PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005), hlm 29.
1
B. Rumusan Masalah
1. Sejauh mana pencapaian yang diraih dari visi, misi pendidikan Islam pada
masa saat ini, jika dibandingkan pada era klasik.
2. Evaluasi terhadap perjalanan pendidikan Islam dari variabel visi, misi
pendidikan Islam.
3. Ibrah yang dapat diambil pada era sekarang, dijadikan acuan pada masa yang
akan datang.
D. Tujuan Masalah
2
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2
Ramayulis, Samsul Nizar., Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
Para Tokohnya (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm 83.
3
Dengan demikian, perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya
ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya
didasarkan pada pemikiran rasional yang sekuler dan impristik semata, maka
pendidikan Islam selain menggunakan pertimbangan rasional dan data empiris
juga berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah
tersebut.
a. Pengertian Etimologi
Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek
pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-tadib dan al-ta’lim
jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal
pertumbuhan pendidikan Islam.
1) Istilah al-Tarbiyah
Istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki
banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan makna tumbuh,
berkembnag, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau
eksistensinya.3
Dalam penjelasan lain, kata al-tarbiyah berasal dari kata, yaitu pertama,
rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh, dan berkembang (QS. Al-Ruum /
30: 39). Kedua, rabiya yarba berarti menjadi besar. Ketiga, rabba yarubbu berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan memelihara.
4
b) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
2) Istilah al-Ta’lim
3) Istilah al-ta’dib
5
Addabani rabbi fa ahsana ta’diby (Tuhan telah mendidiku, maka Ia sempurnakan
pendidikanku” (H.R. Al-‘Asykary dari Ali r.a).
6
3) Menurut Langeveled
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.9
6) Menurut Brubacher
7
Drs. H. Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogig (Dasar-dasar Ilmu Pendidikan),
Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm 3-4.
8
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1.
9
Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departeman
Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994, hlm
232.
10
John S. Brubacher, Modern Philosophies of Education, Tata Mc. Graw – Hill
Publishing Company LTD, New Delhi, 1981, hlm 371
7
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manuisa
dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.
Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan
dari semua potensi-potensi manusia ; moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh
dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan
demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir).
8
3) Menurut Drs Ahmadi
Kata visi berasal dari bahasa inggris, usion yang dapat berarti penglihatan
daya lihat, pandangan, impingan atau bayangan. Dengan demikian, secara
sederhana kata visi mengacukepada sebuah cita-cita, keinginan, angan-angan,
khayalan dan impian ideal yang ingin dicapaikan dirumuskan secara sederhana,
singkat, padat dan jelas namun mengandung makna yang luas jauh dan penuh
makna. Dengan sifatnya yang demikian itu, sebuah visi dapat mengesankan
sebuah cita-cita jangka panjang yang mungkin sulit di ukur dala jangka waktu
tertentu.
13
Drs. Ahmadi, Islam sebagai paradigma Ilmu pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta,
1992, hlm 28.
14
Ahmad D. Marimba, op. Cit.,hlm 23.
15
Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (terj. Hasan langgulung), Bulan
Bintang Jakarta, 1979, hlm 399.
9
Visi dapat diartikan dengan pandangan, impian, wawasan, apa saja yang
tampak dalam hayal, penglihatan. Pengertian visi secara sederhana menurut Abudi
Nata adalah merupakan keinginan, cita-cita, atau impian ideal yang ingin
diwujudkan atau angan-angan yang ingin dicapai. Jadi visi pendidikan Islam
berarti keinginan ideal yang ingin diwujudkan melalui upaya pendidikan Islam.16
Visi pendidikan Islam selaras dengan tujuan kehadiran agama Islam itu
sendiri di persada bumi, yaitu membimbing dan menuntun manusia ke jalan
kebenaran dan menunjuki mereka untuk tidak tersesat dalam kehidupan.
Mewujudkan kehidupan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan manusia
itu sendiri, yaitu menjadi hamba Allah yang sebenarnya dan menjadikan seluruh
aktivitas kehidupannya sebagai pengabdian kepada-Nya.17
10
kemampuan yang bermacam-macam ; (3) mengarahkan fitrah dan potensi menuju
ke arah kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya ; (4) dilaksanakan
secara bertahap.18
Visi pendidikan Islam pada dasarnya berkaitan dengan visi keRasulan para
Nabi, mulai dari visi kerasulan Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad
SAW, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk
kepada Allah (QS. 7:66, 73:29:16) serta membawa seluruh rahmat bagi seluruh
alam (QS. 21:107; 27:77). Kata patuh dan tunduk kepada Allah sebagai
disebutkan di dalam ayat tersebut memiliki arti yang amat luas, yakni
melaksanakan segala perintah Allah dalam segala aspek kehidupan: ekonomi,
sosial, politik, budaya, Ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya yang didasarkan
pada nilai-nilai kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, yaitu nilai keimanan,
ketakwaan, kejujuran, keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebersamaan, toleransi,
tolong menolong, kerja keras, dan lain sebagainya. Sedangkan kata rahmat dapat
berarti kedamaian, kesejahteraan, keharmonisan, kenikmatan, keberuntungan,
kasih sayang, kemakmuran, dan lain sebagainya. Pendidikan Islam yang
dilaksanakan harus diarahkan untuk mewujudkan sebuah tata kehidupan yang
mencerminkan nilai-nilai tersebut.
Agar terwujud visi tersebut tentunya terkait erat dengan landasan hakikat
pendidikan Islam itu sendiri, apa, bagaiamana dan untuk apa pendidikan Islam itu,
yang dalam kajian filsafat meliputi ontologi, epistomologi dan axiology. Artinya
adalah, apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan itu bagi kehidupan manusia,
baik manusia sebagai subjek atau pelaku pendidikan maupun ia berfungsi sebagai
objek atau sasaran pendidikan.
18
Saidan, Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna dan Mohammad
Natsir (Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011), hlm 45.
11
Ketiga landasan pengetahua tersebut sebenarnya dapat dilacak dalam
barbagai ayat al-Qur’an, baik yang sifatnya eksplisit maupun sentuhan ayat-ayat
secara implisit. Sebab al-Qur’an pada dasarnya merupakan buku petunjuk dan
pegangan, namun diantara isinya mendorong umat Islam supaya banyak berpikir.
Sekalipun diakui bahwa, al-Qur’an tidak sampai memasuki kawasan yang
bersiafat teknis dan tidak sampai menjangkau zona praktis dari pendidikan.
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa visi utama pendidikan Islam itu
adalah untuk mencetak manusia-manusia yang menjadi rahmatan li al-‘alamin,
yaitu insan-insan penyebar rahmah dan menerapkan rasa kasih saying di muka
bumi bumi. Keberadaannya dirasakan oleh manusia disekitarnya. Dalam hal ini
Allah berfirman:
12
Nabi SAW juga menyatakan dalam haditsnya :
Sebagaimana kata visi, kata misi pun verasal dari bahasa inggris, yaitu
mission yang berarti tugas, perutusan , dan misi. Misi lebih lanjut dapat dikatakan
sebagai langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis dan efektif
dalam rangka mencapa visi yang telah ditetapakan. Sejalan dengan visi
pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, maka misi pendidikan Islam juga
erat kaitannya dengan misi ajaran Islam. Berasarkan petunjuk dan isyarat yang
terdapat di dalam al-Qur’an, dijumpai informasi bahwa pendidika Islam terkait
dengan upaya memperjuangkan, menegakkan, melindungi, mengembangkan,
menyantuni dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia.
Imam al-Syathibi menyebutkan bahwa kehadiran agam Islam adalah untuk
melindungi lima hal yang merupakan hak-hak asasi manusia, yaitu pertama hak
untuk idup (al-nafs/al-hayat), kedua hak beragama (al-din), Hak untuk berfikir
(al-aql), keempat hak untuk memperoleh ketuerunan / pasangan hidup (al-nasl),
dan kelima hak untuk memperoleh harta benda (al-mal).
Dari uraian tersebut bahwa misi pendidikan Islam berkaitan dengan beberapa hal
sebagai berikut.
13
Pemeliharaan terhadap hak-hak asasi manusia pada intinya diarahkan pada
upaya memuliakan harkat dan derajat manusia. Allah SWT mengingatkan dalam
firman-Nya:
14
Misi ajaran Islam yang memuliakan manusia yang demikian itu, menjadi
misi pendidikan Islam. Terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan
akal pikiran, serta memiliki Ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia,
keterampilan hidup (skill life) yang memungkinkan ia dapat memanfaatkan
berbagai peluang yang diberikan oleh Allah termasuk pula mengelola kekayaan
alam yang ada di daratan, di lautan, bahkan di ruang angkasa adalah merupakan
misi pendidikan Islam.
15
Dengan misi yang demikan itu, maka pendidikan Islam memilih tanggung
jawab yang amat berat, besar dan kompleks, karena terkait dengan seluruh aspek
kehidupan manusia.
BAB III
ANALISIS MASALAH
16
manusiawi dan mempertahankan keberadaannya sesuai dengan tujuan penciptaan
manusia itu sendiri.
Jika kita melihat pada era klasik, Ilmu pengetahuan masih sulit didapatkan,
hanya mungkin didapatkan oleh petinggi –petinggi kerajaan saja, atau yang
mempunyai darah bangsawan, dan juga lembaga pendidikan pada saat itu masih
bersifat non formal, walaupun ada diantaranya yang sudah ada lembaga
pendidikan formal. Visi, misi maupun tujuan pada era klasik memang pada
umumnya masih pada menulis dan membaca, karena minimnya kaum muslimin
yang tidak bisa membaca. Pada era klasik kajian-kajian yang dikaji masih seperti
masih hanya pada kaijan-kajian Islam, ketata negaraan, dls. Pencapaian yang
dihasilkan dapat kita lihat dari kemajuan umat Islam pada saat itu pada bidang
ketata negaraan. Oleh karenanya pendidikan pada saat itu belum sampai pada
tahap pengembangan pengetahuan Ilmiah.
Capaian-capaian yang ada pada era klasik mungkin dapat kita lihat
keberhasilan Islam menaklukan Andalusia. Andalusia adalah salah satu bukti
sejarah yang merupakan daerah kekuasaan Islam yang ditaklukkan pada tahun 705
M. Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah. Dalam masa lebih dari tujuh
abad kekuasaan pada periode Islam klasik. Andalusia mencapai puncak
keemasannya. Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pegaruhnya
membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks,
Andalusia juga dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di timur. Banyak
orang Eropa mendalami studi di Universitas-universitas Islam di sana. Ketika itu
bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan
abad,19 Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun
peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah
dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja
karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan
karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan.
Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang
19
K. Ali, A Study of Islamic History, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi dengan judul Sejarah
Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh Pramodern) (Cet. IV; Jakarta: Raja
Gravindo Persada, 2003), hlm 453.
17
politik yakni dengan dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia
lainnya sampai kemajuan di bidang sains dan teknologi.20
Dalam pandangan Islam, ilmu sudah terkandung secara esensial dalam al-
Qur’an. Dengan demikian berilmu berarti beragama, beragama berarti berilmu.
Maka tidak ada dikotomi ilmu dan agama. Ilmu tidak bebas nilai, tetapi bebas
dinilai atau dikritik. Menilai dan menggugat kembali keabsahan dan kebenaran
suatu pendapat adalah diharuskan tanpa menilai yang berpendapat. Bahkan ilmuan
dengan senang hati melemparkan pendapat yang telah dikemukakan untuk dinilai
bukan untuk dipertahankan, karena yang dicari adalah kebenaran bukan
pembenaran.21
Dari fakta yang digambarkan diatas itu merupakan realisasi dari fungsi
manusia sebagai khalifat Allah fi al-ardh seperti yang digambarkan Allah dalam
Al-Qur’an itu akan terealisir manakala manusia itu membekali dirinya dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan ilmu dan keterampilan
itu adalah hasil dari upaya pendidikan. Dan memang Islam sebagai sebagai ajaran
yang universal, sangat mementingkan ilmu pengetahuan dan memerlukan
pendidikan.
20
Muhammad Oemar, Filsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), hlm 503.
21
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Logos, 1999), hlm 9-10.
18
Artinya: 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!" 32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang
Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-
Baqarah : 31-32)
19
merealisasikan tuntunan ayat al-Qur’an itu berupa kesungguhan mereka dalam
mencari dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dengan upaya semacam itu, umat Islam masa klasik telah mampu
memberikan motivasi dan inspirasi dalam merumuskan berbagai persepsi
manusia melalui pendidikan sebagai sarana yang mendasari lahirnya peradaban
dunia yang cukup gemilang, dan telah terbukti melahirkan perdaban Islam yang
sangat berpengaruh pada abad XVI.
Pada era sekarang ini kita perlu mengevaluasi terhadap capaian dan
perubahan yang dapat kita amati, hal ini demi peningkatan suatu capaian dan
langkah-langkah yang harus kita lewati. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi
sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.22
22
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), 106.
20
2. Dho'fut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan)
Umat Islam pada saat ini tidak memiliki strategi yang jelas, rencana
perjuangannya penuh dengan misteri.
Dewasa ini umat Islam lengah dalam penjagaan keamanan diri dan
kekayaan baik moril maupun meteril sehingga negeri-negeri muslim yang kaya
raya akan sumber daya alam di rampok oleh negara-negara non muslim. Begitu
juga dengan Iman, umat Islam tidak lagi menjaganya tidak ada Amniyah pada
aqidah dan dibiarkan serbuan serbuan aqidah datang tanpa ada proteksi yg
memadai.
Umat islam dewasa ini tidak menyadari begitu banyak nikmat yg Allah
SWT berikan dan tidak mensyukurinya. Jika umat Islam mensyukuri segala
nikmat Allah dari bentuk syukur itu akan muncul kekuatan untuk memobilisasir
21
(kuatun Tanfidz) diri sekarang ini umat Islam sangat lemah dalam memobolisir
diri apalagi secara kolektifitas.
Jika kita melihat problema umat Islam saat ini maka perlua adanya
internalisasi nilai-nilai rahmatan itu ke dalam diri peserta didik adalah visi utama
dan sekaligus menunjukan keutamaan / ekselensi pendidikan Islam. Dengan
terpatrinya nilai-nilai tersebut di dalam diri, maka akan berkembang tiga dimensi
secara responsif yaitu dimensi ilahiyah, dimensi insaniyah dan dimensi
‘alamiyah.
22
itu. Dengan demikian, nilai-nilai qur’ani itu akan menjiwai pendidikan yang
diterapkan.
Agar terwujud visi pendidikan itu, maka mulai dari hakikat pendidikan,
tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, pendidik dan peserta
didik, dan evaluasi pendidikan haruslah benar-benar mengantarkan kepada tujuan
tersebut. Artinya adalah, pendidikan sebagai sebuah upaya berkelanjutkan dan
juga merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian,
objek pendidikan itu adalah manusia itu sendiri. Dengan demikian, objek
pendidikan itu adalah manusia yaitu mengenai hakikat pri hidup dan kehidupan
manusia itu sendiri.
23
Terwujudnya visi rahmatan li al-‘alamin disamping tiga unsur di atas,
juga tidak terlepas dari sarana pemberdayaan masyarakat dan memanfaatkan alam
dengan segala isinya. Ketiga unsur yang sangat menentukan ini menurut
perspektif al-Qur’an bersifat fana tidak permanen dan selalu berubah-ubah, dan
yang tetap adalah zat Allah yang Maha Kuasa. Dengan demikian, operasionalisasi
pendidikan Islam itu pun bersifat dinamis dan berkembang terus seirama dengan
perkembangan manusia itu sendiri.
Allah, manusia dan jagat raya (alam) adalah kandungan terpenting bahkan
merupakan intisari kandungan al-Qur’an. Intisari kandungan al-Qur’an itu pula
menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany yang melandasi pemikiran
mewujudkan visi pendidikan. Rumusan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
(1) Kepercayaan bahwa jagat raya berati seperti selain Allah, (2) kepercayaan
bahwa jagat raya itu berubah dan berada dalam gerakan dan terus menerus,
(3) alam ini berjalan menurut undang-undang yang pasti, (4) kepercayan
tentang adanya hubungan antara sebab akibat, (5) alam ini adalah teman
terbaik bagi manusia dan alat yang terbaik bagi kemajuannya, (6) alam ini
baru bukannya qodim, (7) Allah Ta’ala pencipta alam, dan (8) Allah
bersifat dengan sifat yang sempurna.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
juga berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah
tersebut.
Visi dapat diartikan dengan pandangan, impian, wawasan, apa saja yang
tampak dalam hayal, penglihatan. Pengertian visi secara sederhana menurut Abudi
Nata adalah merupakan keinginan, cita-cita, atau impian ideal yang ingin
diwujudkan atau angan-angan yang ingin dicapai. Jadi visi pendidikan Islam
berarti keinginan ideal yang ingin diwujudkan melalui upaya pendidikan Islam.23
Visi pendidikan Islam selaras dengan tujuan kehadiran agama Islam itu
sendiri di persada bumi, yaitu membimbing dan menuntun manusia ke jalan
kebenaran dan menunjuki mereka untuk tidak tersesat dalam kehidupan.
Mewujudkan kehidupan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan manusia
itu sendiri, yaitu menjadi hamba Allah yang sebenarnya dan menjadikan seluruh
aktivitas kehidupannya sebagai pengabdian kepada-Nya.24
Kata misi berasal dari bahasa inggris, yaitu mission yang berarti tugas,
perutusan , dan misi. Misi lebih lanjut dapat dikatakan sebagai langkah-langkah
atau kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis dan efektif dalam rangka mencapai
visi yang telah ditetapakan. Sejalan dengan visi pendidikan Islam sebagaimana
tersebut di atas, maka misi pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi
ajaran Islam. Berasarkan petunjuk dan isyarat yang terdapat di dalam al-Qur’an,
dijumpai informasi bahwa pendidika Islam terkait dengan upaya
23
Saidan, Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna dan Mohammad
Natsir (Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011), hlm 44.
24
Menurut informasi al-Qur’an, tujuan penciptaan manusia adalah untuk ‘ibad Allah (pengabdi)
yang penuh pengabdian kepada-Nya. Lihat, Q.S. al-Dzariyat (51) : 56.
26
memperjuangkan, menegakkan, melindungi, mengembangkan, menyantuni dan
membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia. Imam al-Syathibi
menyebutkan bahwa kehadiran agam Islam adalah untuk melindungi lima hal
yang merupakan hak-hak asasi manusia, yaitu pertama hak untuk idup
(al-nafs/al-hayat), kedua hak beragama (al-din), Hak untuk berfikir (al-aql),
keempat hak untuk memperoleh ketuerunan / pasangan hidup (al-nasl), dan
kelima hak untuk memperoleh harta benda (al-mal).
Dari uraian tersebut bahwa misi pendidikan Islam berkaitan dengan beberapa hal
sebagai berikut.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Cet. 1; Jakarta : Logos,
1999.
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005.
29