Dosen pengampu :
SITA ISNA MALYUNA, M.Pd
FAKULTAS TEKNIK
PROGAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2023
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “konsep
pendidikan dalam islam “ dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama ( pembelajaran
pada mahasiswa semester 3 Universitas PGRI Ronggolawe Tuban )
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi membagi pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah berjudul tentang “Konsep pendidikan dalam
islam” ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………………….i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...iv
PENDAHULUAN BAB I………………………………………………………………………1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim
seutuhnya,mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniyah maupun
rohaniyah,menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi manusia dengan
Allah,manusia dan alam semesta. Pendidikan islam mengajarkan setiap manusia umumnya dan
umat islam khususnya untuk mencapai dan mewujudkan sebuah tujuan yang sesungguhnya yaitu
selalu taat kepada Allah Swt.tujuan ini adalah dasar yang paling utama sebagai bentuk
pengabdian seorang hamba kepada tuhannya.
Tidak semua manusia yang tunduk dan patuh kepada Allah Swt.ketidak patuahn tersebut salah
satunya didasari tidak adanya pendidikan dasar islam yang seharusnya sudah diajarkan saat
manusia terlahir di dunia.Allah memberikan sebuah potensi fitrah kepada manusia yang setiap
lahir kepermukaan bumi ini,namun perlu adanya pendidikan dasar yang telah diberikan atau
dibebankan kepada setiap orang tua sebagai pendidik awal bagi anaknnya.orang tua mempunyai
peran penting untuk membimbing ,membina dan mendidik anaknya untuk menjadi anak yang
beriman dan bertaqwa kepada tuhan kita yaitu Allah Swt.
Petunjuk pendidikan dalam Al quran tidak terhimpun dalam satuan pragmen tetapi ia
diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat dalam Al quran,sehingga untuk menjelaskannya
harus perlu melalui tema- tema pembahasan yang relevan dan ayat- ayat yang memberikan
informasi – informasi pendidikan yang dimaksud.petunjuk petunjuknya bertujuan untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan kepada manusia baik secara pribadi maupun kelompok.
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia dibumi ini diberi kuasa oleh allah
sebagai penerima wahyu yang diberi tugas untuk mensucikan dan mengajarkan manusia
sebagaimana dalam surah Al-Baqoroh ayat 151.dalam ayat tersebut mensucikan berarti dengan
mendidik ,sedang mengajar.
1.2 Rumusan masalah
Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu apa sebenarnya
makna dari “tujuan” tersebut. Secara etimologi tujuan adalah “arah, maksud atau haluan.”
Termminologinya tujuan berarti sesuatu diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan
selesai. Oleh H.M. Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah “idealitas
(cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan
yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.
Maka secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: pertama tujuan umum adalah
tujuan yag akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik pengajaran atau dengan cara
lain. kedua, tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalamn tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. ketiga, tujuan akhir adalah
tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia sempurna (insan kamil)
setelah ia menghabisi sisa hidupnya. Sementara keempat tujuan oprasional adalah tujuan praktis
yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.
Sementara itu dalam Konferensi Internasional Pertama tentang Pendidikan Islam di Mekah pada
tahun 1977 merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut :
“Pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh
secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional ; perasaan dan indera.
Oleh karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya ;
spritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individu maupun secara
kolektif, dan mendorong semua aspek ini ke arah kebaikan untuk mencapai kesempurnaan.
Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukkan yang sempurna kepada
Allah baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia”.
Konsep di atas sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan Islam, yaitu meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman anak tentang Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingganya dalam konteks ini
pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri kepada menjawab kebutuhan dan
tantangan yang muncul dalam masyarakat kita sebagai konsekuensi logis dari perubahan.
Dapat pula katakan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah kepribadian muslim, yaitu
sesuatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang dalam
kepribadian muslim dalam Al-qur’an disebut “Muttaqin” karena itu Pendidikan Islam berarti
pula pembentukan manusia yang bertakwa, sebagaimana konsep pendidikan nasional yang
dituangkan dalam tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia pancasilais yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian jika dilakukan rekonstruksi, maka menurut Islam ilmu yang selayaknya
dikuasai manusia merupakan perpaduan dari ilmu – ilmu yang diperoleh manusia melalui
kawasan alam semesta dengan ilmu yang dikirim melalui wahyu yang dapat ditangkap oleh para
nabi dan rasul. Dalam perspektif pendidikan Islam yang menyiapkan manusia agar dapat
melakukan perannya, baik sebagai khalifah maupun sebagai ‘abd, maka ilmu yang wajib
dituntut adalah ilmu yang sifatnya terpadu, dan inilah ciri khas pendidikan Islam.
Dilihat dari tujuan pendidikan di atas maka dengan sendirinya terimplisit fungsi
pendidikan Islam. Dapat diartikan fungsi Pendidikan Islam adalah untuk menjaga keutuhan
unsur–unsur individu anak didik dengan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan
Allah, serta mengoptimalkan perkembangannya untuk bertahan hidup terhadap aspek
keterampilan setiap anak. Pendidikan Islam adalah pendidikan terbuka.
Artinya Islam mengakui adanya perbedaan, akan tetapi perbedaannya yang hakiki
ditentukan oleh amalnya. Oleh karena itu pendidikan Islam pada dasarnya terbuka, demokratis,
dan universal. Keterbukaan tersebut ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi (menyerap)
unsur–unsur positif dari luar, sesuai perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dan tetap
menjaga dasar–dasarnya yang original yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-hadits.
Singkatnya, pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan menyiapkan anak-
anak dalam keluarga termasuk anak didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi
dan sekaligus beriman dan beramal saleh. Oleh karena itu penjabaran materi pendidikan Islam
tidak hanya berkisar pada hal–hal yang berkaitan dengan masalah–masalah ubudiyah yang khas
(khusus) seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain–lain, akan tetapi ubudiyah yang lebih umum
dan luas, yaitu pengembangan ilmu sosial sehingga anak dapat berinteraksi dengan
lingkungannya secara baik maupun pengembangan pengetahuan dan teknologi yang sangat
bermanfaat dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.
Dengan demikian pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup serta
perubahan-perubahan yang terjadi. Akibat logisnya, pendidikan senantiasa mengundang
pemikiran dan kajian baik secara konseptual maupun oprasionalnya. Sehingga diperoleh
relevansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memcahkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh umat Islam.
Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini, hal ini
berkaitan dengan fenomena dekadensi moral yang terjadi ditengah – tengah masyarakat maupun
dilingkungan pemerintah yang semakin meningkat dan beragam. Kriminalitas, ketidak adilan,
korupsi, kekerasan pada anak, pelangggaran HAM, menjadi bukti bahwa telah terjadi krisis jati
diri dan karakteristik pada bangsa Indonesia. Budi pekerti luhur, kesantunan, dan relegiusitas
yang dijunjung tinggi dan menjadi budaya bangsa Indonesia selama ini seakan-akan menjadi
terasa asing dan jarang ditemui ditengah-tengah masyarakat. Kondisi ini akan menjadi lebih
parah lagi jika pemerintah tidak segera mengupayakan program-program perbaikan baik
yangbersifat jangka panjang maupun jangka pendek.
Pendidikan karakter menjadi sebuah jawaban yang tepat atas permasalahan-permasalahan
yang telah disebut di atas dan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan dapat
menjadi tempat yang mampu mewujudkan misi dari pendidikan karakter tersebut. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pendidikan karakter disekolah adalah
mengoptimalkan pembelajaran materi pendidikan agama Islam (PAI). Peran pendidikan agama
khususnya pendidikan agama Islam sangatlah strategis dalam mewujudkan pembentukan
karakter siswa.
Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan (aspek
kognitif), sebagai sarana transformasi norma serta nilai moral untuk membentuk sikap (aspek
afektif), yang berperan dalam mengendalikan prilaku (aspek psikomotorik) sehingga tercipta
kepribadian manusia seutuhnya. Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menghasilkan
manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia, akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan.1 Manusia seperti
itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul
dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak, dan atau nilai dan
berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi “positif” bukan netral.2 Oleh karena itu
Pendidikan karakter secara lebih luas dapat diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan
nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan
karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya
sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.
Konsep tersebut harus disikapi secara serius oleh pemerintah dan masyarakat sebagai jawaban
dari kondisi riil yang dihadapi bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang ditandai dengan
maraknyatindakan kriminalitas, memudarnya nasionalisme, munculnya rasisme, memudarnya
toleransi beragama serta hilangnya religiusitas dimasyarakat, agar nilai- nilai budaya bangsa
yang telah memudar tersebut dapat kembali membudaya ditengah-tengah masyarakat. Salah satu
upaya yang dapat segera dilakukan adalah memperbaiki kurikulum dalam sistem pendidikan
nasional yang mengarahkan pada pendidikan karakter secara nyata.
Namun selama ini proses pembelajaran yang terjadi hanya menitik beratkan pada
kemampuan kognitif anak sehingga ranah pendidikan karakter yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional tersebut hanya sedikit atau tidak tersentuh sama sekali. Hal ini terbukti
bahwa standar kelulusan untuk tingkat sekolah dasar dan menengah masih memberikan
prosentase yang lebih banyak terhadap hasil Ujian Nasional daripada hasil evaluasi secara
menyeluruh terhadap semua mata pelajaran. Pendidikan karakter bukanlah berupa materi yang
hanya bisa dicatat dan dihafalkan serta tidak dapat dievaluasi dalam jangka waktu yang pendek,
tetapi pendidikan karakter merupakan sebuah pembelajaran yang teraplikasi dalam semua
kegiatan siswa baik disekolah, lingkungan masyarakat dan dilingkungan dirumah melalui proses
pembiasaan, keteladanan, dan dilakukan secara berkesinambungan. Oleh karena itu
keberhasilan pendidikan karakter ini menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah,
masyarakat dan orangtua. Evaluasi dari Keberhasilan pendidikan karakter ini tentunya tidak
dapat dinilai dengan tes formatif atau sumatif yang dinyatakan dalam skor. Tetapi tolak ukur dari
keberhasilan pendidikan karakter adalah terbentuknya peserta didik yang berkarakter;
berakhlak,berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif yang teraplikasi dalam kehidupan
disepanjang hayatnya. Oleh karena itu tentu tidak ada alat evaluasi yang tepat dan serta merta
dapat menunjukkan keberhasilan pendidikan karakter.
Konfigurasi karakter sebagai sebuah totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat
dikelompokan dalam Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan karsa)
tersebut secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, yang
bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur.
Pendidikan karakter menjadi salah satu akses yang tepat dalam melaksanakan character building
bagi generasi muda; generasi yang berilmu pengetahuan tinggi dengan dibekali iman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif.
Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman rasulullah SAW. Hal ini
terbukti dari perintah Allah bahwa tugas pertama dan utama Rasulullah adalah sebagai
penyempurna akhlak bagi umatnya. Pembahasan substansi makna dari karakter sama dengan
konsep akhlak dalam Islam, keduanya membahas tentang perbuatan prilaku manusia. Al-Ghazali
menjelaskan jika akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir
berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu adanya pemikiran dan
pertimbangan. Suwito menyebutkan bahwa akhlak sering disebut juga ilmu tingkah laku atau
perangai, karena dengan ilmu tersebut akan diperoleh pengetahuan tentang keutamaan-
keutamaan jiwa; bagaimana cara memperolehnya dan bagaiman membersihkan jiwa yang telah
kotor.
Sedangkan arti dari Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau
berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri
dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil
olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.10
Pembahasan tentang pengertian dasar antara akhlak dan karakter tersebut diatas mengisyaratkan
substansi makna yang sama yaitu masalah moral manusia; tentang pengetahuan nilai-nilai yang
baik, yang seharusnya dimiliki seseorang dan tercermin dalam setiap prilaku serta perbuatannya.
Prilaku ini merupakan hasil dari kesadaran dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai nilai-
nilai baik dalam jiwanya serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari disebut
orang yang berakhlak atau berkarakter.Akhlak atau karakter dalam Islam adalah sasaran utama
dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hadits nabi yang menjelaskan tentang
keutamaan pendidikan akhlak salah satunya.
Hadits
4. Peran Guru dalam Mengembangkan Nilai-nilai Spiritual dan Moral: Guru memiliki
peran sentral dalam mengembangkan nilai-nilai spiritual dan moral melalui
pendidikan agama Islam. Guru perlu menjadi contoh yang baik dalam menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga perlu
menggunakan pendekatan yang tepat, seperti diskusi, cerita, dan kegiatan praktis,
untuk membantu siswa memahami dan menginternalisasi nilai-nilai agama - agama.
Penerapan Nilai-nilai Spiritual dan Moral dalam Kehidupan Sehari-hari: Pendidikan
Agama Islam tidak hanya berhenti pada pemahaman konseptual, tetapi juga harus mengarah
pada penerapan nilai-nilai spiritual dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembiasaan
dan pengamalan ajaran-ajaran agama, individu dapat menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai
prinsip panduan dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Hal ini akan membantu individu
menjadi lebih sadar dan bertanggung jawab dalam tindakan serta keputusan yang diambil.
Maka Pendidikan Agama Islam memiliki peran krusial dalam mengembangkan nilai-nilai
spiritual dan moral pada individu. Melalui pemahaman yang mendalam, integrasi dalam
kurikulum, peran guru yang baik, dan penerapan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari,
individu dapat membangun karakter yang kuat, memiliki kesadaran spiritual yang tinggi, dan
bertindak berdasarkan prinsip moralitas yang luhur. Pendidikan Agama Islam menjadi landasan
penting dalam membentuk individu yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan
lingkungan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut Al – Qur’an
terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah,ta’lim dan ta’bib.pendidikan dalam
konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa allah memberikan pada manusia bahwa
allah memberikan pendidikan melalui utusan Nya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya rasul
menyampaikan kepada para ulama menyampaikan kepada manusia.sedangkan pendidikan dalam
konsep ta’lim merupakan proses transfer ilmu pengetahuan untuk peserta didik.kemudia ta’bib
merupakan konsep atau proses mendidik yang lebih tertuju pada ahlak manusia.
Konsep pendidikn menurut Al – Qur’an terangkum dalam ayat ayat yang berhubungan dengan
pendidikan didalam kitab Al – Qur’an itu sendiri seperti ayat ayat yang telah dijelaskan yaitu
surah al – Baqarah ayat 31-34,129 dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah
kepada nabi adam as dan pokok pokok pendidikan yang diberikan rasul kepada umatnya . surah
Luqman ayat 13 – 14 berisi tentang konsep pendidikan orang tua terhadap anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari,Endang saefuddin pokok pokok pikiran tentang islam, usaha enterprise Jakarta 1976
Arifin,Muzayin filsafat pendidikan islam,Jakarta bumi aksara 2003
Departemen agama republic Indonesia,Al-quran dan terjemahannya bandung gema risalah press
1992
Departemen pendidikan dan kebudayaan KBBI / Jakarta : balai pustaka 1955
Abd al – ghani abud ,dirasat muqaranatli,tarikh albiyah,( kairo : al – fikr al – arabi 1987 ) ,h,203
Di tulis oleh Ibrahim Lubis ( haidar putra daulay,pemberdayaan pendidikan islam di
Indonesia ,Jakarta rineka cipta 2009 )
Penulis Fakultas Agama Islam