PENDAHULUAN
Islam pada esensinya memandang manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dibumi. Agama islam mengajarkan bahwa manusia berasal dari satu asal yang sama yaitu
keturunan Adam dan Hawa. Meski berasal dari nenek moyang yang sama, pada akhirnya
manusia terbagi menjadi berbagai macam suku dan bangsa lengkap dengan kebudayaan
dan peradaban khas masing-masing seperti diisyaratkan Allah SWT di dalam Al-Qur’an.
Konsep pluralitas masyarakat dapat mendorong kita untuk hidup berdampingan yang
dapat mendatangkan rahmat, bukan tindakan teror dan anarkis. Perbedaan atau
keberagaman adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak oleh siapapun, hal tersebut adalah
keniscayaan alam semesta, anugerah dan kasih Penulisng Tuhan bagi manusia.
Keragaman didalam masyarakat lazim disebut sebagai multikultural. Multikultural
menurut Islam adalah sebuah ketetapan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah,
juga tidak mungkin dilawan atau diingkari.1
Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama, bahasa, dan
budaya yang berbeda, kita sering menyebutnya dengan istilah seperti pluralitas
(plurality), keragaman (diversity), dan multikultural (multicultural). Pendidikan
multikultural di Indonesia termasuk wacana yang relatif baru, dan dipandang sebagai
suatu pendekatan yang sesuai bagi masyarakat Indonesia yang heterogen, terlebih pada
masa otonomi dan desentralisasi yang dilakukan sejak tahun 1999/2000. Secara langsung
atau tidak, kebijakan otonomi daerah tersebut berdampak pada dunia pendidikan untuk
menciptakan otonomi pendidikan.2
1
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Kultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan
(Yogyakarta: Pilar Media, 2005), 3-4.
2
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, 7.
Indonesia adalah salah satu contoh negara yang menjunjung tinggi perdamian
terbesar di dunia, dengan memiliki keanekaragaman agama, budaya atau kultur, bahasa,
serta etnis. Pendidikan yang selama ini diwacanakan di berbagai aktivitas itu adalah
pendidikan pada taraf teoritik. Pendidikan yang sesungguhnya adalah seharusnya
pendidikan yang mampu mengenal, mampu mengakomodir segala kemungkinan dalam
memahami heterogenitas, menghargai perbedaan baik suku, bangsa, terlebih lagi
menghargai agama.
Pendidikan perdamaian adalah pendidikan yang berupaya mentransformasi
seseorang secara esensial. Pendidikan perdamaian mengolah pengetahuan,
keterampilan, tindakan dan nilai-nilai untuk mengubah (to transform) cara berpikir, cara
bertindak, dan perilaku seseorang, yang dapat berpotensi menimbulkan konflik
kekerasan. Hal ini hampir sama dengan Pendidikan multikultural yaitu yang menghargai
perbedaan, sehingga nantinya perbedaan tersebut tidak menjadi sumber konflik dan
perpecahan. Sikap saling toleransi inilah yang akan menjadikan keberagaman dinamis,
kekayaan budaya yang menjadi jati diri bangsa yang patut untuk dilestarikan.
Penyelenggaraan pendidikan multikultural di dunia pendidikan diyakini dapat menjadi
solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya yang
kerap terjadi di masyarakat Indonesia yang secara realitas plural. Dengan kata lain,
pendidikan multikultural dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial
budaya.3
Oleh sebab itu penulis mengambil pokok bahasan dalam mata kuliah Islam dan
Perdamaian Dunia ini dalam Kajian Ayat-ayat Perdamaian dalam Al-Qur’an dengan judul
artikel “Kajian QS Al-Hujarat Ayat 10 dan 13 Tentang Pendidikan Perdamaian
di Sekolah”.
3
Choirul Mahfud, pendidikan multikultural,208.
4
Abd. Rahman Assegaf, Pendidikan Islam Integratif, Pusataka Pelajar Jogjakarta, 2004.
peserta didik yang berbeda, serta alokasi waktu yang disediakan, namun dari beberapa
kendala tersebut yang sangat dirasakan adalah tentang keprofesionalisme seorang guru
PAI dalam penguasaan materi yang diajarkannya sehingga menimbulkan pemahaman
yang baik bagi peserta didiknya.5 Oleh sebab itu Pendidikan perdamaian sangat
dibutuhkan di sekolah.
Nilai yang terkandung dalam ayat ini yaitu tentang anjuran untuk selalu berdamai
antar sesama kaum, pentingnya persaudaraan, larangan mengolok-olok antar
sesama, merendakan orang lain, menggunjing, serta pentingnya bahwa yang
membedakan antar umat Islam hanyala ketakwaan
2. Surah Al Hujurat ayat 13
ۤ
ماس اِ مَّن َخلَ ْق هن ُك ْم ِٰم ْن ذَ َك ٍر مواُنْثهى َو َج َعلْ هن ُك ْم ُشعُ ْواًب موقَبَا ِٕى َل لِتَ َع َارفُ ْوا ۚ اِ من اَ ْكَرَم ُك ْم
ُ هاٰيَيُّ َها الن
ِ عِْن َد هاّللِ اَتْ هقى ُكم ۗاِ من ه
ٌاّللَ َعلْي ٌم َخبِ ْي
ٰ ْ ٰ
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
5
Imam Tholhah, Membuka Jendala Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Grapindo Persada, 2004), h.230.
6
Wahyu. P, M. Bukhori and , Drs. Zaenal Abidin, M. Pd and , Drs. Muhammad Yusron, M.Ag. (2014)
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat Al-Hujurat Ayat 11-13. Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3) Dan yang Paling tepat menurut penulis ialah dengan diadakan mata Pelajaran
Pendidikan perdamaian itu sendiri yang materinya disusun sedemikian rupa yang
merujuk pada Al-Qu’an dan Sunnatullah serta dengan memegang teguh asas saling
menghormati dan menghargai antar umat beragma, suku, budaya dan bangsa.
7
Romo, Jaime J; Quezada, Reyes dalam Peace Education (Zamroni, 2008), 47.
kehidupan, dan arti Tuhan dalam hidupnya. Penghayatan ini berkembang dari mulai
anak, remaja, sampai orang dewasa.8
Disamping nilai spiritual juga yang terpenting lagi nilai sosialnya, sesuai dengan
nilai-nilai yang diajarkan oleh Allah dalam QS Al-Hujarat ayat 10 dan 13 yaitu tentang
anjuran untuk selalu berdamai antar sesama kaum, pentingnya persaudaraan, larangan
mengolok-olok antar sesama, merendakan orang lain, menggunjing, serta pentingnya
bahwa yang membedakan antar umat Islam hanyala ketakwaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Untuk
menciptakan sebuah kehidupan masyarakat yang rukun dan damai tidak bisa hanya
dalam sekejap mata. Betapa pun perlu waktu yang relatif cukup lama perdamaian harus
tetap diciptakan. Usaha turut menciptakan perdamaian dapat dilakukan melalui jalur
pendidikan baik formal maupun informal. Mengapa? Konflik dan berbagai macam
tindakan kekerasan bersumber pada manusia. Artinya manusia adalah pelaku segala
macam konflik dan tindakan kekerasan tadi. Karenanya usaha menciptakan perdamaian
juga harus datang dan dilakukan oleh manusia. Karena perang bersumber dari pikiran
manusia, maka usaha menghentikannya harus berawal dari manusia juga. Sekolah baik
tingkat dasar maupun lanjutan adalah sarana bagi anakanak (manusia) untuk
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikapsikap yang telah diperoleh dari
keluarga. Pendidikan perdamaian pun juga harus diterapkan pada kurikulum semua
jenjang sekolah. Karena pendidikan adalah proses yang terus menerus sampai akhir
hayat. Sehingga usaha untuk mengenalkan dan mengembangkan sikap-sikap pro-
perdamaian harus diberikan mulai dari sekolah dasar dan seterusnya. Tentu saja materi
disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak pada jenjang pendidikannya.
Artinya sekolah bisa berperan menciptakan , menjaga, dan membangun
perdamaian. Langkah yang bisa dilaksanakan adalah dengan memberikan
materi tentang perdamaian di sekolah atau dalam kurikulum sekolah.
Materi pendidikan perdamaian dapat diberikan melalui beberapa cara. Tetapi menurut
penulis, akan lebih efektif jika diberikan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Kurikulumnya memuat materi yang mengintegrasikan dan mengkaitkan dengan mata
pelajaran lain yang diajarkan di sekolah-sekolah. Melihat perkembangan yang terjadi di
masyarakat lokal, nasional, regional, dan internasional, pendidikan perdamaian bukan lagi
suatu hal yang diimplisitkan, sebagai hidden curriculum. Sudah saatnya anak-anak dari
tingkat dasar ditanamkan sikap-sikap yang diperlukan untuk mencegah konflik dan
kekerasan.
8
Welwood, 1993: seperti yang dikutip oleh Gamayanti, IL, 2008
DAFTAR PUSTAKA
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Kultural Understanding untuk Demokrasi
dan Keadilan (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), 3-4.
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, 7.
Choirul Mahfud, pendidikan multikultural,208.
Abd. Rahman Assegaf, Pendidikan Islam Integratif, Pusataka Pelajar Jogjakarta, 2004.
Imam Tholhah, Membuka Jendala Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Grapindo Persada, 2004),
h.230.
Wahyu. P, M. Bukhori and , Drs. Zaenal Abidin, M. Pd and , Drs. Muhammad Yusron,
M.Ag. (2014) Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surat Al-
Hujurat Ayat 11-13. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Romo, Jaime J; Quezada, Reyes dalam Peace Education (Zamroni, 2008), 47.
Welwood, 1993: seperti yang dikutip oleh Gamayanti, IL, 2008