Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada


ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat
ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islampun mendasarkan diri pada al-
Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.1

Dengan demikian, perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan


lainnya, ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan
lainnya didasarkan pada pemikiran rasional yang sekuler dan impristik semata,
maka pendidikan Islam selain menggunakan pertimbangan rasional dan data
empiris juga berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama dan
sejarah tersebut.

Dalam perjalanan sejarahnya, sebuah kegiatan pendidikan ditentukan oleh


visi, misi, dan sifat yang melatar belakanginya. Dalam berbagai referensi kita
masih belum menjumpai rumusan tentang visi, misi, dan sifat pendidikan Islam
tersebut secara eksplisit. Yang ada, pada umumnya adalah rumusan tentang
tujuan, kurikulum, metode belajar mengajar, kriteria guru dan berbagai aspek
pendidikan lainnya. Rumusan tentang visi, misi, sifat pendidikan Islam yang
demikian penting itu belum sempat terpikirkan, walaupun berbagai isyarat di
dalam Al-Qur’an, al-Hadits dan berbagai sumber ajaran Islam lainnya, rumusan
tentang visi, misi dan sifat pendidikan Islam tersebut dapat dirumuskan.

Sehubungan dengan pemikiran tersebut di atas, penting rasanya untuk


membahas, serta memaparkan yang dimana penulis memfokuskan pada visi, misi
pendidikan Islam.

1
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005), hlm 29.

1
B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan Hakikat Pendidikan Islam.


2. Menjelaskan Visi Pendidikan Islam.
3. Menjelaskan Misi Pendidikan Islam.

C. Ruang Lingkup Masalah

1. Sejauh mana pencapaian yang diraih dari visi, misi pendidikan Islam pada
masa saat ini, jika dibandingkan pada era klasik.
2. Evaluasi terhadap perjalanan pendidikan Islam dari variabel visi, misi
pendidikan Islam.
3. Ibrah yang dapat diambil pada era sekarang, dijadikan acuan pada masa yang
akan datang.

D. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Hakikat Pendidikan Islam.


2. Mengetahui Visi Pendidikan Islam.
3. Mengetahui Misi Pendidikan Islam.

2
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Hakikat pendidikan Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan


“pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan
sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“pedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini
kemudian diterjemahkan ke dlam bahasa inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, Istilah ini sering
diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.2

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau


pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan
berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi (mental). Dengan
demikian pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Dalam konteks ini, orang dewasa yang dimaksud bukan berarti pada
kedewasaan fisik belaka, akan tetapi bisa pula dipahami pada kedewasaan psikis.

1. Pengertian pendidikan Islam

Pendidikam Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada


ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat
ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islam pun mendasarkan diri pada
al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.

2
Ramayulis, Samsul Nizar., Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
Para Tokohnya (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), hlm 83.

3
Dengan demikian, perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya
ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya
didasarkan pada pemikiran rasional yang sekuler dan impristik semata, maka
pendidikan Islam selain menggunakan pertimbangan rasional dan data empiris
juga berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah
tersebut.

a. Pengertian Etimologi

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada


term al-tarbiyah,al-tadib dan al-ta’lim.

Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek
pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-tadib dan al-ta’lim
jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal
pertumbuhan pendidikan Islam.

1) Istilah al-Tarbiyah

Istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki
banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan makna tumbuh,
berkembnag, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau
eksistensinya.3

Dalam penjelasan lain, kata al-tarbiyah berasal dari kata, yaitu pertama,
rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh, dan berkembang (QS. Al-Ruum /
30: 39). Kedua, rabiya yarba berarti menjadi besar. Ketiga, rabba yarubbu berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan memelihara.

Dari uraian diatas seacara filosofis mengisyaratkan bahwa proses


pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberika Allah sebagai
“pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang lua,
pengertian pendidikan Islam yang terkandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas
empat unsur pendekatan, yaitu:

a) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh).


3
Ramayulis, Samsul Nizar, op.Cit., hlm 84.

4
b) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.

c) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.

d) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

Penggunaan term al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat


difahami dengan merujuk firman Allah:

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al-Isra’ /17:
24)

2) Istilah al-Ta’lim

Istilah ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan


Islam. Menurut para ahli, kata lain lebih bersifat lebih bersifat universal di
banding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha, misalnya
mengartika al-Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Argumentasinya
didasarkan dengan merujuk pada ayat ini;

Artinya: “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni’mat Kami kepadamu)


Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-
ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepada kamu
yang belum kamu ketahui.” (QS.Al-Baqara / 2 : 151)

Kalimat wa yu’allimu hum al-kitdb wa al hikmah dalam ayat tersebut menjelaskan


tentang aktivitas Rasulullah mengajarkan tilawdt al-Qur’an kepada kaum
mslimin.

3) Istilah al-ta’dib

Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan


Islam adalah al-ta’dib. Konsep ini didasarkan pada hadits Nabi :

5
Addabani rabbi fa ahsana ta’diby (Tuhan telah mendidiku, maka Ia sempurnakan
pendidikanku” (H.R. Al-‘Asykary dari Ali r.a).

Kata addaba dalam hadits di atas simaknai al-Attas sebagai “mendidik”.


Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadits tersebut bisa dimaknai kepada
“Tuhanku telah membuatku mengenali dan mengakui dengan adab yang
dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya ke dalam diriku, tempat-
tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam penciptaan, sehingga hal itu
membibingku ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-Nya yang tepat di dalam
tatanan wujud dan kepribadian, serta sebagai akibatnya Ia telah mambuat
pendidikanku yang paling baik.

Berdasarkan batasan tersebut, maka al-ta’dib berarti pengenalan dan


pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
(peserta didik) tentang tepat tepat yang dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan.4 Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai
pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam
tatanan wujud dan kepribadiannya.

b. Adapun pengertian pendidikan, oleh para pakar antara lain

didefinisikan sebagai berikut :

1) Menurut Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik


terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.5

2) Menurut Dr. Ahmad Tafsir

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segenap aspek.6


4
Ibid., hlm 87.
5
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Maarif, Bandung, 1989,
hlm 18.
6
Dr. Ahmad Tafsir, Methodologi Pengajaran Agama Islam, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 1997, hlm 6.

6
3) Menurut Langeveled

Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada

anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan yaitu kedewasaan.7

4) Menurut UU RI No. 20 / 2003 tentang SISDIKNAS

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri
kepribadian, kecerdsan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat, bangsa dan negara.8

5) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.9

6) Menurut Brubacher

“Education shoul be tough of as the proces of man’s resciprocal adjustment to


nature, to his fellows, and to the ultimate nature of the cosmos. Education is the
organized development and equipment of all the powers of human being, moral,
intelectaul, and phisical by and for the individual an social uses, directed toward
the union of these activities with their creator as their final end. Education is the
process in wich these powers (abilities, capacities) of men wich are susceptible to
habituation are perfected by good habits, by means artistically contrived, and
employed by a man to help another or him self achieve the end in view.”10

7
Drs. H. Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogig (Dasar-dasar Ilmu Pendidikan),
Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm 3-4.
8
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1.
9
Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departeman
Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994, hlm
232.
10
John S. Brubacher, Modern Philosophies of Education, Tata Mc. Graw – Hill
Publishing Company LTD, New Delhi, 1981, hlm 371

7
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manuisa
dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan dengan alam semesta.
Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan
dari semua potensi-potensi manusia ; moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh
dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan
demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir).

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami, pendididkan adalah suatu


proses atau usaha yang dilakukan secara sadar untuk memberikan bimbigan atau
pengarahan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju
kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan. Atau dengan kata lain menuju
terbentuknya manusia yang dewasa, memiliki ketrampikan, keahlian yang
sempurna dengan kepribadian atau akhlak yang utama.

Sementara Pendidikan Islam mengutip pendapat para ahli didefinisikan


sebagai berikut :

1) Menurut Yusuf Qardawi

Pendidikan Islam adalah Pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya


jasmani dan rohaninya, akhlak dan ketrampilannya.11

2) Menurut Hasan Langgulung

Pendidikan Islam adalah Suatu proses penyiapan generasi muda untuk


mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat. Lebih lanjit ia menjelaskan bahwa pendidikan Islam dalam pengertian
di atas merupakan suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam
yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui proses mana individu
dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan
tugasnya sebagai kholifah di bumi yang dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.12
11
Prof. Dr. Yusuf Qardawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna (terj.),
Bulan Bintang, Jakarta, 1980, hlm 39.
12
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Al-Ma’arif,
Bandung, 1980, hlm 94.

8
3) Menurut Drs Ahmadi

Pendidikan Islam adalah Segala usaha untuk mengembangkan dan


memelihara fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju
terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.13

4) Menurut Ahmad D. Marimba

Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada


terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukukran-ukuran Islam.14

5) Menurut al-Thoumi al-Syaibany

Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta


didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut
dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi
dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.15

Dari beberapa definisi di atas, secara umum pendidikan Islam dapat


didefinisikan sebagai suatu proses atau usaha yang dilakukan secara sadar.

B. Visi Pendidikan Islam

Kata visi berasal dari bahasa inggris, usion yang dapat berarti penglihatan
daya lihat, pandangan, impingan atau bayangan. Dengan demikian, secara
sederhana kata visi mengacukepada sebuah cita-cita, keinginan, angan-angan,
khayalan dan impian ideal yang ingin dicapaikan dirumuskan secara sederhana,
singkat, padat dan jelas namun mengandung makna yang luas jauh dan penuh
makna. Dengan sifatnya yang demikian itu, sebuah visi dapat mengesankan
sebuah cita-cita jangka panjang yang mungkin sulit di ukur dala jangka waktu
tertentu.

13
Drs. Ahmadi, Islam sebagai paradigma Ilmu pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta,
1992, hlm 28.
14
Ahmad D. Marimba, op. Cit.,hlm 23.
15
Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam (terj. Hasan langgulung), Bulan
Bintang Jakarta, 1979, hlm 399.

9
Visi dapat diartikan dengan pandangan, impian, wawasan, apa saja yang
tampak dalam hayal, penglihatan. Pengertian visi secara sederhana menurut Abudi
Nata adalah merupakan keinginan, cita-cita, atau impian ideal yang ingin
diwujudkan atau angan-angan yang ingin dicapai. Jadi visi pendidikan Islam
berarti keinginan ideal yang ingin diwujudkan melalui upaya pendidikan Islam.16

Visi pendidikan Islam selaras dengan tujuan kehadiran agama Islam itu
sendiri di persada bumi, yaitu membimbing dan menuntun manusia ke jalan
kebenaran dan menunjuki mereka untuk tidak tersesat dalam kehidupan.
Mewujudkan kehidupan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan manusia
itu sendiri, yaitu menjadi hamba Allah yang sebenarnya dan menjadikan seluruh
aktivitas kehidupannya sebagai pengabdian kepada-Nya.17

Berangkat dari berbagai pengertian istilah-istilah tentang pendidikan dan


isyarat-isyarat yang terkandung di dalam setiap terma seperti yang dijelaskan
sebelumnya, serta ayat-ayat al-Qur’an yang berisikan isyarat-isyarat tarbawiy
yang digambarkan di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa, pendidikan Islam itu
punya visi berupa cita-cita ideal yang diusahakan mewjudkannya. Dengan
demikian, pendidikan Islam itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Bahkan manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia
dapat mengetahui tugas dan fungsinya hanya melalui upaya pendidikan.

Keberadaan pendidikan Islam disamping sebagai upaya mengawal fitrah


sekaligus mengembangkannya. Hal itu menurut Abd. Al-Rahman al-Byny seperti
yang dikutip ‘Abd al-Rahman al-Nahlawy, seirama dengan unsur-unsur yang
terkandung dalam istilah pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur yang terkandung
dalam istilah pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur yang terkandung dalam istilah
pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur yang terkandung di dalamnya menurut
analisis Abd al-Rahman al-Byny sebagai berikut

“(Unsur-unsur dalam pendidikan Islam adalah) : (1) menjaga dan


memelihara fitrah anak ; (2) mengembangkan seluruh potensi / bakat dan
16
Saidan, Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna dan Mohammad
Natsir (Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011), hlm 44.
17
Menurut informasi al-Qur’an, tujuan penciptaan manusia adalah untuk ‘ibad Allah (pengabdi)
yang penuh pengabdian kepada-Nya. Lihat, Q.S. al-Dzariyat (51) : 56.

10
kemampuan yang bermacam-macam ; (3) mengarahkan fitrah dan potensi menuju
ke arah kebaikan dan kesempurnaan yang layak baginya ; (4) dilaksanakan
secara bertahap.18

Visi pendidikan Islam pada dasarnya berkaitan dengan visi keRasulan para
Nabi, mulai dari visi kerasulan Nabi Adam hingga kerasulan Nabi Muhammad
SAW, yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh dan tunduk
kepada Allah (QS. 7:66, 73:29:16) serta membawa seluruh rahmat bagi seluruh
alam (QS. 21:107; 27:77). Kata patuh dan tunduk kepada Allah sebagai
disebutkan di dalam ayat tersebut memiliki arti yang amat luas, yakni
melaksanakan segala perintah Allah dalam segala aspek kehidupan: ekonomi,
sosial, politik, budaya, Ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya yang didasarkan
pada nilai-nilai kepatuhan dan ketundukan kepada Allah, yaitu nilai keimanan,
ketakwaan, kejujuran, keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebersamaan, toleransi,
tolong menolong, kerja keras, dan lain sebagainya. Sedangkan kata rahmat dapat
berarti kedamaian, kesejahteraan, keharmonisan, kenikmatan, keberuntungan,
kasih sayang, kemakmuran, dan lain sebagainya. Pendidikan Islam yang
dilaksanakan harus diarahkan untuk mewujudkan sebuah tata kehidupan yang
mencerminkan nilai-nilai tersebut.

Berbicara tentang visi pendidikan Islam, berarti membicarakan dasar-dasar


pemikiran filosofis tentang tujuan hakiki dari pendidikan Islam itu sendiri. Usaha
mewujudkan visi pendidikan Islam berarti berupaya merealisasikan tujuan
penciptaan manusia dan kehidupannya di muka bumi.

Agar terwujud visi tersebut tentunya terkait erat dengan landasan hakikat
pendidikan Islam itu sendiri, apa, bagaiamana dan untuk apa pendidikan Islam itu,
yang dalam kajian filsafat meliputi ontologi, epistomologi dan axiology. Artinya
adalah, apa, bagaimana dan untuk apa pendidikan itu bagi kehidupan manusia,
baik manusia sebagai subjek atau pelaku pendidikan maupun ia berfungsi sebagai
objek atau sasaran pendidikan.

18
Saidan, Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna dan Mohammad
Natsir (Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011), hlm 45.

11
Ketiga landasan pengetahua tersebut sebenarnya dapat dilacak dalam
barbagai ayat al-Qur’an, baik yang sifatnya eksplisit maupun sentuhan ayat-ayat
secara implisit. Sebab al-Qur’an pada dasarnya merupakan buku petunjuk dan
pegangan, namun diantara isinya mendorong umat Islam supaya banyak berpikir.
Sekalipun diakui bahwa, al-Qur’an tidak sampai memasuki kawasan yang
bersiafat teknis dan tidak sampai menjangkau zona praktis dari pendidikan.

Kata-kata yang dipakai al-Qur’an menstimulusi umat manusia untuk selalu


berpikir menurut Harun Nasution sangat banyak sekali seperti : ulu al-bab, ulul
al-‘ilm, ulu al-abshr, ulu al-nuha, dan kata ayat sendiri erat kaitannya dengan
perbuatan berpikir yang arti aslinya adalah tanda. Kata-kata tersebut sebenarnya
merupakan ayat-ayat tarbawiyah (ayat-ayat pendidikan). Isyarat ayat-ayat
tarbawiyah yang tertera dalam al-Qur’an tersebut sebenarnya telah diaplikasikan
secara nyata oleh Rasulullah SAW melalui tindakannya dan amaliahnya selama
hayatnya. Islam sebagai agama wahyu yang bersumberkan al-Qur’an yang
dibawanya itu mengandung implikasi kependidikan dalam berbagai aspeknya
bertujuan untuk menjadi rahmatan li al-‘alamin.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa visi utama pendidikan Islam itu
adalah untuk mencetak manusia-manusia yang menjadi rahmatan li al-‘alamin,
yaitu insan-insan penyebar rahmah dan menerapkan rasa kasih saying di muka
bumi bumi. Keberadaannya dirasakan oleh manusia disekitarnya. Dalam hal ini
Allah berfirman:

       


        
         
      

Artinya : “ 7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal


saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk 8. Balasan mereka di sisi Tuhan
mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya.” (QS. al-Bayyinah : 7-8)

12
Nabi SAW juga menyatakan dalam haditsnya :

‫خيركم ير جى خيره ويؤمن ش((ره وش((ركم من ال ي((رجى خ((يره وال ي((ؤمن‬


‫شره‬

Artinya : “Sebaik-baik kamu ialah orang yang bisa diharapkan ada


kebaikannya dan tidak berbahaya keburukannya. Seburuk-buruk kamu ialah yang
tidak bisa diharapkan ada kebaikannya dan berbahaya keburukannya. (HR.
Riwayat Ahmad, Turmuzi dan Abu Hurairah).

C. Misi Pendidikan Islam

Sebagaimana kata visi, kata misi pun verasal dari bahasa inggris, yaitu
mission yang berarti tugas, perutusan , dan misi. Misi lebih lanjut dapat dikatakan
sebagai langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis dan efektif
dalam rangka mencapa visi yang telah ditetapakan. Sejalan dengan visi
pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, maka misi pendidikan Islam juga
erat kaitannya dengan misi ajaran Islam. Berasarkan petunjuk dan isyarat yang
terdapat di dalam al-Qur’an, dijumpai informasi bahwa pendidika Islam terkait
dengan upaya memperjuangkan, menegakkan, melindungi, mengembangkan,
menyantuni dan membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia.
Imam al-Syathibi menyebutkan bahwa kehadiran agam Islam adalah untuk
melindungi lima hal yang merupakan hak-hak asasi manusia, yaitu pertama hak
untuk idup (al-nafs/al-hayat), kedua hak beragama (al-din), Hak untuk berfikir
(al-aql), keempat hak untuk memperoleh ketuerunan / pasangan hidup (al-nasl),
dan kelima hak untuk memperoleh harta benda (al-mal).

Dari uraian tersebut bahwa misi pendidikan Islam berkaitan dengan beberapa hal
sebagai berikut.

1. Terkait dengan upaya mengangkat harkat dan martabat manusia.

13
Pemeliharaan terhadap hak-hak asasi manusia pada intinya diarahkan pada
upaya memuliakan harkat dan derajat manusia. Allah SWT mengingatkan dalam
firman-Nya:

        


      
  

Artinya : “ Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. “ (QS. al-Isra’ (17) : 70)

Berkaitan dengan ayat ini, Imam al-Maraghi menafsirkan sebagai berikut.

Sesungguhnya Kami (Allah) telah memuliakan anak Adam dengan


membentuk rupa yang baik, struktur yang serasi dan akal pikiran, yang dengan
semua itu ia dapat memperoleh petunjuk tenteng melakukan pekerjaan,
mengetahui bahasa, berpikir yang baik di dalam mendapatkan berbagai kebutuhan
hidup, dan menggunakannya terhadapa apa yang ada di muka bumi, menundukan
apa yang ada di alam atas (cakrawala) dan alam bawah (bumi), dan mengangkut
mereka di atas binatang, pesawat, burung serta kapal laut, diberikan pula reeki
yang berasal dari tumbuh-tunbuhan dan binatang, diberikan keistimewaan berupa
kemampuan menguasai lautan, kemuliaan dan keagungan dari umumnya makhluk
lainnya. Dengan berbagai keutamaan tersebut, manusia diminta manusia agar
tidak menyekutukan Tuhan, menjauhkan diri dari beribadak kepada yang lainnya,
seperti berhala yang terbuat dari kayu dan dari besi. Intinya ayat tersebut
menyuruh manusia agar bersyukur kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya,
karena Allah telah menundukan kepada manusia segala sesuatu yang ada di darat
dan di bumi (sehingga mudah dikelola dan dimanfaatkan), memelihara manusia
dengan pemeliharaan yang baik, dan memberikan petunjuk tentang cara membuat
kapal untu digunaka berlayar di laut, dan diberikannya pula rezeki yang baik-baik,
serta diberikan berbagai keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya.

14
Misi ajaran Islam yang memuliakan manusia yang demikian itu, menjadi
misi pendidikan Islam. Terwujudnya manusia yang sehat jasmani, rohani, dan
akal pikiran, serta memiliki Ilmu pengetahuan, keterampilan, akhlak yang mulia,
keterampilan hidup (skill life) yang memungkinkan ia dapat memanfaatkan
berbagai peluang yang diberikan oleh Allah termasuk pula mengelola kekayaan
alam yang ada di daratan, di lautan, bahkan di ruang angkasa adalah merupakan
misi pendidikan Islam.

Keistimewaan manusia yang demikian itu dalam sejarah pernah


mengalami kemunduran. Berbagai karunia yang Allah berikan berupa kekuatan
jasmani, rohani, akal pikiran, kekayaan alam dan berbagai peluang hidup telah
disalah gunakan oleh manusia. Mereka tidak mengikuti petunjuk Tuhan dakm
memanfaatkan berbagai karunia tersebut. Yang mereka ikuti adalah dorongan
hawa nafsu, syahwat, dorongan materialistic, hedonistic dan bujukan syaitan,
sehingga mereka telah membuat berbagai kerusakan dan bencana di muka bumi.
Al-Qur’an menyebutkan : “telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” (Q.S. al-Rum (30): 41).

2. Terkait dengan upaya memberdayakan manusia agar ia dapat


melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka
ibadah kepada Allah.

3. Terkait dengan upaya mengatasi berbagai masalah yang dihadapi umat


manusia yaitu masalah akidah, ibadah, syari’ah, ekonomi, politik, sosial,
budaya, adat istiadat, hukum, ilmu pengetahuan, pendidikan dan
sebagainya.

4. Terkait dengan menegakkan akhlak yang mulia pada seluruh aspek


kehidupan tersebut.

15
Dengan misi yang demikan itu, maka pendidikan Islam memilih tanggung
jawab yang amat berat, besar dan kompleks, karena terkait dengan seluruh aspek
kehidupan manusia.

BAB III

ANALISIS MASALAH

A. Pencapaian Visi, misi Pendidikan Islam yang pada era klasik

Melihat unsur-unsur yang terkandung dalam pendidikan (tarbiyah) itu,


maka dapat dideskripsikan bahwa, pendidikan merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Artinya adalah, visi pendidikan
Islam itu identik dengan kebutuhan esensial manusia yaitu pengembangan potensi

16
manusiawi dan mempertahankan keberadaannya sesuai dengan tujuan penciptaan
manusia itu sendiri.

Jika kita melihat pada era klasik, Ilmu pengetahuan masih sulit didapatkan,
hanya mungkin didapatkan oleh petinggi –petinggi kerajaan saja, atau yang
mempunyai darah bangsawan, dan juga lembaga pendidikan pada saat itu masih
bersifat non formal, walaupun ada diantaranya yang sudah ada lembaga
pendidikan formal. Visi, misi maupun tujuan pada era klasik memang pada
umumnya masih pada menulis dan membaca, karena minimnya kaum muslimin
yang tidak bisa membaca. Pada era klasik kajian-kajian yang dikaji masih seperti
masih hanya pada kaijan-kajian Islam, ketata negaraan, dls. Pencapaian yang
dihasilkan dapat kita lihat dari kemajuan umat Islam pada saat itu pada bidang
ketata negaraan. Oleh karenanya pendidikan pada saat itu belum sampai pada
tahap pengembangan pengetahuan Ilmiah.

Capaian-capaian yang ada pada era klasik mungkin dapat kita lihat
keberhasilan Islam menaklukan Andalusia. Andalusia adalah salah satu bukti
sejarah yang merupakan daerah kekuasaan Islam yang ditaklukkan pada tahun 705
M. Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah. Dalam masa lebih dari tujuh
abad kekuasaan pada periode Islam klasik. Andalusia mencapai puncak
keemasannya. Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pegaruhnya
membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks,
Andalusia juga dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di timur. Banyak
orang Eropa mendalami studi di Universitas-universitas Islam di sana. Ketika itu
bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan
abad,19 Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun
peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah
dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja
karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan
karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan.
Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang

19
K. Ali, A Study of Islamic History, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi dengan judul Sejarah
Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh Pramodern) (Cet. IV; Jakarta: Raja
Gravindo Persada, 2003), hlm 453.

17
politik yakni dengan dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia
lainnya sampai kemajuan di bidang sains dan teknologi.20

Dalam pandangan Islam, ilmu sudah terkandung secara esensial dalam al-
Qur’an. Dengan demikian berilmu berarti beragama, beragama berarti berilmu.
Maka tidak ada dikotomi ilmu dan agama. Ilmu tidak bebas nilai, tetapi bebas
dinilai atau dikritik. Menilai dan menggugat kembali keabsahan dan kebenaran
suatu pendapat adalah diharuskan tanpa menilai yang berpendapat. Bahkan ilmuan
dengan senang hati melemparkan pendapat yang telah dikemukakan untuk dinilai
bukan untuk dipertahankan, karena yang dicari adalah kebenaran bukan
pembenaran.21

Dari fakta yang digambarkan diatas itu merupakan realisasi dari fungsi
manusia sebagai khalifat Allah fi al-ardh seperti yang digambarkan Allah dalam
Al-Qur’an itu akan terealisir manakala manusia itu membekali dirinya dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan ilmu dan keterampilan
itu adalah hasil dari upaya pendidikan. Dan memang Islam sebagai sebagai ajaran
yang universal, sangat mementingkan ilmu pengetahuan dan memerlukan
pendidikan.

Dalam berbagai ayat ditemukan dorongan agar manusia mencari ilmu


pengetahuan di mana saja dan kapan saja. Di samping itu ayat al-Qur’an juga
memberikan apresiasi luar biasa kepada orang-orang yang berilmu dan punya
pengetahuan. Bahkan keistimewaan Adam dari para Malaikat justru karena ia
dibekali Allah dengan ilmu pengetahuan dan dipersiapkan untuk menjadi khalifah
Allah di muka bumi. Diantaranya firman Allah yang berbunyi :

       


       
          
  

20
Muhammad Oemar, Filsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), hlm 503.
21
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Logos, 1999), hlm 9-10.

18
Artinya: 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!" 32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang
Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-
Baqarah : 31-32)

       


      

Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Mujadilah : 11)

         


   

Artinya : “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui


dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. al-Zumar : 9)

Ayat-ayat al-Qur’an di atas menjadi isyarat bagi orang-orang Islam bahwa,


pendidikan Islam memiliki visi berupa terwujudnya tujuan penciptaan manusia di
muka bumi. Untuk terealisirnya tujuan tersebut, tentunya manusia harus dibekali
dengan ilmu dan keterampilan sebagai syarat mutlak dan itu semua tentunya
diperoleh melalui upaya pendidikan Islam.

Adanya apresiasi al-Qur’an terhadap orang-orang yang berilmu


merupakan isyarat pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, dan
sekaligus sebagai syarat utama mewujudkan visi pendidikan Islam. Umat Islam di
zaman klasik telah berupaya mewujudkan visi pendidikan Islam dan

19
merealisasikan tuntunan ayat al-Qur’an itu berupa kesungguhan mereka dalam
mencari dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Kesungguhan umat Islam masa klasik dalam mencari dan


mengembangkan ilmu pengetahuan menurut Sirajuddin Zar, ditandai dengan
adanya upaya Khalifah al-Makmun membayar mahal jasa para penerjemah
dengan emas yang sama beratnya dengan buku yang diterjemahkannya. Ini
menunjukan upaya serius dari kalangan umat Islam klasik tentang aktualisasi visi
yang melekat dalam pendidikan Islam itu sendiri serta merealisasikannya.

Dengan upaya semacam itu, umat Islam masa klasik telah mampu
memberikan motivasi dan inspirasi dalam merumuskan berbagai persepsi
manusia melalui pendidikan sebagai sarana yang mendasari lahirnya peradaban
dunia yang cukup gemilang, dan telah terbukti melahirkan perdaban Islam yang
sangat berpengaruh pada abad XVI.

B. Evaluasi pencapaian visi, misi pendidikan Islam pada masa sekarang


terhadap problematika umat

Pada era sekarang ini kita perlu mengevaluasi terhadap capaian dan
perubahan yang dapat kita amati, hal ini demi peningkatan suatu capaian dan
langkah-langkah yang harus kita lewati. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi
sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.22

Kondisi umat Islam saat ini penuh dengan kelemahan-kelemahan.


Kelemahan-kelemahan itu terkait dengan kapasitas intelektual dan problematika
moral. Kelemahan dalam kapasitas intelektual (Al Jahlu) meliputi:

1. Dho'fut Tarbiyah (lemah dalam pendidikan)

Kelemahan dalam aspek pendidikan formal dan informal sangat dirasakan


oleh umat Islam masa kini.

22
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), 106.

20
2. Dho'fut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan)

Dewasa ini sedang sangat pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan


tekhnologi tetapi uamat Islam terasa tertinggal bila dibandingkan umat yg lainnya.
Ini disebabkan wawasan umat Islam yg sempit dan terbatas juga lemah dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan ini disebabkan minat umat Islam untuk
menuntut ilmu sangat rendah.

3. Dho'fut Takhthith (lemah dalam perencanaan)

Umat Islam pada saat ini tidak memiliki strategi yang jelas, rencana
perjuangannya penuh dengan misteri.

4. Dho'fut Tanzim (lemah dalam pengorganisasian)

Sekarang ini terjadi gerakan-gerakan yang mengibarkan bendera


kebathilan, mereka membangun pengorganisasian yang solid sementara umat
Islam lemah dalam pengorganisasian sehingga kebathilan akan di atas angin
sedang umat Islam akan berada di pihak yg kalah. Sesuai perkataan Khalifah Ali
ra " kebenaran tanpa sistem yg baik akan di kalahkan oleh kebathilan yg
terorganisir dgn baik".

5. Dho'fut Amniyah (lemah dalam keamanan)

Dewasa ini umat Islam lengah dalam penjagaan keamanan diri dan
kekayaan baik moril maupun meteril sehingga negeri-negeri muslim yang kaya
raya akan sumber daya alam di rampok oleh negara-negara non muslim. Begitu
juga dengan Iman, umat Islam tidak lagi menjaganya tidak ada Amniyah pada
aqidah dan dibiarkan serbuan serbuan aqidah datang tanpa ada proteksi yg
memadai.

6. Dho'fut Tanfidz (lemah dalam memobilisasi potensi-potensi diri)

Umat islam dewasa ini tidak menyadari begitu banyak nikmat yg Allah
SWT berikan dan tidak mensyukurinya. Jika umat Islam mensyukuri segala
nikmat Allah dari bentuk syukur itu akan muncul kekuatan untuk memobilisasir

21
(kuatun Tanfidz) diri sekarang ini umat Islam sangat lemah dalam memobolisir
diri apalagi secara kolektifitas.

C. Rekomendasi dan Saran

Jika kita melihat problema umat Islam saat ini maka perlua adanya
internalisasi nilai-nilai rahmatan itu ke dalam diri peserta didik adalah visi utama
dan sekaligus menunjukan keutamaan / ekselensi pendidikan Islam. Dengan
terpatrinya nilai-nilai tersebut di dalam diri, maka akan berkembang tiga dimensi
secara responsif yaitu dimensi ilahiyah, dimensi insaniyah dan dimensi
‘alamiyah.

Dimensi ilahiyah yang dimaksudkan adalah seperti yang digambarkan


oleh Suyanto, yaitu tertanamnya nilai-nilai ketuhanan pada diri peserta didik.
Sedangkan dimensi insaniyah adalah nilai kemanusiaan yang bersifat universal,
seperti sifat tolong menolong, rasa simpati, empati, kepedulian sosial dan lain-
lain.

Sementara dimensi ‘alamiyah hubungan individu dengan alam semesta


berupa memelihara, memakmurkan dan memanfaatkan alam dalam kehidupan.
Bukannya eksploitasi dan dominasi untuk memperkaya diri sendiri. Semuanya itu
secara aplikatif telah diterapkan oleh Rasul selama hidupnya bersama para
sahabatnya.

Nilai-nilai kewahyuan yang dibawa oleh Rasul SAW sangat dibutuhkan


dan penting bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai tarbawi-nya sesuai dengan fitrah
manusia itu sendiri. Ia akan actual dan funsional bilamana diinternalisasikan ke
dalam diri pribadi setiap individu melalui proses pendidikan (harkat
tarbawiyyah).

Agar ayat-ayat al-Qur’an yang punya nilai-nilai pendidikan itu dapat


membumi dan konsep-konsep pendidikan yang qur’ani dapat dikembangkan
menjadi teori-teori yang bersifat aplikatif dan operasional, diperlukan upaya-
upaya interpretasi terhadap prinsip-prinsip dasar yang terdapat dalam al-Qur’an

22
itu. Dengan demikian, nilai-nilai qur’ani itu akan menjiwai pendidikan yang
diterapkan.

Pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai al-Qur’an-lah menurut Said Agil


Husin al-Munawar yang akan berperan secara signifikan untuk memperkokoh
ketahanan rohani umat manusia. Nilai-nilai Qur’ani yang dimaksudkan itu adalah
nilai universal yang bersumberkan pada Qur’an sebagai sumber tertinggi ajaran
Islam. Ini tentunya menunjukan bahwa, pendidikan Islam yang mempunyai
pandangan jauh ke depan itu selalu mengedepankan nilai-nilai seperti yang
terkandung di dalam al-Qur’an.

Kajian terhadap visi Pendidikan Islam secara filosofis berarti melihat


segala topik-topik pendidikan tertuju kepada upaya membentuk manusia yag
dalam kehidupannya mengedepankan nilai-nilai qur’ani berupa pengabdian secara
tulus kepada penciptanya.

Agar terwujud visi pendidikan itu, maka mulai dari hakikat pendidikan,
tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, pendidik dan peserta
didik, dan evaluasi pendidikan haruslah benar-benar mengantarkan kepada tujuan
tersebut. Artinya adalah, pendidikan sebagai sebuah upaya berkelanjutkan dan
juga merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian,
objek pendidikan itu adalah manusia itu sendiri. Dengan demikian, objek
pendidikan itu adalah manusia yaitu mengenai hakikat pri hidup dan kehidupan
manusia itu sendiri.

Merealisasikan visi pendidikan Islam itu tidak bisa terlepas dari


komponen-komponen lainnya seperti halnya alam dengan segala isinya yang
merupakan perangkat ataupun sarana untuk pendekatan diri kepada Sang
Pencipta. Begitu juga halnya dengan kelompok masyarakat yang merupakan
sarana penunjang. Artinya adalah, alam, manusia dan masyarakat kandungan al-
Qur’an yang paling utama merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama
lain dan memiliki fungsi masing-masing dalam mewujudkan visi yang telah
ditentukan.

23
Terwujudnya visi rahmatan li al-‘alamin disamping tiga unsur di atas,
juga tidak terlepas dari sarana pemberdayaan masyarakat dan memanfaatkan alam
dengan segala isinya. Ketiga unsur yang sangat menentukan ini menurut
perspektif al-Qur’an bersifat fana tidak permanen dan selalu berubah-ubah, dan
yang tetap adalah zat Allah yang Maha Kuasa. Dengan demikian, operasionalisasi
pendidikan Islam itu pun bersifat dinamis dan berkembang terus seirama dengan
perkembangan manusia itu sendiri.

Allah, manusia dan jagat raya (alam) adalah kandungan terpenting bahkan
merupakan intisari kandungan al-Qur’an. Intisari kandungan al-Qur’an itu pula
menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany yang melandasi pemikiran
mewujudkan visi pendidikan. Rumusan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

(1) Kepercayaan bahwa jagat raya berati seperti selain Allah, (2) kepercayaan
bahwa jagat raya itu berubah dan berada dalam gerakan dan terus menerus,
(3) alam ini berjalan menurut undang-undang yang pasti, (4) kepercayan
tentang adanya hubungan antara sebab akibat, (5) alam ini adalah teman
terbaik bagi manusia dan alat yang terbaik bagi kemajuannya, (6) alam ini
baru bukannya qodim, (7) Allah Ta’ala pencipta alam, dan (8) Allah
bersifat dengan sifat yang sempurna.

Prinsip-prinsip dasar semacam inilah yang melandasi visi pendidikan


Islam dan sekaligus menjadi wahana yang melahirkan komponen-komponen
pendidikan Islam.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikam Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada


ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat
ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islam pun mendasarkan diri pada
al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.

Adapun perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya


ditentukan oleh adanya dasar ajaran Islam tersebut. Jika pendidikan lainnya
didasarkan pada pemikiran rasional yang sekuler dan impristik semata, maka
pendidikan Islam selain menggunakan pertimbangan rasional dan data empiris

25
juga berdasarkan pada al-Qur’an, al-Sunnah, pendapat para ulama dan sejarah
tersebut.

Visi dapat diartikan dengan pandangan, impian, wawasan, apa saja yang
tampak dalam hayal, penglihatan. Pengertian visi secara sederhana menurut Abudi
Nata adalah merupakan keinginan, cita-cita, atau impian ideal yang ingin
diwujudkan atau angan-angan yang ingin dicapai. Jadi visi pendidikan Islam
berarti keinginan ideal yang ingin diwujudkan melalui upaya pendidikan Islam.23

Visi pendidikan Islam selaras dengan tujuan kehadiran agama Islam itu
sendiri di persada bumi, yaitu membimbing dan menuntun manusia ke jalan
kebenaran dan menunjuki mereka untuk tidak tersesat dalam kehidupan.
Mewujudkan kehidupan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan manusia
itu sendiri, yaitu menjadi hamba Allah yang sebenarnya dan menjadikan seluruh
aktivitas kehidupannya sebagai pengabdian kepada-Nya.24

Berangkat dari berbagai pengertian istilah-istilah tentang pendidikan dan


isyarat-isyarat yang terkandung di dalam setiap terma seperti yang dijelaskan
sebelumnya, serta ayat-ayat al-Qur’an yang berisikan isyarat-isyarat tarbawiy
yang digambarkan di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa, pendidikan Islam itu
punya visi berupa cita-cita ideal yang diusahakan mewjudkannya. Dengan
demikian, pendidikan Islam itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Bahkan manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia
dapat mengetahui tugas dan fungsinya hanya melalui upaya pendidikan.

Kata misi berasal dari bahasa inggris, yaitu mission yang berarti tugas,
perutusan , dan misi. Misi lebih lanjut dapat dikatakan sebagai langkah-langkah
atau kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis dan efektif dalam rangka mencapai
visi yang telah ditetapakan. Sejalan dengan visi pendidikan Islam sebagaimana
tersebut di atas, maka misi pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi
ajaran Islam. Berasarkan petunjuk dan isyarat yang terdapat di dalam al-Qur’an,
dijumpai informasi bahwa pendidika Islam terkait dengan upaya
23
Saidan, Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna dan Mohammad
Natsir (Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011), hlm 44.
24
Menurut informasi al-Qur’an, tujuan penciptaan manusia adalah untuk ‘ibad Allah (pengabdi)
yang penuh pengabdian kepada-Nya. Lihat, Q.S. al-Dzariyat (51) : 56.

26
memperjuangkan, menegakkan, melindungi, mengembangkan, menyantuni dan
membimbing tercapainya tujuan kehadiran agama bagi manusia. Imam al-Syathibi
menyebutkan bahwa kehadiran agam Islam adalah untuk melindungi lima hal
yang merupakan hak-hak asasi manusia, yaitu pertama hak untuk idup
(al-nafs/al-hayat), kedua hak beragama (al-din), Hak untuk berfikir (al-aql),
keempat hak untuk memperoleh ketuerunan / pasangan hidup (al-nasl), dan
kelima hak untuk memperoleh harta benda (al-mal).

Dari uraian tersebut bahwa misi pendidikan Islam berkaitan dengan beberapa hal
sebagai berikut.

1. Terkait dengan upaya mengangkat harkat dan martabat manusia.

2. Terkait dengan upaya memberdayakan manusia agar ia dapat


melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka
ibadah kepada Allah.

3. Terkait dengan upaya mengatasi berbagai masalah yang dihadapi umat


manusia yaitu masalah akidah, ibadah, syari’ah, ekonomi, politik, sosial,
budaya, adat istiadat, hukum, ilmu pengetahuan, pendidikan dan
sebagainya.

4. Terkait dengan menegakkan akhlak yang mulia pada seluruh aspek


kehidupan tersebut.

Perlua adanya internalisasi nilai-nilai rahmatan ke dalam diri peserta


didik adalah visi utama dan sekaligus menunjukan keutamaan / ekselensi
pendidikan Islam. Dengan terpatrinya nilai-nilai tersebut di dalam diri, maka akan
berkembang tiga dimensi secara responsif yaitu dimensi ilahiyah, dimensi
insaniyah dan dimensi ‘alamiyah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. Islam sebagai paradigma Ilmu pendidikan, Yogyakarta : Aditya Media,


1992.

Ali, K. A Study of Islamic History, diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi


dengan judul Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani
(Tarikh Pramodern), Cet. IV; Jakarta : Raja Gravindo Persada, 2003.

Al-Syaibany, Al-Thoumy. Falsafah Pendidikan Islam (terj. Hasan langgulung),


Jakarta : Bulan Bintang, 1979.

Brubacher, John S. Modern Philosophies of Education, Tata Mc. Graw – Hill

Publishing Company LTD, New Delhi, 1981.

Hamalik, Oemar. Pengajaran Unit, Bandung : Alumni, 1982.

Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung :


Al-Ma’arif, 1980.

Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Al-Maarif,


1989.

28
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Cet. 1; Jakarta : Logos,
1999.

Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005.

Oemar, Muhammad. Filsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, Jakarta


: Bulan Bintang, 1975.

Qardawi, Yusuf. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna (terj.),


Jakarta : Bulan Bintang, 1980.

Ramayulis., Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan


dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta : Kalam Mulia, 2009.

Saidan. Perbandingan pemikiran pendidikan Islam antara Hasan al-Banna dan


Mohammad Natsir, Jakarta : KEMENTERIAN AGAMA RI, 2011.

Salam, Burhanuddin. Pengantar Paedagogig (Dasar-dasar Ilmu Pendidikan),


Jakarta : Rineka Cipta, 1997.

Tafsir, Ahmad. Methodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : Remaja Rosda


Karya, 1997.

Tim Penyusun Kamus pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departeman


Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 1994.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan.

29

Anda mungkin juga menyukai