Disusun Oleh :
1. Aqib (1902065)
2. Fichro (1902070)
3. Zulfa (1902091)
1
2
KATA PENGANTAR
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun
ini bisa memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama
dalam hal Konsep Tentang Tuhan dan Agama.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.
Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah
amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang
dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika
keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan
hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang
yang berbuat baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan
prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan.
Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu
sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.
Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah membentuk
“Insan Kamil”, yakni manusia paripurna yang memiliki kecerdasan intelektual
dan spiritual sekaligus. Tujuan seperti ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa
adanya sistem dan proses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, para pakar
5
BAB II
PEMBAHASAN
Iman Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati; pembenaran
hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang
dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang
dibenarkan oleh hati Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan,
yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya
dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah
tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang
tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup
berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya. Adapun
pengertian iman secara khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis di atas ialah:
keyakinan tentang adanya Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang
diturunkan-Nya, Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari
kebangkitan dari alam kubur.] Dalam hadis lain, yang senada dengan hadis di atas yang
diriwayatkan oleh (Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi), selain menyebutkan kelima hal di
atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria yaitu: beriman kepada qadha
dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk
HR. Muslim iman ialah hendaknya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya, utusan-utusanNya, hari kemudian, dan hendaknya kamu beriman
dengan qada dan qadarNya ketentuan baik dan buruknya dari Allah ta’ala
8
Tidak beriman seorang hamba sehingga dia beriman dengan empat perkara: iaitu
menyaksikan bahawa tiada tuhan melainkan Allah dan bahawasanya aku Rasulullah yang
diutuskan dengan benar dan beriman dengan mati, dan beriman dengan kebangkitan
sesudah mati, dan beriman dengan qadar – takdir.
(HR. Tirmizi
Ada orang mengatakan, belum tentu setiap muslim pasti beriman (mukmin) karena bisa
jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini dengan keimanan yang
sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya.
Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong mukmin dengan iman
yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang yang telah beriman secara
benar pasti akan merealisasikan iman dengan melaksanakan amal-amal Islam secara
benar pula, sebagaimana Allah Swt. telah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu
mengatakan, “Kami telah beriman”. Katakanlah, “Kalian belumlah beriman, tetapi
hendaklah kalian mengatakan, „Kami telah berislam‟.” (QS Al-Hujuraat/49:14).
Masalah keimanan adalah masalah fundamental dalam Islam. Jangan sampai manusia
merasa sudah beriman, padahal imannya keliru karena tidak sejalan dengan kehendak
Allah. QS Saba`/34: 51-54 menggambarkan penyesalan manusia setelah kematiannya
karena ketika didunia ia memiliki keimanan yang keliru
Islam Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para
pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran,
yaitu:
1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam
sebagai Agama”
2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah
Islam”.
[Berdasarkan 2 (dua) surat tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh
Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang
memeluk agama tersebut.
a. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia dalam berhadapan
dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan
Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud menghasilkan ilmu
pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan tetapi kalau dibandingkan dengan
kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.
3.Aspek batiniah Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya
dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan
mental.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-
ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Surat ali Imran 19
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi (surat Al-
Imran:85).
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan tlah Kucukupkan
kpadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu.”(Q. S Al
Maidahayat 3)
Melafazkan syahadah
Syahadah (Penyaksian tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu pesuruh Allah)
adalah pengucapan dua kalimah syahadah yang merupakan penyataan atau ikrar misi
dan visi hidup seorang Muslim. Syahadah adalah pengucapan lidah yang melahirkan
pengakuan hati dan keinginan jiwa terhadap ketuhanan dan keesaan Allah serta
kebenaran Rasul-Nya Muhammad s.a.w. sebagai utusan terakhir yang membawa rahmat
kepada keseluruhan alam.
Islam dan kaum kafir yang lain. Kalimah Syahadah juga adalah syarat mutlak untuk umat
Islam memasuki syurga.
Lafaz kalimah syahadah ini juga merupakan kunci atau syarat utama sesuatu amalan
atau ibadat itu diterima oleh Allah s.w.t. Di samping itu, lafaz kalimah syahadah
merupakan syarat untuk mendapatkan syafaat daripada Rasulullah s.a.w. pada hari
kiamat. Kalimah syahadah ini juga merupakan syarat perlindungan harta, jiwa dan
kehormatan manusia.
Manusia yang paling beruntung mendapatkan syafaatku pada hari kiamat adalah barang
siapa yang mengatakan ‘lailahailallah’ secara ikhlas dari hati dan jiwanya.
(HR. Bukhari)
Kemudian dia bertanya lagi: Maka sekarang khabarkanlah kepadaku darihal Ihsan.
Rasulullah s.a.w. menjawab: Ihsan ialah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihat
engkau.
(HR. Muslim)
Ihsan adalah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika
kamu tidak dapat melihatnya, maka sesungguhnya dia sedang melihat kamu.
A.Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil
( Manusia Sempurna )
muhyidin Ibn Araby (abad ke-13 M) adalah orang pertama yang mengemukakan
istilah insan kamil. Kemudian Syekh Fadhlullah menyebut insan kamil sebagai proses
tanazzul (turun) terakhir Tuhan. Maksudnya, sebagaimana pandangan Ibn Araby,
untuk dapat kembali kepada Tuhan, maka seseorang haruslah mencapai martabat
insan kamil. Apa persyaratan seseorang untuk mencapai derajat insan kamil? Jika
keislaman, keimanan dan keihsanan merupakan syarat-syarat utama, lalu kualitas
Islam, iman dan ihsan yang bagaimanakah yang dapat mengantarkan seseorang
mencapai martabat insan kamil? Ihsan dan insan kamil mungkin merupakan dua
istilah yang asing (kurang diketahui) oleh kebanyakan kaum muslimin. Ketika
ditanyakan kepada mahasiswa apa itu ihsan, mereka memberikan jawaban bahwa
ihsan adalah menjalankan ibadah seolah-olah orang yang menjalankan ibadah itu
melihat Allah; kalau pun ia tidak dapat melihat Allah, maka Allah pasti melihatnya.
Sampai di sini saja pengetahuan kebanyakan kaum muslimin tentang ihsan.
Bagaimanakah dengan Anda? Apa makna ihsan menurut Anda? Demikian pula
halnya istilah insan kamil. Konsep insan kamil mungkin hanya dikenali di kalangan
muslim sufi saja. Apakah Anda mengenal apa dan siapa insan kamil itu?
Hubungan Iman, Islam dan Ihsan Iman, islam dah ihsan hubungannya sendiri
sangat erat. Sebagaimana dalam hadits nabi SAW yang artinya Dari Umar
radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan
kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya
berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan
pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran,
dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir dan
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia
berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan
“. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakanakan
engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” .
Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”.
Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“
12
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu
sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung
hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada
manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh malaikat
Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din Hal ini menunjukkan bahwa
keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam
dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar
ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi. Atas dasar tersebut di atas,
maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa
dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari
dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai
kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan
tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan
ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal
tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas
manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.
2.5 Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan Antara iman,islam dan ihsan di samping saling
berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya.
Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati. ¤Islam adalah sikap aktif
untuk berbuat/beramal. ¤ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang
sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri
Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan. Pertama,
tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian. Artinya, mereka
“ menyaksikan” Tuhan; mereka menyembah Tuhan yang disaksikannya. Kedua, manusia
beragama pada umumnya. Mereka mengimami Tuhan dengan cara mendefinisikan.
Artinya, mereka tidak menyaksikan Tuhan. Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan.
Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan sifat – sifat dan nama – nama Tuhan. (
Asma’ul Husna )
13
a) Tingkat Pemula ( al – bidayah ). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat – sifat ilahi pada dirinya.
b) Tingkat menengah ( at – tawasuth ). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit
kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan ( al – haqaiq ar –
ramaniyyah ). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah
meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal – hal yang gaib telah
dibukakan Tuhan kepadanya.
c) Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada tinhgkat ini insan kamil telah dapat
merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari
rahasia penciptaan takdir
2.7 Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, dan Ihsan Menjadi Persyaratan dalam
Membentuk Insan Kamil?
Apakah anda percaya akan adanya Allah ? Mereka semua memberikan jawaban yang
sama kami percaya akan adanya Allah, kami percaya akan adanya malaikat –
malaikatnya dan seterusnya. Kemudian jika ditanya lebih lanjut adakah manusia yang
tidak percaya akan adannya malaikat, dan adakah manusia yang tidak percaya adanya
tuhan, dan serterusnya. Hampir semua mahasiswa menjawab tidak ada seorang
manusiapun yang tidak percaya akan adanya Tuhan, tidak ada seorang manusiapun yang
tidak percaya akan adanya malaikat, dan seterusnya. Semua manusia percaya adanya
Tuhan, dan seterusnya.
Hanya saja mungkin di antara beberapa agama ada yang berbeda menamai Tuhan dan
malaikat. Orang Indonesia menyebutnya Tuhan, orang Arab menyebutnya Rabb, orang
Inggris menyebutnya God, orang Jawa dan orang Sunda menyebutnya Pangeran atau
Gusti Allah, orang Hindu Bali menyebutnya Sang Hyang Widi Wasa (Yang Maha Esa), dan
orang Yunani Kuno menyebutnya Hermeus. Untuk menyebut malaikat pun berbeda-
beda. Orang Islam, Kristen, dan Yahudi menyebutnya malaikat (Angel). Akan tetapi,
orang Hindu, Buddha, dan Konghucu menyebutnya Dewa-Dewi.
Jika makna iman itu sekedar “percaya” berarti semua manusia di dunia ini beriman,
karena semua manusia percaya akan adanya Tuhan; semua manusia percaya akan
adanya malaikat, dan seterusnya. Jadi, tidak ada seorang manusia punyang kafir
Ada orang mengatakan, belum tentu setiap muslim pasti beriman (mukmin) karena bisa
jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini dengan keimanan yang
sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya.
Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong mukmin dengan iman
yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang yang telah beriman secara
benar pasti akan merealisasikan iman dengan melaksanakan amal-amal Islam secara
benar pula, sebagaimana Allah Swt. telah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu
14
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum
beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam
hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa di dalam sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya
iman dan Islam. Oleh karena itu, orang yang bersikap ihsan itu lebih istimewa
dibandingkan orang-orang mukmin yang lain, dan orang yang mukmin itu juga lebih
istimewa dibandingkan muslim yang lain
2.8 Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan Ihsan
Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar Bin Khatab r.a diatas kaum muslimin
menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman, islam, dam ihsan
sebagai kesatuan yang utuh.
Aqidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar islam dan akhlak
merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan.
Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh syekh Ibn
Araby ( abad ke – 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni insan kamil dan
monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak menjadi insan kamil, maka
manusia menjadi monster setengah manusia. Insan kamil adalah manusia yang telah
menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya, diluar kedua jenis manusia ini da
manusia yang sedang berproses menanggalkan kemonsterannya dalam membentuk
insan kamil.
secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua dimensi,
yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin.
Ketiga, nur ilahi. Ketika Al- Ghazali sembuh dari sakitnya ia menuturkan, kesembuhannya
dari sakit karena adanya nur ilahi yang menembus dirinya. Kemudian Al- Ghazali
mengungkapkan pandangannya tentang nur ilahi sebagai berikut. Kapan saja Allah
menghendaki untuk memimpin seseorang, maka jadilah demikian. Dialah yang
melapangkan dada orang itu untuk berislam. ( QS: Al- An am/ 6:125.
Masalah keimanan adalah masalah fundamental dalam Islam. Jangan sampai manusia
merasa sudah beriman, padahal imannya keliru karena tidak sejalan dengan kehendak
Allah. QS Saba`/34: 51-54 menggambarkan penyesalan manusia setelah kematiannya
karena ketika didunia ia memiliki keimanan yang keliru
Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Ibn Araby (Takeshita, 2005: 131)
menyebutkan adanya dua jenis manusia, yaitu insan kamil dan monster bertubuh
manusia. Maksudnya, jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi
monster bertubuh manusia. Pandangan Araby ini mungkin didasarkan atas Al-Quran
yang memang memvonis manusia sebagai mankhluk yang rendah dan negatif, yakni:
memusuhi rasul, penantang agama yang paling keras, zalim dan bodoh (tidak tahu
agama yang benar), kikir dan melupakan Tuhan (tidak menjalankan agama
sebagaimana petunjuk Allah dan rasul-Nya, melainkan lebih memperturutkan hawa
nafsunya), suka berkeluh kesah dan banyak berdoa (ingin segera dihilangkan
kesusahannya), padahal manusia diciptakan oleh Tuhan dalam bentuk dan struktur
yang sebaikbaiknya (mempunyai potensi ber-Tuhan dan taat beragama), tetapi faktor
nafsu dan dunia menggelincirkannya ke tempat yang serendah-rendahnya, bahkan
lebih rendah dibandingkan dengan binatang ternak sekalipun.
Insan kamil bukanlah manusia pada umumnya. Menurut ibnu araby meyebutkan
adanya dua jenis manusia yaitu insan kamil dan monster bertubuh manusia.
Maksudnya jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi monster
bertubuh manusia. Untuk itu kita perlu mengenali tempat unsur untuk mencapai
derajat insan kamil, diantaranya :
1. Jasad
2. Hati nurani
3. Roh
4. Sirr (rasa)
Untuk mencapai derajat insan kamil kita harus dapat menundukkan nafsu dan syahwat
hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah.
16
Yang artinya hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaku, masuklah
kedalam surgaku.
Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan titik
berangkat untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu
muthama’inah pun masih di perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga nafsu
diatasnya. Menurut imam ghazali ada 7 macam nafsu sebagai proses taraqqi (menaik)
yaitu :
1. Nafsu ammarah
2. Nafsu lawwamah
3. Nafsu mulhimah
4. Nafsu muthma’inah
5. Nafsu radhiyah
6. Nafsu mardiyyah
7. Nafsu kamilah
cara konkret :
1. Memulai sholat jika tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan dalam
hati, sehingga ia menyembah tuhan yang benar-benar tuhan.
4. Shollat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar
MENDESKRIPSIKAN TENTANG ESENSI DAN URGENSI IMAN, ISLAM, DAN IHSAN DALAM
MEMBENTUK INSAN KAMIL
Insan kamil merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan. Hal ini
disebabkan, jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah monster
bertubuh manusia.
Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu : jasad, hati, roh dan rasa.
Yang berfungsi untuk menjalankan kehendak ilahi. Untuk mengkokohkan keimanan akan
menjadi manusia yang insan kamil maka kaimanan kita harus mencapai tingkat yakin.
Maka kita harus mengidentifikasi yang mengacu pada rukun iman. Sedangkan untuk
17
dapat beribadah secara bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka segala ibadah yang kita
lakukan mengacu pada rukun islam.
Kaum sufi memberikan tips untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka seseorang
yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan melakukan riyadhah
(berlatih terus-menerus) untuk menapaki maqam demi maqam yang biasa ditempuh
oleh bangsa sufi dalam perjalanannya menuju tuhan. Maqam-maqam yang dimaksud
merupakan karakter-karakter inti yang memiliki 6 unsur :
1. Taubat.
2. Wara’.
3. Zuhud.
4. Faqir.
5. Sabar
6. Tawakkal.
Untuk menapaki jalan insan kamil terlebih dahulu kita perlu mengingat
kembali tentang 4 unsur manusia yaitu jasad atau raga, hati, roh dan rasa. Keempat
unsur manusia ini harus di fungsikan untuk menjalankan kehendak allah. Hati nurani
harus dijadikan rajanya dengan cara selalu mengingat tuhan.
2.11 Penutup
Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang sesuai
dengan dalil , Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya
menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman.
Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya,
kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan
Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri
1. Iman, islam dan ihsan merupakan tripologi agam islam diman sesuai dengan hadits
nabi diatas.
2.Iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut
Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman
tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan
18
Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan
mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah
3.Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif
untuk berbuat/beramal,ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang
sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejatinya Allah (Tuhan) ada dalam diri kita, menuntun, dan memberi
petunjuk tanpa kita sadari. Karena Allah lebih dekat dari urat nadi manusia itu
sendiri. Terlepas dari berbagai Konsep Tuhan, Allah menegaskan didalam Al-
Qur'an bahwa ialah yang menciptakan langit dan bumi, menjadikan siang berganti
malam.
https://rizkiarahmayanti16.blogspot.com/2015/02/mengintegrasikan-iman-islam-dan-
ihsan.html
https://setyawandavid.blogspot.com/2018/10/mengintegrasikan-iman-islam-dan-
ihsan.html
https://cgeduntuksemua.blogspot.com/2012/04/makalah-iman-islam-dan-ihsan.html
https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-ihsan/
https://alazabut.blogspot.com/2012/06/pengertian-tentang-iman-islam-dan-ihsan.html
https://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/iman-islam-ihsan.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Makkah_al-Mukarramah
https://pengajianislam.pressbooks.com/chapter/pengertian-islam-iman-dan-ihsan/
https://itla4islam.blogspot.com/2012/09/pengertian-ihsan_14.html