Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MATERI PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampuh : Dr. Muhammad Darwis Dasopang M., Ag

DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK V

1. ERIN FEBRIANNA SIREGAR 18 20 3000 06


2. KIKI ALIPIA RITONGA 18 20 3000 67
3. TIA ANNISA 1920 3000 70
4. WAHYUNI SAPRIANI HUTASUHUT 18 20 3000 34

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI


PADANGSIDIMPUAN
TADRIS BAHASA INGGRIS
T.A 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa Nya yang
telah memberikan kami nimat kesempatan serta kesehatan sehingga kami dari kelompok V dapat
menyelesaikan makalah kami ini dengan baik dan tepat pada waktunya dengan judul makalah “ MATERI
PENDIDIKAN ISLAM “ dengan Dosen Pengampuh : Dr. Muhammad Darwis Dasopang M., Ag

Padangsidimpuan, April 2021

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam dan Komponennya ……………………………………………………………..
B. Sumber Al-quran dan Hadis tentang Materi……………………………………………………………………
C. Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam Klasik dan Modern tentang Materi Pendidikan Islam……………….
D. Ruang Lingkup Materi Pendidikan……………………………………………………………... ……………….
E. Prinsip Penggunaan Metode dan Media………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………… .………………………………………………………………………….....
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada masa sekarang, masa dimana globalisasai tidak bisa dihindari, akan tetapi adanya perkembangan
zaman itulah yang harus diterima dengan cara memfilter apa yang seharusnya dipilih untuk maslahah
bersama.

Belakangan ini banyak ditemukan pendidikan yang bobrok, realita ini banyak ditemukan di wilayah kota-
kota besar. Memang dalam keilmuan non agama bisa dikatakan unggul, akan tetapi nilai spiritual yang ada
sangatlah tidak cocok bila dikatakan sebagai seorang muslim.

Pendidikan Islam adalah salah satu cara untuk merubah pola hidup mereka. Tetapi yang menjadi
pertanyaan adalah pendidikan Islam itu seperti apa. Akankah pendidikan merupakan jalan keluar dari
permasalahan ini.

Melihat kenyataan bahwa Pendidikan Islam merupakan disiplin ilmu, maka asumsi bahwa pendidikan Islam
dapat merubah hal itu bukanlah hal yang mustahil dilakukan. Tetapi yang menjadi pertanyaan lagi adalah
mengapa pendididkan Islam sebagai disipin ilmu. Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini akan
ddijelaskan dalam makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam dan Komponennya

Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan Islam, diantaranya Yusuf
Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani
dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup,
baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan
segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.

Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses penyiapan generasi muda untuk
mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi
manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai proses
bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,
kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan
yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.

B. Sumber Al-quran dan Hadis tentang Materi Pendidikan Islam

Landasan Pendidikan Islam


                  Setiap usaha, kegiatan atau tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu harus
mempunyai landasan atau tempat berpijak yang baik dan  kuat. Tanpa landasan yang baik dan kuat
sebuah usaha, kegiatan atau tindakan tidak akan terarah. Implikasi logis yang harus diterima adalah hasil
yang didapatkan tidak akan maksimal. Ibarat sebuah bangunan yang kekuatannya sangat  ditentukan oleh
baik tidaknya landasan atau pondasi tempat berpijak. Begitu pula dengan pendidikan, tentu saja sangat
membutuhkan landasan yang baik dan kuat supaya proses yang berlangsung dapat terarah dan tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai. Apalagi pendidikan Islam adalah usaha atau kegiatan akademis yang
telah mempunyai rencana yang jelas, sistematis, terarah dan terstruktur. Di samping itu juga, pendidikan
Islam adalah tugas yang maha besar dalam bagaimana memanuasiakan manusia dan mengagamakan
manusia yang telah beragama guna terbentuknya manusia yang madani, baik spiritual maupun lahiriahnya
sesuai dengan cita-cita Islam.
                  Sejalan dengan pendapat di atas, Zuhairini dkk. (1995) berpendapat bahwa pendidikan Islam
sebagai akatifitas yang mempunyai sistem kerja yang terencana, sistematis dan terarah, sudah tentu
memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya atau dasar yang
berfungsi sebagai sumber semua peraturan yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah
pelakanaannya dan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut. Memang sangat masuk
akal. Tanpa landasan yang baik dan kuat sebuah usaha tidak akan berdaya hasil guna. Dapat dikatakan
landasan adalah  way of life-nya sebuah kegiataan, termasuk pendidikan.
                  Dalam hal ini, pendidikan Islam mempunyai landasan atau dasar yang baik, jelas dan kuat.
Landasannya adalah “Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al maslahat
mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya”  (Darajat, dkk., 2000:19-21).
1)      Al-Qur’an
                  Al-Qur’an adalah ibu dari semua ilmu pengetahuan dan sumber dari segala sumber aturan
hidup. Dengan kata lain, Al-Qur’an berisi ajaran yang sangat universal, humanis dan pleksibel yang
mengatur seluruh proses kehidupan manusia dengan semua pernak-pernik permasalahannnya, termasuk
pendidikan di dalamnya.
Terkait dengan pendidikan Islam, di dalam Al-Qur’an termaktub dengan jelas. Salah satu ayat Al-
Qur’an yang menjelaskan tentang pendidikan Islam, terdapat dalam surat Asy-Syura ayat 52, yang artinya; 
“Dan  demikian Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu
tidaklah mengetahui apakah al kitab (Al-Qur’an} dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami
menjadikan Al-Qur’an itu cahaya yang Kami beri petunjuk dengan dia siapa yang yang Kamai kehendaki di
antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalannya
yang benar” (QS. Asy Syura:52) (Depag. RI. : 791).

Dari  terjemahan ayat di atas dapat diambil titik relevansi dengan atau sebagai landasan
pendidikan Islam. Sebagaimana pendapat Zuhairini, dkk. (19993:152) mengingat;

a.       Bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang
lurus, dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang di ridloi Alllah SWT.
b.      Al-Qur’an menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi  petunjuk kepada jalan yang lurus,
sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan,
penyuluhan dan pendidikan Islam.

Senada dengan pendapat di atas, Darajat, dkk. (2000:20) berpendapat bahwa;


Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau
usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat Lukman
ayat 12-19. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak
ibadah, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai suatu kegiatan
dan amal saleh. Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh
karena itu, pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan
berbagai teori tentang pendidikan Islam. Dengan kata lain, pendidikan harus berlandaskan ayat-ayat Al-
Qur’an yang penafsirannya  dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perubahan dan
pembaharuan.  
Dapat disimpulkan berpegang teguh pada Al-Qur’an merupakan kunci sukses dari semua usaha
yang dilakukan oleh umat Islam.Umat Islam harus senantiasa mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-
Qur’an karena Al-Qur’an berisi segudang ide-ide konstruktif bagi pembangunan masyarakat madani.
Tetapi, selama ini umat Islam mundur karena meninggalkan Al-Qur’an. Apakah kita akan tetap seperti ini?

2)      Sunnah
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-Qur’an. Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga berisi
petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat
menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu, Rasulullah menjadi guru dan pendidik
utama.  Apapun yang diajarkan oleh Rsulullah adalah dalam rangka pembentukan manusia muslim dan
masyarakat Islam yang sejahtera di bawah ridha-Nya.
Oleh krena itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi pembinaan pribadi muslim yang kokoh.
Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu
ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah yang beraitan dengan pendidikan.
Sebagaimana keterangan di atas, Khallaf (2000) menguatkan bahwa Sunnah merupakan sumber
hukum urutan kedua setelah Al-Qur’an. Dalam aplikasinya seorang mujtahid tidak akan kembali ke Sunnah
ketika membahas suatu kejadian, kecuali apabila tidak ditemukannya keterangan-keterangan dalam Al-
Qur’an, mengenai hukum sesuatu yang hendak diketahui hukumnya.
Melihat betapa urgennya posisi Sunnah dalam mengarahkan kehidupan umat Islam, umat Islam
tidak punya alasan yang kuat untuk dapat meninggalkannya. Tapi terkadang Sunnah telah banyak
ditinggalkan oleh umat Islam. Umat Islam cenderung mengadopsi pendapat Barat yang nota benenya
mempunyai pegangan hidup yang tidak jelas dan skuler.

Dalam konteks pendidikan islam yang universal selain ilmu yang terkait dengan ketauhidan dan
peribadatan, ada jenis ilmu yang seharusnya dikaji oleh umat Islam yaitu, ilmu-ilmu   tentang jagad raya ini
yang bisa diobservasi, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora. Ilmu-ilmu alam terdiri atas  fisika,
biologi, kimia dan matematika. Ilmu sosial meliputi ilmu sosiologi, psikologi, sejarah dan antropologi.
Sedangkan humaniora adalah filsafat, bahasa dan satra dan seni.

Filosof-filosof Islam sepakat bahwa pendidikan akhlaq adalah jiwa dari materi pendidikan islam. Sebab
tujuan pertama dan termulia pendidikan islam adalah menghaluskan akhlaq dan mendidik jiwa.
(Langgulung, 2008 : 113). Materi pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan sebaliknya tujuan
mengarah pada suatu materi, oleh karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari
kontrol tujuannya.(Abdullah, 2007 : 159).

Klasifikasi materi pendidikan islam adalah :


1. Pengajaran tradisional (materi pengajaran agama).
2. Bidang ilmu pengetahuan, yang meliputi Sosiologi, Psikologi, sejarah dan lain-lain. Dalam
pandangan Al-Faruqi disebut “Ummatic Sciences” atau terminology Qur’an disebut “Al-Ulumul
Insaniyyah”.
3. Sub bidang ilmu pengetahuan alam, dikenal dengan “Al-Ulumul Kauniyyah” yang meliputi
astronomi, biologi, botani dan lain-lain. (Abdullah, 2007 : 161-162).

Mereka semua ( Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu sina, Al-Ghozali, Nashirudin al-Thusi, Mulla Sadra) sepakat
membagi ilmu-ilmu filosofis ke dalam ilmu-ilmu teoritis (nadzoriyyat) dan ilmu-ilmu praktis (amaliyyat).
Kemudian ilmu-ilmu teoritis dibagi lagi ke dalam kelompok besar : ilmu metafisika, matematika, dan ilmu-
ilmu alam. (Ma’arif, 2007 : 25). Penggolongan dalam 2 kelompok materi ilmu oleh para filosof muslim diatas
sebenarnya mengadopsi dari filosof sebelumnya yaitu Aristoteles, sehingga klasifikasi materi pendidikan
islam itu bermadzhab Aristotelian, tentunya sesudah islamisasi science sesuai dengan kaidah syariah dan
kultur masyarakat muslim saat itu. Al-Farobi misalnya, membuat perubahan sedikit, sedang Ibnu Sina lebih
banyak. Al-Ghozali bukan hanya mengadakan perubahan, tapi membentuk pengelompokan yang sama
sekali lain dari klasifikasi Aristoteles, terutama klasifikasi yang dibuatnya setelah mengalami krisis dan
memilih jalan tasawuf. (Langgulung, 2008 : 347).

Secara umum, sistematika dan materi dalam kurikulum pendidikan islam harus meliputi ilmu-ilmu bahasa
dan agama, ilmu-ilmu kealaman (natural) serta derivatnya yang membantu ilmu pokoknya seperti : sejarah,
geografi, sastera, syair, nahwu, balaghoh, filsafat dan logika. Materi / mata pelajaran untuk tingkat rendah
adalah Al-qur’an dan agama, membaca, menulis dan syair. Dalam beberapa kasus lain ditambahkan
nahwu, cerita dan berenang (unsur materi jasmaniah), namun titik tekannya pada membaca Al-Qur’an dan
mengajarkan prinsip-prinsip pokok agama. Khusus materi tingkat dasar bagi peserta didik dari anak para
amir / penguasa agak berbeda sedikit, yaitu ditegaskan pentingnya pengajran khitobah, ilmu sejarah, cerita
epic (perang), cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti Al-qur’an, syair dan fiqih.
(Langgulung, 2008 : 114).

 C. Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam Klasik dan Modern tentang Materi Pendidikan Islam

A. Generasi Klasik
1. Imam Ghazali
a. Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia dilahirkan di Thus, sebuah kota di
Khurasan, Persia, pada tahun 450 H / 1058 M. Imam Ghazali sejak kecil dikenal sebagai pecinta ilmu
pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun diterpa duka cita, dilanda
aneka rupa duka nestapa dan sengsara.
Al-Ghazali pada masa kanak-kanak belajar fiqh kepada Ahmad ibn Muhammad ar-Radzakani, kemudian
beliau pergi ke Jurjan berguru kepada Imam Abu Nashr al-Ismaili. Setelah itu ia menetap lagi di Thus untuk
mengulang-ulang pelajaran yang diperolehnya dari Jurjan

b. Pemikiran Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak,
dengan titik penekanannya pada Perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk
mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia.

2. Ibn Sina

a. Riwayat Hidup

Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibn Abdullah. Di barat populer dengan sebutan Avicenna. [8]
Beliau lahir pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat Bukhara, di kawasan
Asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkan, Suatu kota termasyhur dikalangan orang-orang
Yunani. Diwafatkan di Hamdzan-sekarang Iran, persia. Pada tahun 428 H (1037 M) alam usia yang ke 58
tahun, dia wafat karena terserang penyakit usus besar.

Tampilnya Ibn sina selain sebagai ilmuwan yang terkenal di dukung oleh tempat kelahirannya sebagai ib
kota kebudayaan, dan orang tuanya yang dikenal sebagi pejabat tinggi, juga karena kecerdasan yang luas
biasa. Sejarah mencatat, bahwa Ibn Sina memuylai pendidikannya pada usia lima tahun di kota
kelahirannya, Bukhoro. Pengetahuan yang pertama kali ia pelajar adalah membaca Al-qur’an. Setelah itu ia
melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam seperti Tafsir, Fiqh, Ushuluddin dan lain-lain.
Berkat ketekunan dan kecerdasannya, ia berhasil menghafal Al-qur’an dan menguasai berbagai cabang
ilmu keislaman pada usia yang belum genap sepuluh tahun.

b. Pemikiran Pendidikan

Ibnu Sina banyak kaitannya dengan pendidikan, barangkali menyangkut pemikirannya tentang falsafat
ilmu. Menurut Ibnu Sina terbagi menjadi 2, yaitu:

1. ilmu yang tak kekal

2. ilmu yang kekal

ilmu yang kekal dari peranannya sebagai alat dapat disebut logika. Tapi berdasarkan tujuannya, maka ilmu
dapat dibagi menjadi ilmu yang praktis dan ilmu yang teoritis.

Tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina, yaitu  :

1. Diarahkan kepada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang menuju perkembangan yang
sempurna baik perkembangan fisik, intelektual maupun budi pekerti.

2. Diarahkan pada upaya dalam rangka mempersiapkan seseorang agar dapat hidup bersama-sama di
masyarakat dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya disesuaikan dengan bakat,
kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
3. Tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan, yang artinya mencetak tenaga pekerja yang profesional.

3. Ibn khaldun

a. Riwayat Hidup

Di tengah konflik yang terjadi diantara Kerajaan-kerajaan kecil, Kerajaan bani Abdul Wad Az-zanatiyah
terkena musibah dan bencana yang berasal dari Kerajaan tetangganya, yakni Kerajaan Bani Hafzh yang
berada di Tunisia. Dalam suasana seperti itu ibn Khaldun lahir di Tunisia, awal Ramadhan tahu 732 H, dari
kjeluarga besar berbangga dengan nasab Arabnya yang berasal dari Hadromaut, Yaman.

Ibnu Khaldun tumbuh dan berkembang sebagai orang yang mencintai ilmu. Pertama-tama ia menghafal Al-
Qur’an lewat bimbingan ayahnya sendiri. Lalu ia mempelajari ilmu Hadits, ilmu Fiqh, Ushul Fiqh, Bahasa,
Sastra, Sejarah, selain mempelajari Filsafat dan Ilmu Mantiq (logika).

b. Pemikiran Pendidikan

Ibnu Khaldun tidak memberikan defenisi pendidikan secara jelas, ia hanya memberikan gambaran-
gambaran secara umum, seperti dikatakan ibnu Khaldun bahwa “barang siapa tidak terdidik oleh orang
tuanya, maka akan terdidik oleh zaman, maksudnya barang siapa yang tidak memperoleh tata krama yang
dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang mencakup guru-guru dan para
sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alam,
dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang zaman, zaman akan mangajarkannya.”

Dari rumusan yang ingin dicapai Ibnu Khaldun menganut priunsip keseimbangan. Dia inginanak didik
mencapai kebahagiaan duniawi dan sekaligus ukhrowinya kelak. Berangkat dari pengamatan terhadap
rumusan tujuan pendidikan yang ingin dicapai Ibnu Khaldun, secara jelas kita dapat melihat bahwa ciri
khas pendidikan islam yaitu sifat moral religius nampak jelas dalam tujuan pendidikannya, dengan tanpa
mengabaikan masalah-masalah duniawi. Sehingga secara umum dapat kita katakan bahwa pendapat Ibnu
Khaldun tentang pendidikan telah sesuai dengan perinsip-perinsip pendidikan Islam yakni aspirasi yang
bernafaskan agama dan moral.

Ibnu Khaldun memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada
aqal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas.
B. Generasi Moderen

1. KH. Ahmad Dahlan

a. Riwayat Hidup

Kyai Haji Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama Muhammad Darwis. Beliau dilahirkan di
Kauman Yogyakarta dari pernikahan Kyai Haji Abu Bakar dengan Siti Aminah pada tahun 1285 H (1868
M ). Kyai Haji Abu Bakar adalah khatib di Majid Agung Kesultanan Yogyakarta, sedangkan ayahnya Siti
Aminah adalah penghulu besar di Yogyakarta.

Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad Darwis dibesarkan merupakan
lingkungan keagamaan yang sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan hidup Muhammad
Darwis di kemudian hari. Ayahnya KH Abu Bakar adalah Khotib Masjid Agung Yogyakarta. KH Ahmad
Dahlan belajar mengaji sekitar tahun 1875 dan masuk pesantren. Sudah sejak kanak-kanak diberikan
pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada di dalam masyarakat
lingkungannya. Ini menunjukan naluri melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.
Pengetahuan yang dimiliki sebagian besar merupakan hasil otodidaknya, kemampuan membaca dan
menulisnya diperoleh dari belajar kepada ayahnya, sahabatnya dan saudara-saudaranya dan iparnya. Ia di
didik sendiri melalui cara pengajian yaitu dengan menirukan kalimat-kalimat atau bacaan yang diajarkan
oleh ayahnya

b. Pemikiran Pendidikan

Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang
statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan
pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan ummat.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia
muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu
keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.

Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi
pendidikan hendaknya meliputi:

1) Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah.

2) Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang
berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara
dunia dengan akhirat.

3) Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup
bermasyarakat.

2. KH. Hasyim Asy’ari

a. Riwayat Hidup

Hasyim Asy’ari lahir di desa Gedang Jombang, Jawa Timur. Pada hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah
1287 atau bertepatan tanggal 14 Pebruari 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim ibn
Asy’ari ibn Abd. Al Wahid ibn Abd. Al Halim yang mempunyai gelar Pangeran Bona ibn Abd. Al Rahman
Ibn Abd. Al Aziz Abd. Al Fatah ibn Maulana Ushak dari Raden Ain al Yaqin yang disebut dengan Sunan
Giri. Dipercaya pula bahwa mereka adalah keturunan raja Muslim Jawa, Jaka Tinggir dan raja Hindu
Majapahit, Brawijaya VI. Jadi Hasyim Asy’ari juga dipercaya keturunan dari keluarga bangsawan.

Hasyim Asy’ari adalah seorang kiai yang pemikiran dan sepak terjangnya berpengaruh dari Aceh sampai
Maluku, bahkan sampai ke Melayu. Santri-santri ada yang dari Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera
dan Aceh, bahkan ada beberapa orang dari Kuala Lumpur. Beliau terkenal orang yang alim dan adil, selalu
mencari kebenaran, baik kebenaran dunia maupun kebenaran akhirat. Semasa hidupnya beliau diberi
kedudukan sebagai Rais Akbar NU, suatu jabatan yang hanya diberikan kepada Hasyim Asy’ari satu-
satunya. Bagi ulama lain yang menjabat jabatan tersebut, tidak lagi menyandang sebutan Rais Akbar
melainkan Rais Am. Hal ini karena ulama lain yang menggantikannya merasa lebih rendah dibandingkan
Hasyim Asy’ari.

b. Pemikiran Pendidikan
Pola pemaparan konsep pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Alim Wa Muta’allim mengikuti
logika induktif, di mana beliau mengwali penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat al-qur’an.
Hadits, pendapat para ulama, syair-syair yang mengadung hikamah.dengan cara ini. K.H. Hasyim Asy’ari
memberi pembaca agar menangkap ma’na tanpa harus dijelaskan dengan bahasa beliau sendiri. Namun
demikaian, ide-ide pemikirannya dapat dilihat dari bagaimana beliau memaparkan isi kitab karangan beliau.

Tujuan pendidikan yang ideal menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah untuk membentuk masyarakat yang
beretika tinggi (akhlaqul karimah). rumusan ini secara implisit dapat terbaca dari beberapa hadits dan
pendapat ulama yang dikutipnya. Beliau menyetir sebuah hadits yang berbunyi: “diriwayatkan dari Aisyah
r.a. dari Rasulullah SAW bersabda : kewajiban orang tua terhadapnya adalah membaguskan namanya,
membaguskan ibu susuannya dan membaguskan etikanya .

3. Hamka

a. Riwayat Hidup

“Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi kebanggaan bangsa-bangsa Asia Tenggara”. Begitulah
kata mantan Perdana Menteri Malaysia,Tun Abdul Rozak.Nama aslinya ialah Haji Abdul Malik Karim
Amrulloh biasa disebut dengan HAMKA yang merupakan singkatan dari nama panjang beliau. Beliau lahir
di Maninjau,Sumatra Barat pada tanggal 16 Februari 1908 M/ 13 Muharrom 1326 H.Belakangan ia
diberikan sebutan Abuya,yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi,abuya yang
berarti ayahku atau orang yang dihormati. Ayahnya adalah Syech Abdul Karim ibn Amrulloh,yang dikenal
dengan Haji Rosul dan merupakan pelopor Gerakan Islah( tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari
Makkah pada 1906.

Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dari sang ayah.Pada usia 6 tahun,ia dibawa ayahnya ke
Padang Panjang. Pada usia 7 tahun, ia dimasukkan ke sekolah desa dan malamnya ia belajar mengaji al-
Qur’an sampai khatam.

Beliau Sekolah Dasar “Maninjau sehingga Darjah Dua” kemudian padausia 10 tahun, ayahnya mendirikan
sebuah lembaga pendidikan yang bernama “Sumatera Thawalib” di Padang Panjang. Di situ Hamka
mempelajari ilmu agama dan mendalami bahasa Arab.

b. Pemikiran Pendidikan

Pendidikan dalam pandangan Hamka terbagi 2 bagian yaitu:

1. Pendidikan jasmani,pendidikan untuk pertumbuhan & kesempurnaan jasmani serta,


2. Pendidikan ruhani,pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia dengan ilmu pengetahuan &
pengalaman yang didasarkan pada agama.

Keduanya memiliki kecenderungan untuk berkembang dengan melalui pendidikan, karena pendidikan
merupakan sarana yang paling tepat dalam menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur
tersebut. Dalam pandangan Islam kedua unsur tersebut dikenal dengan istilah fitrah.Titik sentral pemikiran
Hamka dalam pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata, tetapi juga
akhlakulkarimah”.

Fitrah setiap manusia pada dasarnya menuntun untuk senantiasa berbuat kebajikan& tunduk mengabdi
sebagai kholifah fi al-ardh maupun ‘abdulloh. Ketiga unsur tersebut adalah akal, hati, & pancaindra yang
terdapat pada jasad manusia.Perpaduan ketiga unsur tersebut membantu manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan membangun peradabannya, memahami fungsi kekhalifahannya, serta menangkap
tanda-tanda kebesaran Allah.

Tujuan Pendidikan dalam Pandangan HAMKA adalah “mengenal dan mencari keridhoan Allah,
membangun budi pekerti untuk beraklhlaq mulia” serta “mempersiapkan peserta didik untuk hidupsecara
layak dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya”.

D. Ruang Lingkup Materi Pendidikan

Dalam hubungan dengan ruang lingkup pendidikan Islam ini, pendidikan Islam sebagai ilmu mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas. Karena di dalamnya banyak aspek yang ikut terlibat, baik langsung
maupun tidak langsung.

Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai beberapa aspek di atas yang merupakan ruang lingkup
dari pendidikan tersebut:
1. Perbuatan Mendidik
Yang dimaksud perbuatan mendidik ialah sebuah kegiatan, tindakan dan sikap mendidik sewaktu
menghadapi anak didiknya. Dalam perbuatan mendidik ini sering disebut Tahdzib.

2. Anak Didik
Anak didik mereka unsur terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena semua upaya yang
dilakukan adalah demi menggiring anak didik ke arah yang lebih sempurna.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam


Dasar dan tujuan pendidikan Islam yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala
kegiatan pendidikan Islam, dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan Islam yaitu ke arah mana anak
didik itu akan dibawa.

4. Pendidik
Yaitu sebagai subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Ini memiliki peranan yang sangat penting,
berhasil atau tidaknya proses pendidikan banyak ditentukan oleh mereka.
5. Materi Pendidikan Islam
Materi pendidikan Islam yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun
sedemikian rupa untuk disajikan kepada anak didik. Dalam pendidikan Islam materi pendidikan Islam
sering disebut dengan Maddatut Tarbiyah.

6. Metode Pendidikan
Metode yaitu cara yang dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan materi. Metode tersebut mencakup
cara pengelolaan, penyajian materi pendidikan agar materi tersebut dapat dengan mudah diterima oleh
anak didik.

7. Evaluasi Pendidikan
Cara-cara mengadakan evaluasi (penilaian) terhadap hasil belajar anak didik. Evaluasi ini diadakan
dengan tujuan untuk mengukur tingkat kaberhasilan belajar selama proses pembelajaran.

8. Alat-Alat Pendidikan
Alat-alat pendidikan yaitu semua alat yang digunakan selama melaksanakan agar tujuan pendidikan Islam
tercapai.

9. Lingkungan Pendidikan
Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan Islam di sini ialah keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh
dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam. Lingkungan sangat besar pengaruhnya dalam
membentuk kepribadian anak didik, oleh karena itu hendaklah diupayakan agar lingkungan belajar
senantiasa tercipta sehingga mendorong anak didik untuk lebih giat belajar.

Dikatakan dalam penjelasan yang lain, ruang lingkup ajaran atau pendidikan Islam hanya meliputi tiga
bidang, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.
1. Aqidah
Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya adalah Aqa’id. Arti aqidah menurut istilah
ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut dengan aqidah
ialah bidang keimanan dalam Islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh seorang muslim
atau mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu iman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kepada qada’ dan
qadar.

2. Syar’iah
Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peratuan Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan tiga pihak, Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya. Peraturan Allah yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama
manusia dan alam seluruhnya disebut mu’amalah. Rukun Islam yang lima, yaitu syahadat, shalat, zakat,
puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya
telah ditentukan secara permanen dan rinci dalam Al Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Selanjutnya
mu’amalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari munakahat (pernikahan), termasuk di dalamnya soal
harta warisan (faraidh) dan wasiat tijarah (hukum niaga), termasuk di dalamnya soal sewa-menyewa,
utang-piutang dan wakaf. Hudud ialah hukum bagi tindak kejahatan zina, tuduhan zina, merampok,
mencuri dan minum-minuman keras. Sedangkan Jinayat adalah hukum bagi tindak kejahatan
pembunuhan, melukai orang, memotong anggota dan menghilangkan manfaaat badan. Dalam jinayat
berlaku Qishas, yaitu “hukum balas” Khilafat (pemerintahan/politik Islam) Jihad (perang), termasuk juga
soal Ghanimah (harta rampasan perang dan tawanan).

3. Akhlak/Etika
Akhlak adalah berasal dari bahasa arab jamak dari “khuluq” yang artinya perangai atau tabi’at. Sesuai
dengan arti bahasa ini maka akhlak adalah bagian ajaran Islam yang mengatur tingkah laku perangai
manusia. Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak dengan “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui perhitungan pikiran”. Akhlak ini meliputi akhlak manusia
kepada Tuhan, kepada nabi/rasul, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada tetangga, kepada sesama
muslim maupun non muslim. Dalam Islam selain akhlak dikenal juga istilah etika. Etika adalah suatu ilmu
yang menjelaskan arti baik-buruk, mengungkapkan yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada
lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Amin, 1975: 3). Jadi, etika adalah perilaku baik yang
timbul dari orang yang melakukannya dengan sengaja dan berdasarkan kesadarannya sendiri serta dalam
melakukan perbuatan itu dia tahu bahwa itu termasuk perbuatan baik atau buruk.

Lebih lanjut, Muzayyan Arifin mengatakan bahwa ruang lingkup bukankah mengenai hal-hal yang bersifat
teknis operasional pendidikan, melainkan menyangkut segala hal yang mendasari serta yang mewarnai
corak sistem dalam pendidikan tersebut. Dengan demikian, secara umum ruang lingkup pembahasan
pendidikan Islam ini adalah garis-garis pendidikan yang diatur dan dijiwai oleh ajaran Islam. Bukan yang
bercorak liberal, radikal, bebas tanpa batas etika dsb.

E. Prinsip Penggunaan Metode dan Media

Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar
adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya
memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan
siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru.
Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, maka guru
persiapkan media OHT, dan oleh sebab OHT digunakan untuk kepentingan guru, maka transparansi tidak
didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip media pembelajaran, melainkan seluruh pesan yang ingin
disampaikan dituliskan pada transparan hingga menyerupai Koran (Arisandi, 2011)

Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik materi pelajaran
yang disajikan.Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan seperti belajar secara klasikal, belajar dalam kelompok kecil, belajar secara individual, atau
belajar mandiri. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti mempreview media yang
akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas. Dengan cara ini
pemanfaatan media diharapkan tidak akan menggangu kelancaran proses belajar-mengajar dan
mengurangi waktu belajar (Sumarno, 2011)

              Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran dengan
harapan dapat mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran (Rohmat, 2010), yaitu:
1. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran.

Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar
hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau
SLB.

2. Karakteristik media pembelajaran.

Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara
pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu
memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi.

3. Alternatif pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan

atau dikompetisikan.

Dengan demikian guru dapat menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih, jika
terdapat beberapa media yang dapat dibangdingkan.

              Dalam Education Technology for Teacher (2010) , Alen berpendapat bahwa pendekatan yang
dapat digunakan untuk pemilihan media adalah dengan menggunakan pendekatan matrik, yaitu
pendekatan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih media yang sesuai dengan jenis tujuan
pembelajaran tertentu. Matrik menggambarkan tinggi rendahnya kemampuan setiap jenis media bagi
pencapaian berbagai tujuan dengan kemampuan setiap jenis madia dalam mempengaruhi berbagai jenis
belajar. hal ini dapat diwujudkan dengan mendahulukan mana yang harus dipelajari/dikuasai siswa, apakah
informasi faktual, konsep, keterampilan, dan seterusnya.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa prinsip,
yaitu: Suatu media hanya sesuai untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak sesuai untuk
pembelajaran yang lain. Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa
media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar guru saja, tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media harus sesuai dengan komponen lain dalam
perencanaan pembelajaran. Tanpa alat bantu mengajar dapat pembelajaran tetap dapat bertahan, tetapi
tanpa media itu tidak akan terjadi (Admin, 2011)

Media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan
belajar mengajar. Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaan Media
pembelajaranyangantaralain:
1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu
sistem pengajaran dan bukan hanya sebagaialat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang
digunakan biladianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan (Usman, 2011)

2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yangdigunakan dalam usaha
memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
3. Guru seharusnya memperhitungkan untung-ruginya pemanfaatan suatu media pembelajaran.
4. Penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara sistematisbukan sembarang
menggunakannya.
5. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macammedia, maka guru dapat
memanfaatkan multimedia yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan
juga dapat merangsang siswa dalam belajar (Arif, 2010)
Prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media pembelajaran merujuk pada pertimbangan
seorang guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran untuk digunakan atau
dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal ini disebabkan adanya beraneka ragam media
yang dapat digunakan dalam pembelajaran

BAB III

KESIMPULAN

Pengertian pendidikan islam berarti system pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai islam yang telah menjiwai dan mewarnai
corak kepribadiannya. pendidikan islam masih dipengaruhi oleh kepentingan masyarakat daripada
kepentingan individu

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima
informasi. Sedangkan pembelajaran adalah usaha guru untuk menjadikan siswa melakukan kegiatan
belajar. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa dan pada akhirnya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar.

Manfaat media pembelajaran adalah untuk penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi
dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an , PT Rineka Cipta, 2007.
Jakarta.

Az-zarmuji, Burhanudin. Syarah kitab Ta’limul Muta’alim.

Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka Al-Husna Baru, 2008. Jakarta.

Ma’arif, Syamsul. Revitalisasi Pendidikan Islam, Graha Ilmu, 2007. Yogyakarta.

Hand out dalam ceramah di UNMUH Purworejo Jawa Tengah pada Kamis 23 September 2010, diakses
pada Jumat, 16 September 2011, 14.00.

Makalah Hujair AH. Sanaky, diakses pada Juni 2011.

Makalah Idris Mahmudi dalam partisipasi ACIS 2011 ke-11 di Bangka Belitung.

Terjemahan Syamilul Qur’an, Sygma Publishing, 2010. bandung.

http://zaldym.wordpress.com/2009/07/04/pemikiran-dan-perumusan-kurikulum-dan-materi-pendidikan-
islam/

http://mghazakusairi.wordpress.com/2011/05/23/pendidikan-dalam-al-quran-hadits/

Anda mungkin juga menyukai