MAKALAH
MENGAMALKAN AJARAN ISLAM DAN MENJELASKAN
KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1.NUR ENDAH
2.PUTRI ATHIFA
3.SOLEH
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu..
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Islam dan
Tamadun Melayu. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan serta dorongan dari
berbagai pihak, kecil kemungkinan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang terlibat.
Semoga pembahasan penulis mudah dimengerti oleh pembaca dan semoga
makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai topik yang sedang
dibahas.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................i
Daftar isi.......................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
Bab II Pembahasan....................................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................18
Daftar Pustaka.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali permasalahan-permasalahan fundamental
yang terjadi dalam praktek ibadah seorang muslim. Salah satu
permasalahan fundamental yang kian menjamur adalah menyangkut
praktek dasar ajaran Islam.
Dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syari‟ah, dan akhlak
sering sekali dilupakan keterkaitannya. Contohnya: seseorang
melaksanakan shalat, berarti dia melakukan syari‟ah. Tetapi shalat itu
dilakukannya untuk membuat kagum orang-orang di sekitarnya,berarti dia
tidak melaksanakan aqidah. Karena shalat itu dilakukannya bukan karena
Allah SWT, maka shalat itu tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri ataupun
orang lain. Alhasil, dia tidak mendapatkan manfaat pada akhlaknya.
Itulah yang menjadikan suatu perbuatan yang seharusnya mendapat
ganjaran pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-siaan karena tidak
dilakukan semata-mata karena Allah.Dengan penyusunan makalah ini,
penulis berharap dapat menegaskan kembali mengenai kerangka dasar
ajaran Islam yang terdiri dari: Aqidah, Syari‟ah, dan akhlak yang kian
terlupakan.
1
a. Memahami dan mangkaji mengenai Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlak
dalam ajaran Islam;
b. Merefleksikan pemahaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari;
c. Memahami kekeliruan-kekeliruan menyangkut Aqidah, Syari‟ah, dan
Akhlak untuk kemudian menjadi cermin untuk berintrospeksi diri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dimaksud dengan Islam?‟ Nabi menjawab, “Kamu melakukan ibadah pada
Allah dan tidak menyekutukan-Nya, mendirikan shalat fardhu,
mengeluarkan harta zakat, dan berpuasa di bulan Ramadhan‟. Pria itu
kembali bertanya,”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud ihsan?‟ Nabi
4
teguh pada perjanjian dengan manusia adalah perwujudan akhlak.
Aktivitas memegang teguh ajaran Allah dan perjanjian dengan manusia
merupakan penerapan syari’ah.
Dengan kata lain, perbuatan (syari’ah)yang didasari oleh kelurusan
aqidah dan dampaknya adalah akhlak (kemanfaatannya dirasakan oleh
manusia lain). Contohnya adalah shalat. Perbuatan shalat (syari,ah) akan
bermakna apabila didasari motivasi semata-mata karena Allah (aqidah) dan
berdampak positif bagi
D. .Aqidah
1) Pengertian Aqidah
Aqidah berakar dari kata yang berarti tali pengikat sesuatu
dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Jika masih dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan
sekaligus berarti belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang masyhur
akidah diartikan sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan. Akidah
adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh. Manusia dalam hidup ini terpola
kedalam ikatan dan perjanjian baik dengan Allah, dengan sesama manusia
maupun dengan alam lainnya. Ruang Lingkup kajian akidah berkaitan erat
dengan rukun iman. Adapun kata iman, secara etimologis, berarti percaya
atau membenarkan dengan hati Sedang menurut istilah syara’, iman
berarti membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lidah, dan
melakukan dengan anggota badan. Dengan pengertian ini, berarti iman
5
tidak hanya terkait dengan pembenaran dengan hati atau sekedar meyakini
adanya Allah saja, misalnya. Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa
Allah itu ada; membuktikannya dengan ikrar syahadat atau mengucapkan
kalimat- kalimat dzikir kepada Allah; dan mengamalkan semua perintah
Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Inilah makna iman yang
sebenarnya,sehingga orang yang beriman berarti orang yang hatinya
mengakui adanya Allah (dzikir hati), lidahnya selalu melafalkan kalimat-
kalimat Allah (dzikir lisan), dan anggota badannya selalu melakukan
perintah- perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya (dzikir
perbuatan). Dari uraian di atas dapat juga dipahami bahwa iman tidak
hanya tertumpu pada ucapan lidah semata. Kalau iman hanya didasarkan
pada ucapan lidah semata, berarti iman yang setengah-
6
berdasarkan ajaran al-Qur’an dan tuntunan Rasulullah saw.
e. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak
menghilangkan kesempatan yang baik untuk beramal baik.
Sebab setiap amal baik pasti ada balasannya. begitu sebaliknya,
setiap amal buruk pasti juga ada balasannya. Di antara dasar
akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan
terhadap seluruh perbuatan.
f. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki
individuindividu maupun kelompok-kelompok serta meraih
pahala dan kemuliaan.
Manusia yang lisan dan hatinya menyatakan tunduk dan patuh secara
sukarela tanpa keragu-raguan pada kehendak Allah, pasti dampak
perbuatannya akan bermanfaat bagi manusia lain yang ada di sekitarnya
E. Syariah
1) Pengertian Syariah
Secara bahasa, syariah artinya jalan lurus menuju mata air digambarkan
sebagi sumber kehidupan. Syariah berarti jalan lurus menuju sumber
kehidupan yang sebenarnya. Sumber hidup manusia sebenarnya adalah
Allah. Untuk menuju Allah Ta’ala, harus menggunakan jalan yang dibuat
oleh Allah tersebut (syariah). Syariah ini menjadi jalan lurus yang harus di
tempuh seorang muslim. Tidak ada jalan lain bagi orang muslim kecuali
menggunakan syariah Islam Allah Swt. Berfirman dalam QS. Al-Jaatsiyah
7
[45]: 18; Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat
(peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah
kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Secara istilah,
syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan Allah untuk mengatur
manusia baik hubungannya dengan Allah Swt., dengan sesama manusia,
dengan alam semesta, dan dengan makhluk ciptaan lainnya. Para fuqaha
(ahli fiqih) menjelaskan syariah untuk menunjukkan hukum yang ditetapkan
oleh Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara Rasul-Nya, supaya para
hambaNya itu melaksanakannya dengan dasar iman, baik hukum itu
mengenai hukum formal maupun hukum etika (akhlak). Allah adalah
pembuat hukum yang tertinggi. Syariah islamadalah penjelmaan konkret
kehendak Allah ditengah manusia hidup bermasyarakat. Syariah
merupakan prinsip yang tercantum dalam Al-qur’an dan prinsip Al-qur’an
itu sendiri. Agar prinsip tersebut dapat diwujudkan dengan baik, tentu
memerlukan contoh. Dalam hal ini, dibutuhkan contoh-contoh dari Nabi.
Melalui perilaku dan ucapan Nabi tersebut, manusia dapat memahami apa
yang menjadi kehendak Allah SWT itu. Oleh karena itu, Nabi dan rasul patut
dicontoh dalam melaksanakan syariah
2) Ruang Lingkup Syari’ah
Ruang Lingkup Syari‟ah (Hukum Islam) meliputi hubungan vertikal
dengan
Allah (ibadah) dan hubungan horizontal dengan sesama manusia
(mu‟amalat).
a) Hubungan manusia dengan Allah SWT secara vertikal, melalui
ibadah, seperti:
8
kehidupannya yang dibuktikan dengan tidak melakukan perbuatan
merugikan orang banyak (fahisah) dan lisannya tidak melukai
perasaan orang lain (munkar).
Zakat, tujuan : membiasakan manusia untuk berbagi dengan manusia
lain yang tidak bekerja produktif (petani, pedagang musiman, tukang
becak, dll) yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Puasa, tujuan : membiasakan manusia untuk jujur pada diri sendiri dan
berempati atas penderitaan orang lain dengan cara meniru sifat-sifat
Allah SWT, seperti sifat Allah SWT yang tidak pernah makan,
minum, dan berkeluarga.
Haji, tujuan: mempersiapkan manusia untuk sanggup datang kepada
Allah SWT sendiri-sendiri dengan menanggalkan seluruh kekayaan,
ikatan kekerabatan, jabatan kekuasaan, kecuali amal perbuatan yang
telah dilakukannya.
b) Hubungan manusia dengan manusia secara horizontal, seperti :
Ikatan pertukaran barang dan jasa, tujuan: agar kehidupan dasar
manusia yang satu dengan yang lain dapat tercukupi dengan sportif.
Ikatan pernikahan; tujuan: melestarikan generasi manusia berdasarkan
aturan yang berlaku;
Ikatan pewarisan, tujuan: menjamin kebutuhan dasar hidup bagi
anggota keluarga sebagai tanggungan orang yang meninggal dunia.
Ikatan kemasyarakatan, tujuan: agar terjadi pembagian peran dan
fungsi sosial yang seadil-adilnya atas dasar musyawarah di bawah
hukum kemasyarakatan yang dibuat bersama;
Ikatan kemanusiaan, tujuan: agar terjadi saling tenggang rasa, karya,
dan cipta di antara manusia yang berkaitan.
9
F. .Akhlak
1) Pengertian Akhlak
Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak, yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti a)
tabiat, budi pekerti, b) kebiasaan atau adat, c) keperwiraan, kesatriaan,
kejantanan Sedangkan pengertian secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan
yang melekat pada jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang
mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika
keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut
pandangan akal dan hukum Islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-
perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.
Sebagian ulama’ memberi definisi mengenai akhlak, yaitu: Namun
berdasarkan beberapa pendapat dari ulama, akhlak adalah sifat yang sudah
tertanam dalam jiwa yang mendorong perilaku seseorang dengan mudah
sehingga menjadi perilaku kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu
perilaku yang terpuji menurut akal dan agama dinamakan akhlak baik
(akhlak mahmudah). Sebaliknya, jika ia melahirkan tindakan yang jahat,
maka disebut akhlak buruk (akhlak mazmumah) Karena akhlak merupakan
suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka perbuatan baru disebut
akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu dilakukan
hanya sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada
suatu saat, orang yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang
kepada orang lain karena alasan tertentu. Tindakan seperti ini tidak bisa
disebut murah hati berakhlak dermawan karena hal itu tidak melekat di
dalam jiwanya.
b. Perbuatan itu timbul mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih
dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika
perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan
dipertimbangkan secara matang
10
tidak disebut akhlak. Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam
Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi
pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-
akhlak al- karimah.
11
Kedudukan akhlak dalam ajaran Islam adalah hasil, dampak, atau buah
dari perbuatan-perbuatan (syari‟ah) yang dilandasi keyakinan hati tunduk
dan patuh secara sukarela pada kehendak Allah (aqidah). Seperti halnya
adalah jujur pada diri sendiri yang merupakan bagian dari akhlak adalah
dampak perbuatan puasa (syari‟ah) yang dilandasi keyakinan hati (aqidah)
bahwa dengan puasa kita dapat berempati terhadap penderitaan orang lain
yang menjalani hidupnya serba kekurangan.
Salat adalah salah satu praktik utama dalam Islam yang menuntut
kepatuhan dan ketaqwaan kepada Allah. Dalam kehidupan sehari-hari,
salat menjadi pijakan utama bagi umat Muslim. Lima kali sehari, mereka
berhenti dari aktivitas mereka untuk berkomunikasi dengan Allah dalam
bentuk ibadah ini. Salat tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga peluang
untuk merenungkan dan memperkuat hubungan spiritual dengan Sang
Pencipta.
12
3 Zakat dan Kebaikan Sosial
Konsep zakat adalah salah satu pilar Islam yang mendorong umat
Muslim untuk memberikan sebagian dari harta mereka kepada yang
membutuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari, praktik zakat memainkan
peran penting dalam memerangi kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial. Ini
menciptakan perasaan tanggung jawab sosial di antara umat Muslim dan
membantu membangun masyarakat yang lebih adil.
13
7: Penyelarasan dengan Nilai-Nilai Islam dalam Bisnis dan Ekonomi
Dalam bisnis dan ekonomi, ajaran Islam memberikan panduan etis yang
kuat. Konsep riba (bunga) diharamkan dalam Islam, sehingga umat
Muslim dianjurkan untuk menjalankan usaha mereka tanpa mengandalkan
sistem bunga. Hal ini menciptakan pengusaha yang beretika dan
berorientasi pada keadilan dalam bisnis. Selain itu, konsep muamalah
(transaksi ekonomi) dalam Islam mengajarkan prinsip kejujuran, adil, dan
transparansi dalam segala aspek bisnis.
14
pernikahan, konsep tawakkal (kepercayaan kepada Allah) memberikan
dasar kuat untuk keharmonisan dan ketenangan dalam hubungan suami-
istri.
Ajaran Islam tidak hanya berfungsi sebagai panduan spiritual, tetapi juga
sebagai kerangka etis dan moral dalam berbagai aspek kehidupan sehari-
hari. Dengan mengamalkan ajaran ini, umat Muslim dapat membangun
masyarakat yang lebih baik, lebih adil, dan lebih bermakna. Ini
menciptakan dampak positif yang dapat dirasakan di seluruh dunia,
menguatkan nilai-nilai moral, dan memberikan panduan dalam menjalani
kehidupan yang bermakna.
15
sistem hukum yang adil. Dalam kehidupan sehari-hari, umat Muslim
diharapkan untuk mematuhi hukum-hukum Islam yang melibatkan hak
individu dan kewajiban mereka terhadap masyarakat. Prinsip keadilan
dalam Islam mendorong umatnya untuk berperilaku adil dan menghormati
hak-hak orang lain.
16
Islam, umat Muslim dapat menjadi agen perubahan positif dalam
masyarakat dan berkontribusi pada pemahaman global yang lebih baik
tentang agama Islam.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka dasar ajaran Islam adalah cetak biru ajaran Allah SWT kepada
utusan Allah. Dimana di dalam kerangka dasar ajaran terdapat tiga bagian
utama yang saling berkaitan, yaitu: Aqidah, Syari‟ah, dan Akhlak. Aqidah
merupakan akar(dasar) dari setiap perbuatan manusia. Sedangkan Syaria‟ah
adalahperbuatan-perbuatan yang merupakan wujud dari aqidah. Dari
penetapan aqidah dan perwujudannya berupa Syari‟ah muncullah buah
berupa kebermanfaatannya baik bagi diri sendiri maupaun orang lain yang
disebut dengan akhlak.
18
lOMoARcPSD|30876174
DAFTAR PUSTAKA
Hajaroh, Mami. 2008. “Akhlak, Etika, dan Moral” dalam Ajat Sudrajat, dkk.
Din al- Islam Pendidiksan Agama Islam di perguruan Tinggi Umum.
Yogyakarta: UNY Press.
Anonim.http://ragab304.wordpress.com/2007/05/10/islam-akidah-
syariah-dan- akhlak/.
Anonim.http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/pengertian-
akhlak.html.
Anonim.http://id.shvoong.com/social-sciences/education/210859
6-pengertian- aqidah/#ixzz1defgBDtb.