Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

‫ فصل فى تعظيم العلم واهله‬: ‫تعليم المتعلم‬


Dosen pengampu:
Muhammad Ainul Yaqin M.Pd

Disusun oleh :

Nada fitriyah (2010700061)

Hikmah kamaliya (2010700050)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS NURUL JADID PAITON
PROBOLINGGO
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kami hingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan segenap kemampuan kami.

Sholawat, salam semoga tetap terpancarkan kepada Nabi kita Muhammad


SAW. Yang membimbing kita ke jalan yang diridhai Allah, sehingga kita
mencapai kesempurnaa hidup melalui ajarannya. Dalam makalah yang berjudul
KITAB TA’LIMUL MUTA’LIM TENTANG TAKZIM TERHADAP
ILMU DAN AHLI ILMU

Atas terselesaikannya makalah ini kami ucapkan terimakasih pada pihak


yang telah membantu kami baik secara langsung atau tidak langsung terutama
kepada yang terhormat:

1. KH. Zuhri Zaini B.A selaku pengasuh pondok pesantren Nurul Jadid
2. KH. ABD. Hamid Wahid, M.Ag selaku Rektor Universitas Nurul Jadid
3. Bapak Muhammad Ainul Yaqin M.Pd selaku Dosen yang telah memberi
pengarahan akan penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa


makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Dan untuk menyempurnakan kami
harus melewati proses yang sangat panjang dan rumit. Sebab itu, segala kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan juga
permintaan maaf kami jika ada sesuatu yang kami tulis salah itu karena ilmu
yang kita miliki terbatas.
Daftar isi

cover
Kata pengantar
Daftar isi
Bab l : Pendahuluan

A. latar belakang ………………………… …………………………………...… 3

B. Rumus masalah …………………………………………………………….... 3

Bab ll : pembahasan

A. makna dalam kitab ta’limul muta’allim tentang

takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu ……………………….……………. 4

B. pengertian takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu …………..……… 5

C. cara memuliakan terhadap ilmu …………………..….……………….. 6

D. cara menghormati terhadap ahli ilmu ……………………..………… 6

Bab lll : Penutup

kesimpulan …………………………………………...…………………………. 7

Daftar pustaka ……………………………………………….………………………..… 8


BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kata ta‟dzim asalnya dari kata serapan azzama yu‟azzimu ta‟ziman.


Ta‟zim adalah sebuah bentuk penghormatan ataupun wujud kepatuhan pada
figur yang disegani oleh individu, berdasar hal ini yang dimaksud tentulah
seorang kyai maupun guru. Karena tanpa adanya guru atau seorang kyai kita
tidak dapat mendapatkan ilmu yang begitu luar biasa, baik ilmu umum
ataupun agama.
Sementara istilah ta‟zimul ilmi wa ahlihi merupakan bentuk
penghormatan pada ahli ilmu dan ilmu ataupun siapa saja yang mempunyai
ilmu, umumnya kyai guru, ulama, ustadz, habib ataupun yang lain. Peserta
didik haruslah sanggup menempatkan kedudukan guru di posisi yang tepat.
Hal itu disebabkan konsumsi rohani peserta didik berdasarkan segi pendidikan
lebih banyak diperoleh melalui guru dibandingkan orang tua. Ketaatan
ataupun penghormatan peserta didik pada guru yaitu hal yang sifatnya esensial
dan telah menjadi salah satu adab saat menuntut ilmu.
Ta‟lim Muta‟alim kitab karangan Syekh Az-Zarnuji yang menerangkan
jika belajar adalah suatu kewajiban yang sudah disyari‟atkan oleh agama, baik
melalui Al-Hadist ataupun Al-Qur‟an, lewat kegiatan pembelajaran yang
besifat Illahiyah ataupun Basyariyah. Beliau semasa hidup dengan Ridho al-
Din Naisaburi, kisaran tahun 500-600 H, wafat tahun 610 H.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana makna dalam kitab ta’limul muta’allim tentang takzim
terhadap ilmu dan ahli ilmu.?
2. Apa pengertian takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu?
BAB II
Pembahasan
A. Makna Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim Tentang Takzim Terhadap
ilmu dan Ahli ilmu.

:‫بسم هللا الرحمن الرحىم‬

‫اعلم بان طالب العلم ال ينال العلم وال ينتفع به اال بتعظيم العلم‬

‫واهله وتعظيم االستاذ وتوقيره‬.

Artinya : “para pelajar (santri) tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan
dapat mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan
ahli ilmu (guru)”.

‫قيل ما وصل من وصل اال بالحرمة وما سقط من سقط اال بترك الحرمة والتعطيم‬.

‫ االترى ان االنسان اليكفر بالمعصية وانما يكفر بترك الحرمة‬.‫وقيل الحرمة خير من الطاعة‬.

‫ المعلم‬:‫ومن تعظيم العلم تعظيم‬.

Artinya: “karena ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang telah


berhasil mereka ketika menuntut ilmu sangat menghormati tiga hal
tersebut. Dan orang-orang yang tidak berhasil dalam menuntut
ilmu, karena mereka tidak mau menghormati atau memuliakan
ilmu dan gurunya. Ada yang mengatakan bahwa menghormati itu
lebih baik daripada mentaati, karena manusia tidak dianggap kufur
karena bermaksiat. Tapi dia menjadi kufur karena tidak
menghormati atau memuliakan perintah Allah”.

‫ واحدا‬:‫ انا عبد من علمنى حرفا‬:‫قال علي كرم هللا وجهة‬

‫ان شاء اعتق وان شاء استرق‬.

Artinya: “Sayidina Ali karramullahu wajhah berkata,” aku adalah sahaya


(budak) orang yang mengajarku walau hanya satu huruf, jika dia
mau silahkan menjualku, atau memerdekakan aku, atau tetap
menjadikan aku sebagai budaknya,”
B. Pengertian takzim terhadap ilmu dan ahli ilmu
Kata ta‟dzim asalnya dari kata serapan azzama yu‟azzimu
ta‟ziman. Ta‟zim adalah sebuah bentuk penghormatan ataupun wujud
kepatuhan pada figur yang disegani oleh individu, berdasar hal ini yang
dimaksud tentulah seorang kyai maupun guru. Karena tanpa adanya guru
atau seorang kyai kita tidak mendapatkan ilmu yang begitu luar biasa, baik
ilmu umum ataupun agama.

Sementara istilah ta‟zimul ilmi wa ahlihi merupakan bentuk


penghormatan pada ahli ilmu ataupun siapa saja yang mempunyai ilmu,
umumnya kyai guru, ulama, ustadz, habib ataupun yang lain. Peserta didik
haruslah sanggup menempatkan kedudukan guru di posisi yang tepat. Hal
itu disebabkan konsumsi rohani peserta didik berdasarkan segi pendidikan
lebih banyak diperoleh melalui guru dibandingkan orang tua. Ketaatan
ataupun penghormatan peserta didik pada guru yaitu hal yang sifatnya
esensial dan telah menjadi salah satu adab saat menuntut ilmu.

Penting diketahui bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan


memperoleh ilmu, dan tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu itu, kecuali
dengan menakzimkan ilmu dan para ahlinya, juga memuliakan dan
menghormati para ustadz. Ta‟lim Muta‟alim juga adalah kitab karangan
Syekh Az-Zarnuji yang menerangkan jika belajar adalah suatu kewajiban
yang sudah disyari‟atkan oleh agama, baik melalui Al-Hadist ataupun Al-
Qur‟an,lewat kegiatan pembelajaran yang besifat Illahiyah ataupun
Basyariyah. Beliau semasa hidup dengan Ridho al-Din Naisaburi, kisaran
tahun 500-600 H, wafat tahun 610 H.

Az-Zarnuji menyebutkan banyak para murid yang sesungguhnya


telah sungguh-sungguh menuntut ilmu, tetapi mereka tidak merasakan
nikmatnya ilmu, masalah ini menyebabakan mereka meninggalkan ataupun
kurang memperhatikan etika untuk menuntut ilmu. Keutamaan ahli ilmu
diumpamakan bulan purnama yang sangat terang, tidak sama dengan
bintang lainnya. Karena itu para ahli ilmu akan mewariskan ilmu yang
sangatlah bermanfaat untuk peradaban manusia, mengembangkan teknologi
pula untuk menngikuti masa modern saat ini.
C. Cara memuliakan terhadap ilmu
Diantara wujud memuliakan ilmu adalah dengan menghormati guru,
dengan memuliakan kitab, tidak menjulurkan kaki ke arah kitab,
meletakkan kitab tafsir diatas kitab-kitab lain, dan jangan sampai menaruh
sesuatu diatas kitab (seperti tinta atau selainnya.), memperbagus tulisan
kitab. Menghormati teman,sikap khitmat, pemilihan bidang study, dan
menghindari akhlak tercela

D. Cara menghormati terhadap ahli ilmu.


Salah satu cara menghormati ahli ilmu adalah tidak berjalan
didepannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak memulai
pembicaraan dihadapannya kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara
dihadapannya, tidak bertanya sesuatu saat sedang bosan, memperhatikan
waktu, dan tidak mengetuk pintunya tetapi sabar menantinya hingga ia
keluar, menghormati anak-anaknya dan siapa saja yang memiliki hubungan
dengannya.

Syekhul islam burhanuddin pengarang kitab Al-hidayah pernah


berkata, “ ada salah seorang imam senior di Bukhara ikut duduk dalam
suatu majelis, dan kadang ia berdiri di tengah-tengah pelajaran. Maka
orang-orangpun menanyakan hal itu, imam senior menjawab “
sesungguhnya putra guruku sedang bermain bersama anak-anak dijalan, dan
kadang-kadang ia datang ke pintu masjid. Apabila bila aku melihatnya,
maka aku berdiri sebagai penghormatan untuk guruku.”

Sebagai seorang penuntut ilmu harus bisa mengamalkan apa yang


telah disebutkan diatas, dan yang harus diantisipasi oleh penuntut ilmu
adalah sifat sombong. Ada sebuah syair yang mengatakan “ ilmu adalah
musuh bagi orang yang sombong”. Jika seorang penuntut ilmu memiliki
sifat sombong maka tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat. Dan
dianjurkan bagi penuntut ilmu untuk melakukan tirakat, yaitu membiasakan
hidup sederhana, tidak berfoya-foya, menjaga dirinya dari kemaksiatan, dan
senantiasa mengharap ridho Allah, supaya Ilmu yang diperolehnya
bermanfaat.
BAB III
PENUTUP

 kesimpulan

Seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu, dan tidak dapat
mengambil manfaat dari ilmu itu, kecuali dengan mentakzimkan ilmu dan
para ahlinya, juga memuliakan dan menghormati para guru,ustad dan para
ulama. Dan jika seorang guru tersakiti oleh muridnya, maka murid
terhalang mendapatkan keberkahan ilmu, dan ia tidak dapat mengambil
manfaat dari ilmu itu kecuali hanya sedikit.
Pengertian Ta‟zim adalah sebuah bentuk penghormatan ataupun
wujud kepatuhan pada figur yang disegani oleh individu, berdasar hal ini
yang dimaksud tentulah seorang kyai maupun guru. Karena tanpa adanya
guru atau seorang kyai kita tidak dapat mendapatkan ilmu yang begitu luar
biasa, baik ilmu umum ataupun agama.
DAFTAR PUSTAKA

 Saihu,” Etika Menutut Ilmu Menurut Kitab Ta‟lim Muta‟alim”, Jurnal Kjian Ilmu dan
Budaya Islam 3, No.1 (2020) : 107.

 Arif Muzayin Shofwan,” Metode Belajar Menurut Imam Zarnuji : Telaah kitab Ta‟lim
Muta‟alim”, Jurnal Riset dan Konseptual 2, No. 4 (2017) : 4

 Imam Az-zarnuji, “Ta’lim Al-Muta’allim fi Thariq At-ta’allum”, Ta’lim Muta’allim


(Pentingnya Adab Sebelum ilmu), solo: Aqwam, 2019

Anda mungkin juga menyukai