Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Pendidikan Akidah sebagai Pembentukan Jati Diri Manusia


dalam Hadits

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Dosen


Pengampu: Nurul Ihsanudin, Lc, M. Ag.Tarbawi

Disusun oleh: Kelompok 5 Kelas PAI 1C

1. Haziqotul ‘AfifahAkmaliyah (1860201222111)


2. Luvi Alviani (1860201221009)
3. Mochamad Abdul Malik (1860201221052)
4. Muchamad Ridho Kurniawan (1860201221074)

Program Studi Pendidikan Agama Isam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehinga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pemikiran selama proses pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini
tentu tidak lepas dari pengawasan dan bimbingan berbagai pihak yang
bersangkutan, untuk itu penyusun sampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatulloh Tulungagung Bapak Prof. Dr. H.


Maftukhin, M.Ag.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
3. Bapak Dr. Muhammad Zaini, M.A. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah
4. Ibu Dr. Hj. Indah Komsiyah, M.Pd. selaku Koordinator Prodi Pendidikan
Agama Islam
5. Bapak Nurul Ihsanudin, Lc, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah
Hadits Tarbawi.
6. Teman-teman kelas PAI 1 C yang telah membantu dan mendukung penyusun
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah
Hadits Tarbawi serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun
serta pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penyusun
yakin masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
meningkatkan kualitas makalah ini.

Tulungagung, 21 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Akidah…………………………………………………4
B. Peran Penting Pendidikan Akidah Menurut Al Qur’an dan Hadits…………….8
C. Pengertian Jati Diri Manusia……………………………………...………......11
D. Peran Penting Jati Diri Manusia………………………………………………12
E. Peran Pendidikan Akidah dalam membentuk Jati diri Manusia Menurut
Hadits…………………………………………………………………….………15

BAB III PENUTUP


A. Simpulan .......................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................. 18

Daftar Pustaka……………………………………………………………………19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jati diri merupakan hal vital yang sangat berpengaruh pada kehidupan seorang
manusia. Dengan jati diri yang kuat, individu akan lebih mudah untuk menjalani
tahapan pendewasaan daalam kehidupan, serta akan tercipta arah tujuan yang
dapat ditempuh dalam upaya mencapai kebahagiaan di kehidupannya.

Namun di sisi lain, sebagai manusia yang berakal dan berperadaban,


kebebasan mengekspresikan jati diri memerlukan suatu kontrol dari nilai-nilai
luhur yang berasal dari agama.

Indonesia sebagai negara yang beragama mayoritas Islam perlu mendasarkan


pembentukan dan pengaktualisasian jati diri berdasarkan nilai yang berasal dari
pendidikan akidah Islam yang juga dikaitkan dari sudut pandang hadits. Dengan
pengenalan yang baik pada diri dan diimbangi dengan nilai-nilai agama yang
tepat, maka manusia akan lebih mudah pula mengenal Tuhannya, yaitu Allah
SWT dan sadar akkan statusnya sebagai seorang hamba dan juga khaifah di bumi
ini. Hal demikian menjadi penting dikarenakan fenomena urgensi akhir-akhir ini
yang berupa kebebasan mengekspresikan jati diri namun malah berdampak negatif
bagi diri sendiri juga lingkungannya.

Dari masalah di atas, maka dalam makalah ini penyusun akan membahas lebih
detail terkait hubungan pendidikan akidah islam sebagai pembentukan jati diri
manusia dalam pandangan hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pendidikan akidah islam?
2. Bagaimana peran penting pendidikan akidah menurut hadits?
3. Apa itu jati diri manusia?
4. Bagaimana peran pentingnya jati diri manusia dalam pandangan
hadits?

2
5. Bagaimana keterkaitan peran pendidikan akidah dalam membentuk jati
diri manusia berdasarkan prespektif hadits?
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan akidah islam

2. Untuk mengetahui peran penting pendidikan akidah islam menurut


pandangan hadits

3. Untuk mengetahui pengertian jati diri manusia

4. Untuk mengetahui peran penting jati diri manusia menurut pandangan


hadits

5. Untuk mengetahui keterkaitan peran pendidikan akidah dalam


membentuk jati diri manusia berdasarkan prespektif hadis

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Akidah

Dalam bukunya tentang Reorientasi Pendidikan Islam, A. Malik Fadjar


mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan
mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
dengan lingkungannya, hal demikian diharapkan dapat menimbulkan
perubahan dalam diri sehingga memungkinkan perannya akan berfungsi
secara kuat dalam kehidupan bermasyarakat. 1

Istilah pendidikan sendiri berasal dari terjemahan bahasa Yunani


paedagogie yang berarti pendidikan dan paedagogia yang berarti pergaulan
dengan anak-anak. Sementara itu, orang yang bertugas membimbing atau
mendidik dalam pertumbuhan anak agar dapat mandiri disebut paedagogos.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,
memimpin) atau yang biasa dikenal juga dengan sebutan guru dalam bahasa
Indonesia.

Sedangkan akidah merupakan bentuk jamak dari kata Aqaid yang berarti
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan
keraguan. Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah
(kecenderungan untuk menerima kebenaran). Kebenaran tersebut kemudian
ditanamkan dalam hati, serta menolak segala sesuatu yang bertentangan
dengan kebenaran itu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian akidah adalah


kepercayaan dasar atau keyakinan pokok. Disamping itu, pengertian akidah
menurut istilah atau terminologi yaitu keimanan yang teguh dan pasti, yang

1
A. Malik Fadjar. 1999. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta Timur: Fajar Dunia

4
tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Sedangkan
dalam konteks Islam, dapat diartikan bahwa Akidah Islamiyyah merupakan
keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dengan melaksanakan segala kewajiban, bertauhid mentaati-Nya, beriman
pada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari akhir,
takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih
tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib,
beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) ulama, serta seluruh
berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang
telah ditetapkan menurut Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’
ulama.

Dapat disimpukan bahwa pendidikan akidah merupakan suatu proses yang


bertujuan mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya untuk kemudian dapat memberi manfaat bagi masyarakat
dengan berlandaskan pada nilai keimanan yang teguh pada Allah SWT dengan
bertakwa pada Nya, dan menepati rukun islam serta iman.

Dalam Islam akidah memerlukan dasar yang kuat yang berupa Al-Qur’an
dan hadits Nabi. Konsep akidah dalam Al-Qur’an salah satunya disebutkan
dalam surat Al-Maidah ayat 15-16

ِ ‫س ْولُـنَا يُبَ ِينُ لَـ ُك ْم َكثِي ًْرا ِم َّما ُك ْنت ُ ْم ت ُ ْخفُ ْونَ ِمنَ ْال ِك ٰت‬
ۗ ‫ب َو َي ْعفُ ْوا َع ْن َكثِيْر‬ ِ ‫ٰٰۤيـا َ ْه َل ْال ِك ٰت‬
ُ ‫ب قَدْ َجا ٓ َء ُك ْم َر‬

‫قَدْ َجا ٓ َء ُك ْم ِمنَ اللّٰ ِه نُ ْو ٌر َّو ِك ٰتبٌ ُّم ِبي ٌْن‬

"Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu,


menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan,
dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu
cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan,"

(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 15)

‫ص َرا ط‬ ِ ‫ت اِلَى النُّ ْو ِر ِب ِا ْذنِ ٖه َو َي ْه ِد ْي ِه ْم ا ِٰلى‬ ُّ ‫سبُ َل الس َّٰل ِم َوي ُْخ ِر ُج ُه ْم ِمنَ ال‬
ِ ٰ‫ظلُم‬ ُ ٗ‫ي ِب ِه اللّٰهُ َم ِن اتَّبَ َع ِرض َْوا نَه‬
ْ ‫يَّ ْه ِد‬
‫ُّم ْستَ ِقيْم‬

5
"dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti
keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya dan
menunjukkan ke jalan yang lurus."

(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 16)2

Pada ayat ini disebutkan salah satu konsep dalam pendidikan akidah islam
yang menjadi salah satu syarat keimanan sesorang, yakni percaya pada kitab-
kitab allah. Pada ayat ini, kitab yang dimaksud adalah Al Qur’an sebagai
petunjuk kebenaran serta penyempurna dari ajaran kitab-kitab terdahulu.

Sedangkan dalam konteks hadits, pengenalan pendidikan akidah tercermin


pada hadits tentang maaikat Jibril yang menyamar dan kemudian bertanya
tentang iman dan islam pada Rasulullah. Padaha tujuan malaikat Jibril kala itu
adalah untuk memberi pengajaran akidah itu sendiri.

َ‫َّ ْع ِر ا‬ َّ ‫س َوا ِد ال‬ َ ُ‫ش ِد ْيد‬


َ ‫ب‬ِ ‫اض الثِيَا‬ ِ َ‫ش ِد ْيدُ بَي‬ َ ْ‫سلَّم ذَاتَ يَ ْوم إِذ‬
َ ‫ط َل َع َعلَ ْينَا َر ُج ٌل‬ َ ‫صلَّى اللهُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫س ْو ِل الل ِه‬ ُ ‫َر‬
‫سلَّم فأ َ ْسنَدَ ُر ْكبَتَ ْي ِه ِإ َلى‬َ ‫صلَّى اللهُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫س ِإلَى النَّ ِبي‬ َ َ‫سفَ ِر َواَ يَ ْع ِرفُهُ ِمنَّا أ َ َحد ٌ َحتَّى َجل‬
َّ ‫ي َُرى َعلَ ْي ِه أَثَ ُر ال‬
‫صلَّى اللهُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫س ْو ُل الل ِه‬ُ ‫اإل ْسالَ ِم فَقَا َل َر‬ ِ ‫ َيا ُم َح َّمد ُ أ َ ْخ ِب ْرنِ ْي َع ِن‬: ‫ض َع َك َّف ْي ِه َع َلى فَ ِخذَ ْي ِه َو قَا َل‬ َ ‫ُر ْك َبتَ ْي ِه َو َو‬
‫ص ْو َم‬ َ ‫صالَة َ َوتُؤْ ِت‬
َّ ‫ي‬
ُ َ‫الزكَاة َ َوت‬ ُ ‫ ا َ ِإل ْسالَ ُم أ َ ْن ت َ َّْ َهدَ أ َ ْن اَ ِإ لَهَ ِإاَّ اللهُ َو أ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬: ‫سلَّم‬
َّ ‫س ْو ُل الل ِه َوت ُ ِق ْي ُم ال‬ َ ‫َو‬
‫ فَأ َ ْخبِ ْرنِ ْي‬: ‫ قَا َل‬.ُ‫ص ِدقُه‬
َ ُ‫ فَعَ ِج ْبنَا لَهُ يَ ْسئَلُهُ َوي‬. ُ‫صد َ ْقت‬
َ : ‫ قَا َل‬.ً‫سبِ ْيال‬ َ ‫طعْتَ إِلَ ْي ِه‬ َ َ ‫ضانَ َوت َ ُح َّج ْالبَيْتَ إِ ِن ا ْست‬ َ ‫َر َم‬
: ‫ َقا َل‬.ِ‫اآلخ ِر َو تُؤْ ِمنَ بِ ْالقَد ِْر َخي ِْر ِه َو ش َِره‬ ِ ‫س ِل ِه َو ْاليَ ْو ِم‬
ُ ‫ أ َ ْن بِالل ِه َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر‬: ‫ان قَا َل‬ ِ ‫اإل ْي َم‬
ِ ‫َع ِن‬
: ‫ قَا َل‬. ََ‫ أ َ ْن ت َ ْعبُدَ اللهَ َكأ َ َّنكَ ت ََراهُ َفإِ ْن لَ ْم ت َ ُك ْن ت ََراهُ فَإِنَّهُ يَ َرا‬: ‫ان قَا َل‬ِ ‫س‬َ ‫اإل ْح‬
ِ ‫ع ِن‬ َ ‫ فَأ َ ْخبِ ْرنِ ْي‬: ‫ قَا َل‬. َ‫صدَ ْقت‬َ
َ‫ أ َ ْن تَ ِلد‬: ‫اراتِ َها قَا َل‬ ْ ‫ َما ْال َمس‬: ‫ع ِة قَا َل‬
َ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْرنِ ْي َع ْن أ َ َم‬: ‫ قَا َل‬.‫ْؤُو ُل َع ْن َها ِبأ َ ْعلَ َم ِمنَ السَّائِ ِل‬ َ ‫فَأ َ ْخ ِب ْرنِ ْي َع ِن السَّا‬
‫طلَقَ فَلَ ِبثْتُ َم ِلياا ث ُ َّم‬ َ ‫ان ثم اَ ْن‬ ِ ‫ط َاولُ ْونَ ِف ْي ْالبُ ْن َي‬
َ َ ‫اء َيت‬ َّ ‫األ َ َمةُ َربَّت َ َها َوأ َ ْن ت ََرى ْال ُحفَاة َ ْال ُع َراة َ ْال َعالَةَ ِر َعا َء ال‬
ِ َّ
ُ ‫ اللهُ َو َر‬: ُ‫ي َم ِن السَّائِل؟ قُ ْلت‬
ُ‫ َر َواه‬.‫ فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَت َا ُك ْم يُعَ ِل ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬: ‫ قَا َل‬.‫س ْولُهُ أَ ْعلَ ُم‬ ْ ‫ع َم ُر أَتَد ِْر‬
ُ ‫ يَا‬: ‫قَا َل‬
‫ُم ْس ِل ٌم‬

Umar bin Khaththab Radhiyallahuanhu berkata :

2
AlQur’an surat Al Ma’idah ayat 15 dan 16

6
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian
yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-
tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang
mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan
kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi,
kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang
Islam.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau


bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya
Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat;
menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji
ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu
berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang
membenarkannya.

Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.

Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya;


kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah
yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”

Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah


kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak
melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”

Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”

Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”

Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika


engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin

7
papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan
bangunan megah yang menjulang tinggi.”

Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi
bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya
tadi?”

Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia


adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim,
no.8]3

Dalam hadits di atas dijelaskan aspek-aspek yang berhubungan dengan akidah


yang harus dimiliki seorang muslim berdasar pada rukun iman yang enam dan
rukun islam yang lima. Keduanya merupakan hal yang wajib di lakukan setiap
muslim dalam upaya merealisasikan status islam dan iman pada dirinya.
Tujuan mempelajari akidah ini diharapkan kedepannya dapat berdampak pada
realisasi terwujudnya akhlakul karimah dari seorang musim yang menerapkan
nilai-nilai akidah dengan benar.

B. Peran Penting Pendidikan Akidah

Akidah diketahui berperan sangat penting bagi kehidupan manusia. Bukan


hanya berupa ilmu, Akidah merupakan indikator yang akan menentukan
kualitas agama serta masa depan seorang manusia. Dalam konteks sosial,
akidah tidak hanya berperan dalam kehidupan seorang individu, tetapi juga
berpengaruh dalam perkembangan agama Islam di lingkup global yang lebih
luas kedepannya. Akidah yang benar merupakan fondasi yang kokoh dalam
membangun tiang agama Islam, yakni sebagai landasan bagi tegaknya agama
dan syarat diterimanya suatu amal. Akidah yang baik juga merupakan awal
dari pembentukan akhlak yang mulia. Seseorang yang memiliki pendidikan
akidah baik, tentu akan melaksanakan ibadah dengan tertib dan khusyu,
sehingga akan tertanam pula dalam dirinya akhlak yang baik. Akidah yang
baik merupakan landasan yang harus dipegang teguh oleh seorang muslim

3
https://almanhaj.or.id/12078-syarah-hadits-jibril-tentang-islam-iman-dan-ihsan-3.html diakses
pada 27 September 2022 pukul 22.13

8
dalam menempatkan status dirinya sebagai seorang hamba dan juga khilafah
Allah di bumi ini.

Selain yang telah disebutkan di atas, berikut beberapa peran penting


lainnnya dari akidah bagi kehidupan manusia:

1. Sebagai petunjuk hidup yang tepat sehingga dapat membedakan mana


yang baik dan mana yang buruk.

Dengan akidah yang benar diharapkan seorang muslim memiliki suatu


pedoman yang kokoh dalam mengambil suatu keputusan dengan dapat
mengklasifikasikan hal tersebut apakah termasuk hal yang baik, atau
malah sebaliknya.

2. Melindungi diri agar tidak terjerumus pada jalan yang sesat.

Funsi sebagai petunjuk jalan kebenaran memang selalu melekat dengan


pendidikan akidah itu sendiri. Karena dengan sebuah pendidikan akidah
yang baik, seorang individu akan lebih mudah mengennal dirinya dan
kemudian lingkungannya, sehingga terhindar dari terjerumus ke jalan yang
salah.

3. Menumbuhkan semangat beribadah kepada Allah SWT.

Akidah merupakan pengukur keimanan seseorang. Saat keyakinannya


semakin mantap kepada allah, maka level keimanannya pun akan naik,
karena saat seseorang memahami akidah sebagai satu konsep yang utuh,
maka akan menghasilkan perbaikan pula pada akhlak dan tata ibadahnya
pada Allah. Sebab ia menyadari statusnya sebagai seorang hamba, serta
sadar bahwa Allah maha mengetahui semua perbuatannya. Baik itu yang
terang-terangan, maupun yang tersembunyi.

4. Sebagai penenang jiwa.

NIai pendidikan akidah yang luhur akan membawa manusia lebih dekat
pada Tuhannya. Dengan kedekatan ini kemudian akan tercipta jiwa yang
tentram dan tenang. Hakikat dekat disini adalah bertaqwa, dengan

9
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Nya. Semakin bertakwa
seorang muslim, maka semakin tenanag pula kehidupannya.

5. Sebagai media untuk memahami dan mengikuti sunah-sunah rasul

Melalui pendidikan akidah seorang individu akan tahu dan percaya pada
nabi dan rasul Nya. Karena hal tersebut merupakan rukun yang harus
dilakukan sebagai seorang yang beriman. Hal ini kemudian akan
mendorong individu tersebut untuk mempelajari lebih dalam tentang
kehidupan Rasul Nya. Mulai dari kepribadian, serta peajaran dan teladan
yang diberikan. Semua pengajaran itu terdapat dalam sunnah serta hadis.
Setelah tahu tentang hadits dan sunnah tersebut, diharapkan kedepannya
individu juga menerapkan hadis dan sunnah tersebut dalam kehidupan
sehari-hari sehingga tercipta akhlak mulia daam pergaulan dengan sesama.

Hal ini sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW

‫سو ُل اللَّ ِه صلى الله عليه وسلم " أ َ ْك َم ُل ا ْل ُمؤْ ِمنِينَ إِي َمانا‬ ُ ‫عن أبي هُريرة رضى الله عنه قَا َل قَا َل َر‬
‫ حديث حسن صحيح‬:‫ رواه الترمذي وقال‬،" ‫سائِ ِه ْم ُخلُقا‬ َ ْ‫أَح‬
ُ ‫سنُ ُه ْم ُخلُقا َو ِخ َي‬
ُ َ‫ار ُك ْم ِخي‬
َ ‫اركُم ِل ِن‬

“Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda : sesunggunya orang- orang


mukmin yang terbaik (mulia) adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan
yang terbaik dari Anda adalah mereka yang paling baik kepada wanita
mereka.” (HR. At-Tirmidzi)

Pendidikan akidah Islam yang baik berkaitan erat dengan pendidikan


akhlak. Dengan pendidikan akidah yang baik, akan tercipta generasi yang baik
pula. Hal ini terbukti sebagaimana pada masa sahabat nabi yang mendapat
pendidikan akidah langsung dari Nabi Muhammad SAW. Mereka merupakan
generasi dengan akhlak terbaik berkat pndidikan akidah yang diberikan dari
insan terbaik pula. Disini peran Nabi Muhammad sebagai pendidik, suri
teladan, serta penununtun menuju petunjuk Nya sangatlah penting. Beliau
merupakan uswatun hasanah sepanjang zaman yang telah memberi begitu
banyak pengorbanan.

Hingga sekarang pun manusia di zaman ini masih bisa merasakan manfaat
dari didikan beliau mengenai akidah lewat hadis yang beliau sampaikan.

10
Mempelajarinya lebih dalam tentu akan membuat kita semakin mengenal serta
mencintai Nabi Muhammad SAW sebagai insan mulia sebaik-baiknya pemilik
akhlak karimah.

Dalam sirah dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dituliskan kisah


bahwa beliau menetap di Mekkah sesudah beliau mendapat tugas sebagai
Rasul selama 13 tahun. Disini beliau mengajak orang-orang supaya bertauhid
(mengesakan Allah dalam beribadah) dan memperbaiki akidah. Hal tersebut
dikarenakan akidah merupakan fondasi tegaknya bangunan agama. Di masa
kini perjalanan dakwah itu diteruskan oleh para dai yang menyeru pada
kebaikan. Mereka menempuh jalan sebagaimana jalannya para nabi dan rasul
dari masa ke masa. Mereka selalu memulai dakwah dengan menanamkan
ajaran tauhid dan perbaikan aqidah kemudian setelahnya mereka akan
menyampaikan berbagai permasalahan agama yang lainnya seperti bab ibadah,
muamalah, dll (lihat At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 9-10).4

Akidah disini juga merupakan wujud peran dari naluri ideal (dari dalam
diri manusia) yang dapat mengembangkan manusia untuk menjadi makhluk
yang lebih baik lagi, baik dari segi pemikiran maupun spiritualitasnya. Dengan
terwujudnya kepribadian berakidah yang sadar akan status manusia sebagai
seorang hamba, berjalan bersama dengan akal yang terarah, diharapkan
kemudian tercipta perilaku yang lurus serta siap mengemban misi sebagai
khalifah Allah di bumi dalam wujud akhlak karimah pada semua makhluk
Nya.

C. Pengertian Jati Diri Manusia

Pengertian jati diri manusia menurut Soemarno Soedarsono adalah sesuatu


yang tercermin dari penampilan terpadu yang berasal dari rasa, cipta, karsa
dan karya atau sistem nilai, sikap, serta perilaku yang dipunyai. Cipta disini
berkaitan dengan kekuatan pikiran untuk merancang atau membuat sesuatu.
Rasa berhubungan dengan kekuatan hati untuk menanggapi sesuatu, dan karsa
adalah semangat atau dorongan dari dalam diri individu guna melakukan

4
At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 9-10

11
sesuatu. Identitas diri didefinisikan dapat tercermin pula dari sikap dan periaku
yang dimiliki individu. Perilaku disini tercipta dari kebiasaan bertindak dalam
kehidupan sehari-hari. Saat perilaku yang dilakukan setiap harinya baik, maka
dapat dikatakan pula jati diri atau identitas individu tersebut dalam kategori
yang positif.5

Sedangkan pengertian jati diri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI) yaitu ciri-ciri, gambaran, maupun keadaan khusus seseorang atau
suatu benda, bisa juga diartikan identitas, inti, jiwa, semangat, dan daya gerak
yang bersumber dari dalam atau spiritualitas. Yang dimaksud dari dalam disini
dapat dikatakan bahwa jati diri bukan untuk dicari, melainkan untuk
ditemukan dalam individu masing-masing. Pasalnya jati diri merupakan hal
yang sudah ada dalam diri tiap individu. Jati diri meliputi karakter, sifat,
watak, juga kepribadian. Dapat dikatakan jati diri adalah segala hal tentang
diri individu. Dengan proses yang panjang dan penuh rintangan, jati diri
seseorang secara alami akan semakin jelas seiring dengan berjalannya waktu
dalam proses pendewasaan.

Jati diri juga merupakan bagian dari sifat bawaan seseorang yang muncul
dengan sendirinya mulai dari kecil. Selanjutnya terkadang juga mendapat
pengaruh dari lingkungan sekitar. Sehingga nantinya dengan jati diri ini
diharapkan individu dapat menentukan cara pandang terhadap tata nilai dalam
kehidupannya, dan kemudian akan mempengaruhi dirinya dalam mengatur
segala tindakan di setiap situasi.

D. Peran Penting Jati Diri Manusia

Sebelum mengenal dirinya dengan baik seorang manusia khususnya


muslim perlu mengetahui unsur-unsur yang menyusun dirinya, dari apakah ia
dibentuk dan apa saja yang ada pada dirinya. Pada dasarnya manusia
diciptakan oleh Allah SWT dengan dua jenis unsur yakni unsur fisik atau
jasmani dan unsur ruhani yakni jiwa atau ruh.

1. Jasmani atau Fisik

5
Soemarno Soedarsono. 1991. Penyemaian Jati Diri. Jakarta: Elex Media Komputindo

12
Unsur Jasmani atau fisik adalah tubuh dimana jiwa seorang manusia hidup.
Dengan fisik manusia melakukan segala aktifitas di dunia dan dari bentuk
fisiknya pula manusia dapat dikenali serta dibedakan satu dengan lainnya.
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk
sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an Surat At Tin ayat 4.6

َ ْ‫سنَ فِ ٓى أَح‬
‫س ِن تَ ْق ِويم‬ َ ٰ ‫لَقَدْ َخلَ ْقنَا ٱ ْ ِإلن‬

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya.

Allah menciptakan manusia lengkap dengan jasadnya agar seorang manusia


bisa dikatakan sebagai manusia karena tubuh atau raga tersebut adalah tempat
dimana jiwa akan tinggal. Selain itu jasad merupakan keistimewaan manusia
yang tidak diberikan kepada jin dan malaikat. Namun setelah seseorang
tersebut mati dan jiwanya meninggalkan tubuh maka jasadnya tidak lagi
berguna bagi dirinya.

2. Ruhani atau Jiwa

Manusia tidak disebut manusia jika ia tidak memiliki jiwa. Raga tanpa adanya
jiwa tidaklah berarti apapun. Dengan demikian jiwa seorang manusia adalah
sesuatu yang diciptakan Allah SWT untuk mendiami raga dan jiwalah yang
mengendalikan hati dan pikiran seseorang.

Allah SWT meniupkan ruh saat seorang manusia masih berada dalam
kandungan ibunya tepatnya di usia kehamilan sekitar 4 bulan. sebagaimana
disebutkan dalam firman berikut ini

َ‫اجدِين‬
ِ ‫س‬َ ُ‫وحي فَقَعُوا لَه‬
ِ ‫س َّو ْيتُهُ َونَفَ ْختُ فِي ِه ِم ْن ُر‬
َ ‫فَإِذَا‬

6
Al Qur’an Surat At Tin ayat 4

13
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud. (QS Al Hijr : 29)7

Setelah mengenal dirinya sendiri maka seorang muslim dapat mendalami


cara menemukan jati dirinya dalam rangka mengenal Allah SWT sebagai
penciptanya dan kemudian berusaha mengetahui tujuan hidupnya serta tujuan
penciptaannya. Adapun beberapa cara mengenal pentingnya jati diri bagi diri
sendiri dalam islam bisa dilakukan dengan cara berikut:

1. Mengamati diri sendiri

Seorang manusia hendaknya memperhatikan dirinya sendiri serta merenungi


tujuan hidupnya dan mengetahui untuk apa sebenarnya tujuan penciptaannya.
Dengan mengamati diri, seorang individu akan dapat merasakan bahwa dalam
dirinya bersemayam jiwa dan tubuh merupakan tempat dimana jiwa tersebut
tinggal. Selayaknya pula seorang muslim hahrus juga bisa memanfaatkan
anggota tubuhnya untuk melaksanakan kewajibannya kepada Allah SWT.
Karena kelak di akhirat semua akan ditanyai pertanggungjawaban.

2. Mengetahui hakikat penciptaannya

Manusia diciptakan dengan suatu tujuan yaitu untuk beribadah dan mengabdi
kepada Allah SWT dngan menjalankan perintah, serta menjauhi larangan Nya.

3. Bersyukur kepada Allah SWT

Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT seorang manusia dapat mengenali


dirinya dengan baik dan juga mengenal Allah sebagai tuhannya. Seseorang
yang mensyukuri nikmat Allah akan senantiasa menyadari bahwa dirinya tidak
memiliki apa-apa dan segala yang ia miliki adalah titipan dari Allah SWT.

4. Mengetahui peran dan kedudukannya

Allah SWT menciptakan manusia dan menjadikannya khalifah di muka bumi.


Dengan demikian, seorang manusia yang mengenal dirinya senantiasa

7
Al Qur’an Surat Al Hijr ayat 29

14
mengingat peran dan kedudukannya dimuka bumi sebagai khalifah atau
pemimpin setidaknya bagi dirinya sendiri. Dengan mengingat perannya sebagai
khalifah maka ia bisa memperlakukan orang lain dan alam sekitarnya dengan
baik dan menjaga segala sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah SWT.

Setelah melalui proses penemuan jati diri yang panjang, manusia diharapkan
dapat mengerti peran dari pentingya jati diri tersebut. Diantara peran penting
jati diri bagi manusia yaitu

1. Pedoman bertingkah laku

2. Landasan kebijakan dalam pengambilan keputusan suatu masalah

3. Ciri khas pembeda diri dengan orang lain

4. Mengenal jati diri akan meningkatkan rasa kepercayaan pada diri sendiri

5. Pedoman untuk lebih taat beribadah pada sang pencipta, yakni Allah SWT

6. Menyadari status diri sebagai hamba dan juga khalifah Nya, sehingga
berhati-hati dalam melangkah

E. Peran Pendidikan Akidah dalam Membentuk Jati Diri Manusia berdasarkan


Prespektif Hadits

Dalam pembentukan jati diri pendidikan akidah berperan sangat penting


terutama di bidang penanaman nilai bahwa manusia pada hakikatnya
merupakan hamba Nya juga khalifah Nya. Sebagai hamba, manusia bertugas
taat dan patuh akan perintah, serta menjauhi larangan Nya. Sedangkan sebagai
khalifah, manusia mengemban peran penting sebagai wakil Allah di bumi
dengan menebar kebaikan pada semua makhluk Nya, menjaga apa yang telah
diberikan oleh Nya, serta kemudian mengembangkannya sesuai kebetuhan
yang diperlukan pada masa itu.

Setiap manusia merupakan khalifah baik bagi dirinya sendiri maupun


lingkungannya. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits

15
‫ انه قَا َل – أ َ َا ُكلُّ ُك ْم َراع َو ُكلُّ ُك ْم‬- ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَ ْي ِه َو‬َ - ‫عن ابن عمر رضي الله عنهماعن النبى‬
‫الر ُج ُل َراع َعلَى أ َ ْه ِل َب ْيتِ ِه‬ َّ ‫اس َراع َوه َُو َم ْسئُو ٌل َع ْن رعيته َو‬ ِ َّ‫ير الَّذِي َعلَى الن‬ ُ ‫َم ْسئُو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه فَ ْاأل َ ِم‬
‫سيِ ِد ِه‬ َ ‫ِي َم ْسئُولَةٌ َع ْن ُه ْم َو ْالعَ ْبدُ َراع َعلَى َما ِل‬ ِ ‫َوه َُو َم ْسئُو ٌل َع ْن ُه ْم َو ْال َم ْرأَة ُ َرا ِعيَةٌ َعلَى بَ ْي‬
َ ‫ت بَ ْع ِل َها َو َولَ ِد ِه َوه‬
‫َوه َُو َم ْسئُو ٌل َع ْنهُ أا فَ ُكلُّ ُك ْم َراع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬

Dari Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Setiap


orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya
dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.
Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya
perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah
tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya.
Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik
majikannya dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya. Dan kamu
sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya." (HR
Muslim).

Dengan pendidikan akidah yang kuat akan tercipta jati diri yang mantap
sebagai individu yang akan bertanggungjawab pada setiap apa yang
dipimpinnya. Manusia dengan jati diri yang kokoh akan mendapat
kepercayaan dari lingkungannya untuk mengemban amanah sebagai
pemimpin di lingkungan tersebut.

Sedangkan status manusia sebagaihamba Allah tercermin dalam surat Al


Bayyinah ayat 5

َّ ‫ص ٰلوة َ َويُؤْ تُوا‬


ُ‫الز ٰكوةَ َو ٰذ ِلكَ ِد ْين‬ َّ ‫الديْنَ ەۙ ُحنَفَ ٰۤا َء َويُ ِق ْي ُموا ال‬ ِ ‫َو َما ٓ ا ُ ِم ُر ْٓوا ا َِّا ِل َي ْعبُد ُوا اللّٰهَ ُم ْخ ِل‬
ِ ُ‫صيْنَ لَه‬
‫ْالقَيِ َم ِة‬

Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-


Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan
salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus
(benar).8

8
Al Qur’an Surat Al Bayyinah ayat 5

16
Pendidikan akidah berperan juga sebagai landasan dalam penemuan serta
pengembangan jati diri manusia. Pendidikan akidah sebagai kontrol agar jati
diri individu tersebut tidak keluar dari jalur yang teah diatur dalam agama.
Dengan adanya pendidikan akidah jati diri yang terbentuk akan dapat
bermanfaat positif bagi dirinya sendiri maupun lingkungan secara global.

Akidah sebagai pondasi penting dalam kehidupan berkedudukan sama


dalam pembentukan jati diri manusia. Saat pondasinya bagus, maka akan
tercipta hasil individu dengan kepribadian yang matang dan mengenali dirinya
serta lingkungannya. Setelah mengetahui apa yang ada di dekat individu
tersebut maka kemudian akan mudah pula untuk mengetahui siapa
penciptanya dan apa sebenarnya hakikatnya diciptakan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan di atas dapat diambil beberapa
kesimpulan, iantaranya adalah
1. Pengertian pendidikan akidah yaitu suatu proses yang bertujuan
mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya untuk kemudian dapat memberi manfaat
bagi masyarakat dengan berlandaskan pada nilai keimanan yang
teguh pada Allah SWT dengan bertakwa pada Nya, dan menepati
rukun islam serta iman.
2. Peran penting pendidikan akidah bagi manusia diantaranya adalah
sbagai petunjuk hidup yang tepat sehingga dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, melindungi diri agar tidak
terjerumus pada jalan yang sesat, menumbuhkan semangat
beribadah kepada Allah SWT, sebagai penenang jiwa, sebagai
media untuk memahami dan mengikuti sunah-sunah rasul.

17
3. Pengertian jati diri yaitu sesuatu yang tercermin dari penampilan
terpadu yang berasal dari rasa, cipta, karsa dan karya atau sistem
nilai, sikap, serta perilaku yang dipunyai.
4. Peran penting jati diri bagi manusia diantaranya adalah pedoman
bertingkah laku, sebagai landasan kebijakan dalam pengambilan
keputusan suatu masalah, ciri khas pembeda diri dengan orang lain,
mengenal jati diri akan meningkatkan rasa kepercayaan pada diri
sendiri, pedoman untuk lebih taat beribadah pada sang pencipta,
yakni Allah SWT, menyadari status diri sebagai hamba dan juga
khalifah Nya sehingga berhati-hati dalam melangkah.
5. Peran pendidikan akidah dalam membentuk jati diri manusia
berdasarkan prespektif hadits diantaranya adalah menyadarkan
manusia akan jati dirinya yang berperan sebagai hamba dan
khalifah, membentuk kontrol agar jati diri tidak keluar dari jalur
yang telah ditentukan agama, dengan pendidikan akidah yang
diarahkan untuk mengenal jati diri seorang individu membuatnya
akan lebih memahami pencipta serta lingkungan sekitarnya.
B. Saran

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun, kritik


dan saran yang membangun dari pembaca terkait makalah ini sangat
penyusun perlukan. Harapan penyusun semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi penyusun maupun pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Surat Al Bayyinah ayat 5

Al Qur’an Surat Al Hijr ayat 29

Al Qur’an Surat Al Ma’idah ayat 15 dan 16

Al Qur’an Surat At Tin ayat 4

At Tauhid Li Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 9-10

Fadjar A. Malik. 1999. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta Timur: Fajar Dunia

Soedarsono, Soemarno. 1991. Penyemaian Jati Diri. Jakarta: Elex Media


Komputindo

https://almanhaj.or.id/12078-syarah-hadits-jibril-tentang-islam-iman-dan-ihsan-
3.html diakses pada 27 September 2022 pukul 22.13

19

Anda mungkin juga menyukai