Anda di halaman 1dari 14

Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an Dan Al-Hadist

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Hadist

Dosen Pengampu : Muhammad Ilyas, M.Pd.I

Disusun oleh :
Ana (--------------------)

Desi Wulan (--------------------)

Ahmad Zuher Hasbulloh (2203805091096)

Achmad Hafid Ash Shidiqi (2203805092181)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul "Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadist" mata kuliah Studi Al-Hadist.

Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiah
seperti sekarang ini.

Tidak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Ilyas,
M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Studi Al-Hadist yang telah menyerahkan kepercayaan
kepada kami untuk menyelesaikan nya dengan tepat waktu.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik untuk selanjutnya, Dan semoga dengan adanya
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jember, 04 Oktober 2022

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
1. Pengertian Institusi Pendidikan Islam Pra Kebangkitan Madrasah dan Kuttub.. .Error!
Bookmark not defined.
2. Pengertian Pendidikan Islam.........................................Error! Bookmark not defined.
3. Pengertian Madrasah.....................................................Error! Bookmark not defined.
A. Madrasah dalam sejarah islam pada era Khalifah Umar Bin Khattab................Error!
Bookmark not defined.
B. Perkembangan Madrasah Di Indonesia........................Error! Bookmark not defined.
4. Pengertian Kuttab..........................................................Error! Bookmark not defined.
BAB III............................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah faktor penting terhadap eksistensi sebuah peradaban, melalui
pendidikan yang benar, maka kemajuan suatu bangsa akan dapat tercapai. Disisi lain
anak adalah generasi penerus umat. Sejarah telah mencatat betapa besar generasi penerus
terhadap keberhasilan suatu perjuangan. Di dalam Islam, pentingnya pendidikan
mendapatkan porsi yang besar. Islam memiliki metode dan sarana pendidikan yang
sangat berpengaruh dalam pembentukan akidah dan akhlak anak, dalam pembentukan
pengetahuan, mental dan sosialnya. Sehingga anak dapat mencapai ciri-ciri
kesempurnaannya.1
Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya
mempersiapkan manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah
Allah di muka bumi atau manusia diciptakan lengkap dengan potensinya berupa akal dan
kemampuan belajar. Seperti firman Allah dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah, 2: 30-32)

1
Abdullah Nashih Ulwan. Pendidikan Anak dalam Islam. Insan Kamil. Solo. 2012.

1
Selain itu, Allah mengutus para Rasul setelah Adam as. Kepada umat manusia untuk
membimbing mereka dari kondisi yang gelap menuju kondisi yang terang. Dari kondisi
serba tidak berperadaban melalui Al-Kitab, Al-Hikmah dan pendidikan.2
Adapun pembahasan sesi ini akan difokuskan pada; pengertian lembaga pendidikan
Al-Qur’an Hadist, Metode Pendidikan Anak, Konsepsi Islam tentang Pendidikan Anak
serta kesimpulan dan saran

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pendidikan, Al-Qur’an, dan Al-Hadist ?


2. Apa tujuan Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist ?
3. Bagaimana Metode Pendidikan Anak ?
4. Bagaimana Konsepsi Islam tentang Pendidikan dan Anak ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk menjelaskan pengertian tentang Pendidikan, Al-Qur’an, dan Al-Hadist.


2. Untuk menjelaskan tentang apa itu Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
3. Untuk menjelaslan tentang Metode Pendidikan Anak.
4. Untuk menjelaslan tentang Konsepsi Islam tentang Pendidikan dan Anak.

2
Hery Noer Aly dan Munzier. Watak Pendidikan Islam. Friska Agung Insani. 2003. Hal 11.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan, Al-Qur’an dan Al-Hadist


1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan agam Islam , dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “didik” dengan
memberinya awalan “pe” dan ditambah dengan akhiran “an”, memiliki arti “perbuatan”
atau bisa juga disebut hal, cara, atau sebagainya. Berdasarkan bahasa Yunani,
pendidikan berasal dari kata “paedagogie”, yang berarti hubungan yang diberikan
kepada anak. Kemudian di kembangkan lagi dalam bahasa Inggris “education” yang
berarti oengembangan atau bimbingan.3

Sedangkan dalam bahasa Arab, pendidikan disebut juga al-ta’lim, al-tarbiyah, dan
al-ta’dib, al-ta’lim yang memiliki arti pengajaran dengan sifat pemberian atau
oenyampaian pengetahuan serta ketrampilan.4

Dapat disimpulkan bahwa arti pendidikan itu sendiri ialah usaha yang secara sadar
dilakukan untuk mendidik dalam tujuan mempersiapkan para peserta didik untuk
meyakini, memahami, serta mengamalkan syariat agama Islam melalui kegiatan
pengajaran, pelatian ataupin pembimbingan yang sudah ditentukan guna mencapai
segala tujuan yang telah ditentukan dan disepakati.

2. Pengertian Al-Qur’an
Secara bahasa, nama Al-Qur’an berasal dari kata ( ‫يقرا – قرانا‬- ‫ ) قرا‬yang bermakna
bacaan. Dan ada juga yang berpendapat bahwa Al-Qur’an berasal dari kata (‫) القرء‬
yang berarti mengumpulkan. Pendapat ini dikemukakan oleh As-Suyuthi kepada Az-
Zajjaj dan Abu Ubaidah. Dinamakan demikian, karena Al-Qur’an didalamnya terdapat
mengumpulan ayat-ayat sdan surat-surat. Serta juga ada yang berpendapat bahaa Al-
Qur’an berasal dari kata ( ‫بالشيء‬-‫الشيء‬-‫ ) قرن‬yang beratrti menggabungkan yang satu
dengan yang lainnya. Disebut demikian, karena Al-Qur’an menggabungkan surat-
surat, ayat-ayat serta huruf-huruf didalamnya.5

3
PAI, APPAI. "Pendidikan agama islam." Jurnal, diakses pada 18.10 (1997): 2018.
4
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya Media
5
as-Suyuthi, al-Itqhan fi Ulumi al-Quran)182 /1

3
Sedangkan secara istilah, pengertian Al-Qur’an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab, yang tertulis dalam
mushaf -mushaf, yang dianggap sebagai ibadah apabila membacanya, yang
diriwayatkan secara mutawatir, yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan ditutup dengan
surat An-Naas.6
Pada hakikatnya, Al-Qur’an adalah segala peekataan yang bersumber dari Allah
SWT. Namun demikian, tentu bukan hanya Al-Qur’an yang bersumber dari Allah
SWT., tetapi masih banyak jenisnya. Karena itu harus ada perlu adanya pembahasan
lain agar menjadi tepat, Al-Qur’an merupakan perkataan Allah SWT yang
disampaikan kepada nabi Muhammad SAW saja. Al-Qur’an msecara keseluruhan
dirowayatkan secara mutawatir, yang dimaksud mutawatir disini ialah jumlah parawi
yang meriwayatkan sangat banyak dan tersebar luas sehingga mustahil mereka semua
berdusta.
Seperti halnya Imam As-Suyuthi yang menyebutkan bahwa minimal 10 parawi
yang meriwayatkan Al-Qur’an agar mutawatir dalam setiap thabaqat (tingkat). Hal
inilah yang membedakan Al-Qur’an dan hadits, baik hadits nabawi maupun hadits
qudsi. Karena tidak semua hadits diriwayatkan secara mutawatir, tetapi kebanyakan
ahad. Ahad yang dimaksud bukan berarti hanya ada satu parawi, tetapi jumlahnya bisa
banyak tetapi belum tentu semua mencapai derajat mutawatir.
Al-Qur’an ketika diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, diturunkan dalam
bahasa Arab yang benar. Meskipun terkadang bila ayat-ayat Al-Qur’an tersebut
dijelaskan atau diterjemahkan dalam bahasa lain, maka penjelasa dan terjemahan
tersebut tidak termasuk ke dalam Al-Qur’an, tetapi hanya buku yang berisikan ayat Al-
Qur’an. Hal yang tidak kalah oenting dalam Al-Qur’an ialah ketika dibaca maka akan
menjadi ibadah, terlepas mengerti maksudnya atau tidak.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa setiap huruf Al-Qur’an memiliki pahala
tersendiri kwtika dibaca. Sedangkan hadits tidak mendapatkan pahala apabila hanya
sekedar dibaca tanpa dipahami dan dijalankan isi pesan didalamnya.
3. Pengertian Al-Hadist
Kata “hadits” menurut bahasa, berarti al-jadid (sesuatu yang baru), kata hadits
juga berarti al-khabar (berita), yairu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain.

6
Wahbah az-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir (1/13)

4
Namun secara istilah, arti hadits diartikan sebagai segala perkataan Nabi
Muhammad SAW., perbuatan, dan hal ihwalnya. Maksudnya yaitu, segala
pemberitaan tentang Nabi Muhammad SAW., seperti yang berkaitan dengan himmah,
karakteeistik, sejarah kelahiran serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan nabi.7
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hal yang mencakup
segala perkataan Nabi yang tidak berkaitan dengan tugas kerausulan, seperti tentang
cara berpakaian, tidur, makan, berbicara dengan orang lain minum, atau hal-hal yang
biasa dilakukan , tidak bisa dikatakan hadits. Namun jika hal-hal tersebut menyangkut
tugas kerausulan maka bisa dikatakan hadits.
Semua umat Islam di dunia perlu sadar bahwa hadits merupakan pedoman hidup
yang kedua seltelah Al-Qur’an. Hadits sangat diperlukan untuk mencari penjelasan dan
penyelesaian dalam hal tingkah laku manusia yang tidak ditegaskan hukumnya ada,
baik cara pengamalannya yang tidak ada rinciannya dalam Al-Qur’an secara jelas dan
mutlak.
B. Tujuan Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist
Al-Abrasy, seorang pakar pendidikan Islam mengkategorikan tujuan umum pendidikan
Islam menjadi lima hal, yaitu:
1. Menciptakan akhlak mulia
Tujuan ini telah disepakati oleh umat Islam bahwa hakikat pendidikan Islam adalah
untuk menumbuhkan akhlak mulia, seperti tugas mulia kerausulan nabi Muhammad
SAW.
2. Memperkenalkan dan mempersiapkan kepada peserta didik kehidupan dunia dan
akhirat.
3. Mempersiapkan peserta didik dalam kehidupan dunia, seperti mencari rezeki secara
profesional.
4. Menumbuhkan semangat keilmuan kepada para peserta didik agar selalu belajar dan
mengkaji ilmu.
5. Mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga yang profesional dalam bidang teknik dan
pertukangan.
Selain tujuan tujuan diatas, ada delapan macam-macam tujuan pendidikan Islam secara
khusus, yaitu:
1. Memperkenalkan kepada peserta didik tentang aqidah Islam, dasar-dasar agama, serta
tatacara beribadah dengan benar sesuai dengan sumber dari syari’at Islam.
7
Al Hana, Rudy. "Studi Hadits." (2011).

5
2. Menumbuhkan kesadaran yang benar kepada peserta didik terhadap agama termasuk
juga prinsip-psrinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia.
3. Menanamkan keimana kepada Allah SWT. Sebagai pencipta alam semesta, malaikat,
rasul, serta kitab-kitab Allah SWT.
4. Menumbuhkan minat kepada peserta didik untuk dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang adab, keagamaan, dan hukum-hukum Islam dan upaya mengamalkannya.
5. Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-Qur’an, mwmbaca dan memahami
serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. Menumbuhkan rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan agama Islam.
7. Menumbuhkan rasa rela, optimis, percaya diri, serta rasa tanggung jawab.
8. Mendisik peserta didik naluri, motivasi, dan keinginan generasi muda serta
membentenginya dengan aqidah akhlak nilai-nilai kesopanan.

Tujuan-tujuan pendidikan Islam baik secara umum maupun khusus diatas sebenarnya
masih sangat luas jangkauannya. Tetapi perlu diketahui bahawa tujuan pendidikan Islam
yang sebenarnya harus sejajar dan selaras dengan pandangan manusia, sebagai makhluk
Allah SWT., yang paling mulia dengan adanya akal, perasaan, ilmu yang dimiliki serta
kebudayaannya, kepantasannya menjadi khalifah di bumi.

Tujuan umum pendidikan Islam ini meliputi pengertian, pemahaman, penghayatan serta
perbuatan. Oleh karena itu, harus ada tujuan umum pendidikan untuk tingkat sekolah
dasar, tingkat menengah, lanjutan, serta perguruan tinggi.

Al-Jammali, merumuskam tujuan pendidikan Islam yang tercantum kedalam Al-Qur’an


dan hadits menjadi empat bagian, sebagai berikut:
1. Memperkenalkan siswa pada tempatnya dalam sebagai makhluk ciptaan tuhan serta
tanggung jawabnya dalam kehidupan.
2. Memperkenalkan peserta didik sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya bagi
masyarakat dalam kondisi dan sistem yang berlaku
3. Memperkenalkan kepada siswa seluruh alam semesta beserta isinya. Serta memberikan
pemahaman tentang penciptaanya dan bagaimana cara mengelolah dan memanfaatkan
alam.
4. Memperkenalkan kepada siswa atau peserta didik tentang kebenaran adanya alam gaib. 8
C. Metode Pendidikan Anak

8
Syafe'i, Imam. "Tujuan Pendidikan Islam." Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam 6.2 (2015): 151-
166.

6
Metode pendidikan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan anak menurut Abdullah
Nashih Ulwan:
1. Mendidik dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan cara yang paling efektif dan berhasil dalam
mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental dan sosialnya. Hal itu
dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan contoh
yang baik dimata mereka. Anak akan mengikuti tingkah laku pendidiknya, meniru
akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan, semua bentuk perkataan dan perbuatan
pendidik akan terpatri dalam diri anak dan menjadi bagian dari persepsinya. Dari sini
keteladanan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada baik buruknya anak. Allah
mengutus Nabi Muhammad untuk menjadi teladan yang baik sepanjang sejarah dan
untuk kaum muslimin dan seluruh umat manusia

2. Mendidik dengan kebiasaan


Telah ditetapkan dalam syariat Islam bahwa anak semenjak lahir sudah diciptakan
dalam keadaan bertauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah.
Rasulullah juga bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah.” (Bukhari)
Maksudnya, yaitu dilahirkan dalam keadaan tauhid dan iman kepada Allah.
Dari sini, harus mulai pembiasaan, pendiktean dan pendisiplinan mengambil
perannya dalam pertumbuhan anak dan menguatkan tauhid yang murni, akhlak yang
mulia, jiwa yang agung, dan etika syariat yang lurus.
3. Mendidik dengan nasehat
Metode pendidikan yang efektif dalam membentuk keimanan anak, akhlak, mental,
dan sosialnya adalah metode mendidik dengan nasehat. Hal ini disebabkan, nasehat
memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti tentang hakekat sesuatu
dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam. Sehingga Al-Qur’an

7
menggunakan manhaj ini untuk mengajak bicara kepada setiap jiwa, serta mengulang-
ngulangnya pada banyak ayat.9

Artinya: Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, “Wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezhaliman yang besar.“ (QS. Luqman: 13)

Asbabun Nuzul ayat 13:

Abdillah mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan nasehat Rasulullah
kepada para sahabat tentang wasiat Luqman kepada anaknya. Saat turun QS. 6.82, para
sahabat keberatan. Mereka menghadap Rasulullah dan bertanya. Wahai Rasul, siapa
diantara kami yang dapat membersihkan keimanan dari kezaliman? Apa kalian telah
mendengar nasehat Luqman kepada anaknya, “anakku janganlah kamu menyekutukan
Allah, karena hal itu adalah kezaliman yang besar.” ( HR. Bukhari).10

4. Mendidik dengan perhatian / pengawasan


Maksud dari pendidikan dengan perhatian adalah mengikuti perkembangan anak
dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, akhlak, mental, dan sosialnya. Begitu
juga dengan selalu mengecek keadaannya dalam pendidikan fisik dan intelektualnya.
Mendidik dengan cara ini merupakan salah satu asas yang kuat dalam membentuk
manusia yang seimbang. Islam dengan prinsip-prinsipnya yang holistik dan abadi
mendorong para orang tua dan pendidik lainnya untuk selalu memperhatikan dan
mengawasi anak-anak mereka disemua aspek kehidupan dan pendidikannya.
Berikut ini nash-nash yang mendorong untuk melakukan perhatian dan
pengawasan terhadap anak.

9
Abdullah Nashih Ulwan. Pendidikan Anak dalam Islam. Insan Kamil. Solo. 2012. Hal. 516-621
10
Al-Qur’anul Karim Mushaf Tafhim Al-Qur’an Darul ‘Amal. Pustaka Al-Hadi. Jakarta. Th. 2015. Hal. 412.

8
5. Mendidik dengan hukuman

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Alhamdulillah makalah ini telah kami selesaikan dengan kerja kelompok


dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Kami mengharapkan bagi pembaca untuk
memberi kritik atau saran mengenai kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca serta bisa menambah
wawasan dan pengetahuan.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai