Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Semoga makalah ini dapat dijadikan pembelajaran dan juga sebagai salah satu acuan
kedepannya.

Kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Magelang , September 2018

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... 1

Daftar Isi............................................................................................................................. 2

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................... 3

Latar Belakang................................................................................................ 3

Rumusan masalah............................................................................................ 3

Tujuan.............................................................................................................. 3

BAB II Pembahasan............................................................................................................ 4

BAB III Penutup................................................................................................................. 14

Kesimpulan...................................................................................................... 14

Saran................................................................................................................ 14

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-
Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman (aqidah), Islam (syariat),
dan ihsan (akhlak). Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang mengabaikan salah satu dari tiga
hal ini. Sehingga kehidupannya menjadi jauh dari agama.
Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran
islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Aqidah sebagai
sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan
sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai sistem nilai berisi
peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistematika
menggambarkan arah dan tujuan yg hendak dicapai agama.
Atas dasar hubungan itu, maka seseorang yg melakukan suatu perbuatan baik, tetapi
tidak dilandasi oleh aqidah atau keimanan, maka orang itu termasuk ke dalam kategori kafir.
Seseorang yg mengaku beraqidah atau beriman, tetapi tidak mau melaksanakan syariah, maka
orang itu disebut fasik. Sedangkan orang yg mengaku beriman dan melaksanakan syariah
tetapi dengan landasan aqidah yg tidak lurus disebut munafik.
Hal yang melatar belakangi kami membuat makalah ini ialah selain sebagai tugas
kami selaku Mahasiswa juga kami ingin lebih mengetahui dan memahami tentang apa
pengertian Aqidah, Syariah, dan bagaimana hubungan antara aqidah dan syariah serta
bagaimana hubungan antara aqidah dan ahlak terhadap orang bukan islam.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memahami materi tentang “Kerangka Dasar Agama Islam
dan Sumber Ajarannya”, sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah penjelasan kerangka dasar ajaran islam?
2. Apa unsur – unsur ajaran islam?
3. Bagaimana fungsi dan kedudukan ajaran/aqidah islam?

3
BAB II
PEMBAHASAN

 Pengertian Agama Islam


Agama adalah peraturan, pedoman, ajaran, atau sistem yang mengatur tentang keyakinan,
keimanan atau kepercayaan. Islam adalah agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT.
kepada Nabi Muhamad SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah menjadikan Islam
sebagai agama yang Rahmatal lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh alam). Sebagaimana Allah
berfirman dalam Qur’an surat Al-Anbiya ayat 107:

“Kami tidak mengutus engkau wahai Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
seluruh alam semesta“.
Secara bahasa kata “Islam” berasal dari kata “sallama” yang berarti selamat,
dan bentuk mashdar dari kata “aslama” yang berarti taat, patuh, tunduk dan berserah diri.
Sedangkan secara istilah, Islam ialah tunduk, taat dan patuh kepada perintah Allah
SWT seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan-Nya
serta menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah ta’ala.
Secara umum yang dimaksud dengan agama Islam ialah agama yang diridhoi Allah,
yang paling benar dan sempurna serta agama yang membawa rahmat bagi semesta alam.
Islam merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW., sebagai Nabi
terakhir pilihan-Nya. Didalamnya terdapat aturan dan hukum yang dapat dijadikan sebagai
petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat agar selamat dan bahagia di dunia sampai
akhirat. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam“. (QS. Ali-Imran: 19)

Jadi, agama Islam adalah agama yang benar, yang mengajarkan segala sesuatunya dengan
baik dan sempurna. Ajaran Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.

4
 Karakteristik Agama Islam
1. Rabbaniyah
Karakter agama Islam yang pertama ialah Rabbaniyah, yang memiliki arti bahwa Islam
merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia, sedangkan Nabi
Muhammad Saw tidak membuat agama ini melainkan hanya menyampaikannya.
2. Insaniyyah
Karakteristik Islam yang ke-2 adalah insaniyyah, artinya bahwa Islam memang Allah
jadikan pedoman hidup bagi manusia yang sesuai dengan sifat dan unsur kemanusiaan. Islam
bukan agama yang disyariatkan untuk malaikat atau jin, sehingga manusia tidak kuasa atau
tidak mampu untuk melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspek-aspek
‘kefitrahan manusia’, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam diri
manusia itu sendiri,
3. Syumuliyah
Artinya bahwa Islam merupakan agama yang universal yang mencakup segala aspek
kehidupan manusia. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai
bidang kehidupan mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-
persoalan berbangsa dan bernegara.
4. Al-Wasathiyah/al-Tawazun (pertengahan/moderat)
Wasatiyyah memiliki arti bahwa Islam merupakan agama yang bersifat moderat. Agama
yang mengajarkan pada pemeluknya agar tidak condong pada kehidupan materi saja akan
tetapi dapat memperhatikan keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat, spiritual dan
material.
5. Al-Waqi’iyyah (kontekstual)
Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah (realistis), ini menunjukkan
bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain
dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun
mereka berbeda latar belakang, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak,
berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat
istiadat dan sebagainya.
6. Al-Wudhuh (terang/jelas)
Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas (Al
Wudhuh). Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan
mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab

5
dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla
itu sendiri.
7. Al-Takamuliyah (Integrasi)
Karakteristik islam Al-Takamuliyah memiliki arti integrasi, yaitu bahwa agama Islam
mengajarkan penganutnya untuk mengimplikasikan integrasi semua hal ke dalam ruh Islam.

 Pengertian Akidah, Syariah, dan Akhlak


A. Aqidah
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “’Aqoda, Ya’qidu, ’Aqdan-’Aqidatan” yang
berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedangkan secara teknis aqidah
berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam
hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di
dalam hati.
Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan
jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur
oleh keraguan. Menurut M. Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan
bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk
jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.Adapun aqidah menurut Syaikh Mahmoud Syaltout
adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu untuk
dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan.
Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi
manusia, sama halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya.Sedangkan Syekh
Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya
sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan
dan keragu-raguan.
Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan
akhlak, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah
suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk
sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan
hancur berantakan.
Berdasarkan fondasi islam tersebut, maka keterikatan setiap muslim kepada islam
yang semestinya ada pada jiwa setiap muslim adalah:

6
a. Meyakini bahwa islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang
menyempurnakan syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.
b. Meyakini bahwa islam adalah satu – satunya agama yang benar – benar di sisi Allah.
Allah berfirman : ali imron, 3:19
c. Meyakini bahwa islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusia
dan mampu menjawab segala persoalan yang muncul dalam masyarakat.
B. Syariah
Syariah (berarti jalan besar) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran Islam itu
sendiri. Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum dari ajaran Islam,
yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namun demikian karena Islam merupakan
ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari aqidah sebagai pondasi dan
akhlak yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri.
Syariah memberikan kepastian hukum yang penting bagi pengembangan diri manusia dan
pembentukan dan pengembangan masyarakat yang berperadaban (masyarakat madani).
Syariah meliputi 2 bagian utama :
1. Ibadah (dalam arti khusus) atau disebut ibadah mahdah yang membahas hubungan
manusia dengan Allah (vertikal). Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Qur’an
dan Sunnah. Misalnya: shalat, zakat, puasa.
2. Mu'amalah, yang membahas hubungan horizontal (manusia dan lingkungannya).
Dalam hal ini aturan-aturannya lebih bersifat garis besar. Misalnya: munakahat,
dagang, bernegara, dll.
C. Akhlak
Pengertian akhlaq secara etimologi berasal dari kata khuluq dan jama’nya adalah
akhlak yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku. Kata akhlak berakar dari kata
khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluk (yang
diciptakan) dan khalaq (penciptaan).
Kesamaan akar kata diatas mengiyakan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk
(manusia). Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain dan
lingkungannya baru mengandung nilai akhlak yang haqiqi jika tindakan atau prilaku tersebut
didasarkan kepada kehendak khaliq. Dari pengertian etimologi tersebut diatas akhlak
merupakan tata aturan atau norma prilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia,
dan juga yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan dengan alam semesta.

7
Apabila kata akhlak dikaitkan dengan kalimat Islam,yang disebut al-Akhlak Islamiyah
atau al-Akhlak al-Karimah maka artinya adalah perbuatan dan tingkah laku yang terbaik dan
terpuji, sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlakul al-karimah (terpuji) dan akhlakul al-
madzmumah (tercela). Menurut objek atau sasarannya, akhlak juga dapat terbagi menjadi dua
bagian yaitu akhlak terhadap Khalik atau Pencipta yaitu Allah SWT dan akhlak terhadap
makhluk. Makhluk adalah segala yang diciptakan Allah, yang dibagi menjadi dua bagian
yaitu manusia dan bukan manusia.
Akhlak Dalam Kehidupan Manusia
1. Akhlak kepada Allah
a. Mensyukuri nikmat Allah (QS Al-Baqarah, 2: 52)
b. Malu berbuat dosa (QS An Nahl: 19)
c. Allah sebagai tempat pengharapan (QS Al Huud: 56)
d. Optimis terhadap pertolongan Allah (QS Yusuf: 87) Yang berputus asa dari
rahmat Allah: orang-orang kafir. Bersifat husnudzan kepada Allah (QS
Fushilat: 22 -23)
e. Yakin akan janji-janji Allah (QS Al An’am: 160)
2. Akhlak kepada diri sendiri
Beberapa cara memperbaiki diri:
a. Muroqobah: senantiasa merasa dalam pengawasan Allah (QS Al-Baqarah: 235)
b. Muhasabah: evaluasi diri (QS Al Hasyr: 18)
c. Taubatun nashuha (QS At Tahrim: 8)
d. Mujahadah: bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (QS Al ankabut: 69,
QSYusuf: 53)
3. Akhlak kepada orang tua
Taat dan patuh kepada orang tua. Harus taat dan patuh pada orang tua, namun jika
orangtua memaksa berbuat jahat, kita tidak boleh mengikuti. (QS Lukman: 15)

 Hubungan Aqidah dan Akhlak dalam Kehidupan Sehari-hari


Aqidah, Syariah, dan Akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran islam.
Aqidah sebagai sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan elemen – elemen dasar
keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah
memiliki sistem nilai yang berisi peraturan yang menggambarkan fungsi sama.
Sedangkan akhlak sebagai sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak

8
dicapai agama. Oleh karena itu ketiganya saling terintegrasi dalam diri seorang muslim.
Jika integrasi diibaratkan seperti pohon, aqidah adalah akar, sementara batang, dahan dan
daunnya adalah syariah, sedangkan buahnya adalah akhlak.
Seorang muslim yang baik adalah yang memiliki akidah lurus dan kuat untuk
melaksanakan syariah yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga dapat tergambar
akhlak yang terpuji pada dirinya.
Aqidah, Syariah, dan Akhlak dalam alquran disebut iman dan amal saleh. Iman
menunjukkan akidah manusia sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan
amal saleh.
Seorang yang melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi akidahmaka
perbuatannya hanya dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah
perbuatan yang sesuai dengan nilai kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar
menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah
sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh. Karena dalam Alqur’an kata amal
saleh selalu diawali dengan kata iman. Firman Allah dalam surat (An-Nur,24:55)

“ dan Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh menjadi pemimpin dimuka bumi sebagaimana ia telah menjadikan
orang-orang dari sebelum mereka (kaum muslimin terdahulu) sebagai pemimpin; dan
mengokohkan bagi mereka agama yang Ia ridai bagi mereka, dan menggantikan mereka
dari rasa takutmereka (dengan rasa) tenang. Mereka menyembah (hanya) kepada-Ku,
mereka tidak menserikatkan Aku dengan sesuatupun. Dan barangsiapa ingkar setelah
itu, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.”

 Akhlak dan Konsepsi Tasawuf


Dalam konsepsi etika atau akhlak, dikenal istilah “tasawuf” yang mulai populer ketika
umat islam dipimpin oleh dinasti muawiyah pada abad ke-8 Masehi. Konsepsi baru etika
ini, tidak dikenal siapa pencetusnya dan tidak pula diketahuicsecara pasti mengenai
pengertian terminologisnya.

9
Beberapa literatur menyebutkan bahwa tasawuf muncul dengan berlatar belakang
gerakan moral yang dilakukan oleh suatu kelompok umat Islam untuk meningkatkan
kualitas peribadan kepada Allah swt dengan cara melakukan uzlah (meninggalkan)
kemewahan dunia. Mereka hidup dengan amat sederhana (ascetic) sebagai bentuk
perlawanan moral terhadap suasana kehidupan umat ketika itu yang cenderung hidup
bermewah-mewahan. Tujuan mereka adalah mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada
Allah. Sehingga dapat melihat Zat Allah dengan mata hatinya, serta merasakan
kehadiran-Nya secara rohaniah.
Konsepsi etika, mulai dari segi filosofi dan dasar2 bangunannya hingga sikap,
watak dan adat yg mesti dipelihara dan dikembangkan oleh manusia, pada dasarnya
telah diletakkan oleh Allah swt. dalam kitab-Nya dan melalui akhlak yg
dicontohkan secara konkret oleh Rasulullah dalam perilakuknya sehari-hari, Allah
swt. berfirman :

“Dan sesungguhnya kamu (diciptakan) atas perangai yg besar (terpuji)”


(Al-Qalam,68:4)
Firman Allah swt. dalam ayat lain :

“Sesungguhnya pada diri Rasul Allah (telah cukup tersedia) keteladanan yg baik,
(yakni) bagi orang yg mengharapkan (rahmat) Alah dan (kedatangan) hari akhir dan
(menyebutkan) zikir yg banyak kepada Allah” (Al-Ahzab, 33-21).
Oleh karena itu, konsepsi tasawuf dapat diterima sepanjang memanifestasikan ajaran
ald-ilak yakni melatih kesucian jiwa dan budi pekerti yang baik. Misalnya melatih sikap
zuhud (sederhana) dalam pengertian “hati tidak dikendalikan atau didominasi oleh dunia”
dan tawakal dalam pengertian “berikhtiar dengan ekstra kemuadian berserah diri kepada
Allah atas segala hasil yang diraihnya” dan latihan kejiwaan lainnya yang sesuai dengan
ajaran alquran dan contoh Rasul. Karena yang demikian itu, pada dasarnya adalah akhlak
islam, dan kalaupun ada perbedaan maka hanya terletak pada istilah semata, yakni istilah
akhlak dan tasawuf.

10
 Islam dan Relevansinya Dengan Ilmu Lain

Hukum-hukum muamalah yang dibawa Islam cukup lengkap. Alquran memberikan


prinsip-prinsip umum yang sempurna guna menjadi landasan bagi penyelesaian problem
pergaulan dan rumusan hukum-hukum kemasyarakatan. Allah SWT berfirman :

“Dan Kami turunkan kepadamu kitab yang menerangkan bagi segala sesuatu dan
petunjuk dan rahmat serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-
Nahl,16:89)
Namun demikian kehidupan umat manusia sesuai dengan sunatullah (hukum alam),
yakni bersifat tajaddud atau berkembang dari satu waktu ke waktu lainnya secara dinamis
mengikuti sunah kehidupan. Sementara Alquran yang merupakan sumber hukum Islam
tidak memuat segala peristilahan baru itu.dalam kaitan ini Islam membuka pintu ijtihad
sebagai alternatif cara untuk merumuskan hukum-hukum kemasyarakatan yang belum
ditunjuk secara eksplisit didalam Alquran dan As-Sunnah.
Ijtihad dalam hukum-hukum muamalah yang baru memiliki kaitan yang signifikan
dengan ilmu-ilmu hukum, ekonomi, sosial, politik, teknologi dan ilmu-ilmu lainnya.
Dalam aspek-aspek kehidupan dimaksudkan untuk mendorong terwujudnya kehidupan
yang kaffah, yaitu kepribadian muslim yang utuh pada diri setiap muslim. Karena islam
tidak hanya berkaitan dengan persoalan ibadah ritual saja, tetapi menyangkut seluruh
aspek kehidupan manusia.

 Sumber Ajaran Islam


 Al Quran
Alquran merupakan sumber ajaran islam yang pertama. Alquran adalah kumpulan
wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, berisi
tentang ajaran keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadatan (syariat) dan budi pekerti
(akhlak). Alquran berfungsi sebagai pedoman hidup umat islam, sebagai
penyempurna kitab-kitab Allah SWT sebelumnya dan sebagai sarana peribadatan.
“dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Alquran itulah yang benar,
membenarkan kitab-kitab sebelumnya” (Q.S 35:31).

11
 Hadits (Sunnah)
Merupakan sumber ajaran Islam yang kedua. Sunnah merupakan kebiasaan yang
dilakukan oleh Rasulullah baik dari segi perkataan, perbuatan maupun ketetapan atau
persetujuan Rasulullah terhadap apa yang dilakukan oleh para sahabatnya.
Menurut ulama Salaf, As-Sunnah ialah petunjuk yang dilakukan oleh Rasulullah dan
para sahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun
perbuatannya.
As-Sunnah berfungsi untuk memperjelas, menafsirkan isi atau kandungan dari ayat-
ayat Al-Qur’an dan memperkuat pernyataan ayat-ayat Al-Qur’an serta
mengembangkan segala sesuatu yang samar-samar atau bahkan tidak ada
ketentuannya di dalam Al-Qur’an.
 Macam-macam Hadits atau Sunnah
Hadits atau sunnah dilihat dari segi bentuknya, diantaranya:
o Qauliyah yakni semua perkataan Rasulullah
o Fi’liyah yakni semua perbuatan Rasulullah
o Taqririyah yakni penetapan, persetujuan dan pengakuan Rasulullah
o Hammiyah yakni sesuatu yang telah direncanakan oleh Rasulullah dan telah
disampaikan kepada para sahabatnya untuk dikerjakan namun belum sempat
dikerjakan dikarenakan telah datang ajalnya.
Hadits atau sunnah dilihat dari segi jumlah orang yang menyampaikannya,
diantaranya:
o Mutawatir yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak
o Masyhur yaitu diriwayatkan oleh banyak orang, namun tidak sampai (jumlahnya)
kepada derajat mutawatir
o Ahad yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.

Hadits atau sunnah dilihat dari segi kualitasnya, diantaranya:


o Shahih yakni hadits yang benar dan sehat tanpa ada keraguan atau kecacatan.
o Hasan yakni hadits yang baik, memenuhi syarat seperti hadits shahih, letak
perbedaannya hanya dari segi kedhobitannya (kuat hafalan). Hadits shahih
kedhobitannya lebih sempurna daripada hadits hasan.
o Dhaif yakni hadits yang lemah.
o Maudhu yakni hadits yang palsu atau dibuat-buat.

12
 Ijtihad

Ijtihad yaitu mengerahkan segala kemampuan berpikir secara maksimal untuk


mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara’ yaitu Qur’an dan hadits. Ijtihad dapat
dilakukan jika ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun
hadits, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap
mengacu dan berdasarkan pada Al-Qur’an dan hadits.
Syarat-Syarat Menjadi Ijtihad (Mujtahid)
1) Seorang Mujtahid harus mengetahui betul ayat dan sunnah yang berhubungan dengan
hukum.
2) Seorang Mujtahid harus mengetahui masalah-masalah yang telah di ijma’kan oleh para
ahlinya
3) Seorang Mujtahid harus mengetahui bahasa arab dan ilmu-ilmunya dengan sempurna.
4) Seorang Mujtahid harus mengetahui nasikh dan mansuk
5) Seorang Mujtahid harus mengetahui ushul fiqh
6) Seorang Mujtahid harus mengetahui dengan jelas rahasia-rahasia tasyrie'.
7) Seorang Mujtahid harus menghetahui kaidah-kaidah ushul fiqh
8) Seorang Mujtahid harus mengetahui seluk beluk qiyas.
 METODE-METODE IJTIHAD
A. QIYAS
Qiyas (reasoning by analogi) yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu kepada
perbuatan lain yang memiliki kesamaan. Misalnya Alquran melarang jual beli ketika
jumat (al-jumu’ah, 62:9) dan hukum perbuatan selain dagang juga terlarang, karena
sama-sama mengganggu shalat jumat.
B. ISTIHSAN
Istihsan yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum
ajaran islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang. Misalnya, seorang mesti memilih
satu dari alternatif perbuatan yang sama-sama buruk maka ia mengambil salah satu yang
diyakini paling ringan keburukannya.
C. MASALIHUL MURSALAH
Yaitu menetapkan hukum berdasarkan tinjauan kegunaan atau kemanfaatannya sesuai
dengan tujuan syariat. Perbedaannya dengan istihsan adalah jika istihsan mengandung
konsiderasi hukum – hukum universal dari alquran dan as-sunnah atau menggabunggkan
dalil dalil kedua sumber tersebut. Sedangkan, masalihul mursalah menitikberatkan kepada
kemanfaatan perbuatan dan kaitannya dengan tujuan universal syariat islam.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kita mempelajari tentang apa itu aqidah, syari’ah, ahlak, dan bagaimana hubungan
aqidah dan ahlak dalam kehidupan sehari-hari serta aqidah dan ahlak terhadap orang bukan
islam. Dapat disimpulkan bahwa Aqidah, syari’ah, dan akhlak pada dasarnya merupakan satu
kesatuan dalam ajaran agama Islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa
dipisahkan, karena ketiga unsur tersebut merupakan pondasi atau kerangka dasar dari Agama
Islam. Jadi, perbedaan antara aqidah, syari’ah, dan akhlak adalah aqidah yang merupakan
pegangan seorang muslim dalam meyakini dan mengimani Allah SWT dan Islam. Syari’ah
sebagai jalan, aturan, dan tindakan konkret berupa ibadah kepada Allah SWT setelah
meyakini dan terbentuknya aqidah yang benar. Akhlak adalah perilaku, kebiasaan, dan budi
pekerti sebagai aplikasi aqidah dan syari’ah dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran
Dalam pembahasan telah dijelaskan betapa pentingnya aqidah, syariah, dan akhlak bagi
seorang muslim. Tanpa ketiga hal tersebut maka seorang muslim akan kehilangan
keimanannya. Oleh karena itu, bagi seorang muslim wajib menjaga aqidahnya, karena aqidah
merupakan pilar utama atau pondasi untuk menumbuhkan syariah dan akhlak yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 2003. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Tim Fisip UT. 2007. Materi Pokok Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Departemen Agama.

Daudy, Ahmad. 1997. Kuliah Aqidah Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Ginan Nuruzaman Asidiqi. “Aqidah, Syariah dan Akhlak dalam Islam”. 21 April 2007.
http://muslimcianjur.blogspot.co.id/2007/04/aqidah-syariah-dan-akhlak-dalam-islam.html

Suci Amalia. “Aqidah, Syariat, dan Akhlak”. 24 Mei 2010.

https://suciamalia.wordpress.com/2010/05/24/aqidah-syariat-dan-akhlak/

https://www.dakwatuna.com/2013/04/02/30342/marifatul-islam-bagian-ke-3-karakteristik-
islam/#ixzz4w4jFyAe6

http://dirihamba.blogspot.co.id/2013/02/wasatiyyah-sederhana-dalam-islam.html#!/tcmbck

https://kalamku.wordpress.com/2008/06/16/karakteristik-islam/

http://ummgl.blogdetik.com/2010/05/06/karakteristik-ajaran-islam

https://www.kompasiana.com/www.rifni.nurdieni.com/makalah-konsep-
islam_551b87c3813311273d9de137

https://papandinding.wordpress.com/2015/01/15/metode-metode-ijtihad/

15

Anda mungkin juga menyukai