OLEH :
1. Andriani
2. Khoirina Aprilla
3. Putri Indriani
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hadis
Tarbawi tentang Etika Siswa Terhadap Guru” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hadis Tarbawi, dengan Bapak Ali Sadikin Ritonga M.Pd.I .sebagai Dosen Pengampu.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hadis Tarbawi bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ali Sadikin Ritonga M.Pd.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Hadis Tarbawi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KataPengantar ……………………………………………………….. 1
Daftar Isi ……………………………………………………….. 2
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………………………...... 3
B. Rumusan Masalah …………………………………………...... 3
C. Tujuan ………………………………………………………...... 3
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Etika …………………................................. 4
B. Pengertian Siswa ..….……..........…………...... 4
C. Karakteristik Siswa ..….……..........…………...... 5
D. Etika Siswa terhadap Guru..….……..........…………...... 6
Bab III
Penutup
Kesimpulan …………………………………………………............... 7
Daftar Pustaka …………………………………………………............... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika / akhlak merupakan salah satu prosedur dalam pembelajaran.
Dalam menjalin hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan ahlakul karimah,
Dalam pengertian filsafat islam etika/akhlak ialah salah satu hasil dari iman dan ibadat,
bahwa iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau timbul etika/akhlak yang
mulia dan muamalah yang baik tarhadap Allah dan MakhlukNya.
Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik merupakan suatu subyek dan
obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk membamtu
mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimliki serta membimbinnya menuju
kedewasaan. Oleh karena itu peserta didik / murid sebagai pihak yang diajar, dibina dan
dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan islamnya harus
mempunyai etikadan berakhlakul kariamah baik kepada guru maupun maupun dengan
yang lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai
berikut:
a. Apa pengertian etika?
b. Apa pengertian siswa?
c. Apa saja karakteristik siswa?
d. Apa hadis-hadis mengenai etika siswa terhadap Guru?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan lebih rinci mengenai
pengertian etika, siswa, karakteristik siswa serta etika siswa terhadap Guru. Selain itu juga
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Dari segi etimologi etika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan tentang manusia.
Etika atau Ethics berasal dari kata-kata Yunani: Ethos, artinya kebiasaan, watak kesusilaan. Ia
membicarakan tentang kebiasaan (perbuatan), tetapi bukan menurut tata-adat, melain kan
tata-adab, yaitu berdasar pada intisari atau sifat dasar manusia yaitu sifat baik dan buruk. Jadi
dengan demikian etik aialah teori tentang perbuatan manusia ditimbang menurut baik dan
buruknya. Etika sebagai cabang ilmu pengetahuan, tidak berdiri sendiri. Sebagai ilmu yang
membahas tentang manusia. Etika ini berhubungan dengan seluruh ilmu tentang manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut para ulama etika
adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
B. Pengertian Siswa
Kata “murid” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai
pengertian orang yang sedang berguru.16 Menurut Ahmad Warson Al- Munawwir dalam
kamusnya “Al-Munawwir” bahwa “murid” adalah orang yang masa-masa belajar. Sedangkan
kata “murid” menurut John M. Echold dan Hassan Shadily
adalah orang yang belajar (pelajar). Istilah lain yang berkenaan dengan murid
(pelajar) adalah al-thalib.
C. Karakteristik Siswa
1. Jujur
Salah satu sifat murid yang dapat menentukan kepercayaan orang lain, baik guru,
maupun teman sesamanya adaalh sifat jujur. Jujur dapat ditandai dengan sikap
terbuka atas apa yang sebenarnya ada atau terjadi pada dirinya. Dalam hal ini
rasulullah bersabda, yaitu: Dari Abu Hurairah ra ia berkata: rasulullah saw bersabda
“barang siapa ditanya tentang suatu ilmu pengetahuan tetapi ia menyembunyikannya,
maka allah akan menyediakan baginya kekangan api nerakan di hari kiamat.
2. Tawadhu’
Tawadhu’ yaitu mengakui kebenaran dari orang lain dan rujuk dari kesalahan menuju
kebenaran. Oleh sebab itu seorang murid harus harus bersikaf tawadhu’ terhadap guru
dan ilmu, karena dengan sikap tawadhu’ itulah ilmu dapat dicapai. Ia juga harus
memelihara keridhoan gurunya dan memelihara diri dari perbuatan mubazir, sehingga
terpelihara kemuliaan diri sejalan dengan kemuliaan ilmu yang dimilikinya.
3. Qana’ah
Qona’ah ialah menerima segala sesuatu apa adanya dan
merasa cukup . Qana’ah merupakn kekayaan yang sebenarnya. Sebagiman sabda nabi
Muhammad, “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, kekayaan itu adalah
kekayaan hati”.
4. Ta’at
Seorang murid dituntut untuk selalu taat kepada allah
swt yang mempunyai ilmu pengetahuan, disamping itu murid yang sedang mencari
ilmu memerlukan pertolongan dari guru, murid tidak boleh dibiarkan begitu saja
untuk tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Murid yang dibiarkan tumbuh
dengan sendirinya cenderung bertingak sesuai dengan yang dianggapnya benar,
walaupun keliru. Oleh karea itu harus ada hubungan yang baik antara seorang murid
dengan gurunya. Dan murid tituntut untuk selalu taat kepada gurunya selagi tidak
bertentangan dengan jaran Allah swt.
“Tidaklah sesorang berani bertanya kepada Said bin Musayyib, sampai dia meminta
izin, layaknya meminta izin kepada seorang raja”.
Sungguh mulia akhlak mereka para suri tauladan kaum muslimin, tidaklah heran
mengapa mereka menjadi ulama besar di umat ini, sungguh keberkahan ilmu mereka
buah dari akhlak mulia terhadap para gurunya.
a. Adab Duduk
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan,
“Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik
dalam bertanya dan mendengarkannya.”
b. Adab Berbicara
Berbicara dengan seseorang yang telah mengajarkan kebaikan haruslah lebih baik
dibandingkan jika berbicara kepada orang lain. Imam Abu Hanifah pun
jika berada depan Imam Malik ia layaknya seorang anak di hadapan
ayahnya.
Para Sahabat Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, muridnya Rasulullah, tidak pernah
kita dapati mereka beradab buruk kepada gurunya tersebut, mereka
tidak pernah memotog ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya, bahkan
Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tak pernah menarik suaranya di
depan Rasulullah, bahkan di beberapa riwayat, Rasulullah sampai kesulitan
mendengar suara Umar jika berbicara.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya
karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara
yang baik.
3. Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali mendapat izin dari guru.
DAFTAR PUSTAKA
Ruswandi, Uus. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: CV. Insan
Mandir.2010
Zakiah. Daradjat , Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.
Nandya, Anisa et al. 2013. “Etika Murid Terhadap Guru.”