Anda di halaman 1dari 5

KEPASTIAN PALSU

A. Materi
Hukum adalah sebuah aturan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari.
Setiap sudut dalam kehidupan kita pasti terkait atau ada dalam naungan hukum. Hukum
memiliki pengertian yang sangat luas. Hukum adalah aturan yang memayungi kita dari
adanya penyalahgunaan terhadap kekuasaan. Dan hukum juga adalah alat yang bisa
digunakan untuk menegakan atau mencari keadilan. Suatu ketentuan hukum mempunyai
tugas berikut.
1. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarkat.
2. Menjamin ketertiban, ketenteraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran,
kebahagiaan, dan kebenaran.
3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan “main hakim sendiri” dalam pergaulan
masyarakat.

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti,ketentuan atau ketetapan. Hukum secara
hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakuan dan adil karena pedoman
kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hukum adalah kumpulan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan
peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaanya dengan suatu sanksi.
Kepastian hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk
norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak lagi
dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang. Hukum yang di tegakkan oleh instansi
penegak hukum yang diserai tugas untuk itu, harus menjamin “kepastian hukum” demi
tegaknya ketertiban dan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Ketidakpastian hukum, akan
menimbulkan kekacauan dalam kehidupan masyarakat, dan akan saling berbuat sesuka hati
serta bertindak main hakim sendiri. Keadaan seperti ini menjadikan kehidupan berada dalam
suasana social disorganization atau kekacauan sosial.
Kepastian hukum adalah “sicherkeit des Rechts selbst” (kepastian tentang hukum itu
sendiri). Ada empat hal yang berhubungan dengan makna kepastian hukum. Pertama, bahwa
hukum itu positif, artinya bahwa ia adalah perundang-undangan(gesetzliches Recht). Kedua,
bahwa hukum itu didasarkan pada fakta (Tatsachen),bukan suatu rumusan tentang penilaian
yang nanti akan dilakukan oleh hakim, seperti “kemauan baik”, ”kesopanan”. Ketiga, bahwa
fakta itu harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam
pemaknaan, di samping juga mudah dijalankan. Keempat, hukum positif itu tidak boleh sering
diubah-ubah.
B. Masalah Nyata

Kejagung Masih Ngambang Soal Nasib


Novel Baswedan

RMOL. Kejaksaan Agung masih mengambangkan nasib penyidik senior KPK Novel
Baswedan pasca dikabulkannya gugatan praperadilan oleh Pengadilan Negeri Bengkulu.
Jaksa Agung, HM Prasetyo yang dikonfirmasi masih memberikan jawaban pasti. Adapun
gugatan memutuskan bahwa Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKP2) yang
diterbitkan kejaksaan tidak sah.

"Novel kita tunggu dulu, bagaimana dan apa kepentingannya," kata dia, Minggu (17/4).

Prasetyo menjelaskan, putusan praperadilan tidak akan mengganggu langkah hukum


Kejaksaan. Sebab, Kejagung punya kewenangan khusus, dalam hal ini untuk
melimpahkan atau tidak suatu perkara tindak pidana.

"Praperadilan dinyatakan tidak sah yaitu putusan mereka, jadi kita masih teliti,"
tandasnya.

Beberapa waktu lalu, hakim pada Pengadilan Negeri Bengkulu, Suparman memutuskan
Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKP2) Novel Baswedan oleh Kepala Kejaksaan
Negeri Bengkulu sebagai penuntut umum dinyatakan tidak sah. SKP2 tersebut
diputuskan Pengadilan Negeri Bengkulu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,
dan menyatakan segala ketetapan dan keputusan yang dikeluarkan lebih lanjut oleh
termohon yang berkaitan dengan SKP2 tersebut juga tidak sah.
Hakim juga mengabulkan sebagian gugatan dari korban Novel yang menjadi pemohon
adalam praperadilan tersebut, karena dapat membuktikan sebagian dalil dari
permohonan. Tak hanya itu, hakim juga memerintahkan kepada termohon agar
menyerahkan berkas perkara Novel Baswedan kepada Pengadilan Negeri Bengkulu dan
melanjutkan penuntutan perkara tersebut. [sam]
C. Studi Kasus
Dari kasus yang ada tersebut terbukti masih ada juga hukum di Indonesia yang
belum bisa menjamin kepastian hukum bagi korban dari suatu kasus. Kasus tersebut
dibiarkan mengambang selama satu tahun tanpa ada kepastian yang diberikan oleh
penegak hukum kepada Novel Baswedan. Apabila suatu hukum tidak memiliki
kepastian maka akan menimbulkan kekacauan sosial, suatu kebenaran tidak akan
terungkap, tidak adanya keadilan yang didapat oleh pihak korban.
Kepastian hukum merupakan hak bagi semua orang di dalam masyarakat baik
kaya ataupun miskin, baik pegawai KPK maupun pegawai karyawan, baik tua
maupun muda. Apabila kepastian hukum dilakukan secara adil maka akan menjamin
ketenteraman, keadilan di dalam masyarakat.
Sehingga dilihat dari kasus terebut pelaksanaan hukum di Indonesia terlihat
masih belum bisa menjamin kepastian hukum, maka bisa saja nantinya akan terjadi
kekacauan sosial antara masyarakat.
Hukum harus pasti karena dengan hal yang bersifat pasti dapat dijadikan
ukuran kebenaran dan demi tercapainya tujuan hukum yang menuntut kedamaian,
ketentraman, kesejahteraan dan ketertiban dalam masyaraka serta kepastian hukum
harus dapat menjadi jaminan kesejahteraan umum dan jaminan keadilan bagi
masyarakat.

D. Dasar Hukum
Sebagai contohnya adalah Undang-undang Dasar 1945 amandemen Pasal
28D ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
hukum. Di sisi lain dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum
Acara Pidana pasal 14 butir b, yang berbunyi mengadakan pra penuntutan apabila
ada kekurangan .pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat
(3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan
penyidikan dari penyidik.

E. Prosedural Hukum
Tindak Pidana Penganiayaan Berencana
Menurut Mr.M.H Tirtaadmidjaja, mengutarakan arti direncanakan lebih dahulu
yaitu bahwa ada suatu jangka waktu betapapun pendeknya untuk mempertimbangkan
dan memikirkan dengan tenang”.
Untuk perencanaan ini, tidak perlu ada tenggang waktu lama antara waktu
merencanakan dan waktu melakukan perbuatan penganiayaan berat atau pembunuhan.
Sebaliknya meskipun ada tenggang waktu itu yang tidak begitu pendek, belum tentu
dapat dikatakan ada rencana lebih dahulu secara tenang. Ini semua bergantung kepada
keadaan konkrit dari setiap peristiwa.
Menurut Pasal 353 KUHP ada 3 macam penganiayanan berencana , yaitu:

 Penganiayaan berencana yang tidak berakibat luka berat atau kematian dan
dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun.
 Penganiayaan berencana yang berakibat luka berat dan dihukum denhan hukuman
selama-lamanya 7 (tujuh) tahun.
 Penganiayaan berencana yang berakibat kematian dan dihukum dengan hukuman
selama-lamanya 9 (Sembilan) tahun.

Unsur penganiayaan berencana adalah direncanakan terlebih dahulu sebelum


perbuatan dilakukan. Penganiayaan dapat dikualifikasikan menjadi penganiayaan
berencana jika memenuhi syarat-syarat:
a) Pengambilan keputusan untuk berbuat suatu kehendak dilakukan dalam suasana batin
yang tenang.
b) Sejak timbulnya kehendak/pengambilan keputusan untuk berbuat sampai dengan
pelaksanaan perbuatan ada tenggang waktu yang cukup sehingga dapat digunakan
olehnya untuk berpikir, antara lain:

 Resiko apa yang akan ditanggung.


 Bagaimana cara dan dengan alat apa serta bila mana saat yang tepat untuk
melaksanakannya.
 Bagaimana cara menghilangkan jejak.

c) Dalam melaksanakan perbuatan yang telah diputuskan dilakukan dengan suasana hati
yang tenang.
Undang-undang Dasar 1945 amandemen Pasal 28D ayat (1) yang menyatakan
bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Di sisi lain dalam Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana pasal 14 butir b, yang
berbunyi mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan .pada penyidikan
dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi
petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik.

F. Kesimpulan
Salah satu tugas dari ketentuan hukum ialah menjamin kepastian hukum bagi
setiap orang di dalam masyarakat. Hakikat dari kepastian hukum ialah meliputi
pengertian dari kepastian dan hukum. Kepastian adalah perihal (keadaan) yang
pasti,ketentuan atau ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti
sebagai pedoman kelakuan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang
suatu tatanan yang dinilai wajar. Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan atau
kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang
tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaanya dengan suatu sanksi.
Menjamin “kepastian hukum” demi tegaknya ketertiban dan keadilan dalam
kehidupan masyarakat. Ketidakpastian hukum, akan menimbulkan kekacauan dalam
kehidupan masyarakat, dan akan saling berbuat sesuka hati serta bertindak main
hakim sendiri.
Kepastian hukum sendiri di Indonesia masih belum sempurna hal tersebut
dapat dilihat dari beberapa kasus yang masih ngambang hingga bertahun-tahun tanpa
ada kejelasan dari pihak penegak hukum. Akibatnya akan terjadi kekacauan sosial,
akan terjadi aksi main hakim sendiri.
KEPASTIAN PALSU

Nama Kelompok:
1. Ariska Dwi Ramadhani (05)
2. Elvira Ratna Aisa (09)
3. Ratnanda Kresna Dwiguna (31)
4. Sukmadhana Ayang Azzhra (33)

X-A9

Anda mungkin juga menyukai