Anda di halaman 1dari 23

“HADITS-HADITS TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi

Dosen Pengampu Dr. H. Tajuddin Nur, M. Pd. I

DISUSUN OLEH :

WAMIDI FAUZA NPM : 2110632030006

DWI MUTMAINAH NPM : 2110632030003

DEDE DESIYANI LESTARI NPM :

2110632030013

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

TAHUN 2021

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 2

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………. 2

1.4 Metodologi Penelitian…………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN.

2.1 PENJELASAN AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS MENGENAI

KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR…………………………. 3

1. Kewajiban Belajar dalam Pandangan Para Pakar

Pendidikan Islam. ……………………………………………… 3

2. Ayat-ayat Al Quran yang memuat mengenai kewajiban

belajar mengajar………………………………………………… 6

2.2 HADITS BELAJAR MENGAJAR. ……………………………… 8

1. Keutamaan Belajar Mengajar. ………………………………….. 8

2. Hadits Yang Berkaitan Dengan Kewajiban Belajar

Mengajar. ……………………………………………………… 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 18

3.2 Saran ………………………………………………………………… 19

2
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang.

Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu,

berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan;

menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman

yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan, aqidah dan

ibadah, baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala

kebutuhan hidup.

Jika kita menuntut ilmu dengan ridho Allah, akan tetapi ilmu tersebut

tidak dipelajari, tidak diamalkan namun hanya untuk tujuan mencari

kesenangan duniawi (nikmat dunia), maka Allah tidak akan memberikan surga,

bahkan harumnya surgapun tidak akan tercium. Maka marilah kita menuntut

ilmu karena Allah, dan kita pelajari ilmu yang kita peroleh karena Allah

sebagai bekal hidup kita di dunia dan di akhirat.

Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan

adakalanya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum

mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya

ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib ’ain dipelajari oleh

mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan aqidah yang wajib

dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk

3
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat,

puasa, zakat dan haji. (Nawawi, 1999:541)

Berdasarkan penjelasan mengenai menuntut ilmu, di dunia Islam terdapat

seorang tokoh yang berpengaruh salah satunya adalah Imam Syafi‟i yang

dikenal sebagai salah satu dari beberapa mazhab Fiqih dan mayoritas dianut

oleh rakyat Indonesia. Imam Syafi‟i telah banyak menulis kitab-kitab

diantaranya yang paling populer adalah kitab al-Umm, selain itu Imam Syafi‟i

juga menulis berupa syair-syair nasehat untuk kita di zaman sekarang ini salah

satu contohnya tentang enam nasehat menuntut ilmu yang terdapat dalam kitab

Diwan, adapun redaksinya sebagai berikut:

ِ ْ‫وحرْ ص واج‬
‫ت ها د و‬ ٍ ‫ص ْي ِل ها بِب ي‬
ِ ‫ ذ كاء‬:‫ان‬ ْ ‫أ ِخي ل ْن ت ن ا ل ال ِعلْ م ِإالَّ بِ ِستَّ ٍة سُأ ْنبِ ْي ك‬
ِ ‫عن ت ْف‬
“‫بلغة وصُحْ ب ةُ ُأسْت ا ٍذ وطُوْ ُل ز ما ٍن‬
Wahai saudaraku ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam perkara
yang akan saya beritahukan perinciannya: (1) kecerdasan, (2) semangat
(motivasi), (3) sungguh-sungguh, (4) bekal, (5) bersahabat (belajar) dengan
ustadz/guru, (6) membutuhkan waktu yang lama.”(Syafi‟i, 2005:122).
Pendidikan Islam berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya

terdapat pada waktu hidup di dunia telah berakhir. Pendidikan Islam berlaku

selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara

dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah

takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam

rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan

supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan

bukan dalam pendidikan formal.

4
Dalam konteks keislaman, corak pendidikan yang diinginkan oleh Islam

adalah pendidikan yang mampu membentuk manusia yang unggul secara

intelektual, kaya dalam hal amal, serta anggun dalam kebijakan dan moral.

Sehingga pendidikan Islam mempunyai tujuan agar manusia mencapai

keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Melihat perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, maka pendidikan Islam

dituntut untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi pendidikan. Mulai

paradigma, sistem pendidikan dan metode yang digunakan, hal ini

dimaksudkan agar perkembangan Islam tidak tersendat-sendat.

1.2 Rumusan Masalah.

1. Apa hadits tentang belajar mengajar?

2. Bagaimanakah penjelasan hadits mengenai kewajiban belajar mengajar?

1.3 Tujuan Penulisan.

1. Untuk mengetahui hadits belajar mengajar.

2. Untuk mengetahui penjelasan hadits mengenai kewajiban belajar mengajar.

1.4 Metodologi Penelitian.

Model penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu menjelasskan dan

menggambarkan keadaan sebenarnya, dengan menggunakan metode studi

pustaka, yaitu mencari referensi dari sumber-sumber data yaitu buku-buku

ilmiah yang berkaitan, jurnal yang berkaitan dang mungkin majalah ilmiah atau

sejenisnya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. PENJELASAN AYAT AL-QUR’AN DAN HADITS MENGENAI


KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR
2.1.1. Kewajiban Belajar dalam Pandangan Para Pakar Pendidikan
Islam.

Banyak tokoh-tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan

menyumbangkan pemikirannya tentang aktivitas belajar, diantara

tokoh tersebut adalah Al-Ghazali dan Al-Zarnuji. Kedua tokoh-

tokoh ini pemikiran-pemikirannya mewarnai dunia pendidikan di

Indonesia terutama pendidikan Islam. Menurut Az-Zarnuji Konsep

belajar mengajar adalah meletakan hubungan pendidik dan peserta

didik pada tempat sesuai porposinya, seorang siswa adalah seorang

yang harus selalu tekun dalam belajar, senantiasa menghormati ilmu

pengetahuan dan menghormati pendidik, karena kalau siswa sudah

menghormati guru dan menghormati ilmunya. (Abuddin Nata,

2003: 104). Selain itu, ada beberapa konsep belajar dalam perspektif

Islam seperti yang dikemukakan oleh Az-Zarnuji (1978: 16),

diantranya:

6
1). Pentingnya niat belajar. Zarnuji menjelaskan bahwa niat adalah

azas segala perbuatan, maka dari itu adalah wajib berniat dalam

belajar. Konsep niat dalam belajar ini mengacu kepada hadits

Nabi saw: “Hanyasanya semua pekerjaan itu harus mempunya

niat, dan hanyasanya setiap pekerjaan itu apa yang ia niatkan".

(HR. Bukhari). (Said Sabiq, 1365 H: 125). Dengan demikan

amal yang berbentuk duniawi seperti makan, minum dan tidur

bisa jadi amal ukhrawi dengan niat yang baik. Dan sebaliknya

amal yang berbentuk ukhrawi seperti shalat, membaca zikir jadi

amal duniawi dengan niat yang jelek seperti riya. Zarnuji

berpendapat bahwa belajar adalah suatu pekerjaan, ia harus

mempunya niat belajar.

2). Niat yang baik dan niat yang buruk. Dalam belajar hendaklah

berniat untuk: (a). Mencari ridha Allah SWT, (b). Memperoleh

kebahagiaan akhirat, (c). Berusaha memerangi kebodohan diri

sendiri dan kaum yang bodoh, (d). Mengembangkan dan

melestarikan Islam, (e). Mensyukuri nikmat akal dan badan

yang sehat.

Kutipan gubahan Syekh Burhanuddin: Sungguh merupakan

kehancuran yang besar seorang alim yang tak peduli, dan lebih

parah dari itu seorang bodoh yang beribadah tanpa aturan,

keduanya merupakan fitnah yang besar di alam semesta bagi

orang-orang yang menjadikan keduanya sebagai pedoman. Ini

7
mengisyaratkan bahwa orang yang pandai tetapi kependaiannya

hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain itu

tidak berarti, begitu juga orang bodoh beribadah ibadahnya bias

batal atau ia akan mudah terjerumus ke aliran sesat.

3). Sikap dalam berilmu. Di samping itu Zarnuji menyebutkan agar

penuntut ilmu yang telah bersusah payah belajar, agar tidak

memanfaatkan ilmunya untuk urusan-urusan duniawi yang hina

dan rendah nilainya. Untuk itu kata Zarnuji hendaklah seseorang

itu selalu menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Jadi yang

perlu dicamkan adalah bahwa dalam mencari ilmu harus dengan

niat yang baik sebab dengan niat itu dapat menghantarkan pada

pencapaian keberhasilan. Niat yang sungguhsungguh dalam

mencari ilmu adalah keridhaan Allah akan mendapatkan pahala.

Tidak diperkenankan dalam mencari ilmu untuk mendapatkan

harta banyak.

4). Memilih Ilmu, Guru dan Kawan. Ilmu prioritas seluruh penuntut

ilmu, baik pelajar maupun mahasiswa hendaklah memilih ilmu

yang terbaik baginya, berguna untuk agama, di waktu itu dan di

masa-masa yang akan datang (mendatang).

Menurut Al-Ghazali (2003: 149-181), ilmu itu harus

mengantarkan orang yang mempelajarinya mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat. Inilah yang disebut dengan ilmu bermanfaat.

8
Sekiranya keduanya tidak bisa diraih, paling tidak kebahagiaan

akhirat bisa diperoleh karena inilah kebahagiaan yang hakiki.

Sekiranya ilmu itu memberi kebahagiaan bagi kehidupan dunia tapi

tidak mengantarkan kebahagiaan akhirat maka ilmu ini bukan

termasuk ilmu yang di maksud al-Ghazzali karena tidak ada artinya

memperoleh kebahagiaan dunia tetapi memperoleh kesengsaraan di

akhirat.

Konsep belajar dalam mencari ilmu menurut Al-Ghazali dapat

dilakukan dengan dua pendekatan yaitu ta’lim insani dan ta’lim

rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia.

Konsep ini biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya, dan

biasanya dilakukan dengan menggunkan alat-alat indrawi. Proses

ta’lim insani dibagi menjadi dua. Pertama, dalam proses belajar

mengajar hakikatnya terjadi aktivitas mengekplorasi pengetahuan

sehingga menghasilkan perubahan-perubahan prilaku.

Seorang pendidik mengeksplor ilmu yang dimilikinya untuk

diberikan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik menggali

ilmu dari pendidik agar ia mendapatkan ilmu. Al-Ghazali

menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses

belajar mengajar. Dalam proses ini, peserta didik akan mengalami

proses mengetahui, yaitu proses abtraksi. Suatu objek dalam

wujudnya tidak terlepas dari aksiden-aksiden dan atribut-atribut

tambahan yang menyelubungi hakikatnya. Ketika subjek

9
berhubungan dengan objek yang ingin diketahui, hubungan suatu

terkait dengan ukuran, cara, situasi, tempat.

2.1.2 Ayat-ayat Al Quran yang memuat mengenai kewajiban belajar


mengajar :
1. At-Taubah Ayat 122

َ‫ فَلَوْ اَل نَفَ َر َم ْن ُكلِّ فِرْ قَ ٍة ِم ْنهُ ْم طَاِئفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْ ا فِ ْي ال…… ِّد ْين‬،ً‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َكافَّة‬

)122( َ‫َولِيُ ْن ِذرُوْ ا قَوْ َمهُ ْم اِ َذا َر َجعُوْ ا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلِّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu


pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Dalam ayat ini, terdapat dua lafadz fi’il amr yang disertai

lam amr, yakni (supaya mereka memperdalam ilmu agama) dan

lafadz (supaya mereka memberi peringatan), yang berarti

kewajiban untuk belajar dan mengajar. X2

Menurut Al Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang

kewajiban memperdalam ilmu agama (wujub al tafaqqub fi al

din) serta menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan untuk

mempelajarinya di dalam suatu negeri yang telah di dirikan serta

mengajarkanya pada menusia berdasarkan kadar yang

diperkirakann dapat memberikan kemaslahatan bagi mereka

sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-

10
hukum agama yang apada umumnya yang harus dikerahui oleh

orang-orang yang beriman.

Menyiapkan diri untuk memusatkan perhatian dalam

mendalami ilmu agama dan maksud tersebut adalah termasuk

kedalam perbuatan yang tergolong mendapatkan kedudukan

yang tinggi dihadapan Allah, dan tidak kalah derajatnya dari

orang-orang yang berjihat dengan harta dan dirinya dalam

rangka meninggikan kalimat Allah, bahkan upaya tersebut

kedudukanya lebih tinggi dari mereka yang keadaanya tidak

sedang berhadapan dengan musuh.

Maka inti dari ayat diatas adalah tidak sepatutnya seluruh

kaum muslimin pergi berperang (jihad), namun harus ada juga

yang harus belajar dan mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat

penting bagi kukuhnya Islam. Dari berbagai uraian di atas dapat

dipahami, bahwa mencari jihad itu tidak hanya berperang

melawan musuh, tetapi mencari ilmu itu juga termasuk jihad.

karena seandainya tidak ada orang yang mencari ilmu maka

generasi muda Islam tidak akan tahu apa-apa soal ilmu.

2. Q.S Al-Alaq ayat 1-5

َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬


َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ خَ ل‬
١-‫ق‬

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


menciptakan,"

ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬


٢-‫ق‬ َ َ‫خَ ل‬

11
Artinya: "Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."

٣ - ‫اِ ْق َرْأ َو َربُّكَ ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬

Artinya: "Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,"

٤ - ‫الَّ ِذيْ َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬

Artinya: "Yang mengajar (manusia) dengan pena"

٥ - ‫َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬

Artinya: "Dia mengajarkan manusia apa yang tidak


diketahuinya.

Dalam ayat ini kata iqra’ dapat berarti membaca atau

mengkaji. Sebagai aktivitas intelektual dalam arti yang luas,

guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman, tetapi

segala pemikiran itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena

iqra` haruslah dengan bismi rabbika. Menurut Quraish Shihab,

kata iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun,

yang mana melahirkan makna lain seperti, menyampaikan,

menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan

membaca baik teks yang tertulis maupun yang tidak. Wahyu

pertama ini tidak menjelaskan hal spesifik tentang apa yang

harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki ummatnya

membaca apa saja selama bacaan itu bismi Rabbik, dalam artian

bermanfaat bagi manusia.

Sementara kata al-qalam adalah simbol transformasi

ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Kata ini merupakan simbol

12
abadi sejak manusia mengenal baca-tulis hingga dewasa ini.

Proses transfer budaya dan peradaban tidak akan terjadi tanpa

peran penting tradisi tulis–menulis yang dilambangkan dengan

al-qalam.

Selanjutnya, dapat diketahui pula bahwa ada dua cara

perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar

dengan pena sebagaimana yang telah diketahui manusia lain

sebelumnya, dan mengajar manusia tanpa pena yang belum

diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau

atas dasar usaha manusia dan cara kedua adalah mengajar tanpa

alat dan tanpa usaha manusia. Meskipun berbeda namun

keduanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah SWT.

2.2. HADITS BELAJAR MENGAJAR

2.2.1 Keutamaan Belajar Mengajar.

Pendidikan merupakan sarana atau media yang akan

menghantarkan manusia pada tujuan. Sedangkan, pendidikan sendiri

dalam prosesnya memerlukan alat, yaitu proses pengajaran atau ta’lim.

Setidaknya ada dua unsur utama dalam proses belajar mengajar atau

pendidikan, yang memainkan peran sebagai organisme yang akan

berproses dan pembimbing atau pengarah. Dua unsur tersebut lebih

dikenal dengan sebutan “peserta didik” dan “guru” (pendidik).

(Umiarso Zamroni, 2011: 82).

13
Kewajiban menuntut ilmu telah diterangkan dalam Al-Quran

dan Hadits. Belajar merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia,

karena dengan belajar manusia bisa meningkatkan kemampuan

dirinya. Dengan belajar, manusia juga dapat mengetahui hal-hal yang

sebelumnya tidak ia ketahui. Selanjutnya, kita khususnya sebagai umat

muslim haruslah lebih memperhatikan lagi dalam hal belajar, karena di

dalam agama Islam sudah dijelaskan keutamaan bagi para penuntut

ilmu.

Allah menerangkan anjuran untuk menuntut ilmu di dalam Al-

Quran Q.S. Al-Mujadalah ayat 11:

۟ ‫وا فَٱن ُش ُز‬


‫وا‬ ۟ ‫ُوا يَ ْف َسح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ و َذا قِي َل ٱن ُش ُز‬ ۟ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسح‬
۟ ‫ُوا فِى ْٱلم ٰ َجلِس فَٱ ْف َسح‬
‫َِإ‬ ِ ِ َ ‫َ ِإ‬
۟ ُ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
ٍ ‫وا ْٱل ِع ْل َم َد َر ٰ َج‬
‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬ ۟ ُ‫يَرْ فَع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ِ

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”

Kutipan ayat tersebut menerangkan bahwa betapa Allah akan

mengangkat derajat mereka yang menuntut ilmu beberapa kali lebih

tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Isyarat ini menandakan

bahwa dengan ilmulah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan

hartanya apalagi nasabnya. Dalam sebuah Hadis pun disebutkan tentang

14
keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah

SAW bersabda:

‫ط ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسهَّ َل هَّللا ُ لَهُ بِ ِه طَ ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬
َ َ‫َو َم ْن َسلَك‬

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Dari kedua dalil di atas menerangkan bahwa umat Islam

diwajibkan untuk menuntut ilmu, karena Allah telah berjanji di dalam

Al-Qur’an bahwa barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu maka

Allah akan mengangkat derajatnya, dan Rasulullah juga menjelaskan

bahwa dengan belajar atau berjalan untuk mencari ilmu maka Allah

akan memudahkan jalannya menuju surga.

1. Hadits Belajar Mengajar

‫نَعِْنباِد ْوُعْسَمَِلاَقىلُِل ْوُسَرهلالِلَصهلالَِعْهيَلَِملَس َوواُملَعَتِْلالعَِمُِه ْوُملَع‬

‫َواسالنواُملَعَتَِضائَرَفالُِهُملَع َوَِاسالنِْوُملَعَتاَِضائَرَفْالُِه ْوُملَع َوَِاسالنَِتا ْوُملَعَِان ْرُقْال ُِه ْوُملَع‬

‫َواالنَِسىنإَفِؤُرْامِض ْوُبْقَمِْال َوُِمْلعُِصَقَتْنُيَسُِرَهْظَت َوِْالُِنَتفىتَحَِفلَتْخَي‬

‫َِاننْاثىفِةَضْيرَفَِلِانَدجَيًادَحَأُِلصْفَياَمُهَنْيَب‬

“Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulullah saw. bersabda

kepadaku, ‘tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang

lain. Tuntutlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain.

Pelajarilah Alquran dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan

mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak,

sehingga terjadi perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu

15
kewajiban, mereka tidak menemukan seorang pun yang dapat

menyelesaikannya.” (HR. Ad- Darimi, Ad-Daruquthni, dan Al-

Baihaqi”.

Dalam hadis ini ada tiga perintah belajar, yaitu perintah

mempelajari al-‘ilm, al-fara’id, dan Alquran. Menurut Ibnu Mas’ud,

ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu syariat dan segala jenisnya.

Al-fara’id adalah ketentuan-ketentuan, baik ketentuan Islam secara

umum maupun ketentuan tentang harta warisa

Mempelajari Al-Qur’an mencakup menghafalkannya. Setelah

dipelajari ajarkanlah pula kepada orang lain supaya lebih sempurna.

Dan menuntut ilmu itu tidak hanya sebatas pada ilmu agama saja,

melainkan ilmu-ilmu yang lain. Sebagaimana hadits berikut ini

“Tuntutlah ilmu sekalipun di negeri China karena sesungguhnya

menuntut ilmu itu diwajibkan atas tiap-tiap muslim” (HR. Ibnu

Abdilbaar).

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup

manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan

kualitatif individu sehingga perilakunya berkembang. Semua

aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari

belajar. Kitapun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang

telah kita pelajari.

Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu

belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan

16
mengemukakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu

tujuan. Di dalam belajar terdapat tiga ranah yang satu sama lain

sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Ketiganya ialah:

(1) ranah kognitif (cognitive domain), (2) ranah afektif (afektif

domain), dan (3) ranah psikomotor (psychomotor domain) yang

berhubungan dengan motorik kasar seperti melempar, menangkap,

dan menendang, juga motorik halus seperti menulis dan

menggambar. Selain itu, ada beberapa teori yang menjelaskan

tentang belajar, diantaranya adalah seperti yang telah dirangkum

oleh Prasetya Irawan.

Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah

yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain.

Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar

dan menjadi pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan

bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan

manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia

semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga

menganjurkan manusia untuk selalu belajar.

Pendidikan dan pengajaran yang islami sesungguhnya

didasarkan atas dua prinsip utama, yaitu : (1) Keteladanan (oleh

Pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat), dan (2) Metode

pengajaran yang didasarkan atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal.

Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu

17
pengetahuan sehingga Islam sangat menekankan umatnya untuk

terus belajar.

Dalam Islam, baik Pria maupun wanita mempunyai kesempatan

yang sama untuk belajar. Dalam belajar tidak mengenal waktu, dan

juga tidak mengenal gender. Sehingga setiap orang, baik pria

maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang diberikan oleh

Allah Swt kepada kita sehingga potensi itu berkembang dan sampai

kepada kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama

menganggap bahwa belajar itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah

tidak terbatas kepada masalah shalat, puasa, haji, dan zakat. Bahkan

belajar itu dianggap sebagai ibadah yang utama, karena dengan

ilmulah kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya dengan

benar.

2.1.2 Hadits Yang Berkaitan Dengan Kewajiban Belajar Mengajar.

1. Hadits Pertama

‫ من خرج فى‬،‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن انس رضي هللا عنه قال‬

‫طلب العلم فهو فى سبيل هللا حتى ير جع )رواه الترمذي‬

Artinya: “Dari Anas RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:


Barang siapa yang keluar dengan tujuan menuntut ilmu, maka
ia berada di jalan Allah hingga sampai pulang”. (H.R.
Tirmidzi). (At-Tirmidzi, 1249H/2008, 345).

2. Hadits Kedua.

ُ ‫ي ْلت‬
3. ‫ه ى‬dd‫َىمس فى ْيى‬ ْ َ‫لَ َك ط‬d‫س‬
َ ‫ا‬ddً‫ىري ق‬d ُ ‫ي َرةَ َأنَّ َر‬
َ ْ‫ َو َمن‬:‫ا َل‬ddَ‫ ْو َل ى هللا ق‬d‫س‬ ِ ‫َوعَنْ َأى‬
ْ ‫ َر‬d‫ب ُه‬
َّ
‫الجنة) رواه مسلم‬ ً
َ ‫ىري قا إى َل‬ َ َ
ْ ‫سهَّ َل هللُ لهُ ط‬
َ ,‫عل ًما‬ْ

18
(Artinya : “Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (H.R
Muslim). (Imam Abu Husain Muslim, tt: 203).

3. Hadits Ketiga

‫سلُ ُك‬
ْ َ‫سلَّ َم َما ىمنْ َر ُج ٍل ي‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْيىه َو‬ ُ ‫ي َرةَ قَا َل قَا َل َر‬
َ ‫س ْو ُل ى هللا‬ ِ ‫عَنْ َأى‬
ْ ‫ب ُه َر‬

ُ‫الجنَّىة َو َمنْ َأ ْبطََأ بىىه َع َملُه‬


َْ ‫ق‬ َ ‫ب فى ْيىه ى ع ْل ًما إى ََّّل‬
َ ‫سهَّاَل هللُ لَهُ بىىه طَىر ْي‬ ُ ُ‫ىري قًا يَ ْطل‬
ْ َ‫ط‬

َ َ‫سىر ْع بىىه ن‬
‫سبُهُ ) َر َواهُ ابو دود‬ ْ ُ‫َْل ي‬

Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah saw


bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki yang meniti jalan untuk
mencari ilmu melainkan Allah akan mempermudah baginya
jalan menuju surga. Dan barangsiapa yang lambat amalannya
maka nasabnya tidak akan memberinya manfaat.” (HR. Abu
Dawud). (Abu Dawud Sulaiman, 1994: 68).

4. Hadist Keempat

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْيىه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫س َر ى ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
َ ‫س ْو ُل ى هللا‬ ٍ ‫اىب ى ن َعبَّا‬
ْ ْ‫عَن‬

‫لىم‬
ٍ ‫س‬ ْ ‫ضةٌ َعلَى ُكى ِّل ُم‬
َ ‫ي فَىانَّ طَلَ َب ا ْلىع ْل َم فَىر ْي‬
ْ ‫ى‬
ْ ‫ص‬ ُ ُ‫ اُ ْطل‬: ‫سلَّ َم‬
ِّ ‫ب ا ْلىعلُ َم َولَ ْو ى ِبال ى‬ َ ‫َو‬

) ‫ضاعًا ىبَِا يَ ْطلُب‬ ٍ ‫نىحتى َها لىطَالى‬


َ ‫ب ىر‬ َ َ‫سلى َم ٍة اىنَّ ا ْل َملَئى َكةَ ت‬
َ ‫ض ُع اَ ْج‬ ْ ‫َو ُم‬

‫ى ِّب‬
َ ‫َب ى د ا ْل‬
ْ ‫اىب ى ن ع‬
ْ ُ‫َر َواه‬

Artinya : “Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata: Rasulullah SAW


bersabda: “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina, karena
sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-
laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat
menaungkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu
karena ridho terhadap amal perbuatannya”. (H.R Ibnu Abdul
Barr). (Imam Ibnu Abdil Barr, 2010: 87).
Dalam perspektif Islam, makna belajar bukan hanya

sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep belajar dalam Islam

merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-

19
nilai yang terkandung dalam Alqur‟an dan Alhadits. Seorang

siswa yang telah melalui proses belajar, idealnya ditandai oleh

munculnya pengalaman-pengalaman psikologis dan baru yang

positif. Pengalaman-pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut

diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan

kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif.X9

Menurut Az-Zarnuji, Konsep belajar mengajar adalah

meletakan hubungan pendidik dan peserta didik pada tempat

sesuai porposinya, seorang siswa adalah seorang yang harus

selalu tekun dalam belajar, senantiasa menghormati ilmu

pengetahuan dan menghormati pendidik, karena kalau siswa

sudah menghormati guru dan menghormati ilmunya.

Menurut Al-Ghazali, Konsep belajar dalam mencari ilmu

dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu ta‟lim insani dan

ta‟lim robbani. Ta‟lim insani adalah belajar dengan bimbingan

manusia. Konsep ini biasa dilakukan oleh manusia pada

umumnya, dan biasanya dilakukan dengan menggunkan alat -

alat indrawi. Proses ta’lim insani dibagi menjadi dua. Pertama,

dalam proses belajar mengajar hakikatnya terjadi aktivitas

mengekplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan -

perubahan prilaku. Seorang pendidik mengeksplor ilmu yang

dimilikinya untuk diberikan kepada peserta didik, sedangkan

peserta didik menggali ilmu dari pendidik agar ia mendapatkan

20
ilmu. Al-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan

menggunakan proses belajar mengajar.

BAB III

PENUTUP

3. 1. KESIMPULAN

1. Dalam pendidikan islam hadits merupakan suatu tuntunan atau panduan

dalam kegiatan belajar mengajar sehingga ada 3 perintah, yaitu perintah

mempelajari al-‘ilm, al-fara’id dan Alquran. Menurut ibnu Mas’ud,

ilmu yang dimaksud adalah ilmu syariat dan segala jenisnya, al-fara’id

adalah yang mencakup tentang ketentuan-ketentuan, baik ketentuan

Islam secara umum maupun ketentuan tentang harta warisan, sedangkan

Alquran adalah mencakup menghafalkannya, setelah dipelajari harus di

ajarkan pula kepada orang lain supaya lebih sempurna.

2. Banyak pemikir-pemikir dan tokoh-tokoh Islam yang memiliki

kepedulian dan menyumbangkan pemikirannya tentang aktivitas

belajar, ada beberapa konsep belajar dalam perspektif Islam seperti

21
yang dikemukakan oleh Az-Zarnuji diantaranya : a) berniat, adalah azas

segala perbuatan, b) niat yang baik dalam menuntut ilmu yaitu untuk

mencari ridha Allah SWT, memperoleh kebahagiaan akhirat, berusaha

memerangi kebodohan diri sendiri dan kaum yang bodoh,

mengembangkan dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat akal dan

badan yang sehat, c) penuntut ilmu yang telah berusaha belajar, agar

ilmunya dimanfaatkan tidak hanya untuk dunia saja, d) Memilih ilmu,

guru dan kawan yang terbaik sebagai teman dalam menuntut ilmu.

3. 2 SARAN

1. Pendidik diharapkan memahami, menghafal, dan menerapkan tentang

hadits proses belajar dan mengajar.

2. Pendidik diharapkan mampu mengimplementasikan hadits belajar

mengajar kepada peserta didik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Mushaf Wakaf, Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Forum Pelayan Al-Qur’an, 2013),

hal. 206.

Ahmad Mustafa al-Maraghi. Tafsir al-Maraghi jilid IV, (Beirut Dar al-fikr), hal.

48.

Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi , Jakarta: Erlangga, 2006.

Journal.dharmawangsa.ac.id, tanggal 23 September 2021, pukul 14.07 wib.

23

Anda mungkin juga menyukai