Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AGAMA

“Mengintegrasikan Iman, Islam Dan Ihsan Dalam Membentuk

Ihsan Kamil”

Disusun Oleh :

Kelompok 3 (tiga)

1. HUSNA ( 2005905040011 )

2. MAWARNI ( 2005905040015 )

3. PUTRI RAUZATUL ILMI ( 2005905040018 )

4. DASMIYANA ( 2005905040004 )

5. M. ALI MURTHADA ( 2005905040053 )

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

TAHUN AJARAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan
segala rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun Makalah dengan tema
‘Mengintegrasikan iman,islam,dan ihsan dalam membentuk islam kamil’ ini tepat pada
waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhibbul Subhi,
S.Hum.,M.Ag selaku Dosen Mata kuliah Agama kami yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sehingga kami mendapatkan banyak tambahan pengetahuan khususnya
dalam masalah Konsep Tentang Tuhan dan Agama.
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa
memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama dalam hal
Konsep Tentang Tuhan dan Agama.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan
dari para pembaca.

MEULABOH KAMIS 14 APRIL 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Devinisi Iman...................................................................................................3

2.2. Devinisi islam..................................................................................................4

2.3 Devinisi Ihsan...................................................................................................6

2.4 Mengintegrasikan Iman,Islam,Dan Ihsan Dalam Membentuk Insan Kamil{Manusia

Sempurna}..............................................................................................................7

2.5 Perbedaan Iman, Islam Dan Ihsan Antara Iman,Islam Dan Ihsan Di Samping Saling

................................................................................................................................9

2.6 Menurut Pendapat Para Ahli............................................................................9

2.7 Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, Dan Ihsan Menjadi Persyaratan Dalam

Membentuk Insan Kamil?.......................................................................................10

2.8 Menggali Sumber Teologis, Historis, Dan Filosofis Tentang Iman, Islam, Dan Ihsan Sebagai

Pilar Agama Islam Dalam Membentuk Insan Kamil…...........................................11

2.9 Membangun Argumen Tentang Karakteristik Insan Kamil Dan Metode Pencapaiannya

................................................................................................................................12

2.10 Mendeskripsikan Tentang Esensi Dan Urgensi Iman, Islam, Dan Ihsan Dalam Membentuk

Insan Kamil.............................................................................................................14

2.11 Rangkuman Tentang Bagaimana Menjadi Insan Kamil..................................14

ii
BAB III PENUTUP................................................................................................16

3.1 kesimpulan........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan


menuju kearah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia.Oleh
karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya
tembok sekolah dan juga sempitnya waktu belajar di kelas.Pendidikan berlangsung
sepanjang hayat dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja manusia mau dan
mampu melakukan proses kependidikan.

Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.

Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam
adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang
dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya
berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya
tersendiri.

Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti
orang yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan
prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan.
Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem
yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.

Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah membentuk
“Insan Kamil”, yakni manusia paripurna yang memiliki kecerdasan intelektual dan
spiritual sekaligus. Tujuan seperti ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa adanya sistem
dan proses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, para pakar pendidikan Islam
kemudian mencoba merumuskan dan merancang bangunan pemikiran kependidikan
Islam yang diharapkan mampu menciptakan manusia- manusia paripurna, yang akan
mengemban tugas mensejahterakan dan memakmurkan kehidupan dimuka bumi ini.

Pendidikan merupakan salah satu bidang studi Islam yang mendapat banyak
perhatiaan dari para ilmuan. Hal ini karena disamping perannya yang amat strategi
dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, juga karena didalam pendidikan
Islam terdapat berbagai masalah yang kompleks dan memerlukan penanganan segera.
Bagi mereka yang akan terjun kedalam bidang pendidikan Islam harus memiliki

1
wawasan yang cukup tetang pendidikan Islam dan memiliki kemampuaan untuk
mengembangkannya sesuai dengan tuntunan zaman.

Bekenaan dengan itu, pada bab ini pembaca akan diajak memahami apa yang
dimaksud dengan pendidikan Islam serta berbagai masalah yang terkait dengannya, dan
mengetahui berbagai model yang dilakukan dalam penelitian kependidikan Islam
sebagai bahan perbandingan untuk melakukan pengembangan konsep-konsep
pendidikan Islam sesuai tuntutan zaman. Setiap proses yang dilakukan dalam
pendidikan harus dilakukan secara sadar dan Memiliki tujuan.

Dalam agama Islam,kitamengenalkonsep ImandanIhsan.Kedudukan Ihsan dalam


kehidupan merupakanhal yang penting. Kadangkala kita sebagai seorang muslim yang
sudah diberikan tuntunan masih saja melakukan hal-hal yang tidak baik. Ini diakibatkan
karena tingkat keimanan yang tidak stabil.Kita tahu bahwa Ihsan merupakan realisasi
dari Iman.

Oleh karena itu,kita harus mengetahui bagaimana kaitanya antara Islam, Iman,
dan Ihsan.Karena dari ketiga konsep diatas merupakan kunci untuk mencapai suatu
kehidupan yang bahagia

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Mengetahui iman?


1.2.2 Mengetahui islam?
1.2.3 Mengetahui ihsan

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Devinisi Iman

Iman Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati;
pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran
hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa
yang dibenarkan oleh hati Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti
ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan
perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan
kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup,
mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin.
Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi
mempertahankan aqidahnya. Adapun pengertian iman secara khusus sebagaimana yang
tertera dalam hadis di atas ialah: keyakinan tentang adanya Allah swt., malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin
tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.] Dalam hadis lain, yang
senada dengan hadis di atas yang diriwayatkan oleh (Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi),
selain menyebutkan kelima hal di atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu
kriteria yaitu: beriman kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk

HR. Muslim iman ialah hendaknya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya, utusan-utusanNya, hari kemudian, dan hendaknya kamu berimandengan
qada dan qadarNya

ketentuan baik dan buruknya dari Allah ta’ala Tidak beriman seorang hamba sehingga
dia beriman dengan empat perkara: iaitu menyaksikan bahawa tiada tuhan melainkan
Allah dan bahawasanya aku Rasulullah yang diutuskan dengan benar dan beriman
dengan mati, dan beriman dengan kebangkitan sesudah mati, dan beriman dengan qadar
– takdir.

(HR. Tirmizi)

Ada orang mengatakan, belum tentu setiap muslim pasti beriman (mukmin)
karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini dengan
keimanan yang sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan
anggota badannya.

Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong mukmin
dengan iman yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang yang telah

3
beriman secara benar pasti akan merealisasikan iman dengan melaksanakan amal-amal
Islam secara benar pula, sebagaimana Allah Swt. telah berfirman, “Orang-orang Arab
Badui itu

mengatakan, “Kami telah beriman”. Katakanlah, “Kalian belumlah beriman, tetapi


hendaklah kalian mengatakan, „Kami telah berislam‟.” (QS Al-Hujuraat/49:14).

Masalah keimanan adalah masalah fundamental dalam Islam. Jangan sampai manusia
merasa sudah beriman, padahal imannya keliru karena tidak sejalan dengan kehendak
Allah. QS Saba`/34: 51-54 menggambarkan penyesalan manusia setelah kematiannya
karena ketika didunia ia memiliki keimanan yang keliru

2.2 Devinisi islam

Islam Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para

pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran,


yaitu:

1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam
sebagai Agama”

2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah
Islam”.

[Berdasarkan 2 (dua) surat tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh
Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang
memeluk agama tersebut.

Ada beberapa pengertian Islam[3], yaitu:

1. Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri

2. Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan kepatuhan.

3. Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu berasal dari
kata kerja Kata kerja asalnya ialah:

a. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia dalam berhadapan
dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan
Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud menghasilkan ilmu
pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan tetapi kalau dibandingkan dengan
kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.

4
b. Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu menyelamatkan,
menentramkan dan mngamankan orang lain baik dari kata-kata maupun perbuatannya.

c. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan diri sendiri


Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
1.Aspek vertikal Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia
dengan Tuhannya).Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada Allah.

2. Aspek horisontal Aspek horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan


manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan
dan mengamankan manusia yang lain.

3. Aspek batiniah Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya
dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan
mental.

Dalil tentang islam

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang- orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat- ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Surat ali
Imran 19

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan
diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi
(surat Al- Imran:85).

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan tlah Kucukupkan
kpadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu.”(Q. S Al
Maidahayat 3)

Melafazkan syahadah

Syahadah (Penyaksian tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu pesuruh
Allah) adalah pengucapan dua kalimah syahadah yang merupakan penyataan atau ikrar
misi dan visi hidup seorang Muslim. Syahadah adalah pengucapan lidah yang
melahirkan pengakuan hati dan keinginan jiwa terhadap ketuhanan dan keesaan Allah
serta kebenaran Rasul-Nya Muhammad s.a.w. sebagai utusan terakhir yang membawa
rahmat kepada keseluruhan alam.

Syahadah memainkan peranan penting dalam kehidupan seorang Muslim kerana


ia merupakan nur Islam. Selain itu, kalimah Syahadah ini dapat membezakan antara

5
umat Islam dan kaum kafir yang lain. Kalimah Syahadah juga adalah syarat mutlak
untuk umat Islam memasuki syurga.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

Barang siapa yang mengakhiri kalamnya sebelum menghembuskan nafasnya yang


terakhir dengan lailahaillaallah maka dia masuk syurga.

(HR Muaz bin Jabal)

Lafaz kalimah syahadah ini juga merupakan kunci atau syarat utama sesuatu
amalan atau ibadat itu diterima oleh Allah s.w.t. Di samping itu, lafaz kalimah syahadah
merupakan syarat untuk mendapatkan syafaat daripada Rasulullah s.a.w. pada hari
kiamat. Kalimah syahadah ini juga merupakan syarat perlindungan harta, jiwa dan
kehormatan manusia.

Rasulullah s.a.w. turut bersabda:

Manusia yang paling beruntung mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah barang
siapa yang mengatakan ‘lailahailallah’ secara ikhlas dari hati dan jiwanya.

(HR. Bukhari)

2.3 Devinisi Ihsan

Ihsan Ihsan berasal dari kata َ‫ن ُس ح‬

yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan

bentuk masdarnya adalah ْ‫ن َسا ْح ِا‬, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman

dalam Al Qur`an mengenai hal ini. Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik
bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7) “…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti
halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan
kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata
Allah swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh
ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan
akhlak yang mulia.

6
Kemudian dia bertanya lagi: Maka sekarang khabarkanlah kepadaku darihal Ihsan.
Rasulullah s.a.w. menjawab: Ihsan ialah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia
melihat engkau.

(HR. Muslim)

Ihsan adalah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika
kamu tidak dapat melihatnya, maka sesungguhnya dia sedang melihat kamu.(HR. Abu
Hurairah)

2.4 Mengintegrasikan Iman,Islam,Dan Ihsan Dalam Membentuk Insan

Kamil{Manusia Sempurna}

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam Membentuk
Insan Kamil ( Manusia Sempurna ) muhyidin Ibn Araby (abad ke-13 M) adalah orang
pertama yang mengemukakan istilah insan kamil. Kemudian Syekh Fadhlullah
menyebut insan kamil sebagai proses tanazzul (turun) terakhir Tuhan. Maksudnya,
sebagaimana pandangan Ibn Araby, untuk dapat kembali kepada Tuhan, maka
seseorang haruslah mencapai martabat insan kamil. Apa persyaratan seseorang untuk
mencapai derajat insan kamil? Jika keislaman, keimanan dan keihsanan merupakan
syarat-syarat utama, lalu kualitas Islam, iman dan ihsan yang bagaimanakah yang dapat
mengantarkan seseorang mencapai martabat insan kamil? Ihsan dan insan kamil
mungkin merupakan dua istilah yang asing (kurang diketahui) oleh kebanyakan kaum
muslimin. Ketika ditanyakan kepada mahasiswa apa itu ihsan, mereka memberikan
jawaban bahwa ihsan adalah menjalankan ibadah seolah-olah orang yang menjalankan
ibadah itu melihat Allah; kalau pun ia tidak dapat melihat Allah, maka Allah pasti
melihatnya. Sampai di sini saja pengetahuan kebanyakan kaum muslimin tentang ihsan.

Bagaimanakah dengan Anda? Apa makna ihsan menurut Anda? Demikian pula halnya
istilah insan kamil. Konsep insan kamil mungkin hanya dikenali di kalangan muslim
sufi saja. Apakah Anda mengenal apa dan siapa insan kamil itu?

Hubungan Iman, Islam dan Ihsan Iman, islam dah ihsan hubungannya sendiri
sangat erat. Sebagaimana dalam hadits nabi SAW yang artinya Dari Umar radhiyallahu
`anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa
sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan
jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia
duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya

7
(Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan
aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam
adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda
benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian
dia bertanya lagi: “

Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman


kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia

berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang
ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” .

Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”.
Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia
berkata,“Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang
hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada,
miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan
bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau
(Rasulullah shallahu`alaihi wasallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang
bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“
Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)[4]

Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan


satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di
penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama
kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh
malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din Hal ini menunjukkan
bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi
Islam dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas
dasar ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi. Atas dasar tersebut di
atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa
dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari
dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai
kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan
tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan
ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal

8
tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas
manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.

2.5 Perbedaan Iman, Islam Dan Ihsan Antara Iman,Islam Dan Ihsan Di

Samping Saling

Berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya.


Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati. ¤Islam adalah sikap aktif
untuk berbuat/beramal. ¤ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang
sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri

2.6 Menurut Pendapat Para Ahli

Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan.
Pertama, tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian.
Artinya, mereka “ menyaksikan” Tuhan; mereka menyembah Tuhan yang
disaksikannya. Kedua, manusia beragama pada umumnya. Mereka mengimami Tuhan
dengan cara mendefinisikan.

Artinya, mereka tidak menyaksikan Tuhan. Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan.


Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan sifat – sifat dan nama – nama Tuhan.
( Asma’ul Husna )

Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan.

a) Tingkat Pemula ( al – bidayah ). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat – sifat ilahi pada dirinya.

b) Tingkat menengah ( at – tawasuth ). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit
kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan ( al – haqaiq ar –
ramaniyyah ). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah
meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal – hal yang gaib telah
dibukakan Tuhan kepadanya.

c) Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada tinhgkat ini insan kamil telah dapat
merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari
rahasia penciptaan takdir

9
2.7 Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, Dan Ihsan Menjadi

Persyaratan Dalam Membentuk Insan Kamil?

Apakah anda percaya akan adanya Allah ? Mereka semua memberikan jawaban
yang sama kami percaya akan adanya Allah, kami percaya akan adanya malaikat –
malaikatnya dan seterusnya. Kemudian jika ditanya lebih lanjut adakah manusia yang
tidak percaya akan adannya malaikat, dan adakah manusia yang tidak percaya adanya
tuhan, dan serterusnya. Hampir semua mahasiswa menjawab tidak ada seorang
manusiapun yang tidak percaya akan adanya Tuhan, tidak ada seorang manusiapun yang
tidak percaya akan adanya malaikat, dan seterusnya. Semua manusia percaya adanya
Tuhan, dan seterusnya.

Hanya saja mungkin di antara beberapa agama ada yang berbeda menamai
Tuhan dan malaikat. Orang Indonesia menyebutnya Tuhan, orang Arab menyebutnya
Rabb, orang Inggris menyebutnya God, orang Jawa dan orang Sunda menyebutnya
Pangeran atau Gusti Allah, orang Hindu Bali menyebutnya Sang Hyang Widi Wasa
(Yang Maha Esa), dan orang Yunani Kuno menyebutnya Hermeus. Untuk menyebut
malaikat pun berbeda- beda. Orang Islam, Kristen, dan Yahudi menyebutnya malaikat
(Angel). Akan tetapi, orang Hindu, Buddha, dan Konghucu menyebutnya Dewa-Dewi.

Jika makna iman itu sekedar “percaya” berarti semua manusia di dunia ini
beriman, karena semua manusia percaya akan adanya Tuhan; semua manusia percaya
akan adanya malaikat, dan seterusnya. Jadi, tidak ada seorang manusia punyang kafir

Ada orang mengatakan, belum tentu setiap muslim pasti beriman (mukmin)
karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini dengan
keimanan yang sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan
anggota badannya.

Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong mukmin
dengan iman yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang yang telah
beriman secara benar pasti akan merealisasikan iman dengan melaksanakan amal-amal
Islam secara

benar pula, sebagaimana Allah Swt. telah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu
mengatakan, “Kami telah beriman”. Katakanlah, “Kalian belumlah beriman, tetapi
hendaklah kalian mengatakan, „Kami telah berislam‟.” (QS Al-Hujuraat/49:14).

Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu
belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke
dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan

10
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa di dalam sikap ihsan sudah terkumpul di


dalamnya iman dan Islam. Oleh karena itu, orang yang bersikap ihsan itu lebih istimewa
dibandingkan orang-orang mukmin yang lain, dan orang yang mukmin itu juga lebih
istimewa dibandingkan muslim yang lain

2.8 Menggali Sumber Teologis, Historis, Dan Filosofis Tentang Iman,

Islam, Dan Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam Dalam Membentuk Insan

Kamil.

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar Bin Khatab r.a diatas kaum
muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman, islam,
dam ihsan sebagai kesatuan yang utuh.

Aqidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar islam dan akhlak
merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan.

Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh syekh Ibn
Araby ( abad ke – 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni insan kamil dan
monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak menjadi insan kamil, maka
manusia menjadi monster setengah manusia. Insan kamil adalah manusia yang telah
menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya, diluar kedua jenis manusia ini da
manusia yang sedang berproses menanggalkan kemonsterannya dalam membentuk
insan kamil.

a. Konsep Manusia dalam Al-Quran.

secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua dimensi,
yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin.

b. Unsur –unsur Manusia Pembentuk Insan Kamil

secara ringkas, Al – Ghazali ( dalam othman, 1987: 31-33) menyebut beberapa


instrumen untuk mencari pengetahuan yang benar serta kapasitas untuk mencapainya.
Pertama, panca indra. Panca indra memiliki keterbatasan dan tidak bisa mencapai
pengetahuan yanng benar, setelah dinilai oleh akal. Kedua, akal. Dengan metode ini,
dengan cara yang sama, seharusnya orangpun menuilai tingkat kebenaran akal. Orang
seharusnya menggunakan cara yang sama dengan cara yang digunakan oleh akal ketika
menulai kekeliruan panca indra.

11
Ketiga, nur ilahi. Ketika Al- Ghazali sembuh dari sakitnya ia menuturkan,
kesembuhannya dari sakit karena adanya nur ilahi yang menembus dirinya. Kemudian
Al- Ghazali mengungkapkan pandangannya tentang nur ilahi sebagai berikut. Kapan
saja Allah menghendaki untuk memimpin seseorang, maka jadilah demikian. Dialah
yang melapangkan dada orang itu untuk berislam. ( QS: Al- An am/ 6:125.

Masalah keimanan adalah masalah fundamental dalam Islam. Jangan sampai manusia
merasa sudah beriman, padahal imannya keliru karena tidak sejalan dengan kehendak
Allah. QS Saba`/34: 51-54 menggambarkan penyesalan manusia setelah kematiannya
karena ketika didunia ia memiliki keimanan yang keliru

2.9 Membangun Argumen Tentang Karakteristik Insan Kamil Dan

Metode Pencapaiannya

1. Karakteristik insan kamil

Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Ibn Araby (Takeshita, 2005:
131) menyebutkan adanya dua jenis manusia, yaitu insan kamil dan monster bertubuh
manusia. Maksudnya, jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi
monster bertubuh manusia. Pandangan Araby ini mungkin didasarkan atas Al-Quran
yang memang memvonis manusia sebagai mankhluk yang rendah dan negatif, yakni:
memusuhi rasul, penantang agama yang paling keras, zalim dan bodoh (tidak tahu
agama yang benar), kikir dan melupakan Tuhan (tidak menjalankan agama sebagaimana
petunjuk Allah dan rasul-Nya, melainkan lebih memperturutkan hawa nafsunya), suka
berkeluh kesah dan banyak berdoa (ingin segera dihilangkan kesusahannya), padahal
manusia diciptakan oleh Tuhan dalam bentuk dan struktur yang sebaikbaiknya
(mempunyai potensi ber-Tuhan dan taat beragama), tetapi faktor nafsu dan dunia
menggelincirkannya ke tempat yang serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah
dibandingkan dengan binatang ternak sekalipun.

Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Menurut ibnu araby meyebutkan adanya
dua jenis manusia yaitu insan kamil dan monster bertubuh manusia.

Maksudnya jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi monster
bertubuh manusia. Untuk itu kita perlu mengenali tempat unsur untuk mencapai derajat
insan kamil, diantaranya :

1. Jasad

2. Hati nurani

12
3. Roh

4. Sirr (rasa)

Untuk mencapai derajat insan kamil kita harus dapat menundukkan nafsu dan syahwat
hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah.

Hal ini dapat dilihat pada QS Al Fajr/89;27-30

Yang artinya hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaku, masuklah kedalam
surgaku.

Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan titik
berangkat untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu

muthama’inah pun masih di perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga nafsu
diatasnya. Menurut imam ghazali ada 7 macam nafsu sebagai proses taraqqi (menaik)
yaitu :

1. Nafsu ammarah

2. Nafsu lawwamah

3. Nafsu mulhimah

4. Nafsu muthma’inah

5. Nafsu radhiyah

6. Nafsu mardiyyah

7. Nafsu kamilah

2. Metode Mencapai Insan Kamil cara konkret :

1. Memulai sholat jika tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan dalam hati,
sehingga ia menyembah tuhan yang benar-benar tuhan.

2. Berniat sholat karna allah.

3. Selalu menjalankan sholat dan keadaan hatinya hanya mengingat allah.

4. Shollat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar

13
2.10 Mendeskripsikan Tentang Esensi Dan Urgensi Iman, Islam, Dan

Ihsan Dalam Membentuk Insan Kamil

Insan kamil merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan. Hal ini
disebabkan, jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah monster
bertubuh manusia.

Siapa dan bagaimana insan kamil itu ?

Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu : jasad, hati, roh dan rasa. Yang
berfungsi untuk menjalankan kehendak ilahi. Untuk mengkokohkan keimanan akan
menjadi manusia yang insan kamil maka kaimanan kita harus mencapai tingkat yakin.

Maka kita harus mengidentifikasi yang mengacu pada rukun iman. Sedangkan untuk

dapat beribadah secara bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka segala ibadah yang kita
lakukan mengacu pada rukun islam.

Kaum sufi memberikan tips untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka seseorang
yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan melakukan riyadhah
(berlatih terus-menerus) untuk menapaki maqam demi maqam yang biasa ditempuh oleh
bangsa sufi dalam perjalanannya menuju tuhan. Maqam-maqam yang dimaksud
merupakan karakter-karakter inti yang memiliki 6 unsur :

1. Taubat.
2. Wara’.
3. Zuhud.
4. Faqir.
5. Sabar
6. Tawakkal.

2.11 Rangkuman Tentang Bagaimana Menjadi Insan Kamil

Untuk menapaki jalan insan kamil terlebih dahulu kita perlu mengingat kembali
tentang 4 unsur manusia yaitu jasad atau raga, hati, roh dan rasa. Keempat unsur

14
manusia ini harus di fungsikan untuk menjalankan kehendak allah. Hati nurani harus
dijadikan rajanya dengan cara selalu mengingat tuhan.

Jika sudah secara benar menjalankan 4 unsur tersebut, lalu mengkokohkan keimanan,
meningkatkan peribadatan, dan membaguskan perbuatan, sekaligus menghilangkan
karakter-karakter yang buruk.

A.Kesimpulan Dari Berbagai Pembahasan diatas kami simpulkan bahwa.

Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang
sesuai dengan dalil , Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang
hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman.

Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,
kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan
Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri

1. Iman, islam dan ihsan merupakan tripologi agam islam diman sesuai dengan hadits
nabi diatas.

2. Iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut
Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman
tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan

Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan
mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah

3. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif
untuk berbuat/beramal,ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri

15
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejatinya Allah (Tuhan) ada dalam diri kita, menuntun, dan memberi petunjuk
tanpa kita sadari. Karena Allah lebih dekat dari urat nadi manusia itu sendiri. Terlepas
dari berbagai Konsep Tuhan, Allah menegaskan didalam Al- Qur'an bahwa ialah yang
menciptakan langit dan bumi, menjadikan siang berganti malam.

Dia juga Esa dalam Rubbubiyyah, sifatnya sebagai Rabb, sebagai pencipta,
pemelihara, dan pendidik. Dia juga Esa dalam segi Uluhiyah, berarti Esa untuk
diibadahi, artinya tidak dimungkinkan kita untuk beribadah kepada selain Allah, karena
Dia-lah yang menentukan kehidupan kita (iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin).

16
DAFTAR PUSTAKA

https://rizkiarahmayanti16.blogspot.com/2015/02/mengintegrasikan-iman-islam-dan-
ihsan.html

https://setyawandavid.blogspot.com/2018/10/mengintegrasikan-iman-islam-dan-
ihsan.html

https://cgeduntuksemua.blogspot.com/2012/04/makalah-iman-islam-dan-ihsan.html

https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-
ihsan/

https://alazabut.blogspot.com/2012/06/pengertian-tentang-iman-islam-dan-
ihsan.html

https://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/iman-islam-ihsan.html

http://ms.wikipedia.org/wiki/Makkah_al-Mukarramah

https://pengajianislam.pressbooks.com/chapter/pengertian-islam-iman-dan-ihsan/

https://itla4islam.blogspot.com/2012/09/pengertian-ihsan_14.html

17

Anda mungkin juga menyukai