Anda di halaman 1dari 26

Nama : Afriza Naufal Maulana

NIM : 06040123087
Kelas : PAI-D

Judul Buku : Ilmu Pendidikan Islam


Tahun Terbit : 2006
Penulis : Dr. Abdul Mujib, M.Ag.,et al.
Penerbit : Kencana Pernada Mulia
Alamat Penerbit : Jl. Lele I No. 7 Rawamangun Jakarta 13220
Jumlah Halaman : 268 halaman, 11 Bagian

RESUME BUKU

BAB 1
ISLAM SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pendidikan Islam merupakan salah satu disiplin ilmu keislaman yang


membahas objek-objek di seputar kependidikan. Pemahaman hakikat pendidikan
Islam sebenarnya tercermin di dalam sejarah dan falsafah Islam sendiri, sebab setiap
proses pendidikan tidak terlepas dari objek-objek keislaman. Pendidikan Islam semula
mengambil bentuk sebagai:
Pertama, asas-asas kependidikan. Asas-asas kependidikan yang dimaksud
terakumulasi di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Tak satupun persoalan, termasuk
persoalan pendidikan, yang luput dari jangkauan ajaran Islam, sekalipun cakupannya
tidak menyentuh pada aspek-aspek teknik oprasional. Allah SWT berfirman dalam
QS. Al-An’am ayat 38: “Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab,
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” Dan QS. Al-Nahl ayat 89; “Dan
Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. Dua
ayat di atas memberikan isyarat bahwa perumusan pengembangan pendidikan cukup
digali dari sumber autentik Islam, yaitu Al Quran dan Hadits.
Kedua, konsep-konsep kependidikan. Konsep-konsep kependidikan yang
dimaksud merupakan hasil pemikiran, perenumgan dan interpretasi para ahli yang
diinspirasikan dari Al-Quran dan As-Sunnah, baik tentang konsep: (1) antologi
pendidikan, yang membahas hakikat Tuhan, manusia dan alam yang menjadi kajian
utama dalam pendidikan Islam; (2) epistemologi pendidikan, yang membahas tentang
epistemologi dan metodologi dalam pendidikan Islam; dan (3) aksiologi pendidikan,
yang membahas tentang sisyem nilai yang dikembangkan dalam pendidikan Islam.
Ketiga aspek tersebut telah terumuskan begitu rapi dari para filsuf Muslim (seperti al-
Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibn Maskawaih, dan Ibnu Rusyd) dan para sufi (seperti al-
Ghazali, Rabiah al-Adawiyah, Ibnu Qayyim).
Ketiga, teori-teori kependidikan. Teori-teori kependidikan yang dimaksud
merupakan hasil kerja ilmiah dalam melihat pendidikan. Para ahli tidak lagi melihat
pendidikan Islam dari sudut yang ideal dan normative yang bersumber dari asas dan
konsep pendidikan Islam, tetapi lebih melihat dari sisi yang nyatanya. Sumber dari
tata kerja ilmiah ini digali dari fenomena pendidikan yang berkembang pada orang
atau masyarakat Islam. Apa yang terjadi di dunia empiris tentang orang atau
masyarakat Islam dijadikan sebagai rujukan dalam membangun teori-teori
kependidikan Islam. Dalam kontesk ini, persyaratan ilmiah (seperti riset dan
eksperimen) menjadi bagian integral dalam membangun teori-teori pendidikan Islam.

BAB 2
PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

Pemahaman tentang pendidikan islam dapat diawali dari penelusuran


pengertian pendidikan islam, sebab dalam pengertian ini terkandung indokator-
indikator esensial dalam pendidikan, penyimpulan ini lazimnya melahirkan pengertian
termologi atau istilah dalam pendidikan islam.
A. PENGERTIAN ETIMOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan dalam wacana keislaman lebih popular dengan istilah
terbiyah, ta’lim, riyadhah, irsyad, dan tadris. Masing-masing istilah memiliki
keunikan makna tersendiri ketika bagian atau semuanya disebut secara
bersamaan. Semua istilah digunakan secara bergantian dalam mewakili
peristilahan pendidikan islam.
a) Tarbiyah.
1. Rabba, yarba, tarbuyah : yang memiliki makna ‘tambah’ (zad) dan
‘berkembang’ (nama) yang memiliki arti Pendidikan yang merupakan
proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri
peserta didik.
2. Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan
menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a) artinya, pendidikan merupakan
usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik.
3. Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makana memperbaiki
(ashlaha), menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah,
member makan, mengasuh dan menjaga kelestarian maupun
eksistensinya. Artinya pendidikan merupakan usaha untuk memelihara,
mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta
didik.
b) Ta’lim
Ta’lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari kata
‘allama. Sebagai para ahli menerjemaahkan istilah tarbiyah dengan
pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran.
Muhammad Rasyid Ridhah mengartikan ta’lim dengan : proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu. Pengertian ini didasarkan atas firman Allah SWT.
Dalam surat Al-Baqoroh ayat 31 “ dan dia mengajarkan (allama) kepada
adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman : sebutkan
kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
beriman.
c) Ta’dib
Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santu, tata
karma, adab, budi pekerti, akhlak moral, dan etika. Ta’dib berarti
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan
kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan, sehingga pembimbing kea arah pengenalan dan
pengakuan kekuatan dan keagungan tuhan.
d) Riyadhah.
Riyadhah secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan.
Menurut al-bastani, riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik
jiwa akhlak yang mulia. Riyadhah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
1) riyadhah al-jisim, pendidikan olahraga yang dilakukan melalui gerakan
fisik atau pernapasan yang bertujuan untuk kesehatan jasmani manusia, 2)
riyadhah al-nafs, pendidikan oleh batin yang dilakukan melalui olah piker
dan olah hati yang bertujuan untuk memperoleh kesadaran dan kualitas
rohani.

B. PENGERTIAN TERMINOLOGI PENDIDIKAN ISLAM


Sebelum perumusan pengertian terminologi pendidikan islam
berdasarkan pengertian etimologi di atas, berdasarkan beberapa pengertian
dikemukakan oleh para ahli, serta beberapa pemahaman yang diturunkan dari
beberapa istilah dalam pendidikan islam, seperti tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan
riyadhah, maka pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut : proses
transternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui
upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan
pengembangan potensinya.

BAB 3
SUMBER DAN DASAR PENDIDIKAN ISLAM

A. SUMBER PENDIDIKAN ISLAM


Sumber pendidikan islam yang dimaksudkan disini adalah semua
acuan atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-
nilai yang akan ditransinternalisasiakan dalam pendidikan islam.
Rujukan pendidikan islam di awali al-Qur’an untuk kemudian
dilanjukan pada sumber-sember berikutnya.
1. Sejarah pendidikan islam
Dalam al-Qur’an disebutkan kisah-kisah nabi yang berkaitan dengan
pendidikan.
a. Kisah nabi Adam as, sebagai manusia pertama yang merintis proses
pengajaran (ta’lim)
b. Kisah nabi Nuh as, yang mampu mendidik dan mengentaskan
masyarakat dari banjir kemaksiatan melalui perahu keimanan.
c. Kisah nabi Shalih as, yang salih cerdas, dan tubuhnya kuat.
d. Kisah nabi Ibrahim as, yang memiliki kepribadian ketuhanan yang
tangguh meskipun hidup meskipun dibuang kehutan belantara.
e. Kisah nabi Ismail as, yang mampu bertahan hidup pada stuasi dan
kondisi yang serba sulit, gersang dan tanpa tergantung pada orang
lainmeskipun ayah sendiri.

B. DASAR PENDIDIKAN ISLAM


Dasar pendidikan islam merupakan landasan operasional yang
dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal /sumber pendidikan islam, dalam
islam dasar oprasonal segala sesuatu adalah agama, sebab agama menjadi
frame bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan agama maka
semua aktivitas pendidikan menjadi bermakna.
1. Dasar historis
Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan
masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan,
agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik.

2. Dasar sosiologi
Dasar Sosiologi adalah dasar yang memberikan kerangka social budaya,
yang mana dengan sosio budaya itu pendidikan, dasar ini juga berfungsi
sebagai tokoh ukur dalam prestasi belajar.
3. Dasar Ekonomi
Dasar ekonomi adalah yang memberikan prespektif tentang potenasi-
potensi financial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta
bertanggung jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaan.
4. Dasar Politik dan admistratif
Dasar politik dan administratife adalah dasar yang memberikan bingkai
ideologis, yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakan dalam rencana bersama-sama.
5. Dasar Psikologi
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat,
watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga
administrasi, serta suber daya manusia lainnya.

BAB 4
TUGAS DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM

A. TUGAS PENDIDIKAN ISLAM


Tugas pendidikan islam senantiasa bersambung (continue) dan tanpa
batas. Hal ini karena hakekat pendidikan islam merupakan proses tanpa akhir
sejalan dengan consensus universal yang di tetapkan oleh Allah SWT, dan
rasul-Nya.
1. Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi
Tugas pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyyah
al-insya (menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi). Asumsi tugas
ini adalah bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan,
sedangkan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi tersebut.
2. Pendidikan sebagai Pewarisan Budaya
Tugas pendidikan islam ini sebagai realisasi dari pengertian tarbiyah al-
tablig ( menyampaikan atau transformasi kebudayaan ). Tugas pendidikan
selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai kebudayaan islami. Hal ini
karena kebudayaan islam akan mati bila nilai-nilai dan norma-normanya
tidak berfungsi dan belum sempat diwariskan pada generasi berikutnya.

B. FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM


Faktor-faktor pendidikan bisa berfungsi secara interaksional (saling
memengaruhi) yang bermuara pada tujuan pendidikan yang diinginkan.
Sebaliknya, arti tujuan intitusional mengandung implikasi bahwa proses
kependidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk
menjamin proses pendidikan yang berjalan secara konsisten dan
berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan dan perkembangan manusia dan
cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal. Menurut Kurshid
Ahmad, yang dikutip Ramayulis, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:
1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan
bangsa.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang
secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan,
dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan
perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.

BAB 5
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM


Tujuan pendidikan islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan
yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang : tujaun dan tugas hidup
manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan
dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu. Tujuan diciptakan manusia
hanya untuk mengabdi kepada Allah.

B. PRINSIP-PRINSIP DALAM FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN


ISLAM.
1. Prinsip universal, prinsip yang memandang ke seluruh aspek agama
(akidah, ibadah dan akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani,
dsn nafsani), masyarakat dan tata kehidupannya, serta adanya wujud jagat
raya dan hidup.
2. Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan. Prinsip ini adalah
keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada peibadi, sebagai
kebutuhan individual dan komunitas.
3. Prinsip kejelasan. Prinsip yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum
yang memeberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia (qalb, akall dan
hawa nafsu) dan hukum masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan,
kurikulum, dan metode pendididkan.

C. KOMPONEN-KOMPONEN TUJUAN PENDIDIKAN


Dalam proses pendidikan, tujuan akhir mengandung nilai-nilai islami
dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif, aspek fungsional, dan aspek
operasional. Hal tersebut menyebabkan pencapaian tujuan pendidikan tidak
mudah, bahkan sangat kompleks dan mengandung resiko mental-spritual,
lebih-lebih lagi menyangkut internalisasi nilai-nilai islami, yang didalamnya
terdapat iman, Islam, ihsan, serta ilmu pengetahuan menjadi pilar-pilar
utamanya.

BAB 6
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. DEFINISI PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.
Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang
bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak
kandungnya.kesusksessan anak kandung merupakan cermin atas kesuksesan
orang tua juga. Sebagai pendidik pertama dan utama terhadapa anak-anaknya,
orang tua tidak selamanya memiliki waktu yang leluasa dalam mendidik anak-
anaknya. Selain karena kesibukan kerja, tingkat efektifvitas dan efesiensi
pendidikan tidak akan baik jika pendidikan hannya dikelola secara alamiah.

B. KEDUDUKAN PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam islam. Dalam beberapa
hadits disebutkan : “jadilah engkau sebagai guru, atau pelajar dan pendengar,
atau pencinta dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga enkau
menjadi rusak,” dalam hadits Nabi yang lainnya : “tinta orang ilmuan (yang
menjadi guru) lebih berharga daripada darah para syuhada.

C. TUGAS PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Tugas pendidika yang utama adalah menyempurnakan,
memebersihkan, menyucikan serta membawa, hati manusia untuk mendekati
diri kepada Allah SWT. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam
peribadatan pada peserta didiknya, maka ia menagalami kegagalan dan
tugasnya, sekalipun peserta didinya memiliki prestasi akademis yang luar
biasa.

D. KOMPETENSI-KOMPENTENSI PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN


ISLAM
Berdasarkan hadits dan ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa
siapapun dapat menjadi pendidik dalam pendidikan islam dengan catatan ia
memiliki pengetahuan dan kekampuan lebih.

E. KODE ETIK PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Kode etika, adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan antar pendidik dan peserta didik, orang tua pesrrta didik,
kolegannya, serta dengan atasannya.

BAB 7
PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. DEFINISI PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu sedang tumbuh
dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious, dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Dalam istilah tasauf,
peserta didik sering kali disebut dengan “murid atau thalib”. Istilah murid atau
thalib ini sesungguhnya memiliki keladaman makna dari pada penyebutan
siswa, artinya dalam proses pendidikan itu terdapat individu yang secara
sungguh sungguh menghendaki dan mencari ilmu pengetahuan.

B. SIFAT-SIFAT DAN KODE ETIK PESERTA DIDIK DALAM


PENDIDIKAN ISLAM
Sifat-sifat kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Al-Ghazali merumuskan sebelas pokok kode etik :
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
2. Mengurangi keceendrungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi.
3. Bersifat tawadhu atau rendah hati
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran,
sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satu kompotisi yang utuh dan
mendalam dalam belajar
5. Mempelajrari ilmu-ilmu yang terfuji (mahmudah), baik untuk ukhrawi
maupun duniawi
6. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memmulai pelajaran yang
mudah.
7. Belajar ilmu dengan tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lain
8. Mengenal nilai-nilai ilmu pengetahuan yang dipelajari sehingga
mendatangkan ojektivitas dalam memandang suatu masalah
9. Memprioritaskan mempelajari ilmu diniyah yang terkait dengan
kewajiban sebagai mahluk Allah SWT.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu
yang bermanfaat dapat membahagiakan
11. Peserta didik harus tunduk pada nasehat pendidik sebagai mana tuntuknya
orang sakit terhadap dokternya.
BAB 8
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

Proses pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan


istilah “kurikulum pendidikan”. Komponen kurikulum dalam pendidikan sangat
berarti karena merupakan oprasionalisasi tujuan yang dicita-citakan bahkan tujuan
tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum pendidikan.

A. HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN


Dilihat dari fungsi kurikulum maupun tujuannya hakikat kurikulum adalah
kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang
terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi
belajar, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujauan mencapai
tujuan yang diinginkan.

B. DASAR, PRINSIP, DAN FUNGSI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Dasar kurikulum adalah kekuatan-kekuatan utama yang mempengaruhi dan
membentuk mareti kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Dalam
perspektif islam, bahwa suatu kurikulum dapat dijadikan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan, karena belum memasukan dasar religius yang wajib
diresapi oleh peserta didik sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.

C. ORIENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat
dirangkum menjadi lima, yaitu :
a. Orientasi Pelestarian Nilai- Nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang
turun dari Allah atau nilai Ilahiah dan nilai insaniah yaitu nilai yang
tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia.
b. Orientasi pada Kebutuhan Sosial
Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif
dalam perkembangan social dan kebutuhannya, sehingga out put di
lembaga pendidikan mampu menjawab masalah- masalah yang dihadapi
masyarakat.
c. Orientasi pada Tenaga Kerja
Manusia sebagai makhluk biologis yang memiliki unsur mekanisme
jasmaniah yang membutuhkan kebutuhan – kebutuhan lahiriah. Maka dari
itu kurikulum pendidikan diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan kerja.
d. Orientasi pada Peserta Didik
Kurikulum ini diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan peserta didik
yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya yang meliputi
kognitif, afektif dan psikomotorik.
e. Orientasi pada masa depan Perkembangan Iptek
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta produk- produk yang dihasilkannya. Dengan adanya
kemajuan iptek ini tuntutan kita adalah membuat dan mengimplikasikan
kurikulum pendidikan yang selaras dengan kemajuan iptek, sehingga
produk yang di hasilkan bukan hanya membentuk insan yang bertaqwa
kepada Allah saja, akan tetapi bisa mengahasilkan sarjana - sarjana
tehnologi yang bertaqwa.

D. MODEL-MODEL KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


1. Kurikulum sebagai model subjek akademis. Model kurikulum ini sangat
mengutamakan pengetahuan, sehingga pendididkan diarahkan lebih
bersifat intlektual. Konotasi model ini tidak hanya menerima apa yang
disampaikan dalam perkembangan, tetapi tuga menerima proses belajar
yang dialami peserta didik.
2. Kurikulum sebagai nilai humastik (Aktualisasi Diri). Karekteristik
kurikulum model humastik berfungsi menyediakan pengalaman yang
berharga bagipeserta didik dan membantu kelancaran perkembangan
pribadi peserta didik,
3. Kurikulum Sebagai Model Rekontruksi Sosial. Kurikulum model ini
difokuskan pada prolem yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Model
kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional.
4. Kurikulum sebagai Model Teknologi. Kurikulum sebagai model teknologi
pendidikan menekankan pada penyusunan program pengajaran dan
rencana pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program
pengajaran ini dapat menggunakan sisitem saja, atau juga dengan alat atau
media.

E. ISI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Finc dan Crunkitton menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu di
perhatikan dalam perumusan isi kurikulum pendidikan, yaitu 1). Waktu dan
biaya yang tersedia; 2). Tekanan internal dan eksternal; 3). Persyaratan tentang
isi kurikulum dari pusat maupun daerah; 4). Tingkat dari isi kurikulum yang
akan disajikan,.

F. SISTEM PENJENJANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Kurikulum pendidikan islam bersifat dinamis dan kontinu
(berkesinambungan), disusun berdasarkan pertimbanga-pertimbangan khusus,
terutama masalah kemampuan inteligensia dan mental peserta didik. Dari si
dapat ditententukan bobot materi yang diberikan :
1. Untuk tingkat dasar (Ibtidaiyah). Bobot materi hanya menyangkut pokok-
pokok ajaran islam, misalnya masalah akidah, masalah syariah, dan
masalah akhlak.
2. Untuk tingkat menengah pertama (Tsanawiah). Bobot materi mencakup
bobot materi yang diberikan pada jenjang dsar dan ditamnbah dengan
argumen-argumen dari dalil naqli dan dalil aqli.
3. Untuk tingkat menengah Atas (Aliyah). Bobot materi mencakup bobot
materi yang diberikan pada jenjang Dasar dan Jenjang Menengah Pertama
ditambah dengan hikmah-hikmah dan manfaat dibalik materi yang
diberikan
4. Untuk tingkat Perguruan Tinggi (Jami’iyah). Bobot materi mencakup
bobot materi yang diberikan pada jenjang Dasar dan Jenjang Menengah
Pertama, ditambah dengan materi yang bersifat ilmiah dan filosofis.

G. POLA ORGANISASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun
dan disampaikan kepada peserta didik, atau stuktur program kurikulum yang
berupa kerangka umum program-program pendidikan atau pengajaran yang
hendak disampaikan pada peserta didik.
Uraian model-model kurikulum di atas, pada dasarnya menuntun adanya pola
organisasi kurikulum yang dapat menghantar tercapainya model-model
kurikulum tersebut, misalnya untuk model kurikulum sebagai subjek
akademis.

BAB 9
METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. HAKIKAT METODE PENDIDIKAN ISLAM


Dari beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar tentang
pengertian Metode dan Pendidikan Islam. Kita dapat menyimpulkan tentang
pengertian Metode Pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh al-Syaibaniy
yaitu, segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam
rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri
perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan
membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Ahmad Tafsir secara umum membatasi bahwa metode pendidikan adalah
semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir
Mulkan, mengemukakan bahwa metode Pendidikan adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan
pendidikan kepada anak didik.

B. DASAR, PRINSIP, DAN FUNGSI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-
prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan
yang tereasilasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa
mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan,
serta meningkatkan keterampilan oleh pikiran. Selain itu, tugas utama metode
tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi
nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam
pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong
kea rah perbuatan nyata.

C. PROSEDUR PEMBUATAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Prosedur pembuatan metode pendidikan islam adalah dengan memperhatikan
faktor- faktor yang mempengaruhinya,yang meliputi :
1. Tujuan pendidikan islam. Faktor ini di gunakan untuk menjawab
pertanyaan untuk apa pendididkan itu di laksanakan. Tujuan
pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pembinaan akal
pikiran, seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar), aspek afektif
(pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kesadaran, kepekaan
emosi dan kematangan spiritual) dan aspek psikologi motorik
(pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai ketrampilan)
2. Peserta didik. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk
apa dan bagaimana metode itu mampu mengembangkan peserta didik
dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kematangan,
kesanggupan, dan kemampuan yang di miliki.
3. Situasi. Faktor ini di gunakan untuk menjawab
pertanyaan bagaiman serta kondisi lingkungan yang
mempengaruhinya.
4. Fasilitas. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan dimana
dan bilamana termasuk juga berbagai fasilitas dan kuantitasnaya.
5. Pribadi pendidik. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan
oleh siapa serta kompetensi dan kemampuan profesionalnya yang
berbeda – beda.

D. ASAS-ASAS PELAKSANAAN METODE PENDIDIKAN ISLAM


Secara umum, Asas-asas metode pendidikan Islam itu menurut al-Syaibany,
adalah:
1. Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas dan fakta-fakta umum yang
diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
2. Asas Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani
dan tingkat perkembangan usia peserta didik.
3. Asas Psikologis, yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan
psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan,
bakat dan kecakapan akal atau kapasitas intelektual.
4. Asas Sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia
seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan dan tuntutan
kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang.

E. PENDEKATAN METODE PENDIDIKAN ISLAM


Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,menginsipi rasi, menguatkan,
dan melatari metode pendidikan dengan cakupan teoritis tertentu.
1. Pendekatan Tilawah. Pendekatan Ini meliputi membacakan ayat-ayat
Alloh yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai tanda
kekuasannya, hal ini mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan
tadzakkur (berdzikir) sedangkan aplikasinya adalah pembentukan
kelompok ilmiah, dan kegiatan ilmiah lainnya, dengan landasan Al-
Qur`an dan Al-Hadist misalnya pengkajian, penelitian dan lain
sebagainya.
2. Pendekatan Tazkiyah. Pendekatan ini diartikan dengan menyucikan
dirinya dengan cara amar ma’ruf nahyil mungkar (tindakan proaktif dan
reaktif), untuk menjaga kebersihan dirinya dari laingkunganny, jelas
indicator pendekatan ini fisik, psikis dan sosial. Aplikasinya adalah
dengan gerakan kebersihan, ceramah, tabligh, serta pengembangan kontrol
sosial.
3. Pendekatan Ta’lim Al-Kitab. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca,
memahami menghayati dan merenungkan Al-Qur`an dan As-Sunnah
sebagai pedomannya.
4. Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah. Indikator utama dalam pendekatan ini
adalah mengadakan interprestasi dan perenungan terhadap pendekatan al-
kitab.
5. Yuallimukum maa lam takuunuu ta’lamun. Pendekatan ini mungkin hanya
dinikmati oleh Nabi dan Rosul saja, seperti adanya mukjizat, sedangkan
manusia seperti kita hanya bisa menikmati sebagian kecil saja, indikator
pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa
manusia pada penjelajahan ruang angkasa, sedang aplikasinya adalah
mengembangkan produk teknologi yang dapat membawa manusia pada
penjelajahan ke angkasa, sedangkan aplikasinya mengembangkan produk
teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehidupan manusia
sehari-hari.
6. Pendekatan Islah. Pelepasan beban dan belenggu yang bertujuan memiliki
kepekaan terhadap penderitaan orang lain, memiliki komitmen memihak
bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menyeimbangkan perbedaan
paham. Pendekatan ini bertujuan untuk memelihara ukhuwah islamiyah
dengan aplikasinya kunjungan ke keompok kaum dlu’afa, kampanye amal
sholeh dan lain sebagainya.

F. BENTUK METODE DAN TEKNIK PENDIDIKAN ISLAM


Berikut ini akan beberapa metode pendidikan yang dikemukakan menurut
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany:
1. Metode Pengambilan Kesimpulan atau Induktif.. Metode ini bertujuan
untuk membimbing pelajar untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-
hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan. Metode ini mulai
dengan membahas dari bagian-bagian yang kecil untuk sampai kepada
undang-undang umum.
2. Metode Perbandingan. Metode ini berbeda dengan metode induktif,
dimana perpindahan menurut metode ini dari yang umum kepada yang
khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian yang kecil, dimana
disebutkan prinsip umum dahulu, kemudian diberi contoh-contoh dan
perincian-perincian yang menjelaskan dari prinsip-prinsip umum tersebut
3. c. Metode Kuliah. Metode kuliah adalah metode yang menyatakan bahwa
mengajar menyiapkan pelajaran dan kuliahnya, mencatatkan perkara-
perkara penting yang ingin dibicarakannya.
4. Metode Dialog dan Perbincangan. Metode Dialog adalah metode yang
berdasarkan pada dialog, perbincangan melalui tanya jawab untuk sampai
kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikritik dan dibantah lagi.
5. Metode Lingkaran. Pada metode ini, yang terus menerus dipergunakan
pada yayasan-yayasan pendidikan dalam dunia Islam semenjak
bermulanya dakwah Islamiyah.
6. Metode Riwayat. Metode ini dianggap salah satu metode dasar yang
digunakan oleh pendidik Islam. Hadits, bahasa dan sastera Arab termasuk
ilmu-ilmu Islam, dan segi-segi pemikiran Islam yang paling banyak
menggunakan metode ini
7. Metode Mendengar. Metode ini dilakukan dengan cara mendengarkan
sesuatu. Metode ini banyak digunakan pada abad pertama dakwah
Islamiyah, karena pada saat itu tulisan dan pembacaan belum tersebar luas
dimasyarakat.
8. Metode Membaca. Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam
mengajarkan dan meriwayatkan karya ilmiah yang biasanya bukan karya
guru sendiri.
9. Metode Imla’. Metode Imla’ adalah metode mencatat apa yang
didengarnya. Misalnya seorang guru membacakan sebuah naskah
kemudian murid-muridnya mencatat setiap kata yang didengarnya.
10. Metode Hafalan. Metode hafalan adalah salah satu metode yang terpusat
pada hafalan. Ulama-ulama terdahulu banyak yang menggunakan metode
ini untuk mengahafal al-Qur’an dan al-Hadits.
11. Metode Pemahaman. Metode pemahaman adalah memahami suatu
wacana yang sedang dikaji. Metode ini sangat penting dalam pendidikan
Islam, karena dengan memahami sebuah tulisan kita bisa mengerti
maksud dibalik tulisan itu.

BAB 10
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. PENGERTIAN EVALUASI PENDIDIKAN


Secara etimologi kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris: evaluation, akar
katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut
Al- Qimah atau Al taqdir . Dengan demikian secara harfiah, evaluasi
pendidikan al-taqdiir al tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaian dalam
bidang pendidikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan . Sedangkan secara terminologi evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan
intrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur memperoleh
kesimpulan.

B. TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM


Untuk lebih jelasnya tujuan evaluasi dapat dirinci menjadi:
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa di dalam
kelompok kelasnya.apakah sisiwa tersebut termasuk kategori
lambat,sedang,atau cepat.
3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan seorang siswa dalam
belajar, apakah menunjukan tingkat usaha yang efisien atau tidak.
4. Untuk mengetahui hingga sejauh mana seorang siswa telah
mendayagunakan kafasitas kognitifnya.
5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar
yang telah digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar-mengajar.
Sedangkan Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik agar ia dapat
mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi
bantuan kepadanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana
mestinya. Di samping itu fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang
pendidik dalam mempertimbangkan baik tidaknya metode mengajar, serta
membantu mempertimbangkan administrasinya.

C. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM


Dalam melaksanakan evaluasi harus memperhatikan berbagai prinsip antara
lain :
a. Keterpaduan. Materi dan metode pengajaran dan evaluasi merupakan tiga
kesatuan terpadu, yang tidak boleh dipisahkan.
b. Keterlibatan Siswa. Hal ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif), untuk mengetahui sejauh mana siswa berhasil
dalam kegiatan belajar mengajaar yang dijalaninya, siswa membutuhkan
evaluasi.
c. c.Koherensi
d. d.Paedagogis
e. Akuntabilitas
f. Berkelanjutan
g. Menyeluruh
h. Bermakna
i. Adil dan objektif
j. Terbuka
k. Ikhlas
l. Praktis
m. Dicatat dan akurat

D. SISTEM EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Secara umum sistem evaluasi pendidikan sebagai berikut :
a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 155).
b. Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan
wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya (QS. An
Naml/27:40).
c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan
seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim yang
menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS. Ash Shaaffat/37:103-
107).
d. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah
diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam tentang
asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat
(QS. Al-Baqarah/2:31).
e. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas
baik, dan memberikan semacam ‘iqab (siksa) bagi mereka yang
beraktifitas buruk (QS. Az Zalzalah/99:7-8).

E. CARA PELAKSANAAN EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM


Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes
1. Teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok,
wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :
a. Tes diagnostic
b. Tes formatif
c. Tes sumatif

F. JENIS-JENIS EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM


Penilaian/Evaluasi ada beberapa macam:
a. Penilaian Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan program dalam
satuan materi pokok pada suatu bidang studi tertentu.
b. Penilaian sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar
peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu catur
wulan/semester
c. Penilaian penempatan (Placement) yaitu penilaian tentang pribadi peserta
didik untuk kepentingan penempatan didalam situasi belajar yang sesuai
dengan kondisi peserta didik.
d. penilaian diagnostic, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil
penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik berupa kesulitan
atau hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran.

G. SYARAT-SYARAT EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM


Bagi seorang pendidik yang akan melakukan evaluasi hendaknya
memperhatikan syarat-syarat evaluasi, yaitu sebagai berikut:
a. Pendidik harus menetapkan dulu segi-segi apa yang akan dinilai sehingga
betul-betul terbatasserta dapat member petunjuk bagaimana dan dengan
apa segi tersebut dapat dinilai.
b. Pendidik harus menetapkan alat evaluasi yang valid dan realitas yang
berarti taraf ketepatan dan kecepatan tes dengan aspek yang akan dinilai.
c. Penilaian harus objektif yang berarti menilai prestasi peserta
didiksebagaimana adanya hasil penilaian tersebut harus betul-betul diolah
dengan teliti sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan kriteriayang berlaku.
d. Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsure diagnosis yang
artinya dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan peserta didik
belajar dan pendidik mengajar.

H. SIFAT, MACAM-MACAM, DAN TEKNIK EVALUASI PENDIDIKAN


ISLAM
Sifat evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan islam adalah sebagai
beriktu :
1. kuantitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan skor atau nilai dalam
bentuk angka, misalnya 50, 79, dan 100
2. kualitatif, yang hasil evaluasi diberikan dalam bentuk pernyataan verbal,
misalnya memuaskan, baik, cukup dan kurang.
3. Sedang macam-macam evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan
islam adalah :
a. tes tertulis (writen test)
b. tes lisan (oral test)
c. dan perbuatan (performance test)
Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah :
a. teknis tes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta
didik, meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, serta
bakat khusus dan inteligensinya.
b. teknik ini terdiri atas :
a) uarian (essay tes), baik uraian bebas (free test) maupun uaraian
terbatas (limited essay),
b) objektif tes, dalam bentuk benar atau salah (true-false), pilihan
ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), isian
(complation) dan jawaban singkat (short answere), dan
c) bentuk tes lain, seperti bentuk ikhtisar, laporan, dan bentuk khusus
dalam pelajaran bahasa.
c. nontes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik lainnya,
misalnya minat, sikap dan kepribadian siswa. Teknik ini meliputi
observasi terkontrol, wawancara (interview), rating scale, inberntory,
questionare, dan anecdotal accounts.

BAB 11
KELEMBAGAAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK LEMBAGA PENDIDIKAN


ISLAM
Pendidikan Islam termasuk masalah sosial, sehingga dalam
kelembagaannya tidak lepas dari lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga
disebut juga institusi atau pranata. Maksud lembaga sosial adalah suatu bentuk
organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola tingkah laku, peranan-
peranan dan relasi yang terarah dalam mengikat individu yang mempunyai
otoritas formal dan sanksi hukum, guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial
dasar.
Secara konsep, lembaga sosial tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Asosiasi, misalnya universitas atau persatuan
2. Organisasi khusus, misalnya penjara, rumah sakit dan sekolah
3. Pola tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan, atau pola hubungan sosial
yang mempunyai tujuan tertentu.

B. PRINSIP-PRINSIP LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


Prinsip-prinsip dalam pembentukan lembaga islam yakni :
1. Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesehatan yang menjerumuskan
manusia pada api neraka. Firman Allah Swt. Q.S. At-tahrim : 6
2. Prinsip pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Allah yang memiliki
keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat, sebagai
realisasi cita-cita orang beriman dan bertaqwa yang senantiasa memanjatkan
do’anya sehari-hari. Firman Allah Swt. Q.S. Al-Baqarah : 201
3. Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan
yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling
mengembangkan hidupnya untuk menghambakan diri pada khalik-Nya.
Firman Allah Swt. Q.S. Al-Mujadilah : 11
4. Prinsip amar ma’ruf dan nahi munkar dan membebaskan manusia dari
belenggu-belenggu kenistaan. Firman Allah Swt. Q.S. Ali-Imran : 104
5. Prinsip pengembangan daya pikir, daya nalar, daya rasa sehingga dapat
menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat mengfungsikan daya cipta, rasa
dan karsanya.

C. TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM 224


Menurut seorang ahli filsafat, yang bernama Langeveld yang menyatakan bahwa
yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan adalah :
1. Lembaga keluarga yang mempunyai wewenang bersifat kodrati
2. Lembaga negara yang mempunyai wewenang berdasarkan undang-undang
3. Lembaga gereja yang mempunyai wewenang berasal dari amanat Tuhan

D. KELUARGA SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


1. Pengertian keluarga
Keluarga dalam islam dikenal dengan istilah usrah, nasl, ‘ali, dan nasb.
Dalam pandangan antropologi, keluarga adalah suatu kesatuan sosial terkecil
yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal
dan ditandai dengan kerja sama ekonomi, berkembang, mendidik,
melindungi, merawat dan sebagainya. Inti keluarga adalah ayah, ibu, dan
anak.
2. Tugas keluarga dalam pendidikan.
Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar
bagi pendidikan akhlaq dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak
sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
yang lain.
Adapun secara umum kewajiban orang tua pada anaknya adalah;
a. Mendoakan anak-anaknya dengan doa yang baik dan jangan sekali-kali
mengutuk anaknya dengan kutukan yang tidak manusiawi.
b. Memelihara anak dari api neraka
c. Menyerukan sholat pada anaknya
d. Menciptakan kedamaian dalam rumah tangga
e. Mencintai dan menyayangi anak-anaknya
f. Mencari nafkah yang halal
g. Mendidik anak agar berbakti kepada ayah dan ibu
h. Menyusui sampai umur 2 tahun
E. MASJID SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
a. Fungsi Masjid
Fungsi Masjid dapat lebih efektif bila didalamnya disediakan fasilitas-
fasilitas terjadinya proses belajar mengajar. Fasilitas yang diperlukan adalah:
1. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagai
disiplin keilmuan;
2. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum dan sesudah
shalat berjamaah. Program inilah yang dikenal dengan istilah “i'tikaf
ilmiah”.
3. Ruang kuliah, baik digunakan untuk training (tadrib) remaja masjid, atau
juga untuk madrasah diniyah Omar Amin Hoesin memberi istilah ruang
kuliah tersebut dengan sekolah masjid.
4. Apabila memungkinkan, teknik khotbah dapat diubah dengan teknik
komunikasi transaksi, yakni antara khotib dengan para audiens, terjadi
dialog aktif satu sama lain, sehingga situasi dalam khotbah menjadi
semakin aktif dan tidak monoton.

F. PONDOK PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


Tujuan terbentuknya pondok pesantren adalah :
1. Tujuan umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian islam yang
dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi muballiqh islam dalam masyarakat
sekitar melalui ilmu dan amalnya.
2. Tujuan khusus
Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang
diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.
Pesantren dan peranannya dalam pembangunan Nasional
Zamakh Syari Dhofir (1982 : 44) mencoba mengklasifikasikan pesanter dari
jumlah santri. menurutnya pesantren yang santrinya kurang dari 1000 dan
pengaruhnya hanya pada tingkat kabupaten disebut pesantren kecil. Santri antara
1000-2000 dan pengaruhnya pada beberapa kebupaten disebutnya pesantren
menengah, bila santrinya lebih dari 2000 dan pengaruhnya tersebar pada tingkat
beberapa tingkat kabupaten dan propensi dapat digolongkan sebagai pesantren
besar.
Setidaknya ada dua macam pendekatan yang dapat dipergunakan dalam
memandang kaitannya antara agama dan pembangunan, termasuk pembangunan
agama, yaitu pendekatan yang bersifat suplementer dan komplementer.
pendekatannya yaitu :
a. Agama hanyalah penunjang bagi upaya pemberdayaan pembangunan karena ia
mempengaruhi ola tingkah laku manusia yang sedang membangun, baik
kehasirannya sebagai individu maupun secara kolektif
b. Menghendaki keterlibatan agama atau lembaga keagamaan dalam proses
pembangunan, metode, dan sarana yang diperlakukan untuk maksud tersebut.

G. MADRASAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


Madrasah adalah wadah atau tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu
pengetahuan keahlian lainnya yang berkembang pada zamannya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa istilah madrasah bersumber dari Islam itu
sendiri.

H. TANTANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DALAM


TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA
Transformasi sosial budaya berarti modifikasi dalam setiap aspek proses
sosial budaya, pola sosial budaya, bentuk-bentuk sosial budaya. Perubahan ini
bersifat progresif dan regresif, berencana atau tidak, permanen atau
sementara,undirectional ataumultidirectional, menguntungkan atau merugikan.
Menurut Gillin, perubahan sosial adalah perubahan bentuk- bentuk kehidupan
yang telah ada yang terjadi karena kondisi geografis, alat-alat atau perlengkapan
hidup manusia, komposisi pendidik dan ideologi (Vembriarto, 1988:8-9).

Anda mungkin juga menyukai