Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami, yang berjudul AQIDAH
DALAM ISLAM-HUBUNGAN AQIDA IBADAH AKHLAH DAN IMAN KEPADA
ALLAH.
Tidak lupa juga kami ucapkan ribuan terimakasih kepada semua pihak yang
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini, tanpa dukungan dari berbagai pihak, tentunya
kami tidak akan maksimal dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik
dari penyusunan, tata bahasa, maupun isi dalam makalah kami ini. Oleh karena itu, kami
dengan sangat rendah hati akan menerima saran, dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah kami ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat juga
inspirasi untuk pembaca.
Kelompok 1
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
1. Akidah dalam Islam....................................................................................................................5
a. Pengertia Akidah dalam Islam...............................................................................................5
b. Sejarah Pertumbuhan Aqidah Islam.......................................................................................5
c. Objek Kajian Aqidah Islam...................................................................................................7
d. Manfaat dan Keutamaan Aqidah Islam................................................................................10
2. Hubungan Akidah-Ibadah-Akhlak............................................................................................10
a. Pengertian Aqidah, Ibadah, dan Akhlak...............................................................................10
b. Sumber Akidah, Ibadah, dan Akhlak...................................................................................11
c. Hubungan Akidah Ibadah dan Akhlak.................................................................................12
3. Iman Kepada Allah...................................................................................................................13
a. Pengertian Iman Kepada Allah............................................................................................14
b. Dalil-dalil Iman Kepada Allah.............................................................................................15
c. Sifat-sifat Allah....................................................................................................................15
d. Hikmah Beriman Kepada Allah...........................................................................................19
BAB III................................................................................................................................................21
PENUTUP...........................................................................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................................................21
B. Saran....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud Allah,
Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-sifat maupun
perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka dengan
sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada keraguan dalam
hatinya dan tidak tercampuri oleh kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan
melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Beriman kepada Allah juga
harus beriman kepada Malaikat, Nabi, kitab, hari akhir, qada dan qadar Allah.
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan,
atau hubungan personal, interpesonal dan masyarakat secara Agung dan Luhur, tidak ada
perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian, yang mengikat semua aspek
manusia. Karena islam yang berakar pada kata “salima” dapat diartikan sebagai sebuah
kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu sifatnya fitrah, kedamaian, akan hadir. Jika
manusia itu sendiri menggunakan dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan
manusia dan memposisikan dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi
juga sempurna. Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan, seiring
fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya aktifitas keislaman dalam
hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki
ahlak. Jika seseorang sudah memahami ahlak maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang
baik.
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-
Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman (akidah), Islam
(syariat/ibadah), dan ihsan (akhlak).
B. Rumusan masalah
3
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tauhid: Kepercayaan kepada satu Allah yang Maha Esa, tanpa sekutu, dan tidak ada
yang layak disembah selain-Nya.
2. Risalah: Kepercayaan kepada para rasul yang diutus oleh Allah untuk membawa
petunjuk-Nya kepada manusia, termasuk Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir.
3. Kitabullah: Kepercayaan kepada kitab-kitab suci yang diwahyukan oleh Allah kepada
para rasul, termasuk Al-Quran sebagai kitab terakhir.
4. Malaikat: Kepercayaan kepada malaikat sebagai makhluk gaib yang tunduk kepada
Allah dan menjalankan tugas-tugas-Nya.
5. Hari Kiamat: Kepercayaan kepada hari kiamat di mana manusia akan diadili atas
perbuatan mereka selama hidup di dunia. Akidah Islam merupakan dasar yang sangat
penting dalam praktik ibadah dan tindakan sehari-hari umat Islam, dan merupakan
salah satu pilar utama dalam agama Islam
Bahkan, sebagian mereka ada dari kalangan orang-orang A’jam (bukan Arab) yang
mengalami kesukaran untuk memahami ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an secara
langsung. Berdasarkan banyak faktor-faktor , maka risalah aqidah Islam dan tauhid murni ini
semakin menantang untuk dijelaskan kepada masyarakat yang baru memeluk Islam.
5
Sebagian dari mereka sudah terbiasa dengan pegangan dan konsep ketuhanan yang
salah sehingga mencoba memahami aqidah murni Islam dengan kerangka yang salah. Oleh
sebab itulah, timbul isu aqidah yang beragam seperti isu taqdir yang merupakan isu yang
paling awal dibahas dalam masyarakat Islam,tentunya dalam bidang aqidah. Ini adalah suatu
tantangan baru dalam masyarakat Islam, di mana dahulu, iman adalah suatu yang dihayati
dan terealisasi dalam segenap kehidupan, namun dengan munculnya generasi baru yang
mempunyai pelbagai latar belakang pendidikan, keilmuan, pegangan, kepercayaan, bahasa
dan sebagainya, membuat “pendekatan” untuk menjelaskan tentang tauhid murni Islam perlu
dikembangkan.
Pada awal perkembangan ilmu aqidah (suatu nama yang tidak di gunakan dalam
zaman awal salaf, lalu berkembang menjadi nama khusus untuk ilmu tauhid), para ulama’
tidak menumpukan sepenuh perhatian terhadap isu-isunya karena mereka lebih menumpukan
sudut mengembangkan ilmu-ilmu berkaitan femahaman terhadap hukum-hakam syariat
Islam.
Namun Apabila timbul isu-isu melibatkan aqidah, maka para ulama’ hanya
menghadapi individuindividu yang terlibat dengan perdebatan ilmiah yang ringkas. Ini bisa
dilihat sebagai suatu asas bagi perkembangan ilmu Jidal (ilmu perdebatan) yang seterusnya
membawa kepada pengkonsepan ilmu Kalam Sunni, yaitu suatu perkembangan ilmu Jidal
para ulama’ Sunnah khusus dalam bidang aqidah Islam. di Antara para ulama’ Salaf yang
masyhur yang terlibat dalam perdebatan secara Kalamiyyah (ilmu Kalam atau ilmu Jidal) ini
adalah Imam Abu Hanifah r.a. (w 150 H), Imam As-Syafi’e r.a. (w: 204 H) [rujuk Manaqib
As-Syafi’e oleh Al-Baihaqi: 1/457] dan sebagainya.
Pada masa seperti ini, perkembangan ilmu tauhid ajaran Islam mula dibahas secara
teori sematamata tanpa berkaitan dengan penghayatan terhadap tauhid itu sendiri. Muncul
individu-individu yang sibuk membahas tentang sifat-sifat ketuhanan, perkara-perkara ghaib
dan sebagainya tanpa menghayati tauhid murni dalam hati mereka. Seolah-olah, ilmu tauhid
adalah suatu ilmu untuk dibahas tanpa mempunyai penghayatan dan rasa manisnya dalam diri
manusia. Ini adalah hasil perkembangan perbahasan ilmu agama tanpa nilai ketaqwaan dalam
sebagian ahli ilmu dan masyarakat awam.
Tidak dapat dinafikan bahwa, para ulama’ yang terlibat dalam memberi penjelasan
terhadap aqidah Islam dalam masyarakat Islam adalah terdiri daripada para ulama’ sufi juga,
yang pada ketika itu lebih dikenali sebagai golongan Az-Zuhhad (ahli zuhud). Tokoh-tokoh
6
besar seperti Imam Hasan Al-Bashri (w: 110 H) dan Imam Harith Al-Muhasibi (w: 243 H)
adalah antara tokoh-tokoh sufi awal yang terlibat membahaskan ilmu berkenaan dengan
aqidah. Namun, pembahasan tauhid mereka berbeda dengan pembahasan tauhid nazhori
(secara teori) karana mereka membahas tentang penyucian jiwa, tarbiah kerohanian dan
sebagainya sebagai usaha merealisasikan ilmu tauhid kepada bentuk penghayatan rohani.
Ini berbeda dengan perkembangan ilmu Tauhid Nazhori yang melibatkan perdebatan-
perdebatan secara istilah dan sebagainya. Sedangkan, ilmu aqidah atau ilmu tauhid yang
dikembangkan oleh sebagian ulama’ sufi menekankan konsep “keterpaduan” antara tauhid
dengan akhlak (tauhid amali syuhudi) yang mana itu suatu warisan tauhid generasi awal
Islam yang masih dipelihara. Ilmu Tauhid yang mereka bahas bukan sekadar berbentuk teori,
tetapi diterjemahkan dalam bentuk hubungan kehambaan dengan Allah s.w.t. melalui konsep
Suhbah dan Tarbiah yang didasari oleh kaedah Qudwah (contoh) sebagaimana yang telah
disebutkan.
Kaedah Qudwah yang mereka gunakan itu sendiri mempunyai silsilahnya yang
bersambung kepada Saidina Rasulullahshollallahu ‘alaihi wasallam karana para ulama’ sufi
mengambil qudwah daripada para ulama’ tabi’in yang mengambilnya daripada para sahabat
r.a. yang mana mereka mengambilnya daripada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
Ketika perkembangan ilmu tauhid amali sedang marak dalam golongan sufi
khususnya, muncul beberapa individu yang terus tenggelam dalam pembahasan tauhid
berbentuk teori (Ilmu Tauhid Nazhori/kalam), lalu timbul perdebatan hangat tentang
masalah-masalah ketuhanan dan sebagainya, berdasarkan banyak faktor. Antaranya adalah
berlebihan dalam menggunakan akal untuk berinteraksi dengan masalah-masalah aqidah dan
kelemahan dalam menguasai ilmu bahasa Arab yang sempurna sehingga salah faham dalam
memahami nas-nas mutasyabihat yang melibatkan masalah-masalah aqidah.
7
1. Tauhid
Tauhid secara istilah adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi
kekhususan Allah SWT, apa saja hal-hal yang menjadi kekhususan Allah ? maka secaara
garis besar tauhid di bagi menjadi 3, yaitu :
a. Tauhid Rubbubiyah
Pengertian tauhid ini ialah mempercayai bahwa pencipta alam semesta ini adalah
esa,tiada sekutu bagi-Nya. Pengakuan terhadap tauhid ini yaitu dengan mempercayai
bahwasanya Allah adalah Khaliq (pencipta), Ar-raziq(pemberi rezki), Al-mu’thi Al-mani’
(pemberi&penolak), Al muhyi Al-mumit ( yang menghidupkan dan mematikan) dan lain
sebagainya. Hal ini adalah berdasarkan Q.S Al-A’raf : 54
b. Tauhid Uluhiyah
Seseorang tidak cukup hanyan mengakui tauhid rubbubiyah agar bisa di akui sebagai
orang mukmin atau muslim, karena orang-orang musyrik juga mengakui tauhid rubbubiyah,
sebagaimana di terangkan di dalam Q.S Al-Anbiya’ ayat 22.
Tauhid uluhiyah ialah tauhid yang mengarahkan seorang muslim untuk hanya
menyembah Allah saja dan tidak menyembah selain-Nya, serta mengesakan Allah dengan
perbuatan seperti do’a, nadzar, sholat, zakat, berpuasa, kurban, dan lain sebagainya.
Tauhid asma’ wassifat adalah dengan mempercayai bahwa hanya Allah lah yang
mempunyai asma’ dan sifat-sifat yang maha sempurna. Ibn taimiyyah berpendapat bahwa
seorang muslim wajib mengimani dan menetapkan asma’ dan sifat-sifat Allah sesuai dengan
apa yang di tetapkan Allah tentang dirinya dalam Al-Qur’an dan sunnah, baik dalam
penolakan(nafyu) maupun penetapan(ishbat).
2. Iman
Kata Amina sebagai kata iman secara generic berarti memuliakan dan mempercayai.
Dalam suatu sunnah, telah baik keyakinan maupun perbuatan. Iman inilah yang kemudian di
8
defenisikan sebagai pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan realisasi dengan
amal perbuatan. Penjelasan tentang iman dapat kita temui dalam Q.S An-Nisa’ : 136.
3. Islam
Al-islam secara etimologi berarti tunduk. Kata islam berasal dari salima yang artinya
selamat, dari kata itu terbentuk kata aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan
patuh. Dalam Q.S As-syura : 13 Allah menerangkan bahwa dia telah menyari’atkan agama
kepada Muhammad dan mensyari’atkan pula kepada Nuh, dan nabi-nabi yang datang
sesusdahnya yaitu Ibrahim, Musa, dan Isa. Q.S Ali Imron : 67 menerangkan bahwa agama di
akui Allah hanyalah islam, agama tauhid, agama yang mengesakan Allah.
Dalam agama islam terdapat rukun iman, suatu rukun yang di dalamnya
mengharuskan meyakini hal-hal Ghaib yang di syari’atkan, seperti beriman kepada Allah,
malaikat, kitab-kitab Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadar baik&buruk.
Artinya itu merupakan sebuah syarat kepercayaan dalam beragama islam.
5. Kenabian
Nabi adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah swt melalui perantara
malaikat atau ilham maupun mimpi yang benar. Mereka juga pembawa berita baik yaitu
mengenai ridha Allah dan kebahagiaan hidup di dunia serta akhirat bagi orang-orang yang
mengikutinya dan pemberi peringatan yaitu pembalasan bagi mereka serta kesengsaraan
terhadap orang-orang yang ingkar Q.S Al-Baqarah : 213
6. Takdir
Kata al-qadar secara bahasa berarti kekuasaan, ukuran sesuatu, penentuan, kemuliaan,
dalam lisan al-arab, kata al-qadar dan takdir mempunyai makna yang sama yaitu ketebtuan
allah, itulah sebabnya rukun iman yang ke enam yaitu iman kepada al-qadar. dalam sebuah
jurnal yang di tulis oleh Muh.Dahlan Thalib menyebutkan takdir adalah salah satu sifat Allah
yan artinya berkuasa atau menetapkan sesuatu, apakah ketetapan itu berbentuk mulia, sempit,
maupun lapang.
9
7. Berita-Berita
Objek kajian ini berisi tentang hal yang telah lalu dan yang akan datang, misalnya
berita-berita tentang hari akhir, dan sejarah-sejarah kenabian.
2. Hubungan Akidah-Ibadah-Akhlak
Aqidah secara etimologi: Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan.
Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya.
Aqidah secara syara’ yaitu iman kepada Allah, para Malaikat Nya, Kitab-kitab-Nya,
para Rasul-Nya dan kepada hari akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk.
10
o Pengertian Ibadah
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa Khauf(takut),
raja’(mengharap), mahabbah(cinta), tawakkal(ketergantungan), raghbah(senang), dan
rahbah(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat,
haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qolbiyah (fisik dan hati).
o Pengertian Akhlak
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan
tindakan akhlak yang di hayati dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Akhlak adalah tingkah laku seseorang yang di dorong oleh sesuatu keinginan secara
sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
11
Ijtihad (Penafsiran Pribadi): Ijtihad adalah upaya penafsiran pribadi ulama tentang
hukum Islam berdasarkan pemahaman mereka terhadap sumber-sumber utama. Ini
terutama digunakan dalam konteks hukum Islam yang berubah seiring waktu.
Akhlak: Untuk ahlak atau etika, sumber utamanya adalah ajaran Islam itu sendiri,
termasuk nilai-nilai seperti kejujuran, kebaikan, dan keadilan yang diajarkan dalam
Al-Quran dan Hadis. Selain itu, keteladanan Nabi Muhammad SAW juga menjadi
panduan utama dalam hal ini.
Penting untuk memahami dan merujuk kepada sumber-sumber ini dalam rangka
memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar dalam aspek akidah, ibadah, dan
ahlak.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku
yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka,
karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau
membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus
akhlaknya”. (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman dapat diketahui melalui
tingkah laku (akhlak) seseorang, karena tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari
12
imannya yang ada di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang
kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah.
Muhammad al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia,
sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan melahirkan
perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang
berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau
bersabda:
)الحياء وااليمان قرناء جميعا فاذا رفع احدهما رفع االخر (رواه الكاريم
”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula
yang lain”. (HR. Hakim)
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup
ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai
makhluk. aqidahlah Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri,
maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan
bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap
allah.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling
tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. dan yang mencakup
seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau
perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling
lengkap. Sedangkan Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian individu
dan ruh stabilitas kehidupan ummat.
13
a. Pengertian Iman Kepada Allah
Secara etimologi, iman berarti pembenaran hati. Secara terminologi, iman berarti
pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.
“Pembenaran dengan hati” artinya, menerima seluruh ajaran yang dibawa Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam. “Pengakuan dengan lisan” artinya, mengucap dua kalimat
syahadat. Yaitu, bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Pengamalan dengan anggota badan” artinya, hati mengamalkannya dengan keyakinan, dan
anggota badan mengamalkannya dengan melaksanakan ibadah.
Kata Iman berasal dari bahasa arab yaitu ““ امنyang artinya aman, damai, tentram. Dalam
pengertian lain adalah keyakinan atau kepercayaan. Kata iman tersusun dari tiga huruf
(hamzahmim-nun), Kemudian disebutkan dalam kitab Mu’jam Mufahros jumlah keseluruhan
ayat di dalam Al-Qur’an tempat dimana kata-kata berakar pada huruf a-m-n ada 3872 .
Sedangkan kata iman itu sendiri mempunyai arti membenarkan atau mempercayai.
Iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala tercantum dalam rukun iman dimana posisi
iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala berada pada urutan pertama, karna pada dasarnya
tidak ada yang lebih agung dari pada Allah sang Pencipta alam semesta.3 Di dalam Kitab
Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri menjelaskan arti Iman kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala sebagai sikap muslim yang meyakini wujud atau adanya Allah Yang
Maha Suci. Orang yang memiliki Iman kepada Allah.
Meyakini bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi, mengetahui yang ghaib dan
yang tampak.Bahwasanya sebagai umat Islam yang beriman kita harus meyakini sepenuh hati
bahwa Allah itu benar ada dan selalu memantau tingkah laku umatnya, maka dari itu tidak
ada satu detikan yang membuat kita lupa atau tidak beriman kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Sebagai umat manusia yang diciptakan secara sempurna, dimana kita diciptakan
dengan diberi anugerah akal dan pikiran oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pikiran yang kita
emban ini senantiasa mendorong kita untuk terus berpikir, dimana kita sebagai makhluk
Allah yang paling sempurna harus mempunyai pikiran bahwa alam semesta ini tidak secara
mendadak ada tanpa diciptakan, siapa lagi kalau bukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
menciptakan seluruh keajaiban di alam semesta ini.
14
b. Dalil-dalil Iman Kepada Allah
Pengertian iman kepada Allah juga berarti landasan mempercayai bahwa Allah satu-
satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan yang berhak disembah serta tidak ada sekutu
bagi-Nya.
Sementara semua sesembahan selain Allah adalah sesembahan yang batil dan beribadah
kepada selain Allah adalah kebatilan.
Pengertian iman dalam Islam beserta dalilnya ini tertuang di Surah Al-Hajj 62 yang
berbunyi sebagai berikut.
َٰذ ِلَك ِبَأَّن ٱَهَّلل ُه َو ٱْل َح ُّق َو َأَّن َم ا َي ْد ُعوَن ِمن ُد وِنِهۦ ُه َو ٱْلَٰب ِط ُل َو َأَّن ٱَهَّلل ُه َو ٱْلَع ِلُّى ٱْلَك ِبيُر
Artinya: "(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah
(Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah
yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar."
Adapun dalil naqli yang mendasari iman kepada Allah SWT terdapat dalam Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah:136.
Artinya :“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha
Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah:163).
c. Sifat-sifat Allah
Sebagai seorang muslim, kita perlu tahu bahwa Allah SWT memiliki sifat- sifat yang
harus kita Imani. Menurut para ulama sifat- sifat Allah SWT yakni sifat wajib Allah, sifat
mustahil Allah, dan Sifat Jaiz atau Mumkin. Sesungguhnya sifat- sifat Allah SWT tidaklah
terbatas, pengelompokan ini bertujuan agar memudahkan umat muslim untuk mengenal dan
memehami keagungan Allah SWT lewat sifat- sifatnya. Memahami sifat- sifat Allah SWT
tersebut dapat menjadi salah satu cara belajar katauhidam bagi seorang muslim.
Tauhid adalah salah satu pilar dalam ajaran agama Islam yang perlu dikuasai oleh seorang
muslim. Melalui ketauhidan itulah kita bisa belajar cara memaknai iman kepada Allah seperti
15
yang telah tercantum dalam rukun islam. Kita bisa memulai memahaminya lewat 20 sifat
wajib Allah SWT berikut ini:
Sifat wajib Allah SWT adalah sifat yang pasti ada dan dimiliki oleh Allah SWT. Berikut
ini sifat-sifat wajib Allah SWT yang perlu kita ketahui :
Wujud
Wujud artinya pasti ada dan tidak bergantung kepada siapa pun. Wujud adalah lawan dari
sifat mustahil bagi Allah, yaitu Adam. Dalil tentang sifat wajib Allah ini yaitu sebagai
berikut:
“Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu memikirkan (hakikat) Zat Allah,
karena sesungguhnya kamu tidak akan mampu melakukannya.” (HR. Abu Asy-Syaikh)
Qidam
Qidam artinya awal atau terdahulu. Maksudnya Allah sudah ada sebelum dunia tercipta.
“Dialah Yang Awal, Yang Akhir.” (QS. al-Hadid ayat 3)
Baqa
Baqa’ artinya abadi atau kekal. Tidak ada yang bisa menghancurkan-Nya.
“Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. al-Qasas ayat 88)
Mukholafatul lilhawaditsi, yang artinya berbeda dengan makhluk. Sifat ini adalah lawan
dari sifat mustahil bagi Allah, yaitu Mumasalatu lil hawadisi. Dalilnya yaitu sebagai berikut:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (QS. asy-Syura ayat 11)
Qiyamuhu binafsihi
“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah, dan Allah Dialah Yang Mahakaya
(tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji.” (QS. Fatir ayat 15)
16
Wahdaniyah
Wahdaniyah artinya esa atau tunggal, karena Allah tidak memiliki sekutu.
“Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu
saja keduanya telah binasa.” (QS. al-Anbiya ayat 22)
Qudrat
Qudrat artinya berkuasa, karena Allah adalah pemegang kuasa terhadap segalanya.
Dalilnya yaitu sebagai berikut:
“Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu.” (QS. al-Ahzab ayat 27)
Iradat
Iradat artinya memiliki kehendak. Allah dapat melakukan apa saja. Iradat adalah lawan
dari sifat mustahil bagi Allah karahah.
“Maha kuasa melakukan apa yang Dia kehendaki.” (QS. al-Buruj ayat 16)
‘Ilmun
Hayat
Hayat artinya hidup, di mana Allah merupakan zat yang tidak pernah hancur.
“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup. Yang terus-menerus mengurus
(makhluk Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi.” (QS. al-Baqarah ayat 255)
Sam’un
17
Basar
Basar artinya melihat, baik yang terlihat maupun kasat mata. Basar adalah lawan dari sifat
mustahil bagi Allah Umyun.
Kalam
Kalam, artinya yang berfirman. Allah dapat berlisan tanpa bantuan siapa pun. Berikut
dalilnya:
"Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung." (QS. an-Nisa' ayat 164)
Qadiran
"Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari,
mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka berhenti.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka.”
(QS. al-Baqarah ayat 120)
Muridan
Muridan artinya maha berkehendak. Allah dapat berkehendak dan tidak ada yang bisa
menghalanginya. Dalilnya yaitu sebagai berikut:
"Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sungguh, Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
kehendaki.” (QS. Hud ayat 107)
‘Aliman
Aliman artinya maha mengetahui dan tidak ada seorangpun yang bisa menyembunyikan
sesuatu dari Allah SWT. Aliman adalah lawan dari sifat mustahil bagi Allah kaunuhu jahilan.
Hayyan
18
Hayyan artinya maha hidup, tidak pernah tidur, mati, atau pun lengah.
"Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan
memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. al-Furqan
ayat 58)
Sami’an
Sami’an artinya maha mendengar segala perkataan, permintaan, dan doa hamba-Nya.
"Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah ayat 244)
Bashiran
“Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hujurat ayat 18)
Mutakalliman
Mutakalliman, artinya maha berfirman. Mutakalliman adalah lawan dari sifat mustahil
bagi Allah kaunuhu abkama.
"Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.” (QS. an-Nisa ayat 164)
19
5. Menyadari bahwa dirinya pasti akan kembali kepada Allah dan dimintai pertanggung
jawaban atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
6. Sebagai dasar Iman kepada Allah SWT itu sebagai dasar untuk beribadah kepada-
Nya. Jikaseseorang telah beriman kepada Allah SWT dengan iman yang benar-benar
timbuldari dalam lubuk hatinya, ia akan penuh keyakinan terhadap Allah SWT
danterhadap rukun-rukun iman yang lainnya.
7. Tidak akan sombongOrang yang benar-benar telah beriman kepada Allah SWT akan
mengetahui sertamerasakan tentang kebesaran, kekuasaan, ketinggian serta
kemurahan-Nya. Ia juga akan merasa kecil serta akan menyadari, bahwa dirinya tidak
mempunyaidaya dan kekuatan selain pertolongan dari Allah swt. Dengan demikian,
orangtersebut tidak akan sombong serta membanggakan diri kepada sesamanya,
apalagikepada Allah.
8. Merasa lebih dekat dengan Allah SWTOrang yang benar-benar telah beriman kepada
Allah SWT akan senantiasa merasadekat dengannya, hatinya menjadi tentram,
khusyu’, dan bahagia. Dengan demikian, ia akan selalu taat beribadah, rajin belajar,
barakhlak mulia, sertasenantiasa menjauhi larangan-larangannya. Semu kehidupan
akan dijiwai oleh iman kepada Allah SWT.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akidah Islam adalah keyakinan atau doktrin-doktrin dasar yang membentuk inti
kepercayaan dalam agama Islam. Akidah Islam meliputi prinsip-prinsip fundamental seperti:
21
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan
hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya
sebagai makhluk. aqidahlah Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak
berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah
merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam
rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap allah.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui
lisan para Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. dan yang
mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan
atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling
lengkap. Sedangkan Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian individu
dan ruh stabilitas kehidupan ummat.
B. Saran
Perlu bagi kita menanamkan rasa ingin tahu tentang aqidah dalam islam, akhlaq serta
ibadah, guna memperkuat keimanan kita kepada Allah SWT. karena keimanan merupakan
pondasi setiap individu dalam beragama.
Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran pembaca pada isi materi yang
kurang lengkap atau penulisan yang kurang tepat dalam makalah ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Thalib, Muh Dahlan. Konsep Iman, Akal, Dan Awahyu Dalam Al-Qur’an. jurnal
pendidikan islam, al-ishlah. vol. 20 No.1.2022.
Rohman, Muhammad Asvin Abdur. Sungkono. Konsep Arti Islam Dalam Al-Qur’an.
JurnalStudi Islam Dan Humanniora Al-Makraj. vol 2 januari-juni, 2022:63.
Admizal, M.A. Iril, takdir dalam islam, Ishlah : jurnal ilmu ushuluddin, adab dan
dakwah, Vol.3, juni 2021.
https://www.scribd.com/doc/249119563/Hikmah-Beriman-Kepada-ALLAH-Dan-
Aktualisasinya
https://www.liputan6.com/hot/read/5384257/20-sifat-wajib-allah-beserta-artinya-dan-
dalilnya-bagi-umat-islam?page=5
https://www.bacaanmadani.com/2016/10/hubungan-antara-aqidah-ibadah-dan-
akhlak.html
https://www.pelajaran.co.id/pengertian-iman-kepada-allah-dalil-hikmah-dan-contoh-
perilaku-iman-kepada-allah-swt-lengkap/
23