Makalah ini menjadi salah satu tugas mata kuliah Hadis Tarbawi dalam
program studi Pendidikan Agama Islam. Tujuan dari penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas yang telah diberikan. Selain itu, makalah ini bertujuan guna
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan Makalah..............................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
A. KESIMPULAN...........................................................................................15
B. SARAN.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung
jawab untuk mendidik. Sementara itu secara khusus, pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif,
maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, antara lain :
C. Tujuan Makalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Pendidik (guru di sekolah) perlu menyadari bahwa ia melaksanakan
tugas yang diamanahkan oleh Allah dan orangtua peserta didik.
Mendidik anak harus didasarkan pada rasa kasih sayang. Oleh sebab
itu, pendidik harus memperlakukan peserta didiknya bagaikan anaknya
sendiri. Ia harus berusaha dengan ikhlas agar peserta didik dapat
mengembangkan potensinya secara maksimal. Pendidik tidak boleh
merasa benci kepada peserta didik karena sifat-sifat yang tidak
disenanginya.
6
Dawud, dan Ad-Darimi). Dalam hadis di atas dikemukakan beberapa
hal penting. Hal yang berkaitan erat dengan tema ini adalah ulama
adalah pewaris yang berkaitan erat dengan tema ini adalah ulama
adalah pewaris para nabi. Pendidik, dalam hal ini terutama guru,
adalah orang yang berilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia
termasuk kategori ulama. Jadi, ia adalah pewaris para nabi. Sebagai
pewaris para nabi, tentu guru tidak dapat mengharapkan banyak harta
karena mereka tidak mewariskan harta. Akan tetapi, Rasulullah tidak
pernah melarang orang berilmu, termasuk pendidik, untuk mencari
harta kekayaan selama proses itu tidak mengurangi upaya pengambilan
warisan beliau yang sebenarnya, yaitu ilmu pengetahuan.
7
berusaha agar peserta didik memiliki iman yang kuat dan teguh
pendirian dalam melaksanakan tuntutan iman tersebut. Segala aktivitas
kependidikan diarahkan menuju terbentuknya pribadi-pribadi yang
beriman. Apabila yang diinginkan adalah peserta didik beriman kepada
Allah, maka terlebih dahulu pendidik yang harus beriman. Tidak
mungkin orang yang tidak beriman mampu membina orang menjadi
beriman. Orang yang tidak memiliki, tidak akan mampu memberi.
8
jumhur ulama untuk mengatakan bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada
lagi seorang mujtald.
J.Abdullah bin Amru bin Al-'Ash meriwayatkan bahwa ia
mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak menarik ilmu
pengetahuan kembali dengan mencabutnya hati sanubari manusia, tetapi
dengan mewafatkan orang-orang berpengetahuan (ulama).tetapi dengan
mewafatkan orang-orang berpengetahuan (ulama). Apabila tidak ada lagi
orang alim yang tersisa, manusia akan mengangkat orang bodoh menjadi
pemimpin yang dijadikan tempat bertanya. Lalu orang-orang bodoh itu
ditanya dan mereka berju tanpa ilmu mengakibatkan mereka sesat dan
menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari)
Ibnu Hajar menjelaskan bahwa hadis ini berisi anjuran menjaga
ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, peringatan bahwa yang
berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar-benar
mengetahui, dan larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa
tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadis ini juga dijadikan alasan oleh
jumhur ulama untuk mengatakan bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada
lagi seorang mujtald.
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang yang berfatwa dan
mengajar harus berilmu pengetahuan. Termasuk dalam hal ini adalah
pendidik atau guru. Apabila pendidik tidak berilmu pengetahuan, maka
murid-murid yang diajarnya akan sesat. Dengan kata lain dalam bahasa
kependidikan, apabila guru tidak profesional, mengakibatkan proses
pembelajaran yang sia-sia. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen
Republik Indonesia, salah satu syarat guru adalah profesional. Sehubungan
dengan ini, terdapat sebuah hadis.
ه00ان إثم00عن أبي هريرة يقول قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من أفتى بغير علم ك
على من أفتاه.
9
Dalam hadis ini Rasulullah menyebut frasa siapa yang berfa
Adapun berfatwa adalah memberikan ilmu kepada orang lain.
Sementara itu, mengajar dan mendidik juga memberikan iln kepada
orang lain. Dengan demikian, keduanya sama. Berfatw mendidik, dan
mengajar tanpa ilmu akan menyesatkan orang lain. Oleh karena itu,
beliau melarangnya.
10
Hadis diatas, menjelaskan siksaan Allah yang akan diterima oleh
orang yang mengajarkan kebaikan (al amr bi al ma’ruf) tetapi ia sendiri
tidak mengerjakannya dan orang yang menasihati orang lain agar
meninggalkan yang buruk (an nahi ‘an al munkar) tetapi ia sendiri
mengerjakannya. Tugas tersebut adalah salah satu yang dikerjakan
oleh pendidik atau guru. Jadi, guru harus mengamalkan ilmu yang
diajarkannya kepada peserta didiknya agar terhindar dari siksa Allah.
ٌث قال َأتَ ْينَا النبي صلى هللا عليه وسلم ونَحْ نُ َشبَبَة ِ ك ب ِْن الح َُويْر ِ ِعَن َأبِي ُسلَ ْي َمانَ َمال
اربُونَ فََأقَ ْمنَ ِع ْن َدهُ ِع ْش ِر ْينَ لَ ْيلَةً فَظَ َّن َأنَّا اا ْشتَ ْقنَا َأ ْهلَنَا َو َسَألَنَا َع َّم ْن ت ََر ْكنَا فِي َأ ْهلِنَا فََأ
ِ َُمتَق
ارَأ ْيتُ ُموْ نِي َ ْخبَرْ نَاهُ َو َكانَ َرفِ ْيقًا َر ِح ْي ًما فَقَا َل ارْ ِجعُوْ ا ِإلَى َأ ْهلِ ْي ُك ْم فَ َعلِّ ُموْ هُ ْم َو ُمرُوْ هُ ْم َو
َ صلُّوْ ا َك َم
)صأَل ةُ فَ ْليَُؤ ِّذ ْن لَ ُك ْم َأ َح ُد ُك ْم ثُ َّم لِيَُؤ َّم ُك ْم َأ ْكبَرْ ُك ْم (رواه البخار
َّ ت اَلْ ض َر َ صلِي َوِإ َذا َح َ ُأ
11
b. Mengembalikan Ilmu kepada Allah
عن ابن عباس رضى هللا عنهم قال ُسِئ َل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن
)َأوْ اَل ِدال ُم ْش ِر ِك ْينَ فقال هللا ِإ ْذ َخلَقَهُ ْم َأ ْعلَ ُم بِ َما َكانُواعَا ِملِ ْينَ (رواه البخارىومسلم
12
yang sangat memberatkan peserta didik. Sehubungan dengan ini terdapat
hadis:
َعن بن مسعود قال كان النبي صلى هللا عليه وسلم يَتَ َخ َّولُنَا بِ ْال َموْ ِعظَ ِة فِي اَألي َِّام َك َراهَة
)اَلسَّآ َم ِة َعلَ ْينَا (رواه البخارى
13
Nabi SAW memberi peringatan kepada kami. Kami takut bila rasa
bosan menimpa kami semua.
14
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.Kedudukan seorang pendidik dalam perspektif hadis
a. Sebagai orang tua
b. Sebagai pewaris nabi
B. SARAN
Demikian makalah ini kami susun, yang mana pasti jauh dari kata
sempurna dan tentunya tak lepas dari kekurangan baik dalam
penyusunan maupun penyajian. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan evaluasi dari
apa yang kami usahakan dalam penyusunan makalah ini. Harapan
kami semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca. Amin
15
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/36325
16