3. Apa sajakah sifat-sifat unsur dalam sistem periodik unsur ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan sistem periodik unsur
2. Untuk mengetahui cara pengelompokan unsur-unsur .
3. Untuk mengetahui sifat-sifat unsur dalam sistem periodik unsur.

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat memberikan pengetahuan baru tentang sejarah perkembangan sistem
periodik unsur.
2. Diharapkan makalah ini dapat menjadi kontribusi atau kajian wawasan ilmu
sistem periodik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur

Sistem periodik unsur merupakan sebuah tabel yang memuat semua unsur kimia
yang dikenal oleh IUPAC (international Union Of Pure and appied chemistry) dalam tabel
tersebut unsur kimia dikelompokkan berdasarkan nomor atom dan kesamaan sifatnya.
Sejarah perkembangan sistem periodik unsur dan penyusunan sistem periodik unsur
telah mengalami banyak penyempurnaan.

Beberapa unsur kimia sjak lama sudah menjadi bagian kehidupan manusia yaitu
tembaga, perak, dan emas. Banyak yang menggunakan unsur kimia tersebut sebagai alat
tukar maupun perhiasan. Seiring bertambahnya waktu, para ilmuan mulai mengetahui
bahwa setiap unsur mempunyai sifat yang khas. Dan sifat unsure tersebut ditentukan
oleh sifat atom-atomnya. Saat ini suda ditemukan 115 dan masih akan ditemukan lagi
unsu-unsur baru lainnya. Unsur-unsur tersebut ada yang memiliki sifat yang mirip atau
berbeda satu sama lain.sistem periodik unsur saat ini adalah berdasarkan kenaikan
nomor atom dan penempatan unsur-unsur dengan sifat-sifat yang mirip ditempatkan
dalam satu golongan.

Pengelompokan ini terus mengalami perkembangan dari mulai pengelompokan


unsur berdasarkan Lavoisier, Tried Dobreiner, Newlands, Mendeleev dan sistem
periodik modern yang kita gunakan sampai sekarang.

B. Pengelompokan Unsur-Unsur

1. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan System Lavoisier

Dalam sistem ini pengklasifikasikan unsur di dasarkan pada kemampuan unsur itu
untuk menghantarkan listrik dan panas. Menurut sistem ini unsur di kelompokkan menjadi
dua jenis yaitu:
a. Unsur logam ( unsur yang dapat menghantarkan listrik dan panas), misalnya
besi, tembaga, perak, emas, dan sebagainya.
b. Unsur non logam ( unsur yang tak dapat menghantarkan arus listik dan panas),
misalnya
belerang, oksigen, klor, nitrogen, arsen, fosfor, hydrogen, dan karbon.
Dari semua unsur yang sudah di temukan pada masa itu. Sebagin besar unsur kurang
lebih 70% adalah logam sehingga para ahli mengelompokkan unsur menjadi dua bagian yaitu
logam dan nonlogam antara lain sebagai berikut :

a) Logam,
Sifat logam
Ø Dapat menghantarkan panas dan listrik (kerapatan tinggi )
Ø Mudah di bentuk atau padat (dapat di tempat dan diregangkan seperti kawat).
Ø Mengkilap terlebih jika digosok.
Ø Keelektron positif. Pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar.
Ø Bersifat reduktor atau basa ( mengalami oksidasi = melepaskan electron)

b) Nonlogam
Sifat non logam
Ø Tidak dapat menghantarkan panas dan listrik (kerapatan rendah )
Ø Yang berwujud padat umumnya rapuh (sukar di bentuk).
Ø Tidak mengkilap atau buram
Ø Ada yang berwujud padat, cair, atau gas.
Ø Bersifat oksidator atau asam (Mengalami reduksi = menyerap elektron).

2. Pengelompokkan unsur berdasarkan Triade Dobreiner

Pada tahun 1829 Johan Wolfgan Dobereiner (1780 – 1849) membagi unsur – unsur
dalam kelompok – kelompok yang terdiri dari tiga unsur yang di sebut Triade. Menurutnya,
anggota triade yang berada di tengah memiliki sifat – sifat diantara kedua nggota triade
lainnya dan memiliki massa atom relative yang merupakan rata – rata dari unsur yang
mengapitnya.

Sebagai contoh, kelompok unsur klor (Cl), brom (Br),dan Iod (I), di mana brom
memiliki massa atom relatif rata – rata dari massa atom Klor dan Iod. Klor berwujud gas, iod
berwujud padat, maka Brom dapat di ramalkan berwujud di antaranya, yaitu cair. Demikian
pula kelompok triade Li, Na, K dan Ca, Sr, Ba. Kreatifan unsur Na berada diantara kereaktifan
unsur Li dan K.

Massa atom relatif Stronsium (Sr) merupakan rata – rata dari massa atom relatif
kalsium (Ca) dan Barium (Ba). Massa atom relatif kalsium 40,08 dan Barium 137,3 sehingga
massa atom relatif Stronsium dapat di hitung dari rata – rata kedua unsur yang mengapitnya,
yaitu :

Dalam perkembangannya pengelompokkan triade ini dirasakan tidak efesien


mengingat semakin banyaknya unsur – unsur di temukan dan anggota suatu kelompok unsur
tidak hanya terdiri tiga unsur. Namun bagaimanapun Tried Doberier merupakan pijakan
awal dari pembuatan sistem periodik yang ada sekarang

3. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan Hukum Newlands


Pada tahun 1869 Jhon Alexander Reina Newlands (1838–1898) mencoba
mengelompokkan unsur – unsur berdasarkan pertambahan ( kenaikan ) massa atom.
Ternyata Newlands menemukakan bahwa pengulangan sifat – sifat unsur sesuai dengan
pengulangan not lagu (oktaf), artinya unsur kesatu memiliki sifat yang sama dengan unsur
kedelapan, unsur kedua memiliki sifat yang sama dengan unsur kesembilan, dan seterusnya.
Keteraturan yang ditemukan Newlands ini terkenal dengan sebutan Hukum Oktaf
Newlands. Sama halnya Dobereiner, dalam perkembangannya pengelompokkan Newlands
ini dirasakan kurang efesien dan tak mampu menampung jumlah unsur yang semakin
banyak.

Tabel Daftar Oktaf Newlands

1. H 2. Li 3. Be 4. B 5. C 6. N 7. O
8. F 9. Na 10. Mg 11. Al 12. Si 13. P 14. S
15. Cl 16. K 17. Ca 18. Ti 19. Cr 20. Mn 21. Fe
22. Co, Ni 23. Cu 24. Zn 25. Y 26. In 27. As 28. Se
29. Br 30. Rb 31. Sr 32. Ce, 33. Zr 34. Di, 35. Ro,
La Mo Ru
36. Pd 37. Ag 38. Cd 39. U 40. Sn 41. Sb 42. Te
43. I 44. Cs 45. Ba, 46. Ta 47. W 48. Nb 49. Au
v
50. Pt, Ir 51. Os 52. Hg 53. Ti 54. Pb 55. Bi 56. Th

Hokum Oktaf hanya berlaku untuk unsur – unsur ringan. Jika di teruskan, ternyata
kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai sifat yang cukup perbeda
dengan Be, Mg, dan Ca. hal itu merupakan kelemahan hukum oktaf. Anggapan akan
kegagalan usaha pengelompokkan unsur – unsur oleh Newlands memunculkan upaya baru
dari para ahli kimia untuk mencari pola pengelompokkan unsur – unsur yang lebih tepat.

4. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan Meyer dan Mendeleev.

Pada tahun 1869, Julius Lothar Meyer di jerman dan Dmitri Ivanovich
Mendeleyev di rusia, masing – masing mengumumkan system pengelompokkan unsur –
unsur yang lebih sempurna. Mendeleev menyusun unsur – unsur menurut kenaikan massa
atom relatifnya dari kiri kekanan dan dari atas kebawah.

Unsur – unsur yang sifatnya mirip diletakkan dalam satu lajur vertikal yang di
sebut perioda. Dengan mengelompokkan tersebut, Mendeleev menyimpukan bahwa sifat
unsur adalah fungsi periodik dari massa atomnya”. Ini di sebut Hukum periodik Mendeleev.
Meyer menyusun unsur – unsur berdasarkan sifat - sifat fisika, sedangkan Mendeleev
berdasarkan sifat – sifat fisika dan kimia. Meyer dan Mendeleev menyusun system periodik unsur
berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya.

Mendeleev mempunyai kelebihan yaitu berani menukar letak unsur – unsur demi
mempertahankan kemiripan sifat periodik. Meskipun hal itu menyalahi aturan keperiodikan
yang di kemukakan yaitu massa atomnya menjadi menurun bukan naik. Pengelompokkan
unsur – unsur oleh Mendeleev di mulai dengan menuliskan lambang unsur serta sifat –
sifatnya pada kartu – kartu yang berbeda. Kemudian kartu – kartu di susun berdasarkan
kenaikan massa atom relatif unsur dengan memperhatikan keperiodikan unsur – unsur
tersebut.
Hukum Mendeleev disebut juga hukum periodik. Terdapat dua alasan Hukum
Mendeleev jauh lebih maju dibandingkan sistem pengelompokkan Newlands yaitu
: pertama, pengelompokkan yang dilakukan Mendeleev memiliki massa atom dan sifat – sifat
yang lebih akurat . kedua, pengelompokkan Mendeleev memungkinkan untuk memprediksi
sifat – sifat beberapa unsur yang belum di temukan hingga saat ini

Tabel Periodik Mendeleev

Gol I Gol II Gol III Gol IV Gol V Gol VI Gol VII Gol VIII
No R2O RO R2O 3 RH4 RH3 RH2 RH RO4
Ro 2 R2O 5 RO3 R2O7

1 H=1
2 Li = 7 Be = 9,4 Be = 11 C = 12 N = 14 O = 16 F = 19 FE=56,CO=59
NI=59,CU=63
3 Na = 23 Mg = Al=27,3 Si = 28 P = 31 S = 32 Cl=35,5
4 K = 39 24 - = 44 Ti = 48 V = 51 Cr = 52 Mn= 55 Ru=104,,Rh=104
Ca = 40 Pd=106,Ag =108
5 (Cu = 63) - = 68 - = 27 As = 75 Se =78 Br = 80
6 Rb = 85 Zn = 65 Yt = 88 Zr = 90 Nb =94 Mo= -= 100
Sr = 87 96 Os=195,Ir=197,
7 (Ag=108) In=113 Sn=118 Sb=122 J = 127 Pt=198,Au=99
8 Cs = 133 Cd=112 Di= 138 Ce=140 - Te 125 -
9 (-) Ba= 137 - - - -
10 - - Er= 178 La=180 Ta=182 - -
- W=184
11 (Au=199 Ti = 204 Pb=207 Bi=208 -
12 - Hg200 - Th=231 - - -
- U=240
System periodik Mendeleev tersusun atas delapan golongan dan dua belas periode.
Dalam tabel tampak rumus R2O, RO, dan seterusnya yang merupakan lambing oksida
unsurnya. R adalah lambang unsur pada golongan itu, sedangkan O adalah oksigen.
Misalnya R2O berarti unsur- unsur pada golongan I dapat membentuk H2O, Li2O, Na2O, dan
seterusnya.mendeleev juga menyediakan kotak kosong dalam sistem periodiknya dalam
unsur – unsur yang hingga saat itu belim di temukan. Unsur – unsur ini bernomor massa 44,
68, 72, dan 100.mendeleev juga telah memprediksi sifat – sifat unsur dan ternyata peridiksinya
sangat dekat dengan sifat – sifat unsur setelah di temukan. Misalnya untuk eka-aluminium,
dan eka-silikon yang kemudian di ketahui sebagai germanium dan gallium, seperti tertera
dalam table berikut :

Sifat Prediksi : Observasi : Prediksi : Observasi :


Eka- Galium (1875) Eka- Silikon Germanium
Aluminium (1871) (1886)
(1871)
Massa 68 69,9 72 72,6
Atomdesitas 5,9 (g/cm3) 5,94(g/cm3) 5,5 (g/cm3) 5,47(g/cm3)
Rumus oksidasi Ea2O3 Ga2O3 EsO2 GeO2

5. Pengelompokkan Berdasarkan System Periodik Modern

Pada tahun 1913, seorang ahli fisika muda berkebangsaan Ingris henry Moseley
(Henry Gwyn-Jeffreys Moseley ,1887-1915) menemukan hubungan antara nomor atom
dengan frekuensi sinar-X yang dihasilkan dari penembakan unsur tersebut dengan elektron
berenergi tinggi, dengan beberapa pengecualian, moseley menemukan bahwa nomor atom
meningkat seiring dengan meningkatnya massa atom. Berdasarkan kenyataan ini Moseley
memodifikasi sistem periodik Mendeleev dan menghasilkan Sistem Periodik Modern yang
kita kenal sekarang ini.

Penyusunan sistem periodik unsur berdasarkan nomor atom dan sifat atom dilakukan
berdasarkan kenyataan bahwa unsur – unsur yang sama berarti memiliki sifat – sifat yang
sama,dapat memiliki massa atom yang berbeda atau isotop. Dengan demikian sifat – sifat
kimia suatu unsur tidak ditentukan oleh massa atomnya, melainkan di tentukan oleh jumlah
proton dalam atom tersebut. Jika jumlah proton merupakan nomor atom unsur, unsur – unsur
di susun berdasarkan kenaikan nomor atom bukan berdasarkan nomor massanya.

C. Sifat – Sifat Periodik Unsur

Sifat – sifat unsur yang berubah secara teratur disebut sifat periodik unsur - unsur.
Sifat – sifat unsur dalam sistem periodik meliputi :
1) Jari – jari atom

Jari – jari atom adalah jarak dari inti atom hingga kulit terluarnya. Secara umum
bahwa jari – jari atom dalam satu golongan akn semakin besar dari atas kebawah.
Sementara dalam satu periode semakin kekanan jari – jari atomnya semakin kecil. Dalam
satu golongan, semakin kebawah letak suatu unsur dalam sistem periodik, semakin
bertambah periodenya. Unsur – unsur dalam satu golongan dari atas kebawah jari – jari
atomnya semakin besar karena jumlah kulit atom semakin bertambah. Dalam satu periode
semua unsur memiliki jumlah kulit yang sama. Semakin kekanan letak suatu unsur dalam
sistem periodik, semakin bertambah jumlah elektron pada kulit terluarnya, yang diikuti
dengan bertambahnya jumlah proton pada inti atom. Dengan demikian, gaya tarik
menarik antara protan dan elektron semakin besar dan akibatnya jari – jar atom semakin
kecil.

2) Potensial Ionisasi

Potensial ionisasi adalah energi minimum yang di perlukan oleh suatu atom netral
atau ion untuk melepas satu elektron yang terikat paling luar dalam fase gas terisolasi.
Suatu atom netral di beri energi hingga sebuah elektronnya terlepas, energi yang di
berikan ini di sebut sebagai potensial ionisasi pertama.ionisasi pertama merupakan
energy yang digunakan untuk ionisasi sesuai persamaan berikut

ini Apabila terdapat Na+ (g) di berikan lagi energi


sehingga terbentuk Na2+(g) , energy yang di berikan ini di sebut sebagai potensial ionisasi
kedua, dan seterusnya. Elektron – electron dalam suatu atom atau ion saling tarik menarik
dengan inti atom atau ion tersebut sehingga potensial ionisasinya berharga positif.
Semakin kecil jari – jari atom, potensial ionisasinya semakin besar. Dalam satu periode
unsur – unsur memiliki jumlah kulit atom yang sama. Semakin kekanan letak suatu unsur
dalam sistem periodik, semakin bertambah jumlah elektron pada kulit terluarnya.

3) Afinitas elektron

Afinitas elektron adalah energy yang di lepaskan atau di serap ketika satu elektron

ditambah ke atom atau ion dalam fase gas terisolasi.


Afinitas elektron umumnya bersifat eksotermis (melepaskan energi), karena elektron
yang masuk akan mengalami gaya tarik – menarik dengan inti atom. Variasi afinitas elektron
juga di pengaruhi oleh ukuran atom. Semakin dekat atom ke inti atom, semakin besar pula
pengaruh gaya tarik inti yang di rasakan elektron tersebut. Atom yang memiliki ukuran yang
paling kecil akan memiliki muatan inti efektif yang tinggi pada kulit terluarnya, sehingga
memiliki afinitas elaktron yang tinggi. Secara umum dalam satu golongan semakin kebawah,
afinitas elektronya semakin kecil. Sementara dalam satu periode semakin ke kana, afinitas
elektronnya semakin besar. Semakin kecil jari – jari atom afinitas elektronnya semakin besar.

4) Keelektronegatifan

Keelektronegatifan merupakan ukuran kemamapuan suatu atom untuk menarik

elektron dalam ikatannya ketika atom – atomtersebut membentuk ikatan. Unsur - unsur

Yang memiliki keelektronegatifan tinggi memiliki kemampuan lebih besar untuk menarik

elektron ikatannya. Dalam suatu molekul, unsur yang lebih elektronegatif bermuatan

parsial negatif, sedangkan unsur – unsur yang kurang elektronegatif akan bermuatan

parsial positif. Keelektronegatifan merupakan suatu konsep dan tidak memiliki satuan

karena hanya merupakan perbandingan kemampuan untuk menarik electron.

Secara umum dalam satu periode semakin kekanan, keelktronegatiffan unsur – unsur

semakin meningkat seiring dengan menurunnya karakter logam. Sebaliknya, dalam satu

golongan semakin ke bawah keelektronegatifan unsur – unsur semakin menurun.

Semakin kecil jari – jari atom, keelktronegatifannya semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai