Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH

Objek studi islam dan studi ilmu islam


Makalah inidisusundalam rangkauntuk memenuhitugasmatakuliah
Studi Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Zulva Ismawati M. Pd

Disusun oleh kelompok 3:


1. Mochzudalumatulmaarif (1860311222033)
2. Ridho ajipamungkas (1860311222043)
3. Moehamad widadil haq (1860311222030)

SEMESTER 2 KELAS MD2B


PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDDIN,ADAB, DAN DAKWAH
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Islam Dan
Sasaran Pendekatan Studi Agama” ini dengantepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju jalan yang terang benderang yakni
agama Islam. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah
ini, maka
penyusun mengucapkanterimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menempuh Pendidikan di universitas ini.

2. Bapak Dr. Ahmad Rizqon Khamami, LC. MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,
Adab, dan Dakwah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberi
kesempatan untuk menempuhpembelajaran dan pengalaman di UIN Tulungagung.

3. Ibu Citra Ayu Kumala Sari M.Ps.I., Selaku Ketua Jurusan Dakwah Fakultas
Ushuluddin, Adab, dan Dakwah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang
selalu memberi motivasikepada kami.

4. Bapak Rohmat, S.Hum., selaku Koordinator Program Studi Manajemen Dakwah


UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
5. Ibu Dr. Zulva Ismawati, M.Pd,I selaku dosen Pengampu Mata Kuliah Studi Islam.
6. Seluruh civitas Akademika UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di
masa yang akan
datang.

Tulungagung, 9 Maret 2022

ii
Penulis

ii
Kata Pengantar ................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................ iii

Bab I Pendahuluan ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 2

Bab II Pembahasan............................................................................................................. 3

A. Aqidah..................................................................................................................... 3
B. Syariah ................................................................................................................... 7
C. Akhlaq..................................................................................................................... 9
D. Studi Ilmu Hadits ................................................................................................... 15
E. Studi Ilmu Fiqh ...................................................................................................... 27
F. Studi Ilmu Tasawuf................................................................................................ 34

Bab III Penutup .................................................................................................................. 35

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 36
B. Saran....................................................................................................................... 36

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Islam hadir dengan membawa rahmat bagi alam semesta dalam sejarah, keberhasilan
Islam untuk membangun dunia sekaligus untuk mensejahterahkan manusia masih dapat diakui
namun dalam sejarah pula dapat ditemukannya kegagalanuntukmensejahterahkan manusia. Pada
dasarnya ilmu tentang Islam sudah sangat berkembang, bahkan sudah dimulai sejakmasa sahabat
dan tabi’in. studi untuk menjelaskan tentang ajaran Islam memang merupakan konotasi
yang sangat
membutuhkan pemahaman.

Studi tentang Islam dapat dimulai dengantelaah analitis mengenaitahiat atau karakternya. Studi
jenis ini bermaksud mengurai, menerangkan, menjabarkan dan mungkin pula menjelaskan kata
atau proposisi yang tidakjelas. Penulis akan menguraikan topic-topik tentang objek studi islam dan
studi ilmu islam yang berisi tulisan-tulisan yang dimaksudkan untuk mengembangkan pemikiran
dalam upaya mengaktualkan berbagai masalah kehidupan yang akan penulis bahas dalam
pembahasan
selanjutnya.

Agama Islam adalah agamayang dibawa oleh nabi Muahammad SAW, untuk memberikan
jalan terbaik untuk umatnya. Agama islam termasuk agama yang tidak ada paksaan atau tuntutan
dalam ajaranya tapi kita sebagai umat islam harus bisa mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.
Dalam mempelajari agama islam sangat diperlukan adanya kesadaran dari diri kita sendiri,
banyak hal
untuk memperoleh pembelajaran dari agama islam melalui Alquran, sunnah dan ijtihad.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apapengertian dari Aqidah?
2. Apapengertian dari syariah?
3. Apapengertian dari akhlaq?
4. Apa sajakajian ilmu hadist?
5. Apa sajakajian ilmu fiqih?
6. Apa sajakajian ilmutasawuf?

1
3. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk Memahami Aqidah.
2. Untuk Memahami syariah.
3. Untuk Memahami ahklak.
4. Untuk Memahamikajian ilmu hadist.
5. Untuk Memahamikajian ilmu fiqih.
6. Untuk Memahamikajian ilmutasawuf.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. AQIDAH
Aqidah secara bahasa berasal dari kata ‫ﻋﻘﺪ‬yang berarti ikatan1. Adapun
secara istilah, akidah berarti Iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa
dianggap sebagai salah satu akidah. Iman berarti membenarkan atau percaya. Iman
dan Islam (syariat) membentuk agama menjadi sempurna. Belum disebut penganut
agama yang utuh apabila dalam diri seseorang belum terpatri keimanan dan kehendak
untuk melaksanakan
syariat. Padahakikatnya iman dan Islam adalah duahal yang berbeda.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa suatu hari Rasulullah SAW tiba-
tiba muncul diantara kaummuslimin seorang laki-laki dan bertanya, „wahai Rasulullah,
apakah iman itu? „Rasulullah SAW menjawab, „engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat- Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan pada hari kebangkitan. „orang itu
bertanya lagi, „wahai rasulullah, apakah Islam itu? „Rasulullah SAW menjawab, „Islam
adalah beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun,
mendirikan shalat fardhu, menunaikan zakat, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.
“orang itu kembali bertanya, “wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? “Rasulullah Saw.
Menjawab2, ”Engkau beribadah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau
tidak melihat-Nya sesungguhnya dia
selalumelihatmu”. (HR.Muslim).3
Menurut T. M. Hasbi ash-Shiddieqy, aqidah adalah urusan yang harus
dibenarkan dalam hati dan diterimanya dengan carapuas, serta tertanam kuat ke dalam
lubuk jiwa dan tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat. Hassan alBanna,
mendefinisikan akidah adalah sebagai sesuatu yang mengharuskan hati yang
membenarkan, yang membuat jiwa
tenang, tentram kepadanya danyang menjadikepercayaan bersih darikebimbangan.
Menurut Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Burnikan, kata akidah telah
melalui perkembangan makna, melalui beberapa tahap, yaitu: Tahap pertama, akidah
diartikan
sebagai: Tekad yang bulat (al-azm al-muakkad), mengumpulkan (al-jam’u), Niat (al-

3
1
Wage, Aqidah dan budaya:upayamelihat korelasiagama atau budayadalammasyarakat, Indragiri hulu, fikri, vol.
1, no. 2, 2016, h. 338.
2
M. hidayat ginanjar, pembelajaran akidah ahklak dankorelasinya dengan peningkatanakhlakal-
karimahpeserta didik, bogor, jurnal edukasi islami jrunal Pendidikan islam, vol. 06, no. 12, 2017, h. 107.
3
M. hidayat ginanjar, pembelajaran akidah ahklak dankorelasinya dengan peningkatanakhlakal-
karimahpeserta didik, bogor, jurnal edukasi islami jrunal Pendidikan islam, vol. 06, no. 12, 2017, h. 108.

3
4
niyah), menguatkan perjanjian, sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia baik itu,
5
benaratau bathil. Tahapkedua, perbuatan hati (sanghamba).
Kemudian aqidah didefinisikan sebagai keimanan yang tidak mengandung
kontra. Maksudnya membenarkan bahwa tidak ada sesuatu selain iman dalam hati sang
hamba, tidak diasumsi selain, bahwa ia beriman kepada-Nya. Tahap ketiga, di sini
akidah telah memasuki masa kematangan di mana ia telah terstruktur sehingga disiplin
ilmu dengan
ruanglingkuppermasalahan tersendiri6.
Menurut Sayyid Sabiqpengertian akidah Islam meliputi enam prinsip pokok, yaitu:
1. Ma‟rifat kepada Allah. Ma‟rifat dengan nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-
sifat- Nya yang tinggi, juga ma‟rifat dengan bukti-bukti wujud atua keberadaan-
Nya serta kenyataan sifat keagungan-Nya dalam alam semesta dan dunia ini.

2. Ma‟rifat dengan alam yang ada dibalik alam ini, yakni alam yang tidak dapat
dilihat. Dengan demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang terkandung di
dalamnya, yakni malaikat jugakeuatan jahat yang berupa syaitan.

3. Ma‟rifat dengan kitab-kitab Allah, yang diturunkan olehNya kepada Rasul-rasul-


Nya untuk dijadikan petunjuk tentang mana yang hak dan yang bathil, yang baik daan
yang buruk, serta yang halal danyang haram.

4. Ma‟rifat dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah yang dipilih oleh-Nyauntuk


menjadi pembimbing ke arah petunjuk dan pemimpin seluruh makhluk guna
menuju kepada yang hak.

5. Ma‟rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu,
seperti kebangkitan darikubur, memperoleh balasan pahala atau siksa surga
atauneraka.

6. Ma‟rifat dengan takdir (qadla dan qadar) yang di atas landasan itulah
berjalan peraturan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik dalam penciptaan
maupun dalam cara mengaturnya. 7

Yusuf al-Qardlawi menguraikan beberapaprinsip akidah, di antaranya adalah:


1. Tidak boleh bercampur sedikitpun dengankeraguan.
2. Mendatangkan ketenteraman jiwa.
3. Menolak segalasesuatu yang bertentangandengan kebenaran. 8

4
Wage, Aqidah dan budaya:upayamelihat korelasiagama atau budayadalammasyarakat, Indragiri hulu, fikri, vol.
1, no. 2, 2016, h. 338.
5
Wage, Aqidah dan budaya:upayamelihat korelasiagama atau budayadalammasyarakat, Indragiri hulu, fikri, vol.
1, no. 2, 2016, h. 339.
6
Nur akhdasabila, integrasi Aqidah danakhlak, palangkaraya, jurnal peradapandan pemikiran islam, vol. 3, no.
2, 2019, h. 76.
4
7
Wage, Aqidah dan budaya:upayamelihat korelasiagama atau budayadalammasyarakat, Indragiri hulu, fikri, vol.
1, no. 2, 2016, h. 339.
8
Dr. hammis syafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.

4
Uraian di atas senada dengan yang dikatakan oleh Muhammad al-Ghazali, seorang
ulama besar dari Mesir, bahwa apabila akidahtelah tumbuh pada diri seseorang, maka
tertanamlah dalam jiwanya keyakinan bahwa hanya Allah SWT sajalah yang paling
berkuasa.9
Segalawujudyang ada ini hanyamakhluk belaka. Ia akan senantiasa berkomunikasi
dengan penuh rasa tanggungjawab dan waspada dalam segala urusan. apabila ia
bertindak atas dasar kebenaran, maka ia dapat bekerja sama dengan mereka yang
berperilaku atas kebenaran pula. Jika ia melihat ada yang menyimpang dari kebenaran, ia
tetap mengambil jalan yang benar itu. Senada dengan apa yang dijelaskan oleh para
ulama di atas, terkait
kedudukan aqidah dalam islam,10
Buya Hamkamenetapkan empat pokok dasaryang merupakan groundnorm Islam.
1. Mentauhidkan Allah SWT dan melarang syirik.
2. Memperteguh ukhuwah, persaudaraan sesama manusia.
3. Mengingat agama Islam tidak diturunkan dengan kesukaran, tetapi
kemudahan difahami dan kemudahan dikerjakan.
4. Dasarpemerintahan atas syura.11
Disamping empat dasar yang disebutkan di atas. Buya Hamka juga memberikan
beberapa hal pentingyang menjaditujuan Islam:
1. Mempersatukan ruh danjasad pada diri perseorangan.
2. Mempersatukan kejiwaan dan kebendaan pada perikehidupan.
3. Mempersatukan golonganyang berbeda-beda pada satu bangsa.
4. Mempersatukan perseorangan denganmasyarakat pada satutujuan.
5. Mempersatukan pendirian yang berbeda- beda pada satumaslahatumum.
6. Mempersatukan bangsa-bangsa karena perbedaan iklim dan perlainan
kepentingan padaakhir jalan.12
Dalam kamus bahasa Indonesia, akidah (‘aqidah) berarti yang dipercayai hati. Kata
akidah inijuga seakar dengan kata “al-‘aqdu” yang memiliki arti sama dengan kata:
1. ar-rabṭ (ikatan),
2. al-Ibrām (pengesahan),
3. al-iḥkām (penguatan),
13
4. at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat),

9
Dr. hammissyafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.
10
Dr. hammissyafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.
11
Hamka, islam revolusi dan ideologi, Jakarta, gema insani, 2018, h. 47.
5
12
Ibid, 2021
13
Dr. hammis syafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.

5
5. al-syaddubi quwwah (pengikatan dengan kuat),
6. At-tamassuk (pengokohan) danal-itsbāt (penetapan14
Dengan dasar dan tujuan inilah Islam datang dan Nabi Muhammad saw.
berhasil mempersatukan ummat manusia beserta perbaikan pada budi pekerti,
kemerdekaan faham,
dankebudayaanyang beradab. 15
B. Syari’ah
Dalam pandangan umum, Sharī’ah mencakup semua spek kehidupan, baik
publik maupun perorangan, bahkan kesopanan dan akhlak. Menganggap ada bagian
dalam Sharī’ah yang tidak memadai akan dituduh bid’ah oleh mayoritas umat
Islam yang
menyakini bahwakeseluruhan Sharī’ah bersifat Ilahiyyat.
Perlu kiranya difahami bahwa Sharī’ah bukanlah hukum yang semua prinsip
khusus dan aturan rincinya langsung diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad,
tetapi ada proses ijtihad dan interpretasi al-Qur’an dan al-Hadits yang dilakukan oleh
para sahabat
16
Nabi dan ulama setelah wafatnya Rasulullah.
Imam al-Qurthubi menyebut bahwa syariah artinya adalah agama yang
ditetapkan oleh Allah swt.untuk hamba-hambaNya yang terdiri dari berbagai hukum dan
ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu disebut syariat karena memiliki kesamaan
dengan sumber
air minum yang menjadi sumber kehidupanbagimakhluk hidup.
Makanya menurut ibn-ul Manzhursyariat ituartinyasamadengan agama.17
Kata Sharī’ah bermakna jalan tempat keluarnya air untuk minum (murīd al-
mā’). Dalam kajian hukum Islam, Sharī’ah diartikan sebagai segala sesuatu yang
disyari’atkan oleh Allah kepada seluruh manusia, agar mereka memperoleh kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.‘Abdullah Yusuf ‘Ali, sebagaimana dikutip oleh Rifyal Ka’bah,
memaknai Sharī’ah sebagai ‘the right Way of Religion’ yang lebih luas maknanya dari
sekedar ibadah-ibadah formal dan ayat-ayat hukum yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad. Sharī’ah merupakan an-Dīn itu sendiri yang meliputi kekuasaan,
pemerintahan, hukum, dan
peradilan.18
Sharī’ah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan kumpulan
norma-norma hukum yang merupakan hasil dari prosestasyrī’. Maka dalammembahas
Sharī’ah diawali dengan membahas tasyrī’. Tasyrī’ adalah menciptakan dan menerapkan
6
Sharī’ah. Dalam kajian hukum Islam, tasyrī’ sering didefinisikan sebagaipenetapan norma-

14
Dr. hammis syafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 36.
15
Abudin nata, metologi studi islam, Jakarta, raja grafindo persada, 2001, h. 84.
16
Nurhayati, memahamikonsepsyari’ah,fikih, hukumdanushul fikih, j-hes, vol. 2 no. 2, 2018, h. 128.
17
Ibid.h.128
18
Dr. hammissyafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 39.

6
norma hukum untuk menata kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan
maupundenganumat manusialainnya19
Dilihat dari segi ilmu hukum, syariat merupakan norma hukum dasar
yang ditetapkan Allah, yang wajib diikuti oleh orang Islam bedasarkan iman yang
berkaitan dengan akhlak,baik dlam hubungannya denganAllah maupun dengan sesama
manusia dan benda dalam masyarakat. norma hukum dasar ini dijelaskan dan atau
dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulnya karena itu syariat
terdapat di dalam Al-
Qur'andan didalam kitab-kitab Hadis. 2 0
Perbedaan antara syariah dengan fiqih
A. syariah
a. Berasal dariAl-Qur'an dan As-sunah

b. Bersifat fundamental
c. Hukumntabersifat Qath'i (tidak berubah)
d. Hukum Syariatnyahanya Satu (Universal)
e. Langsung dari Allah yang kiniterdapat dalamAlQur'an
B. fiqih
a. Karya Manusia yang bisa Berubah
b. Bersifat Fundamental
c. Hukumnya dapat berubah
d. Banyak berbagairagam21
al-Khudhari sebagaimana dikutip oleh Rifyal Ka’bah, membagi perkembangan
hukum Islam ke dalam enam fasetasyrī’ yang memiliki ciri dankarektertersendiri:
1. Fase kerasulan nabi Muhammad dimana segala sesuatu tentang hukum Islam dirujuk
ke Nabi sendiri;

2. Fase para sahabat Nabi yang senior, mulai sejak kematian nabi hingga akhir
masa Khulafa’ rasyidin.

3. Fase sahabat nabi junior, mulai dari masa dinasti Umayyah hingga lebih kurang 1
abad setelah hijrah.

4. Fase fiqh menjadi ilmu tersendiri, mulai dari awal abad kedua Hijrah hingga akhir
abad ketiga.

19
Abdullah ahmed annai’im, dekonstruksisyari’ah: wacana kebebasansipil, hak asasi manusia, dan hubungan
internasional dalam islam, Yogyakarta, IRCISoD, 2016, h. 19-20.
7
20
Linda firdawaty, negara islam pada periodeklasik, lampung, 2015, vol. 7, no. 1, h. 73
21
Dr. abd wahib, MPd.I, pengangar studi islam,jember, institut agama islam negeri jember, 2020, h. 4

7
5. Fase perdebatan dalam berbagai permasalahan di antara pada fuqaha’, mulai dari
awal abad keempat Hijrah hingga akhir masa dinasti ‘Abbasiyyah dan penaklukan Tartar
pada abad ketujuh.

6. Fasetaqlid, darikejatuhan dinasti ‘Abbasiyyah hingga sekarang.


Disamping enam fase di atas, perkembangan legislasi di dunia Islam dewasa
initelah sampai ke fase kodifikasi/ kompilsi di beberapa negara Muslim, terutama
Indonesia. Hal
22
inisebagaiupayamemperkaya hukum positif nasional.
C. AKHLAK
Ada dua pendapat yang bisa digunakan untuk mendefinisikan akhlak ini,
yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan terminoligik (peristilahan) dari sudut
kebahasaan dan akhla berasl dari bahasa arab yaitu khilqun/khuluqun keduanya
dijumpai dalam Al- Qur’an dan hadis, dari kedua definisi akhlak tersebut dapat
disimpulkan bahwa suatu
perbuaatn atau sikap dikategorikan akhlak jika memenuhikriterianya.
Yang pertama yaitu perbuaatan akhlak adalah pebuaatan yang sudah tertanam
dalam diri seseorang sehinggatelah menjadikepribadiaanya, keduayaitu perbuaatn akhlak
adalah perbuaatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran, ini tidak berarti bahwa
saat itu melakukan suatu perbuaatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang
ingatan tidut, ataupun gila. Ketiga perbuaatan akhlaq adalah suatu perbuatan yang timbul
dari diri sendir tanpa dari paksaan dan tekanan dari luar, keempat perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhmya, bukan main-
main atau sedang
23
bersandiwara.
1) Hubungan etika dan moral dengan akhlak
Dilihat dari fungsi dan perannya dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, dan
moral sama, yaitu menetukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
seseorang untuk ditentukan baik buruknya, Perbedaan antara etika,moral, dan akhlak
adalah terletak pada smberyang ijadikan patokanuntukmenetukan baikburuknya, baik
dan buruk jika itu dijadikan patokan untuk menetukan baik buruk berdasarkan kepada
pendapat akal pikiran, dan pada moral lebih hanya berdasarkan kepada kebiaasan
yang berlaku di umumnya
masyarakat.
Sedangkan pada akhlak yang menjadi ukuran yang digunakan baik dan buruk
adalah al-qur;an dan hadis, namun etka,oral, dan akhlak saling berkaitan dansaling
8
membutuhkan
uraian diata mennjukan denganjelas bahwa etika dan moral berasal dari produk akal dan

22
Dr. hammis syafaq, M.Fil.I, pengantar studi islam, surabaya, nuwailah ahsana, 2021, h. 41.
23
alianwar yusuf, studi agama islam, no. 5 (bandung, pustaka setia, 2003), h. 174.

8
budaya masyarakat tersebut yang secara selektif diakui sebagai hal yang berman=faat dan
baik bagikelangsungan hidup manusia.
Sementara akhlak berasal dari wahyu yaitu ketentuan yang berdasarkan al-
qur’an dan hadis, wahyu sendiri bersifat mutlak, absolut,dan tak dapat diubah, sementara
etika dan moral sifatnya temporer atau terbatas dan bisa diubah dalam pelaksanaanya
norma-norma akhlak yang terdapat dalamAl-Qur’an dan hadis sifatnya “belumsiappaki”
jika Al-Qur’an misalnya menyuruh kiitaberbuat baik lepda orang tua dan menghormati
yanglainnya maka
suruhan itubelum disertai denga cara-cara, sarana, dan lainnya.
Namun bagaimana jika cara-cara menghormati orang tidak ada dalam al-qur’an
cara–cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada pada Al_Qur’an atau hadis
maka perlu melakukan penalaran atau ijtihad dari para ulama dari waktu ke waktu,
dengan demikian ketentuan baik dan buruk yang terdapat pada etika dan moral yang
merupakan produk akal pikiran dan budaya masyarakat yang bisa digunakan sebagai
alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak baik yang ada pada Al-Qur’an, tanpa ada
peran manusia dalam bentuk etika dan moral, ketentuan akhlak yang terdapat dalam al-
qur’an dan hadis
akan sulit dilakukan.
Dengan begitu keberadaan etika dan moral sangat dibutuhkan dalam
menjambarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan akhlak yang terdapat dalam
Al-Qur’an, dan disinilah peranan etika dan moral terhdap akhlak, namun pada sisi
lain akhlak juga memberikan batasan-batasan umum, agar ketentuan didalam etika
dan moral tidak
bertentangan dengan nilai-nilai luhurdantidak membawamanusia kejalan yang sesat.
1) Akhlak dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai umat islam sudah sepantasnya menunjukan akhlak yang baik
(akhlaq mahmudah) dalam kehhidupannya sehari-hari akhlak tersebut terdapat
didalam ruang lingkup akhlak islami yang sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu
sendiri, khusunya dalam komunikasi, ruang lingkup akhlak tersebut mencakup berbagai
aspek dimulai dari akhlak terhadap allah hingga akhlak terhadap sesama makhluk (
manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tidak bernyawa).
a) Akhlak dalamberhubungan dengan Allah SWT.
Bentuknya dalah dengan menjalankan segala perintahmya dan menjauhi
segala larangannya, mencintaiNYA dan mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh
9
Allah, serta mengakui keagungan Allah sehingga memiliki rasa malu untuk berbuat
maksiat serta mengakui rahmat Allah dalam segala hal sehingga memiliki kemauan
keras untuk
beribadah dan mencari ridhonya.

9
Serta memiliki rasa putus asa dan menerima segala keputusa Allah dengan
sikap sabar setra tawakal dan tetap berperasangka khuznudzon kepada Allah SWT,
beberapa hal itu sangat pentng bagi kehidupan mansia karena hidup kita hanya
mengikuti takdir dari Allah dan jika manusi ingin hidup bahagia didunia dan akhirat
maka ia harus dapat menjalin hubungan baik antara dirinya dan Allah SWT, sebab
jika Allah murka maka
24
sengsaralah hidupnyajikamendapat murkanya.
b). Akhlakihsan
Ihsan adalah ikhlas dalam beramal dan melaksanakan amal dengan sebaik-
baiknya tanpa diiringi riya atau ingin kedengaran di ketahui oleh orang lain. Seorang
muslim tidak memandang ihsan sebagai akhlak terpuji saja, tetapi bagian dari
akidahnya dan faktor
penting dalam islam.
sebeb tingkatang akidah itu ada 3 , Hal ini dijelaskan ketika jibril bertanya
kepada Rasul saw. Tentang yang tiga itu, maka beliau menjawab tentang batasan
ihsan yaitu:
"beribadahlahkepada Allah seolah olah engkau melihatnya-Nya." 25
3)Akhlak terhadap sesamamanusia
Akhlak terhadap sesamamanusia sendiriterbagimejad 4 yaitu
1. Ahlak terhadapa orang tua
2. Akhlak terhadap diri sendiri
3. Ahlak terhadapkeluarga
4. Akhlak terhadap orang
lain/tetangga a). Akhlak terhadap
orang tua

Dalam ajaran islam sangat menghormati dan memuliakan kedua orang tua
bahkan ketaatan kita terhadapnya menuduki yang kedua setelah kita taat kepada allah
SWTkarena orang tualah yang menjadi sebab lahirnya kita hal ini ada dalamAl-
Qur’an surah Al- Baqarah ayat 83). Yang artinya “janganlah kamu menyebah selain
allah dan berbuat baiklah kepada orang tua” berbuatbaik kepada oarng tua tidak
hanya terbatas ketika mereka masih hidup namun harus terus berlangsng walaupun
mereka telah tiada, Dengan cara mendoakan dan meminta ampunan atas kedua orang
tuanya dan tetap melakukan
silatrahmikepada sanak saudara saat merekamasih ada.
b). Akhlak terhadap diri sendiri

10
Setiap manusia memiliki 3 potensi yaitu rohani akal,jiwa, dan ruh ketiga potensi itu
bila dikembangkan dapat membentuk akhlak yang baik (al-akhlaq al-mahmudah) dan
dapat
juga membentuk akhlak tercela (al-aklaq al-madzmumah) artinya ketiga potensi tersebut

24
ibid, h. 177- 178
25
husaini, pendidikanahklak dalam islam, vol. 2, jurnalpendidikandan kependidikan, 2018, h. 42.

10
bisa membentuk karakter atau akhlak setia individu, baik akhlak terhadap dirinyamaupun
kepada lainnya.
Adapun akhlak yang mencakup dirinya sendiri seperti sabar, sabar sendiri
erat hubungannya dengan mendalikan sikap dan emosi oleh karena itu menurut Ibnu
Qayyin Al-Jauziyah paling tidak sabar haru berkaitan dengan ketiga persoalan ini, 1.
Sabar dalam menjalankan setiap perintah Allah, 2. Sabar dalam mejalankan larang-Nya, 3.
Sabar dalam
menghadapi berbagai cobaan ataurintangan.
Dan pada dasarnya sabar merupakan interaksi seseorang dengan dirinya sendiri,
ia merupakan akhlakyang dihsilakan dari proses pendidikan dan penghayan nilai-nilai
yang trsimpan dalam wahyu Allah dan dalam keidupan nyata. Sabar sangat diperlukan
dlam
segala situasi dan sepanjangwaktu,baik sewaktu susahmaupun diwaktu senang.
c). Akhlak terhadapkeluarga
Akhlak terhadapa lingkungan keluarga mennciptakan rasa kasih sayang
antara anggota kelluarga yang lainnya yang bisa diungkapkan melalui bentuk
komunikasi baik dalam perkataan maupun oerilaku, dar komunikasi inilah akan lahir
saling ketrkaitan, keakraban,dan kerterbukaan antar satu dengan yang lainnya. Dengan
begitu rumah akan benar-benar menjadi tempat tinggal yang damai, menenangkan, dan
menjadi surga bagi
penghuninya.
d). Akhlak terhadapmasyarakat/tetangga
Islam mendorong manusia untuk berinteraks sosial ditengah manusia lainnya baik
secara tersurat maupun tersirat, terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah bahan tampak
pula secara simbiolik dalam berbagai ibadah rital islam dalam berbagai ritual islam
terkandung makna simbiolik yang berimplementasi sosial misalnya shalat yang bersifat
pencegahan terhada dosa dan kemunkaran. Begitu pula dengan ibadah Haji, Zakat, dan
ibadah-ibadah lainnya yang memiliki makna sosial, dan disamping it banyak sekali
rincia dalam Al-
26
Qur’anyang berkaitandengan interaksisosialatauperilaku terhadapsesamamanusia.

2). Prinsip tujuan akhlak


Prinsip atau dasar dari keutamaan akhlakpada dasarnya banyak jenisnya, namun
Al- Ghazali mengklasifikasikan jenis tersebut dengan empat prinsip yang dianggap
sebagai dasar yang dapat mencakup segala aspek yaitu: 1. Al-Hikmah
11
(Kebjaksanaan) 2. As- syaja’ah (Keberanian) 3.Al-iffah (Menajaga kehormatan diri) 4,
Al-adl (adil), Menurut Al- Ghazali, jika ke empat dasar ini bisa dimunculkan, maka akan
lahirlah akhlak yang baik
dari semua lapisannya,
26
syarifah habibah, ahklak danetikadalam islam,vol. 1, jurnalpesonadasar, 2015, h. 83-86

11
3). Dasartujuan akhlak
Bagi al-Ghazalai tujuan moral yang sudah diuraikannya yakni terbentuknya
sebuah tindakan semangat yang mendesak datangnya keunggulan jiwa, serta lumrah
diujarkan Al- Ghazali dengan al-Sa adat al-Haqiqiyat (sakinah yang esensial) dipandang
selaku sakinah yang esensial karna, karna moral yaitu pusat yang selaku dasar evaluasi
keunggulan pada khalayak. serta keuatamaan jiwa selaku salah satu jalur kenyamanan
semangat khalayak alhasil berhasil tujuan hidup yang sesungguhnya. seterusnya yang
selaku tumpuan maupun skema moral yang dipaparkan Al-Ghazali yakni alQuran
serta al-Hadist. beliau jua
memaknakan sekitar poin serta hadits yang selakupembimbing moral yang terpuji.
tujuan pembelajaran adab bagi Al-Ghazali ialah teknik khalayak guna
mendekatkan diri terhadap Allah Swt, tidak hanya itu serta selaku tujuan akhir yang
bakal diraih oleh khalayak. Membersihkan diri (tazkiyatun an-Nafs), terbdiasa
senantiasa mengamalkan kecakapan dengan adab yang kaamil(sempurna), ma‟rifah,
dengan tutur lainia senantiasa mendekatkan diri terhadap Allah Swt, guna menjumpai
keceriaan serta ketenteraman di
bumi serta alam akhirat
Dengan seperti itu pembelajaran adab ialah sesuatu usaha pembuatan khalayak
guna jadi lebih sempurna, baik di bumi atau di alam akhirat. bagi Al-Ghazali khalayak
sanggup menjangkau sempurna bila diiringi dengan ikhtiar mencari ilmu serta
setelah itu mengamalkan fadilah dengan ilmu pemahaman yang ia pelajari, dengan
fadilah ini kemudian diharapkan sanggup melahirkan kian dekat terhadap Allah Swt,
yang setelah itu
memberikankeceriaan hidupnya di bumi serta di akhirat.
Menurut penulis, opini Al-Ghazali dalam menuntun adab anak dengan dilatih
guna senantiasa mendekatkan diri terhadap Allah Swt, biar tidak timbul sifat-sifat yang
tidak baik, yang timbul dalam jiwa. semacam tinggi hati, sombong, bukan dengan
keinginan guna bersama menjatuhkan ataupun serta guna keglamoran. serta jikalau
sifat-sifat penyakit jiwa tidak timbul dengan teknik pensucian jiwa serta dekat
terhadap Allah, alkisah tujuan pendidikanyang yang ada bakal gampang disertai serta
gampang di dapati
paling utama adabyangbaik.

4). Konsep akhlak dalam hadis Nabi


Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaymin menjelaskan bahwa
12
akhlak meliputi hubungan antara makhluk dengan sang pencipta (mu’amalah al-
Khaliq) dan interaksi sesama makhluk (mu’amalah al-makhluq), Mengenai interaksi
dengan sang
Khaliq dapat dilakukan dengan berbagai hal. Pertama, meyakini seluruh kabar dan

12
informasi dari Allah itu benar. Menerima tanpa adanya keraguan terhadap segala kabar

atau informasi dari Allah.


Bagi seorang muslim tidak hanya diharuskan untuk mempercayai setiap kabar
dari Allah dan Rasul-Nya, melainkan juga dengan pembelaan dari bermacam-macam
keraguan yang datang dari umat Islam yang membuat hal- hal baru dalam Islam
(bid’ah) dan juga
dari orang-orang kafir yang ingin memberikankeraguan ke dalam diriumat muslim.
Kedua, menerima hukum-hukum Allah dengan pengamalan dan pengaplikasian.
Hal ini hanya dapat dilakukan dengan tidak menyangkal apapun dari semua hukum
tersebut, baik penyangkalan yang didasari atas kesombongan ataupun sikap
meremehkan. Kedua sikap penyangkalan ini menandakan akhlak yang buruk terhadap
Allah. Ketiga, menerima dengan sabar dan rela dalam segala ketetapan yang Allah
berikan. Hal ini dapat dilakukan
dengan keikhlasan dan menerimaketetapan dari-Nyayangtidak menyenangkan.
Menurut Abuddin Nata menjelaskan setidaknya ada empat alasan manusia
harus berakhlak kepada Allah. Pertama, manusia diciptakan oleh Allah. Kedua, Allah
telah memberi panca indera, akal pikiran, hati nurani, serta tubuh yang kuat dan
sempurna kepada manusia. Ketiga, Allah telah menyediakan bermacam-macam
fasilitas yang manusia butuhkan untuk melangsungkan hidup. Keempat, Allah
telah memuliakan
27
manusiadandiberikekuatan untuk menguasaidaratandan lautan
4. Studi ilmu hadits
A. Pengertian ilmu hadits
Menurut ahli hadits, pengertian hadits adalah “Seluruh perkataan, perbuatan, dan
halihwal tentang Nabi Muhammad SAW”, sedangkan menurut yang lainnya adalah
“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuataan, maupun
ketetapannya.” Al-hadits didefinisikan oleh ulama pada umumnya seperti definisi Al-
sunnah sebagai “segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW
baik ucapan, perbuatan dan taqrir (ketetapan), maupun sifat fisik dan psikis, baik
sebelum
beliau menjadinabi maupun sesudahnya”.
Ilmu hadits adalah ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk
mengetahui kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau ditolakMenurut Tengku
Muhammad HasbiAsh-Shiddieqy, ilmu hadits,yakni ilmu yang berpautan dengan hadits,
banyak ragam macamnya.Sebagai diketahui, banyak istilah untuk menyebut nama-
13
nama hadits sesuai dengan fungsinya dalam menetapkan syariat Islam. Ada hadits
shahih, hadits hasan, dan
hadits dhoif. Masing-masing memiliki persyaratannya sendiri-sendiri. Persyaratan itu

27
nurul mawahda iskandar dkk, konsep ahklak dalamperspektif hadist nabi menggunakan metode tematik, vol.
8, gunung jati confrense series,2022, h. 300

13
ada yang berkaitan dengan persambungan sanad, kualitas para periwayat yang dilalui
hadits, dan ada pula yang berkaitan dengan kandungan hadits itu sendiri.
Proses perkembangan hadis barlangsung dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Hadis berkembang dalam kurun waktu bertahun-tahun dan berabad yang lalu,
sehingga muncul keraguan dan kecurigaan pada riwayat tertentu atau orang tertentu.
Mulai abad ke- 19, pertanyaan tentang persamaan, originalitas, asal muasal, keakuratan
serta kebenaran
hadis, muncul dan menjadi isupokok dalam studi Islam. 28
> Pembagian Hadits berdasarkan kuantitas sanad.
a). haditsmutawatir
Dari segi bahasa kata mutawatirberasal dari kata ”Tawaatur” yang berarti datangnya
satu setelah satu dengan adanya jarak antara keduanya, atau ”at-tatabu’”yang
berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain, Hadits mutawatir
sendiri menurut Nurudin Nurudin Itr hadits mutawatir adalah: “Hadits yang
diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari
sejumlah rawi yang semisal mereka dan seterusnya sampai akhir sanad dan semuanya
bersandar kepada panca
indera.
Hadits yang dapat dijadikan pegangan dasar hukum suatu perbuatan
haruslah diyakini kebenarannya. Karena kita tidak mendengar hadis secara langsung
dari Nabi Muhammad SAW, maka jalan penyampaian hadits itu melalui orang-
orang yang menyampaikanny dan hadits itu harus dapat memberikan keyakinan
tentang kebenaran hadits tersebut. Dalam sejarahparaperawi diketahuibagaimana
caraperawi menerima dan
menyampaikan hadits.
Ada yang melihat atau mendengar, ada pula yang tidak melalui perantaraan
pancaindera, . Disamping itu, dapat diketahui pula banyak atau sedikitnya orang
yang meriwayatkan hadits itu. Apabilajumlah yang meriwayatkan demikian banyak yang
secara mudah dapat diketahui bahwa sekian banyak perawi itu tidak mungkin
bersepakat untuk berdusta, maka penyampaian itu adalah secara mutawatir Ada juga
syarat-syarat hadits
mutawatiryaitu:
1). Hadits yang diberitakan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan (daya
tangkap) pancaindera. Artinya bahwa berita yang disampaikan itu benar-benar merupakan
hasilpendengaran ataupenglihatan perowi.
14
2). Diriwayatkan oleh perowi yang banyak.
3). Bilangan para perawi mencapai suatujumlah yang menurut adat mustahilmerekauntuk

berdusta
28
munzier suparta, ilmu hadist ,no. 9 ( jakarta, raya wali pers, 2014) h. 1

14
4). Seimbang jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat (lapisan/ tingkatan) pertama
maupunthabaqat berikutnya
b). Hadits Ahad
> Pengertian Hadis Ahad
Dari segi bahasa kata “ahad” (tanpa madd) berarti satu. Maka khabar ahad adalah
khabar (berita) yang diriwayatkan oleh satu orang perawi,
Menurut Istilah ahli hadis, tarif hadis ahad antara lain adalah:
‫ﻣﺎﻟﻢ ﺗﺒﻠﻎ ﻧﻘﻠﺘﻪ ﻳﻒ ﺍﻟﻜﺮﺛﺔ ﻣﺒﻠﻎ ﺍﺧﻠﺮﺏ ﺍﻣﻠﺘﻮﺍﺗﺮ ﺳﻮﺍﺀ ﺍﻛﻦ ﺍﻣﻠﺨﺮﺏ ﻭﺍﺣﺪﺍ ﺃﻭ ﺇﺛﻨﻨﻲ ﺃﻭ‬
‫ﺛﺎﻟﺜﺔ ﺃﻭ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﻭ ﻣﺨﺴﺔ ﺇﻳﻞ ﻏﺮﻱ ﺫﺍﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﺇﻟﻌﺪﺍﺩ ﺍﻟﻴﺖ ﺍﻝ ﺗﺸﻌﺮ ﺑﺄ ﻥ ﺍﺧﻠﺮﺏ ﺩﺧﻞ ﺑﻬﺎ‬
‫ﻳﻒ ﺧﺮﺏ ﺍﻣﻠﺘﻮﺍﺗﺮ‬
Artinya:
”Suatu hadis (khabar) yang jumlah pemberitaannya tidak mencapai jumlah
pemberita hadis mutawatir; baikpemberita itu seorang. dua orang, tiga orang, empat
orang, lima orang dan seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak memberi pengertian
bahwa hadis
tersebut masukke dalam hadis mutawatir.
> Pembagian Hadits Ahad
a. HaditsMasyhur
Menurut masyhur berasaldari kata ‰‫ﺮ‬‰‫ﻬ‬‰‫ ﺷ‬yang berarti ‰‫ﻦ‬‰‫ﻠ‬‰‫ﻋ‬‰‫ ﺍ‬yang berartimengumumkan.
Kemasyhuran sebuah hadis tidak mesti mencakup semua kalangan ulama. Hadis
dapat dapat saja masyhur di kalangan ulama tertentu, dalam hal ini hadis masyhur
dibedakan
minimal menjadi empat macam :
1). Masyhur dikalangan ahli hadis, contohnya:
“Rasulullah saw melakukan qunut selama satu bulan setelah ruku’,
untuk mendo’akan hukuman atas (kejahatan) penduduk Ri’l dan Dzakwan”. (HR
Bukhori dan
Muslim).
2). Masyhur dikalangan Fuqoha seperti arti hadis dibawah ini:
” Nabi saw bersabda : Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak”. (HR
Abu Dawud dan Ibn Majah).
3). Masyhur dikalangan ulama Ushul Fiqh, seperti arti hadis dibawah ini:
“Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya Allah tidakmenghukum umatku karena
perbuatankhilaf, lupa, dan perbuatan karenaterpaksa”. (HR Ibn Majah).
4). Masyhur di kalangan ulama hadis, fuqoha, ulama ushul fqh, dan di kalangan awam
15
seperti arti hadis dibawah ini:

15
“Rasulullah saw bersabda: Orang muslim adalah yang tidak mengganggu orang-
orang muslim lainnya dengan kata-kata dan perbuatannya dan orang muhajir adalah
orang
yang meninggalkan apayang diharamkan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ada pula Kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis masyhur antara lain: 1)
Al- Maqashid al-Hasanah fi Ma Isytahara’ala al-Alsianah, karya alSakhawi. 2) Kasyf al-
Khafa wa Muzil al-Albas fi Ma Isytahara min al-Hadis ‘ala Alsinat al-Nas, karya al-
‘Ijlawani 3) Tamyiz al-Thayyib min al-Khabits fi Ma Yadur ‘Ala Alsinat al-Nas min al-
Hadis, karya
Ibn Daiba’ al-Syaibani
b). Hadits Aziz
Dari segi bahasa kata aziz adalah bentuk sifat musyabbahah dari kata ‘azza
ya’izzu yang berarti sedikit atau jarang. Bisa juga berasal dari kata ‘azza ya’izzu yang
berarti kuat ataukeras (sangat). Suatu aziz dinamakan dengan hadits aziz adakalanya
karena sedikitnya
perawi.
Hadis Aziz, yaitu hadis yang diriwayatkan dua orang pada setiap thabaqat
rawinya, atau hadis yang diriwayatkan oleh kurang dari dua orang dari dua orang perawi
pertama. Bahkan, jika ada sebuah hadis dimana pada salah satu thabaqat sanadnya
terdapat di
dalamnya dua orang perawimaka hadis tersebut dapat dinamakan hadis “Aziz” .
Cabang ilmu hadis yang pokok pembahasanya menekankan pada persoalan matan
hadis, terdiri atas:
a). Ilmu gharib al-hadis Ilmu yang menerangkan tentang lafazh-lafazh yang
sulit dipahami dalam matan hadis, karena lafazh tersebut jarang sekali digunakan,
karena terkandung nilai sastra yang sangat tinggi. Ilmu ini muncul atas inisiatif para
ulama untuk memudahkan dalam memahami hadis-hadis yang mengndung lafazh-
lafazh gharib tersebut, karena memahami kosa kata (mufrad) matan hadis merupakan
langkah pertama
dalam memahmi suatuhadis sertauntuk melakuakn istinbath hukum.
b). Ilmu asbab wurud al-hadis Ilmu yang membahas tentang sebabsebab atau
latar belakang lahirnya sebuah hadis. Ilmu ini sangat penting mengantaruntuk memahami
hadis tentang kondisi yang Ambo Ase, dihadapi dan menjadi sebab hadis itu
diucapkan. Menguatkan maksud di atas, menurut Prof Dr. Zuhri ilmu asbab wurud al-
hadits adalah ilmu yang menyingkapi sebab-sebab timbulnya hadits. Terkadang, ada
16
hadits yang apabila tidak diketahui sebab turunnya, akan menimbulkan dampak yang
tidak baik ketika hendak diamalkan. Ulama yang merintis ilmu ini adalahAbu Hamid bin
Kaznah al-Jubary dan Abu
Hafsh Umarubin Muhammad bin Raja al-Ukbari.
c). Ilmu tawarikh al-mutun Ilmu yang menerangkan tantang kapan sebauah hadis itu
diucapkan atau diperbuat oleh Rasulullah saw, yang dilihat dari aspek ( tempat, waktu, dan

16
kondisi). Imu ini sangat penting dan berguna untuk mengantar dalam memahami
sebuah hadis dar statusya, atau apakah hadis tersebutterjadinasikh mansukh. Ulama yang
merintis
ilmu ini adalah, Sirajuddin Abu HafshAmr al-Bulkiny.
d). Ilmu al-nasikh wa al-mansukh Ilmu yang membahas hadis-hadis yang
yang berlawanan yang tidak mungkin untuk dipertemukan karena materinya (berlawanan)
yang pada akhirnya terjadilah saling menghapus, dengan ketetapan yang datang
terdahulu
disebut mansukh danyang datang kemudian dinamakan naskh.
e). Ilmu talfiq al- hadis Ilmu yang menerangkan tentang cara/metode
mengumpulkan hadis-hadis yang saling bertentangan atau berlawanan. Cara untuk
mengumpulkan atau mengkompromikan hadis yang beralawanan tersebut. Ulama yang
pertamamenulis ilmu ini
adalah Imam Safi’i dengan kitabnya “mukhtalifal-hadis”
. f). Ilmu tashhif wa al-tahrifIlmu yang menerangkantentang hadis-hadis yang
sudah diubah titik dan syakalnya dan berhentinnya. Atau dalam makna lainya, ialah
ilmu yang menjelaskan terjadi perubahan lafazh dan tanda bacanya dalam hadis. Dan
ulama yang dianggap sebagai perintis dari ilmu ini ialah: Imam al Daruqut hanya
Cabang ilmu hadis
yang pokok pembahasanya menekankan pada persoalan sanad dan matan, terdiri atas:
a. Ilmu i’ilal al hadis Ilmu yang menerangkantantang sebabyang dapat mencacatkan
hadis. Ulama yang dipandang ahli dalam ilmu ini, di antaranya: Ibnu Al-Madny,
Ahmad
bin Hanbal, alBukhari
. b. Ilmu al-fanni al-mubhamat Ilmu yang menerangkan tentang nama-nama
orang yang tidak disebutkan dalam sanad hadis. Ulam yang merintis ilmu ini adalah al-
Khatib al- Bagdady. Manfaat Mempejari Cabang-Cabang Ilmu Hadis Dalam
mempelajari cabang- cabang ilmu hadis, adabeberapa manfaat utamayang dapat dipahami
dan dicermati, antara
lain:
1. Memberikan gambaran tentang cara untuk menjaga As-sunah dan menghindari
kesalahan dalam periwayatannya,
2. Memberikan pengetahuan baru tentang cara mengetahui kualitas sebuah
hadis, apakah hadis tersebut diterima dan ditolak, baik dari sudut sanad maupun matanya.
Meski demikian ada pula, manfaat lainnya secar spesifik ktika mempejarai cabang-
17
cabang ilmu
hadis, seperti:
1. untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembagan hadis maupn ilmu hadis, dari
masake masa sejakmasa Rasulullah saw, sampai sekarang,
2. dapat mengetahui para tokoh-tokoh serta usaha yang telah mereka lakukan dalam
mengumpulkan memelihara dan meriwayatkan hadis,

17
3. dapat mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam
mengklasifikasi hadis.
4. dapat mengetahui istilah-istialah, nilai-nilai dan kriteria hadis sebagai pedoman

dalamberistinbat.
Dengan uraian di atas kita bisa memahami hadis dengan segala
persoalannya, minimal kita sebagai generasi muslim harus berusaha untuk megetahui
tentang ilmu hadis, serta segala bentuk cabang-cabangnya, agar penerapan
kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang akan datang, kita bisa menjadi tameng
dalam menyelesaikan setiap
29
permasalahanyang muncul.
Kualitas Hadits
A. Hadits shahih
Pengertian Hadits Shahih
Kata shahih menurut bahasa dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa shihhatan
wa shahahan, yang menurut bahasa berarti yang sehat, selamat, benar, sah dan yang
benar. Para ulama‟ biasa menyebut kata shahih itu sebagai lawan kata dari kata saqim
(sakit). Maka hadits shahih menurut bahasa berarti hadits yang sah, hadits yang sehat
atau hadits yang selamat. Hadits Shahih didefinisikan oleh Ibnu Ash Shalah, sebagai
berikut : “Hadits yang disandarkan kepada Nabi saw yang sanadnya bersambung,
diriwayatkan leh (perawi)
yang adil dan dhabithingga sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dantidak ber ‟illat”
Ibnu Hajar al-Asqalani, mendefinisikan lebih ringkas yaitu : “Hadits
yang diriwayatkan oleh orang–orang yang adil, sempurna kedzabittannya,
bersambung sanadnya, tidak ber‟illat dan tidak syadz”. Dari kedua pengertian di atas
maka dapat difahami bahwa hadits shahih merupakan hadits yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Sanadnya bersambung, perawinya yang adil, kuat
ingatannya atau
kecerdasannya, tidak ada cacat ataurusak.
2. Syarat – syarat Hadits Shohih Menurut ta‟rif muhadditsin, maka dapat difahami
bahwa suatu hadits dapat dikatakan shahih, apabilatelahmemenuhi lima syarat :
a. Sanadnya bersambung Yang dimaksudsanad bersambung adalah tiap–
tiap periwayatan dalam sanad hadits menerima periwayat hadits dari periwayat
terdekat
sebelumnya, keadaan ini berlangsung demikian sampai akhir anad dari hadits itu.
b. Periwayatan bersifat adil Adil di sini adalah periwayat seorang muslim
18
yang baligh, berakal sehat, selalu memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari
perbuatan –
perbuatan maksiat.

29
moh. jufriyadi sholeh, telaahpemetaan hadist bedasarkan kuantitas sanad, vol. 6, jurnal dakwah islam, 2022, h.
39- 45

18
c. Periwayatan bersifat dhabit Dhabit adalah orang yang kuat hafalannya tentang
apa yang telah didengarnya dan mampu menyampaikan hafalannya kapan
saja ia
menghendakinya.
d. Tida Janggal atau Syadz Adalah hadits yang tidakbertentangan dengan hadits
lain yang sudahdiketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya. e. Terhindar dari „illat (cacat)
Adalah hadits yang tidak memiliki cacat, yang disebabkan adanya hal – hal yang tidak
bak, yang
kelihatannya samar – samar.
3. Pembagian Hadits Shahih Para ulama‟ ahli hadits membagi hadits–hadits menjadi
dua macamyaitu :
a. Hadits Shahih Li-Dzatih Ialah hadits shahih dengan sendiriya, artinya
hadits shahih yang memiliki lima syarat atau kiteria sebagaimana disebutkan pada
persyaratan di atas, atau hadits shahih adalah : “hadist yang melengkapi setinggi-
tinggi sifat yang
mengharuskan kita menerimanya
Hadist Shahih Li-Ghairih. Yang dimaksud dengan hadist Li-Ghairih adalah
Hadist yang keshahihannya dibantu adanya keterangan lain. Hadist pada kategori
ini pada mulanya memiliki kelemahan pada aspek kedhabitannya.Sehingga
dianggap tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai Hadist shahih.
Contoh hadist shahih LiGhairihi : Artinya : “Dari Abu Hurairah Bahwasahnya
Rasulullah SAW bersabda: “sekiranya aku tidak menyusahkan ummatku tentulah aku
menyuruh mereka bersunggi
(menyikat gigi) disetiapmengerjakan Sholat.”(HR. Bukhari dan Tirmidzi)
b. dijadikan hujjah untuk menetapkan syariat islam, namun mereka berbeda
pendapat, Apabila hadist kategori ini dijadikanuntukmenetapkan soal-soal aqidah.
Perbedaan di atas berpangkal pada perbedaan penilaian mereka tentang faedah yang
diperoleh dari hadist ahad yang shahih, yaitu apakah hadist semacam itu member
faedah qoth‟i sebagaimana hadist mutawatir, maka hadist-hadist tersebut dapat
dijadikan hujjah untuk menetapkan masalah-masalah aqidah.Akan tetapi yang
menganggap hanya member faidah zhanni, berarti hadist Kehujjahan Hadist Shahih
Para Ulama‟ sependapat bahwa hadist ahad yang
shahih dapat -hadist tersebut tidak dapat dijadikanhujjahuntuk menetapkan soal ini.
c. Tingkatan hadits shahih
1. Hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim
19
2. Hadits yang diriwayatkan oleh bukhari sendiri
3. Hadits yang diriwayatkan oleh muslim sendiri
4. Hadits yang diriwayatkan memnuhi syarat-syarat yang ditentukan oelh bukhari
muslim, meskipunkeduanyatidak ditakrij oleh keduannya

19
5. Hadits yang diriwayatkan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
bukhari, meskipn hadits itutidak ditakrij olehnya

6. Hadits yang diriwayatkanmemenuhi syrat-syarat yang ditentuan oleh muslim, meskipun


hadits tersebut tidak ditakrij olehnya

7. Hadits –hadits yang dishahihkan oleh selain bukhari dan muslim, seperti
ibnu khuzaemah, ibnu hibban meskipun tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
oleh bukhari dan muslim.
B. Hadits Hasan
Pengertian Hadits Hasan
Menurut pendapat Ibnu Hajar, ”Hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan
oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak
cacat dan
tidakganjil.”
Imam Tirmidzi mengartikan hadist hasan sebagai berikut : “Tiap-tiap hadist
yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada matan-nya)
tidak ada
kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan pula melalui jalan lain”
Dari uraian di atas maka dapat difahami bahwa hadist Hasan tidak memperlihatkan
kelemahan dalam sanadnya kurang kesempurnaan hafalannya. Disamping itu pula
hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih, perbedaannya hanya mengenai hafalan,
di mana
hadisthasan rawinyatidak kuathafalannya.
a). Adapun syarat-syarat Hadits Hasan
1. Sanadnyabersmabmung
2. Perawinya adil
3. Perawinya dhabir, tetapi kualitas ke-dhabir-annya dibawah dhabiran perawi
hadits shahih
4. Tidakterdapat kejanggaln atau sydzz
5. Tidakberillat
b). Macam-macam hadits hasan
1. Hadits Hasan Li Dzatih
Yang dimaksud hadist hasan Li-Dzatih adalah hadist hasan dengan sendirinya,
yakni hadist yang telah memenuhipersyaratan hadist hasanyang lima. Menurut Ibn Ash-
Shalah, pada hadist hasan Li-Dzatih para perawinya terkenal kebaikannya, akan
tetapi daya ingatannya atau daya kekuatan hafalan belum sampai kepada derajat hafalan
20
para perawi
yang shahih.
2. Hadits hasan LI-Ghairihi

20
Hadist Hasan Li-Ghairih adalah hadist yang sanadnya tidak sepi dari seorang
mastur- tak nyata keahliannya, bukan pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak
adanya sebab yang menjadikannya fasik dan matan hadistnya adalah baik berdasarkan
pernyataan yang
30
semisal dansemaknadarisesuatusegi yang lain.
C. Hadits Dha’if
Kata Dhaif menurutbahasayang berarti lemah, sebagai lawan dari Qawiyyang
kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata Dhaif secara bahasa berarti Hadist yang
lemah, yang sakit atau yang tidak kuat, secara isltilah para ulma terdapat perbedaan
rumusan dalam
mendefinisikan hadits Da’if iniAkantetapimakna dan isinyatida ada bedannya.
Pada definii yang ketiga memang disebutkan secara tegas, bahwa jika syarat saja
(dari persyaratan hadits shahih atau hadits hasan) hilang, berarti tu disebut hadits Dha’if
apalagi jika hadits yang hilang iu sampai dua atau tiga syarat, seperti perawinya tidak adil,
tidak dhabit, dantidakterdapat kejanggalan dalam matan.
Hadis ini seperti yang dinyatakan sangat lemah.
Sebab- sebab hadits Dha’if tertolak
Para ahli hadis mengemukakan seab-sebab tertolaknya hadis ini yang dilihat dari dua
tempat, yaitu:
a). Sanad hadits
Dari sisi sanad hadis ini diperincikedalam duabagian:
1. Ada kecacatan pada para perawinya baik meliputi keadilanya maupun
kedhabitannyayang diuraikan menjadi 10 macam
2. Sananyatidak bersambung
b). Matan Hadits
1). Hadits Mauqfif
2). Hadits Maqthu
Macam- macam hadits Dha’if
a. Pada sanad
1. Dha’if karenatidak bersambung sanadnya
a). Hadits Munqathi
“ Hadis yang gugur sanadnya disatu tempat atau lebih/pada sanadnya
disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal namanya” Ini adalah definisi yang masyhur
dikalangan ulama hadits, akan tetapi gugurnya sanad akan dibatasijumlahnya hanya satu
atau duatapi
21
tiak secaraberurutan.

30
sarbanun ,macammacam hadis darisegikualitasnya, vol. 2, jurnal dakwah dankomunikasi, 2019, h. 346-354

21
Cara mengetahui hadits munqathi ini adalah
a). Diketahunya tidak ada pesambungan sanad hadis yang diketahui setelah
melakukan penelitian karena masa hidup peawitidak sezaman
b). Diketahui dari sudut pandang peraw hadis yang lain yang juga meriwayatkan
hadis yang sama
c). Diketahui. Ada kesamaran dalam tata urutan sanad tersebut.
Sebagaimana dicatat pleh Al-Rasyid Al-Aththar bahwa dalam kitab Shahih muslim
terdapat sekitar hadits yang munqathi ini.
B). Mu’allaq
Hadits mu’allaq yaitu hadis yang rawinya digugurkan seorang atau lebih
awala sanadnya secara berturut-turut, hukum hadits mu’allaq ini pada prinsipnya
dikelompokan kepada hadits dha;if yang ditolak, disebabkan dengan adanya sanad yang
digugurkan berart ada ketidaktahuan akan sidafat-sifat dan keadaan sanad secara
meyainkan, akan tetapi
hadis inibisa dianggap shahih jika dijelaskan oleh hadis lain.
c). Hadits Mursal
Hadits mursal ialah haditsyang gugur sanadnya setelah tabi’in, yang
dimakdsu dengan gugur disini ialah nama sand terakhir tidak disebutkan, padahal
sahabat adalah
orangyang pertamamenerima hadits dari Rasul SAW.
d). Hadits Mu‟dhal
Hadits yang gugur dua sanadnya atau lebih, secara berturut-turut, baik gugurnya itu
antara sahabat dengan tabi‟in, atau antara tabi‟in dengan tabi‟in.
D. Kemungkinan Hadits dha’if menjadi Hasan
Hadits Dha’if bisa naik derajatnya menjai hadits hasan (Li-Ghairihi) bila
satu riwayat dengan yang lainnya sama-sama saling menguatkan, akan tetapi ketentuanini
tidak bersifat muthlaq ketentuan ini berlaku hanya bagi para perawi yang lemah
hafalannya, akan tetapi kemudian ada hadits dha’if lain yang diriwayatkan oleh perawi
yang sederajat pula, Hadits tersebt bisa nak derajatnya menjdai hasan. Demikian pula
hadits yang lemah karena irsal/tadlis salah satu perawinya sementar kedhai’ifan
sebuah hadis karena
perawinya disifati fissq datertuduh dustamakake-dhai’afantaditidakbisaterangkat.
E. Penerimaan dan pengamalan Hadis Dhaif
Hadits Dha;if ada kalanya tidak bisa ditolelir (La yujbaru) kedhaifannya
misalnya karena ke-maudhu’an –NYA, ada juga yang bisa tertutupi (Yajbaru)
22
kedhaifannya karena ada faktor lainnyauntuk yang pertama tersebut berdasarkan
esepakatan para ulama hadits, tidak diperbolehkan mengamalkannya baik alam huum-
hukum, akidah maupun fadhai al-
a’mal.

22
Seentara untuk jenis kedua ada yang berpendapatmenolak secara mutlak bak untuk
penetapan hukum, akidah maupun fadha’il al-a’mal dengan alasakarena hadits dha’if
ini tidak dapat dipastkan datang dari Rasulullah SAW diantara yang berpendapat itu
ialah
imam bukhari, imammuslim, dan abu bakar ibn Al-Araby.
Sementara bagi kelompok yang memperbolehkan beramal dengan hadits dha’if
ini ialah Imam abu hanifah, Al-nasa’I,Abu daud mereka berpendapat bahwa
mengamalkan hadis dha’if ini lebih disukai dibandingkan mendasaran pendapatnya
kepda akal pikiran
ataupun qiyas. 31
5. STUDI ILMU FIQIH
A. Pokok Ilmu Fiqih.
Dalam fiqih ada 4 pokok pembahasanyang meliputi:
1. FIQIH IBADAH.
ibadah secaraumum, adabeberapa bagian yakni;
a) Sholat.
Secara etimologi bahasa arab, kata sholat bermakna mendo’akan yang baik.
Yang mana hal ini disebutkan dalam firman allah swt. “dan berdo’alah untuk mereka”.
(Q.S At-
Taubah;103).
Sedangkan menurut terminologi para ulama fiqih, sholat adalah sejumlah
gerakan dan ucapan yang diawali dengan takbir, dan diakhiri dengan salam, dengan
syarat-syarat
tertentu.
Ditinjau dari segi hukum, dalam ibadah sholat terdapat beberapa macam hukum
menurut setiapmadzhabnya.
Madzhab hanafi.

Dari segi hukumnya sholat itu terbagi menjadi empat, pertama; fardhu ain,
yaitu seperti sholat lima waktu. Kedua; fardhu kifayah, yaitu seperti sholat jenazah,
ketiga; wajib, yaitu seperti sholat witir, atau sholat ied, dan juga meng qodho sholat
sunnah yang dianggap tidak sah dalam pelaksanaanya. Keempat; sholat hafilah, baik itu
yang disunnah
kan ataupun dianjurkan.
Menurut madzhab maliki.

Dilihat dari segi hukumnya, sholat itu terbagi menjadi dua klarifikasi, yaitu
23
sholat yang terdiri dari rukuk, sujud, dan sholat yang hanya mencangkup beberapa hal
itu di dalamnya. Klarifikasi yang pertama ada tiga bagian, pertama; sholat yang di
wajibkan, yaitu sholat fardhu lima waktu. Kedua sholat yang disunnahkan dan nafilah.
Ketiga; sholat
yang sangat dianjurkan, yaitu dua rakaat sebelum sholat subuh. Sedangkan di tinjau dari
31
ibid, h. 149- 173

23
klarifikasi yang kedua, terdapat dua bagian, pertama; sholat yang dilakukan dengan takbir
dan salam sajatanparukuk dan sujud, yakni sholat jenazah.
Menurut madzhabasy-syafi’i.

Dilihat dari segi hukumnya, sholat itu terbagi menjadi dua klarifikasi, yakni
sholat yang terdapat rukuk dan sujud, sholat yang tidak terdapat rukuk dan sujud namun
terdapat takbirnya, membaca ayat-ayat al-qur’annya, dan juga salam. Untuk
klarifikasi yang pertama, ada dua bagian, yaitu sholat fardhu lima waktu dan
sholat-sholat sunnah.
Sedangkan klarifikasi yang keduahanya ada satu saja, yaitu ; sholat jenazah.
Namun demikian, madzhab syafi’i berbeda dengan madzhab hanafi, dalam
hal “sholat wajib”, dan berbeda dengan madzhab maliki dalam hal sholat yang
snagat
dianjurkan, dan jugaberbeda dengan madzhab hambali dan maliki dalam sujud tilawah.
Menurut madzhab hambali.
Sholat itu terbagi menjadi tiga klasifikasi, yang pertama adalah sholat yang
di dalamnya terdapat rukuk, sujud, takbiratul ihram, dan salam, klarifikasi ini terdapat
dua bagian yakni; sholat fardu lima waktu dan sholat sunnah. Klarifikasi yang kedua;
sholat yang didalamnya yang terdapat takbiratul ihram, membaca ayat-ayat al-qur’an,
salam, tanpa ada rukuk dan sujud, yaitu sholat jenazah. Dan klarifikasi yang ketiga
adalah sholat
32
yang hanyaterdapatsujudnya, yaitusujud tilawah.
b) Zakat.
Secara etimologi berarti berkembang. manurut syarak adalah nama harta
khusus yang diambl dari harta yang khusus dengan kriteriatertentu dan diberikan kepada
golongan
manusiatertentu.
c) puasa.
kata “ash-shiyam” dan “shoum” adalah duamasdaryang maknakedua secarabahasa
adalah menahan diri. seacara syara’ 33niat tertentu dalam seluruh waktu siang yang
boleh
digunakan puasa oleh orang yang muslim berakal dan suci dari hail dannifas.
d) haji.
mengenal dengan ibadah tersebut. secara etimologi berarti menyengaja/menuju.
menurut syara’ adalah menujubaitullah ditanah haram mekahuntuk melakukan ibadah.

24
namun ibadah ini hanya dilakukan bagi orang orag yang mampu, secara (fisik,
biaya).
2. Fiqih Mu’amalah.

32
syech abdurrahman al juzairy, bukufiqihempatmahzdab, jakarta timur, pustakaikadi, h. 280-291.

24
Dalam fiqihmu’amalahmeliputi sebagai berikut;
a) Jual beli.
Berasal dari kata bayu’ yang merupakan jama’ dari lafad “ bai’” secara
etimologi, bai’ adalah tukar-menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam
pandangan, ini akan masuk pertukaran sesuatu yang tidak diangap mal/harta.adapun
menurut syara’, definisi terbaik yang pernah diungkapkan adalah bahwa bai’ yakni
menyerahkan hak kepemilikan suatu barang yang berharga dengan cara barter
(penukaran), yang telah mendapatkan persetujuan syara’atau menyerahkan hak
kepeilikan suatu manfaat yang mubah, secara
permanen dengan ganti suatuharga yang berharga.
b) Waris dan wasiat.
Kata waris berasal dari kata “al-faro’idh” yang merupakan jama’ dari dari
mufrod “faridloh” dengan arti bagian yang telah dipastikan (yang telah dikira-kirakan),
menurut
syara’ faridloh adalah sebuahnamauntuk bagianyang dikira-kirakan bagi yang berhak.
Sedangkan wasiat secara etimologi yaitu “al-washaya”, yang merupakan jama’
dari mufrod “wasiyah” dari madhi “washaitu”. Sedangkan menurut syara’ wasiat adalah
berbuat
baik dengan hak yang disandarkan pada setelah kematian.
3) fiqih keluarga.
fiqih tersebut
meliputi;
a) nikah.
secara etimologi berarti berkumpul dan bersenggama, sedangkan secara
istilah syara’ akad yang mengandung rukun dan syarat34. hukum nikah dalam perspektif
islam terkadang bisa sunnah, terkadang bisa wajib atau terkadang juga hanya mubah saja.
dalam kondisi tertentu bisa menjadi makruh, bahkan haram. semua tergantung dari kondisi
dan situasi seseorang dan permasalahanya. adapunhukum asal nikah adalah sunnah.
nikah disunnahkan bagi orang yang sudah membutuhkan oleh sebab
gejolak jiwa jiwa ingin bersegsama dan memiliki biaya seperti mahar dan nafkah, maka
jika tidak
memilikibiaya, iatidak disunnahkan menikah.
4) fiqihjinayat / pengadilan islam.
kata jinayah berasal dari bahasa arab, yang berarti melakukan dosa maka
secara etimoogi kata dinayah adalah nama bagi hasil perbuatan seseorang yang
25
buruk, sedangkan kata jinayah ,menurut terminologi, adalah suatu perbuatan yang
dilarang oleh
syara’,baik perbuatan tersebut mengenaijiwa, harta, atau lainnya.

34
dr mustafa dibal bugha,fikih islam lengkappenjelasanhukum hukum islam mahdzabsyafi’i, surakarta, pengantar
penerbit,h. 70

25
para ulama’ membagi jinayah berdasarkan aspek berat dan ringannya.
hukuman serta ditegaskan atau tidaknya, oleh al-qur’an dan hadist. atas dasar ini
para
ulama’ membagijinayah menjadi tiga macamyaitu;
a) tindak pidanahudud.
kata hudud jama’nya dari kata had yang artinya menurut bahas iyalah menahan
(menghukum). sedangkan menurut istilah hudud berarti sangsi bagi orag yang
melanggar hukum syara’ dengan cara dipukul atau dijilid, dirajang, atau dapat
pula berupa
potongtangan.

b) tindak pidana qisas dan diyat.


hukum qisas adalah balasan yang setimpal (sama), atas kejahatan yang bersifat
pengrusakan badan atau menghilangkanjiwa.
sedangkan diyat dalam bahasa arab juga disebut al-aql (tebusan atau
ganti rugi) yaitu denda yang wajib harus dikeluarkan baik berupa barang maupun
uang oleh seseorang yang terkena hukum diyat dikarenakan membunuh atau melukai
seseorang, namun mendapat pengampunan dari keluarga korban, atau keringan
hukuman, atau
dikarenakan hal hal lainya.
c) tindak pidanata’zir.
hukum ta’zir adalah huuman atas pelanggaran yang tidak ditetapkan
hukumannya dalam al-qur’an dan hadist yang bentuknya sebagai hukum ringan yang
menurut hukum
islam pelaksanaanhukum ta’zir diserahkan sepenuhnya keada hakim.
hukum ta’zir diperuntukkan bagi seseorang yang melakukan kejahatan yang belum
memenuhi syarat untuk di hukum hudud, atau tidak memenuhi syarat untuk
membayar
diyat sebagai hukum ringan untuk menembus dosa-dosanya. 35
B. MADZHAB FIQIH
A) pengertian madzhab.
Kata “mazhab” merupakan isim makan (kata yang menunjukkan tempat)
dalam pengertiannya berasal, bersumber dan diambil dari kata bahasa Arab yaitu
“zdahaba- yazdhabu-mazdhaban”, pengertian secara bahasa berartiberangkat, pergi,
berjalan, berlalu,
26
dan berpendapat.
Kata “mazhab” dengan bentuk infinitif berarti “mu’laqodu” yang berarti
kepercayaan. Adapun kata “mazhab” bisa semakna dengan kata “at-ta’alimu wa thoriqoh”,

35
hendra gunawan,kitab undang-undang fikih jinayah, vol,3, jurnal el-qanuni: jurnalilmu-
ilmukesyariatandapranata sosial, 2017,h.142.

26
yang artinya doktrin, ajaran dan haluan. Kata yang semakna lainya adalah “al-ri’ya
wannadhoriyah” yang berartipendapat danteori.
Mazhab-mazhab dalam fiqh adalah berbagai mazhab yang melakukan
suatu ijtihad dalam masalah-masalah yang berkaitan dalam hukum Islam dan yang
dibahas dalam hal ini segala masalah yang sifatnya far’iyyah saja. Keseluruhan mazhab
fiqh tidak berbeda dalam bidang yang bersifat esensi dalam hukum Islam meskipun
dalam satu bagianmanapun. Ini menunjukkan bahwasanyatidak ada permazhaban dalam
Islam,hanya saja karena adanya hal yang mendesak sehingga mendorong dilakukannya
berbagai upaya ijtihad oleh kalangan ahli fiqh untuk merumuskan berbagai
kemungkinan untuk
menyelesaikan problema secarapraktis dengan mudah.
Sedang mazhab dalam kamus besar Bahasa Indonesia merupakan kata
masdar atau kata dengan bentuk infinitif, yang berarti haluan atau ajaran mengenai
hukum Islam yang menjadi ikutan umat Islam, bisa juga diartikan sebagai aliran yang
mempunyai perbedaan tertentu dengan ajaran yang umum tapi belum keluar dari
ajaran umum itu. Sedang pengertian mazhab dalam istilah fiqh adalah cara-cara
yang khusus dalam
merumuskanhukum-hukum amaliyyah dari berbagai sumbernyayang rinci.
Keberadaan mazhab dalam Islam dapat ditelusuri dari adanya sebuah ayat
al- Qur’an dalam surah at-Taubah ayat 122 yang bunyinya: “Tidak sepatutnya bagi
orang- orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara beberapa orang untuk mendalami pengetahuan agama
dan untuk memberikan peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali
kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Mazhab-mazhab yang ada dalam Islam berusaha memahami dan
mengkaji hukum-hukum yang terkandung dalam ajaran Islam pada dasarnya
membicarakan dua hal pokok. Pertama, pengetahuan tentang ilmu aqidah. Kedua,
pengetahuan tentang apa yang harus diamalkan umat Islam dalam kehidupannya.
Pengetahuan ini kemudian berkembang
menjadi “Ilmu syari’ah”.
Sedang ilmu syari’ah pada dasarnya ada dua hal pokok, fiqh dan usul
fiqh. Kedua ilmu tersebut dikaji dan dipahami dalam bingkai Islam secara tekstual
maupun kontekstual agar kehendak syar’i (pembuat hukum) dapat ditemukan dalam al-
Qur’an dan
27
penjelasannya dalam Sunnah.
C. SEBAB MUNCULNYA MADZHAB.
Secara historis, hukum Islam telah menjadi dua aliran pada zaman
sahabat Nabi Muhammad saw. Dua aliran tersebut adalah madrasah al-Madinah dan
madrasah al-
Bagdad atau Madrasah al-Hadis dan Madrasah al-Ra’y. Sedangkan Ibnu al-Qayyim al-

27
Jauziyyah menyebutnya sebagai Ahl al-Zahir dengan Ahl-al-Ma’na. Dalam
ensiklopedia hukum Islam, mazhab fiqh dalam Islam ada tiga dengan didasarkan cara
merumuskan dan mengistinbatkan suatu hukum dari sumber-sumbernya yang syar’i
sehingga membentuk
berbagaimazhab fiqh.
Berbagai mazhab fiqh dalam Islam ditinjau dari cara mengistinbatkan
hukumnya yaitu perbedaan yang terjadi karena adanya perbedaan dalam mengistinbatkan
hukum dari sumber-sumbernya yang syar’i sehingga membentuk terjadinya aliran-
aliran fiqh. Pemikiran ulama besarkarena bukan produk legislatif
dantidakmempunyaikekuatan mengikat. Hasil pemikirannya cenderung bersifat sebagai
fatwa. Mengikuti fatwa sifatnya sukarela namun karena ulama biasanya orang
kepercayaan maka mereka disegani oleh
banyak orang dan adanya banyak pengikut. Kesetiaan inilah didasarkan dengan sukarela
justrubiasanyamenimbulkan
fanatisme yang kuat.
Adapun macamnya ditinjau dari mazhab yang diikuti umat Islam dengan
yang tidak diikuti ada dua macam sebagai berikut:
Pertama: Mazhab yang diikuti adalah mazhab seorang imam jika diterima
oleh murid-muridnya dan murid-murid dari murid-murid imam mazhab tersebut dan
seterusnya dengan senantiasa ada perbaikan, diikuti banyak kalangan. Oleh karena itu
jenis mazhab ini bukanlah dari upaya imam mazhabnya saja untuk menyebarkan
mazhabnya tapi juga dari generasinya. Diantara mazhab yang banyak diikuti dan
digunakan secara luas saat ini antara lain mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab
Syafi’i, mazhab Hambali, mazhab Auza’i, mazhab Sufyan al-Sauri dan lain-lainnya.
Kedua: mazhab yang sudah tidak diikuti atau fatwa-fatwa mereka sudah tidak lagi sesuai
dengan zaman seperti mazhab al-Sya’bi, mazhab Said bin Jubair, mazhab Atha bin
Abi Rabah, mazhab Hasan al-Basri, dan beberapa mazhab lainnya. Bukan berarti
mazhab-mazhab tersebut tidak ada pengikutnya. Beberapa mazhab tersebut ada yang
sebagian pendapatnya masih relevan namun Allah
36
SWT tidak menakdirkanmurid-murid mazhab.
6. STUDI ILMU TASSAWUF.
a) definisitassawuf.
kata tassawuf diambil dari ahl al-suffah, yaitu golongan muhajirin yang ikut
nabi hijrah kemadinah. golongan tersebut tidur diatas batu belana yang tinggal
disamping masjid nabi di madinah sebagai pejuang fisabilillah sebagai tujuan mendekat
28
diri kepada allah swt. tetapi sebagian lagi pendapat bahwa tassawuf dihubungkan dengan
prilaku sufi
yag selalu diperilakuterpuji dan berusaha meninggalkan sifattercela.
36
ibid, h. 145- 153

28
adapun tasawuf dari aspek terminologis (istilah) juga didefinisikan
secara beragam, dan dari berbagai sudut pandang. Hal ini dikarenakan bebeda cara
memandang aktifitas para kaum sufi. Ma‘ruf al Karkhi mendefinisikan tasawuf
adalah mengambil
37
hakikatdan meninggalkan yangadaditangan mahkluk.
Menurut sebagian pendapat menyatakan bahwa para sufi diberi nama
sufi karena kesucian (shafa) hati mereka dan kebersihan tindakan mereka. Di sisi yang
lain menyebutkan bahwa seseorang disebut sufi karena mereka berada dibaris terdepan
(shaff) di hadapan Allah, melalui pengangkatan keinginan mereka kepada-Nya. Bahkan
ada juga yang mengambil dari istilah ash-hab al-Shuffah, yaitu para shahabat Nabi
SAW yang tinggal di kamar/serambiserambi masjid (mereka meninggalkan dunia dan
rumah mereka
untuk berkonsentrasi beribadahdandekat dengan Rasulullah SAW38.
Menurut Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi bahwatasawufadalah ilmu yang
menerangkan tentang keadaan-keadaan jiwa (nafs) yang dengannya diketahui hal-
ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang
buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, jalan
menuju Allah, dan
meninggalkan (laranganlarangan) Allah menuju (perintah perintah) Allah SWT.
Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa tasawufadalah upaya
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sedekat-dekatnya, bahkan menyatukan diri
dengan
Tuhan, melalui jalan pembersihan rohani dari sifat-sifattercela.
b) pengertiantarekat.
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab al-thariq yang berarti jalan yang
ditempuh dengan jalan kaki, pengertian ini kemudian digunakan dalam konotasi
makna
cara seseorang melakukan pekerjaan baik terpujimaupuntercela.
Menurut istilah tasawuf, tarekat adalah perjalanan khusus bagi para sufi
yang menempuh jalan menuju Allah Swt. Perjalanan yang mengikuti jalur yang ada
melalui
tahap dan seluk beluknya.
Tarekat walaupun berbeda namanya namun tetap satu tujuan, yaitu
membentuk moral atau ahklak yang mulia, tidak ada perbedaan yang prinsip antara
tarekat yang satu dengan yang lain perbedaan yang ada terdapat pada jenis wirid dan
29
dhikir serta tata cara pelaksanaannya pertumbuhan tarikat dimulai pada abad ke tiga
dan keempat hijriyah seperti al-Malamatiyah yang mengacu pada Abu Yazid al-
Busthami ataupun al- Khazaziyyah yang mengacu pada Abu Sa’id al-Khazzaz, namun
tarekat-tarekat tersebut
dan semacannya masih dalam bentuk amat sederhana. Perkembagan dan kemajuan tarekat

37
dr hm. alifansori, dimensidimensitasawuf, lampung, cv temas barokah, h. 7
38
dr. badrudin M.Ag. pengantar ilmutasawuf, banten, pengatarseramg, h. 1-7

29
justru pada abad ke enam dan ketuju hijriyah dan yang pertama kali mendirikan
tarekat padapereode tersebut adalah Syekh Abd al-Qadir al- Jailanipada awal abad enam
hijriyah,
disusulkemudian oleh tarikat-tarikat lainya.
Tarikat pada umumnya dituduh berlebihanmementingkan aspek spiritual
semata, sedangkanmengabaikan peranan sosial, tujuan tarekat yang mulia terbatas
pada aktualisasi spiritual dari pada mengarahkan perhatian kepada perbaikan
kehidupan bermasyarakat sehingga kehidupan para pengikut tarikathanyaterbatas bacaan
wirid dzikir dan hidup dalam suasana sepi, melaparkan diri bagun di tengah malam.
Kesenangan mereka hanya beribadah ritual saja, meninggalkan dunia dan
gemerlapannya, dan mengurung diri tanpa ada perhatian pada kehidupan
masyarakat sekitar. Kesan ini
memunculkan kritik bahkantuduhan dancercaan kepada ahlitasawufatau ahlitarekat 39.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
• akidah berarti iman semua sistem kepercayukeyakinan bisa dianggap sebagai
salah satu akidah. iman berartimembenarkan atau percaya. iman dan islam
(syariat) membentuk agama menjadi sempurna

• syari’ah diartikan sebagai segala sesuatu yang disyari’atkan oleh allah


kepada seluruh manusia, agar merekamemperoleh kebahagiaan di dunia dan
di

akhirat.
• Akhlakbisa didefiniskanyaitupedekatan melaluikebahasaan dan peristilahan,
dan akhlak sendiri adalah ilmu yang menentukan batas antarabaik dantercela
tentang perkataan dan perbuatan manusia, danterbagi menjadi beberapa.

• Ilmu hadits adalah seluruh perkataan,perbuatan,dan hal-hal yang


berkaitan dengannabi dan hadits merupakan sumberkedua setelah Al-
Qur’an.
• Dapat disimpulkan bahwasanyailmu fikih ialah ilmu yang menghukumi
kehidupanumat islam.dalam hal peribadahan,dan hukum kehidupanyang
berkaitan dengantuhan maupunmanusia. Ilmu Fiqih adalah salah satu bidang
ilmu dalam Syariat Islam yang secarakhusus membahas persoalan hukum yang
mengaturberbagai aspekkehidupan manusia, baikkehidupanpribadi,

bermasyarakat, maupunkehidupan manusia dengan Allah. Hukum-

30
hukum dalam fiqih adalimayaituwajib, sunah, mubah, makruh dan
haram.

39
ibid, h. 3-9

30
• Dapat disimpulakan Tasawuf padaumumnya digunakan seseorang untuk
menempuh jalan spiritual agar semakin dekat dengan Allah melalui proses
pensucian jiwa atau yang sering disebut dengan tazkiyat an-nafs dalam
tasawufakhlaki. Namun di zaman sekarang initasawuf dapat dapat dijadikan
sebagaimetode penyembuhan. Salah satu tempat yang mengaplikasikan
nilai-nilaitasawufdalamterapi inabah adalah Griya Thibbun Nabawi “As-
Sajjad” .
SARAN
bagi pembaca diharapkanbisa bermanfaat dan menambah ilmu tentang
materi objek studi islam dan studi ilmu islam, penulis menyadarikekurangan
dalampenulisan ini. jika masih ada kekurangan diharapkan pembaca
memberikan sarankepada penulis.

31

Anda mungkin juga menyukai