Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI


PENDEKATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Multikultural dan


Karakter

Dosen Pengampu :
Dr. Astuti Darmiyanti MA.Ed., Ed.D

Disusun oleh :
Dwi Mutmainah NIM. 2110632030003
Dewi Ambarsari NIM. 2110632030009
Udin Samsudin NIM. 2110632030016

Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam


Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang
UNSIKA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, ridho, dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa menyelesaikan makalah sederhana ini.
Shalawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada murobbi kita yaitu Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang, serta kepada para keluarga dan para sahabat Rasulullah SAW.
Penyelesaian makalah ini dilakukan dengan kerjasama tiga orang mahasiswa
pascasarjana Pendidikan Agama Islam (PAI) yang tergabung dalam kelompok lima mata
kuliah Pendidikan Multikultural dan Karakter. Setelah melewati proses yang cukup rumit,
akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa menjadi acuan dan referensi bagi pembaca khususnya yang
berkecimpung dalam bidang pendidikan. Menjadi tambahan pengetahuan dan pengalaman
bagai para pembaca untuk lebih mengetahui tentang Pendidikan Mukltikultural sebagai
pendekatan dalam Pendidikan.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Karawang, 13 Oktober 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................1

Daftar Isi .............................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan.............................................................................................................3

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................5

1.3 Tujuan ...............................................................................................................5

BAB II Pembahasan ...........................................................................................................6

2.1 Pengertian Pendidikan Multikultural ................................................................6

2.2 Dimensi Pembelajaran Berbasis Multikultural .................................................6

2.3 Pendekatan Pendidikan Multikultural ..............................................................8

BAB III Penutup .................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................10

3.2 Saran .................................................................................................................10

Daftar Pustaka .....................................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu Negara multicultural terbesar di dunia.
Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosiokultural dimana Indonesia memiliki
beraneka ragam etnis, budaya, bahasa, ras dan agama. Multikulturalisme di Indonesia
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Namun pada kenyataannya kodisi
demikian tidak pula diiringi dengan keadaan social yang membaik. Bahkan banyak
terjadinya ketidakteraruran dalam kehidupan social diindonesia pada saat ini yang
menyebabkan terjadinya berbagai ketegangan dan konflik

Praktek kekerasan yang mengatasnamakan agama, dari fundamental,


radikalisme,hingga terorisme akhir-akhir ini semakin marak di tanah air. Kesatuan
dan persatuan bangsa saat ini sedang diuji eksistensi nya. Berbagai indicator yang
memperlihatkan adanya tanda-tanda perpecahan bangsa, dengan transparan mudah
kita baca. Padahal kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik darii apsek
suku, ras, agama serta status social memberikan kontribusi yang luar biasaterhadap
perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Kondisi yang demikian
memungkinkan terjadinya benturan antar budaya, antar ras, etnik, agama dan nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan multicultural merupakan proses pengembangan seluruh potensi


manusia yang menghargai pluralitas-pluralitas dan heterogenitas sebagai konsekuensi
keragaman budaya, suku, agama, ekonomi social dan politik.

Dalam agama Islam Multikultural sudah menjadi keniscayaan dan ada


beberapa ayat Al-Quran tentang keragaman suku bangsa. Salah satu yang paling
spesifik, dan seringkali dijadikan landasan keniscayaan kehidupan berbangsa dan
bernegara, adalah surah al-Hujurat [49]: 13, yang isinya adalah sebagai berikut,

‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا خَ لَ ْقنَا ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَاِئ َل ِلتَ َعا َرفُوا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬

Wahai manusia! Sesungguhnya kami telah menciptakan kalian menjadi laki-laki dan
perempuan, dan (dengan menciptakan manusia berpasangan) kami telah jadikan
kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling bertakwa diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

3
Ada ayat lain yang semisal pesannya sebenarnya dalam ayat tersebut, yaitu pada
awalnya manusia ini sebenarnya dari keturunan yang sama, yaitu Nabi Adam As.
Kemudian, ketika Allah takdirkan ada pasangannya, yaitu Siti Hawa, jadilah manusia
kemudian berketurunan terus menerus berkembang biak, menyebar ke seluruh penjuru
bumi dengan beragam bangsa dan warna kulit. Demikian seperti dijelaskan oleh Ibn
Katsir dalam tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim ketika menafsirkan surah An-Nisa
[4]: 1,

ْ‫وا هّٰللا َ الَّ ِذي‬vُ‫ا ًء ۚ َواتَّق‬v‫يرًا َونِ َس‬vِ‫ ااًل َكث‬v‫ا ِر َج‬v‫ث ِم ْنهُ َم‬
َّ َ‫ا َوب‬vَ‫ا زَ وْ َجه‬vَ‫ق ِم ْنه‬
َ َ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخل‬ ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُكم ِّمن نَّ ْف‬
‫تَ َس ۤا َءلُوْ نَ بِ ٖه َوااْل َرْ َحا َم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬

Wahai manusia!, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari jiwa
yang satu, dan menciptakan dari jiwa tersebut pasangannya dan
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.  Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta dan (peliharalah)
hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

Bahkan, dalam ayat 1 surah An-Nisa’, kenyataan bahwa manusia berasal dari nenek
moyang yang sama lalu berkembang biak sehingga menjadi bersuku dan berbangsa
dikaitkan langsung dengan ajaran menjaga hubungan kekeluargaan. Ini menunjukkan
bahwa dari sisi sebagai manusia, saling berkasih sayang, saling mengenal dan saling
membantu sesama suku bangsa menjadi sebuah keniscayaan.

Ibn Katsir, masih dalam karya tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, mengutip sekian
riwayat berisi kritik Rasulullah Saw. terhadap perilaku merendahkan orang lain. Salah
satunya adalah kisah yang disebutkan oleh Ibn ‘Abbas, ketika sejumlah orang di kota
Mekkah sempat ‘nyinyir’ ketika Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan azan,

‫ال‬vv‫ فق‬، ‫أذن‬vv‫ة ف‬vv‫ر الكعب‬vv‫تى عال على ظه‬vv‫لم – بالال ح‬vv‫ لما كان يوم فتح مكة أمر النبي – صلى هللا عليه وس‬: ‫قال ابن عباس‬
‫د‬vv‫د محم‬vv‫ا وج‬vv‫ م‬: ‫ام‬vv‫ارث بن هش‬vv‫ قال الح‬. ‫ الحمد هلل الذي قبض أبي حتى ال يرى هذا اليوم‬: ‫عتاب بن أسيد بن أبي العيص‬
‫اف‬vv‫يئا أخ‬vv‫ إني ال أقول ش‬: ‫ وقال أبو سفيان‬. ‫ إن يرد هللا شيئا يغيره‬: ‫ وقال سهيل بن عمرو‬. ‫غير هذا الغراب األسود مؤذنا‬
، ‫ فدعاهم وسألهم عما قالوا فأقروا‬، ‫ فأتى جبريل النبي – صلى هللا عليه وسلم – وأخبره بما قالوا‬، ‫أن يخبر به رب السماء‬
‫دار على‬vv‫إن الم‬vv‫ ف‬، ‫الفقراء‬vv‫ واالزدراء ب‬، ‫األموال‬vv‫اثر ب‬vv‫ والتك‬، ‫اب‬vv‫اخر باألنس‬vv‫رهم عن التف‬vv‫ زج‬. ‫فأنزل هللا تعالى هذه اآلية‬
‫ إنما الفضل بالتقوى‬، ‫ الجميع من آدم وحواء‬: ‫ أي‬. ‫التقوى‬

Ibn ‘Abbas berkata: Ketika Fath Makkah terjadi, Rasulullah Saw. memerintahkan
Bilal untuk naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan azan. Lalu ‘Utab bin Usaid
bin Abi al-‘Aish berkata: “Alhamdulillah, bapakku sudah wafat jadi tidak
menyaksikan hari ini.” Al-Harits bin Hisyam berkata: “Muhammad tidak punya
muazin lain selain gagak hitam ini.” Suhail bin ‘Amr berkata: “jika Allah
berkehendak, Dia akan mengubah ini.” Abu Sufyan berkata: “saya tidak bilang
apapun yang saya takut Tuhan di langit akan mengujinya untuk kita.” Jibril lalu
menemui Nabi Saw. dan memberitahu apa yang mereka katakana. Lalu Nabi Saw.
memanggil mereka semua dan menanyakan apa betul mereka mengatakan hal itu.
Lalu mereka mengiyakan. Lalu Allah menurunkan ayat ini, untuk melarang mereka
saling berbangga karena keturunan, berlomba memperbanyak harta, menghina yang
fakir. Sesungguhnya intinya adalah ketakwaan. Maksudnya: semua manusia itu
keturunan Adam dan Hawa. Kemuliaannya hanya terletak pada ketakwaannya.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Pendidikan Multikultural?
2. Bagaimana Dimensi Pembelajaran berbasis Multikultural?
3. Bagaimana Pendekatan Pendidikan Multikultural?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Pendidikan Multikultural?
2. Mengetahui Dimensi Pembelajaran berbasis Multikultural?
3. MengetahuiPendekatan Pendidikan Multikultural?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Multikulturalisme adalah system keyakinan dan perilaku yang mengakui dan


menghormati kehadiran semua kelompok yang beragam dalam suatu organisasi atau
masyarakat, mengakui social-budaya mereka yang berbeda serta mendorong dan
memungkinkan kontribusi melanjutkan mereka dalam konteks budaya yang
memberdayakan semua dalam organisasi atau masyarakat
Pembelajaran multicultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam
mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan
dengan gender, ras dan kelas ( sleete and Grannt,1988 )
Pembelajaran multicultural pada dasarnya merupakan pendidikan bangsa agar
komunitas multicultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi
yang ideal bagi bangsanya ( Banks, 2007 )
Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk
mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan
untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau
rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk mengakui
ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam
mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa
bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat
(Savage & Armstrong, 1996).
Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan
bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di
berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian pembelajaran
sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi. Kurikulum
menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan
dialek, dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan
menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan
prasangka di antara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan
kelompok status sosialnya

2.2 DIMENSI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL


James A. Bank 1993,1994 , mengidentifikasi ada lima dimensi pendidikan
multicultural yang diperkirakan dapat membantu guru dalam menginmplementasikan
bebetapa program yang mampu merespon terhadap perbedaan pelajar ( siswa ) yaitu :

A. Dimensi integrasi isi/materi (content integration).


Dimensi ini digunakan oleh guru untuk memberikan keterangan dengan ‘poin kunci’
pembelajaran dengan merefleksi materi yang berbeda-beda. Secara khusus, para guru

6
menggabungkan kandungan materi pembelajaran ke dalam kurikulum dengan
beberapa cara pandang yang beragam. Salah satu pendekatan umum adalah mengakui
kontribusinya, yaitu guru-guru bekerja ke dalam kurikulum mereka dengan
membatasi fakta tentang semangat kepahlawanan dari berbagai kelompok. Di samping
itu, rancangan pembelajaran dan unit pembelajarannya tidak dirubah. Dengan
beberapa pendekatan, guru menambah beberapa unit atau topik secara khusus yang
berkaitan dengan materi multikultural.
B. Dimensi konstruksi pengetahuan (knowledge construction).
Suatu dimensi dimana para guru membantu siswa untuk memahami beberapa
perspektif dan merumuskan kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin pengetahuan
yang mereka miliki. Dimensi ini juga berhubungan dengan pemahaman para pelajar
terhadap perubahan pengetahuan yang ada pada diri mereka sendiri
C. Dimensi pengurangan prasangka (prejudice ruduction).
Guru melakukan banyak usaha untuk membantu siswa dalam mengembangkan
perilaku positif tentang perbedaan kelompok. Sebagai contoh, ketika anak-anak
masuk sekolah dengan perilaku negatif dan memiliki kesalahpahaman terhadap ras
atau etnik yang berbeda dan kelompok etnik lainnya, pendidikan dapat membantu
siswa mengembangkan perilaku intergroup yang lebih positif, penyediaan kondisi
yang mapan dan pasti. Dua kondisi yang dimaksud adalah bahan pembelajaran yang
memiliki citra yang positif tentang perbedaan kelompok dan menggunakan bahan
pembelajaran tersebut secara konsisten dan terus-menerus.
D. Dimensi pendidikan yang sama/adil (equitable pedagogy).
Dimensi ini memperhatikan cara-cara dalam mengubah fasilitas pembelajaran
sehingga mempermudah pencapaian hasil belajar pada sejumlah siswa dari berbagai
kelompok. Strategi dan aktivitas belajar yang dapat digunakan sebagai upaya
memperlakukan pendidikan secara adil, antara lain dengan bentuk kerjasama
(cooperative learning), dan bukan dengan cara-cara yang kompetitif (competition
learning). Dimensi ini juga menyangkut pendidikan yang dirancang untuk
membentuk lingkungan sekolah, menjadi banyak jenis kelompok, termasuk kelompok
etnik, wanita, dan para pelajar dengan kebutuhan khusus yang akan memberikan
pengalaman pendidikan persamaan hak dan persamaan memperoleh kesempatan
belajar.
E. Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school
culture and social structure).
Dimensi ini penting dalam memperdayakan budaya siswa yang dibawa ke sekolah
yang berasal dari kelompok yang berbeda. Di samping itu, dapat digunakan untuk
menyusun struktur sosial (sekolah) yang memanfaatkan potensi budaya siswa yang
beranekaragam sebagai karakteristik struktur sekolah setempat, misalnya berkaitan
dengan praktik kelompok, iklim sosial, latihan-latihan, partisipasi ekstra kurikuler dan
penghargaan staf dalam merespon berbagai perbedaan yang ada di sekolah.
2.3 PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Sedangkan, pendekatan yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran di kelas


multikultutral adalah pendekatan kajian kelompok tunggal ( single group studies ) dan
pendekatan perspektif ganda ( multiple perspektives approach )
A Pendekatan kajian kelompok tunggal ( single group studies )

7
Pendidikan multicultural di Indonesia pada umumnya memakai pendekatan kajian
kelompok tunggal. Pendekatan ini dirancang untuk membantu siswa dalam
mempelajari pandangan-pandangan kelompok tertentu secara lebih mendalam. Oleh
karena itu, harus tersedia data-data tentang sejarah dari kelompok tersebut.
Pendekatan ini terfokus pada isu-isu yang sarat dengan nilai-nilai kelompok yang
sedang dikaji.

B. Pendekatan persfektif ganda ( multiple perspektives approach )

Keunggulan pendekatan pesfektif ganda ini terletak pada proses berfikir kritis
terhadap isu yang sedang di bahas sehingga mendorong siswa untuk menghilangkan
prasangka buruk. Interaksi dengan pandangan kelompok yang berbeda-beda
memungkinkan siswa untuk berempati. Siswa yang memiliki rasa empati yang besar
memungkinkan untuk menatuh rasa hormat terhadap perbedaan cara pandang. Tentu
saja hal itu akan mampu mengurangi prasangka buruk terhadap kelompok lain.

Menurut hamandez ( dalam conny s 2004 ) paling tidak ada empat pendekatan yang
dapat di lakukan untuk menetrapkan pendidikan multicultural.

1. Pendekatan Kontruibusi (The Contributions Approach)


Level ini yang paling sering dilakukan dan paling luas digunakan dalam fase
pertama dari Gerakan kebangkitan etnis, cirinya adalah dengan memasukkan
pahlawan pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda budaya kedalam
pelajaran yang sesuiai. Hal inilah yang sudah dilakukan di Indonesia.

2. Pendekatan Tambahan (The Aditif Approach)


Pada tahap ini dilakukan penambahan materi, konsep, tema dan perspektif
terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan dan karakteristik dasarnya.
Pendekatan aditif ini sering dilengkapi dengan buku, modul, atau bidang bahasan
terhadap kurikulum tanpa mengubah secara substantif. Pendekatan aditif
merupakan fase awal dalam melaksanakan Pendidikan multicultural karena belum
menyentuh kurikulum utama.

3. Pendekatan Transformasi (The Transformation Approach)


Pendekatan transformasi berbeda secara mendasar dengan pendekatan
kontribusi dan pendekatan aditif. Pendekatan transformasi mengubah asumsi
dasar kurikulum dan menumbuhkan kompetensi dasar siswa dalam melihat
konsep, isu, tema, dan problem dari beberapa perspektif dan sudut pandang
etnis.Perspektif berpusat pada aliran utama yang mungkin dipaparkan dalam
materi pelajaran. Siswa boleh melihat dari perspektif yang lain.
Banks(1993) menyebut ini sebagai proses multiple Acculturatif, sehingga rasa
saling menghargai, kebersamaan, dan cinta sesame dapat dirasakan melalui
pemgalaman belajar. Konsepsi akulturasi ganda (Multiple Acculturation
conception) dari masyarakat dan budaya negara mengarah pada perspektif bahwa
memandang peristiwa etnis , sastra, music, seni, dan pengetahuan lainnya sebagai
bagian integral dari yang membentuk budaya secara umum. Budaya kelompok

8
dominan hanya dipandang sebagai bagiandari keseluiruhan budaya yang lebih
besar.

4. Pendekatan Aksi Sosial (The Social Action Approach)


Pendekatan aksi sosial mencakup semua elemen dari pendekatan transformasi,
tetapi menambah komponen yang mempersyaratkan siswa membuat aksi yang
berkaitan dengan konsep, isu, atau masalah yang dipelajari dalam unit.
Tujuan utama dari pembelajaran dan pendekatan ini adalah mendidik siswa
melakukan kritik sosial dan mengajarkan ketrampilan membuat keputusan untuk
memperkuat siswa dan membantu mereka memperoleh Pendidikan politis,
sekolah membatu siswa menjadi kritikus sosial yang reflektif dan partisipan yang
terlatih dalam perubahan sosial.
Siswa memperoleh pengetahuan, nilai, dan ketrampilan yang dibutuhkan
untuk berpartisipasi dalam perubahan sosial sehingga kelompok-kelompok etnis,
ras dan golongan yang terabaikan dan menjadi korban dapat berpartisipasi penuh
dalam masyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

9
Pendekatan Pembelajaran multikultural merupakan kebijakan dalam praktik
pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan
manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas. Pembelajaran ini
memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang
berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau
kelompok orang yang berbeda etnis. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menerapkan pendidikan multikultural, yaitu Pendekatan kontribusi, Pendekatan
tambahan, Pendekatan transformasi dan Pendekatan aksi sosial.
Pengembangan pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan cara
melakukan analisis faktor potensial bernuansa multikultural kemudian menetapkan
strategi pembelajaran berkadar multikultural. Pendidikan multikultural juga
membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang
beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan
budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab
konflik antar kelompok masyarakat.

3.2 Saran
Pendidikan multikultural sangat cocok di terapkan di Indonesia yang terdiri
dari bermacam-macam kebudayaan. seharusnya selalu dilakukan proses penyebaran
dan sosialisasi kebijakan pendidikan multikultural dalam kurikulum nasional serta
perlu melibatkan semua stakeholder yang berpengaruh dalam sistem pendidikan
tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru harus menguasai pendidikan multikultural
agar dapat melaksanakan pembelajaran multikultural sehingga peserta didik dapat
saling menghargai dan menghormati perbedaan suku, ras, budaya, dan agama serta
diharapkan tidak timbulnya kekerasan maupun perkelahian atas perbedaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
 
Banks, James A. (2002). An introduction to multicultural education. Boston: Allyn
and Bacon.

10
Hermandez, 2001. Multicultural Education. A Teacher’s Guide to Linking Context,
Process, and Content (2nd ed). New York, Culombia, Ohio, USA: Merril
Prentice Hall.
Kamanto, dkk. 2004. Multicultural Education in Indonesia and Southeast Asia:
Stepping into the unfamiliar, Antropologi Indonesia, Depok UI.
Khisbiyah, Yayah. 2000. Mencari Pendidikan Yang Menghargai Pluralisme dalam
Masa Depan Anak-Anak Kita. Yogyakarta: Kanisius.
Muhaemin El Ma’hady, 2004. Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural
(sebuah Kajian Awal) 1 – 6 . http://pendidikan.network
Drs. Yaya Suryana, M.Ag – Dr. H.A. Rusdiana, M.M. Pendidikan Multikultural,
suatu upaya penguatan jati diri bangsa . Bandung:CV.Pustaka Setia
Al Quranul karim terbitan Departemen agama Republik Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai