Anda di halaman 1dari 32

A.

Judul

Strategi Dakwah Yayasan Wali Songo dalam Membangun Ukhuwah

Islamiyah di Desa Karang Penang Oloh Karang Penang Sampang

B. Konteks Penelitian

Dakwah di dalam Islam merupakan masalah besar yang menyangkut hajat

kepentingan masyarakat luas. Islam tidak mungkin berkembang tanpa adanya

dakwah Islamiyah. Pada masa kehidupan Rasulullah amat banyak kegiatan

dakwah yang dilakukan, dan begitu juga yang dikembangkan oleh para sahabat dan

para penerus beliau. Oleh karena itu, salah satu tugas manusia sebagai khalifah

Allah di muka bumi adalah berdakwah, yakni mengajak pada perbuatan yang baik

(amar ma’ruf) serta mencegah perbuatan munkar (nahyi munkar).

Islam merupakan agama dakwah, yaitu agama yang menyuruh umatnya

untuk menyebarkan agama Islam dan ajaran-ajarannya kepada seluruh umat

manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam dapat menjamin terwujudnya

kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, apabila ajaran Islam yang mencakup

segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilakukan denga

sungguh-sungguh.

Keberadaan dakwah sangat urgen dalam Islam. Antara dakwah dan Islam

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dakwah merupakan suatu usaha untuk

mengajak, menyeru, dan mempengaruhi manusia agar selalu berpegang pada ajaran

Allah guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Usaha

mempengaruhi manusia agar pindah dari suatu situasi ke situasi yang lain, yaitu dari

situasi yang jauh dari ajaran Allah menuju situasi yang sesuai dengan petunjuk dan

ajaran-Nya.

1
2

Dakwah diwajibkan kepada semua manusia, terutama yang memiliki

kemampuan untuk mengajak kepada perbutan yang ma’ruf dan mencegah perbuatan

yang munkar. Kewajiban berdakwah tersebut merujuk pada firman Allah Swt dalam

surat Ali-Imran ayat 104:

ِ ِ
َ ‫َولْتَ ُك ْن ِّمْن ُك ْم اَُّمةٌ يَّ ْدعُ ْو َن اىَل اخْلَرْيِ َويَْأ ُم ُر ْو َن بِالْ َم ْع ُر ْوف َو َيْن َه ْو َن َع ِن املْن َك ِر َواولِئ‬
‫ك ُه ُم‬
ُ
.‫الْ ُم ْفلِ ُح ْو َن‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran: 104).1

Kegiatan dakwah sebagai suatu kegiatan mengajak kepada kebaikan serta

mencegah perbuatan keji dan munkar, baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun

tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam

usaha mempengaruhi masyarakat, keberadaannya perlu dipertahankan dan

dikembangkan, baik menyangkut materi dakwah maupun strategi dan metode

penyampaiannya. Hal ini disebabkan kegiatan dakwah merupakan salah satu cara

efektif dan strategis dalam mempengaruhi dan mengubah setiap tingkah laku

masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai nilai-nilai ajaran Islam, agar kemudian

dimiliki dan dipraktikkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam

hubungan dengan Allah, sesama manusia, maupun alam lingkungannya.

Tingkah laku masyarakat yang perlu dilakukan pembinaan melalui kegiatan

dakwah agar dimiliki dan kemudian dipraktikkan secara nyata dalam kehidupan

sehari-hari adalah ukhuwah Islaminyah, yaitu “persaudaraan yang bersifat Islami

yang diajarkan oleh Islam”.2 Ukhuwah Islamiyah ini penting dilakukan pembinaan

kepada masyarakat agar di antara mereka terjalin hubungan yang harmonis serta

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mahkota, 2004), 93.
1

Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2011), 486.


2
3

persatuan dan kesatuan yang kokoh yang saling membantu satu dengan lainnya.

Pentingnya pembinaan ukhuwah Islamiyah di antara masyarakat sesama muslim

karena pada hakikatnya mereka adalah bersaudara. Allah Swt berfirman dalam surat

al-Hujurat ayat 10:

.َ‫اهلل َلعََّلكُْم تُْرَحُمْون‬


َ ‫حْوا َبيَْن َاَخَوْيكُْم َواتَّقُوا‬ ْ ‫اَِّنَماال ُْمْؤِمنُْوَن اِْخَوةٌ َفَا‬
ُ ‫صِل‬

Artinya: “Ssesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat” (QS. al-Hujurat: 10).3

Meskipun di antara sesama muslim itu bersaudara, namun ukhuwah

Islamiyah ini tidak begitu saja tumbuh dalam diri masyarakat, tetapi rasa ukhuwah

ini harus dibentuk dalam setiap jiwa pribadi masyarakat dan perlu ditingkatkan.

Dengan demikian, di antara masyarakat timbul perasaan sense of solidarity

(perasaan keterikatan satu sama lain) dan sense of belongingness (perasaan senasib)

serta perasaan-perasaan lain yang dapat menyatukan masyarakat tanpa harus

melihat adanya perbedaan-perbedaan antara satu dengan lainnya.

Ikatan ukhuwah Islamiyah sangat diperlukan bagi masyarakat, sebab dengan

adanya ukhuwah kehidupan masyarakat akan semakin kuat, kokoh, dan mudah

untuk dipersatukan dalam membangun masyarakat Islam yang madani tanpa adanya

pertentangan yang berakibat hancurnya peradaban Islam (Islamic civilization).

Artinya, di kalangan masyarakat Islam terjalin hubungan persaudaraan yang akrab,

harmonis, dilandasi sikap saling pengertian, menghormati, membantu, menasehati,

dan bekerja sama antara satu dengan yang lain, sehingga tatanan kehidupan

masyarakat Islam menjadi aman dan tenteram, baik dalam kedudukannya sebagai

abdillah dan khalifatullah di muka bumi ini.

Departemen Agama RI, Al-Qur.an ..., 846.


3
4

Demikian halnya dengan yang terjadi pada masyarakat Desa Karang Penang

Oloh, Karang Penang, Sampang, bahwa berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan penelti menunjukkan bahwa ukhuwah Islamiyah di kalangan masyarakat

dapat dikatakan masih belum terbina secara baik dan komprehensif. Dalam

kehidupan bermasyarakat, fungsi masyarakat sebagai social creature dan

dinyatakan sebagai umat bersaudara dalam Islam masih belum terlihat adanya

interaksi dan komunikasi yang intens dan bersifat komprehensif di antara

masyarakat.

Ikatan ukhuwah Islamiyah yang dilakukan masyarakat hanya terbatas pada

interaksi dan komunikasi yang bersifat parsial dan komunal, yaitu hanya dilakukan

dengan masyarakat di desa yan dekat ataupun yang jauh yang belum terbina dengan

baik. Sementara pada tataran interaksi dan komunikasi yang lebih luas, terutama

dengan masyarakat yang tempat tinggalnya berjauhan dan berbeda dusun terlihat

suda terbina dengan baik. Pada umumnya masyarakat sudah akrab dan komunikatif

antara satu dengan lainnya meskipun pada hakikatnya mereka sudah mengenal

dengan baik.

Belum optimalnya interaksi dan komunikasi masyarakat dan hanya bersifat

parsial dan komonal, terutama pada kalangan masyarakat karang penang oloh dan

tetangga terdekat saja disebabkan mereka disibukkan dengan berbagai pekerjaan

masing-masing yang menjadi rutinitas sehari-hari. Dari kondisi ini menyebabkan

masyarakat tidak mempunyai waktu luang untuk melakukan interaksi dan

komunikasi yang lebih luas kepada masyarakat lainnya.

Alternatif tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah

di kalangan masyarakat Desa Karang Penang Oloh, Karang Penang, Sampang

adalah melalui kegiatan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh Yayasan Wali
5

Songo, baik melalui kegiatan dakwah yang bersifat formal maupun nonformal,

seperti pengajian rutin setiap malam Selasa, pengajian majelis ta’lim setiap malam

Rabu, pengajian setiap hari Jum’at siang dan malam Jum’at, serta pengajian akbar

yang dilaksanakan satu kali dalam satu tahun dengan mengundang muballigh dari

luar Desa Karang Penang Oloh.

Kegiatan dakwah Islamiyah tersebut dilakukan dari rumah ke rumah pada

masing-masing anggota pengajian, dan ada juga yang bersifat menetap yang

dipusatkan di suatu masjid atau mushalla yang dibina dan diasuh oleh seorang kiai

atau asatidz dari Yayasan Wali Songo. Melalui kegiatan dakwah Islamiyah yang

dilakukan kepada masyarakat tersebut, diharapkan hubungan persaudaraan di

kalangan masyarakat semakin terbina dengan baik dan bersifat menyeluruh, dengan

dilandasi sikap saling pengertian, menghormati, membantu, menasehati, dan bekerja

sama antara satu dengan yang lain.

Berdasarkan uraian permasalahan pada konteks penelitian di atas

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di Yayasan Wali Songo dengan

judul yang dipilih adalah: “Strategi Dakwah Yayasan Wali Songo dalam

Membangun Ukhuwah Islamiyah di Desa Karang Penang Oloh Karang

Penang Sampang”.

C. Fokus Penelitian

Beberapa permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini

dapat diformulasikan sebagai berikut:

1. Apa saja jenis-jenis kegiatan dakwah yang dilakukan Yayasan Wali Songo

dalam membangun ukhuwah Islamiyah di Desa Karang Penang Oloh Karang

Penang Sampang?
6

2. Bagaimana strategi dakwah Yayasan Wali Songo dalam membangun ukhuwah

Islamiyah di Desa Karang Penang Oloh Karang Penang Sampang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis kegiatan dakwah yang dilakukan

Yayasan Wali Songo dalam membangun ukhuwah Islamiyah di Desa Karang

Penang Oloh Karang Penang Sampang.

2. Untuk mendeskripsikan strategi dakwah Yayasan Wali Songo dalam

membangun ukhuwah Islamiyah di Desa Karang Penang Oloh Karang Penang

Sampang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

positif, baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya

khasanah pengetahuan dan referensi, serta dapat dijadikan sebagai sumbangan

pemikiran berharga dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang

strategi dakwah dalam membangun ukhuwah Islamiyah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Yayasan Wali

Songo:
7

Sebagai sumbangan pemikiran yang bersifat konstruktif, ilmiah, dan inovatif

sehingga dapat memberikan andil dalam meningkatkan kapasitas skill juru

dakwahnya dalam membangun ukhuwah Islamiyah di kalangan masyarakat.

b. Bagi STAI Miftahul

Ulum Pamekasan:

1) Sebagai bahan kajian penelitian bagi mahasiswa dalam melakukan

penelitian dengan tema yang sama sehingga hasilnya dapat dijadikan

acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

2) Sebagai referensi bagi perpustakaan STAI Miftahul Ulum serta dapat

dijadikan bahan acuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya.

c. Bagi peneliti lain,

sebagai acuan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan

strategi dakwah yang dilaksanakan dalam membangun ukhuwah Islamiyah

bagi masyarakat.

d. Bagi peneliti, hasil

penelitian ini dapat menjadi salah satu pengalaman yang akan memperluas

cakrawala berpikir dan wawasan pengetahuan baru dalam dunia dakwah,

khususnya dalam memprioritaskan dakwahnya melalui strategi dakwah

yang tepat di tengah masyarakat.

F. Definisi Istilah

Ada beberapa istilah yang dirasa perlu untuk didefinisikan secara

operasional agar pembaca dalam memahami istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini memiliki persamaan persepsi. Istilah-istilah dimaksud antara lain

adalah:
8

1. Strategi dakwah, adalah “proses menentukan cara dan daya upaya untuk

menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu, guna mencapai

tujuan dakwah secara optimal”.4

2. Membangun, berarti “memperbaiki, membina”.5

3. Ukhuwah Islamiyah, adalah “persaudaraan yang bersifat Islami yang

diajarkan oleh Islam”.6

Berdasarkan pengertian istilah-istilah di atas, maka maksud judul secara

keseluruhan adalah proses menentukan cara dan daya upaya yang dilakukan oleh

Yayasan Wali Songo untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi

tertentu guna mencapai tujuan dakwah secara optimal dalam memperbaiki dan

membina persaudaraan yang bersifat Islami yang diajarkan oleh Islam di Desa

Karang Penang Oloh Karang Penang Sampang.

G. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Berikut dipaparkan hasil penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan

dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebagai berikut:

“Strategi Dakwah Da’i dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Santri

Pesantren Modern Nahdlatul Ulma di Desa Negeri Agung Kecamatan Talang

Padang Tanggamus”,7 oleh Sekuat Sanjaya, Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Raden Intan Lampung,

Tahun 2019.

4
Abdul Malik Pimay, Strategi Dakwah Islamiyah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 50.
5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2006), 77.
6
Quraish Shihab, Wawasan ...., 486.
7
Sekuat Sanjaya, Strategi Dakwah Da’i dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Santri Pesantren
Modern Nahdlatul Ulma di Desa Negeri Agung Kecamatan Talang Padang Tanggamus (Skripsi:
UIN Raden Intan Lampung, 2019).
9

Masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian tersebut adalah:

bagaimana strategi dakwah da’i dalam meningkatkan akhlakul kariman santri

Pesantren Modern Nahdlatul Ulma di Desa Negeri Agung Kecamatan Talang

Padang Tanggamus?

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi dakwah yang

digunakan da’i dalam meningkatkan akhlakul karimah santri yakni da’i

menggunakan (a) strategi sentimental adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati

dan menggerakkan perasaan dan batin mitra dakwah, memberi mitra dakwah

nasehat yang mengesankan memanggil dengan kelembutan, (b) strategi rasional

adalah dakwah dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal

pikiran, di mana srategi ini mendorong mitra dakwah untuk berfikir, merenungkan

dan mengambil pelajaran, (c) strategi indrawi juga dinamakan dengan strategi

eksperimen atau strategi ilmiah, yaitu sistem dakwah atau kumpulan metode

dakwah yang berorientasi pada panca indra dan berpegang teguh pada hasil

penelitian. Di antara metode yang dihimpun strategi ini adalah praktik keagamaan.

Penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat

persamaan dan perbedaannya. Persamaannya, baik peneliti terdahulu maupun

peneliti sama-sama meneliti tentang strategi dakwah. Perbedaannya, peneliti

terdahulu tidak meneliti jenis-jenis kegiatan dakwah yang dilakukan, sedangkan

peneliti menelitinya.

“Strategi Dakawah dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Anak Muda

(Studi Kasus di Majelis Agama Islam Wilayah Pattani Thailand)”8, oleh Miss

8
Patimoh Yeemayor, Strategi Dakawah dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Anak Muda (Studi
Kasus di Majelis Agama Islam Wilayah Pattani Thailand) (Skripsi: UIN Walisongo Semarang,
2015).
10

Patimoh Yeemayor, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen

Dakwah, UIN Walisongo Semarang, Tahun 2015.

Masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian tersebut terdiri dari (1)

bagaimanakah srategi dakwah Majelis Agama Islam Pattani dalam meningkatkan

pemahaman agama anak muda? dan (2) bagaimanakah metode dakwah dalam

meningkatkan pemahaman agama anak muda?

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu tersebut menunjukkan

bahwa (1) strategi dakwah yang dilakukan oleh Majelis Agama Islam Wilayah

Pattanni adalah dengan melaluidakwah formal dan dakwah non formal yang

meliputi pengajian agama dan kegiatan-kegiatan agar anak muda memahami ajaran

agama sehingga bisa melakukan aktivitas dengan baik, (2) metode dakwah dalam

meningkatkan pemahaman agama anak muda adalah metode pendekatan dan

partisipasi dengan petugas Majelis Agama Islam Wilayah Pattani seperti

mensosialisasikan agama kepada anak muda dalam bentuk ceramah agama,

kegiatan-kegiatan.

Penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat

persamaan dan perbedaannya. Persamaannya, baik peneliti terdahulu maupun

peneliti sama-sama meneliti tentang strategi dakwah. Sedangkan perbedaannya,

peneliti terdahulu menitiberatkan fokus penelitiannya pada metode dakwah dalam

meningkatkan pemahaman agama anak muda, sedangkan peneliti memfokuskan

masalah penelitiannya pada jenis-jenis kegiatan dakwah yang dilakukan.

2. Kajian Teori

a. Tinjauan tentang Strategi Dakwah

1) Pengertian Strategi Dakwah


11

Strategi bisa dipahami sebagai segala cara dalam kondisi tertentu agar

memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Demikian juga dalam

kegiatan dakwah, tentu sangat diperlukan adanya strategi yang tepat agar

tujuan dakwah dapat tercapai.

Menurut Abdul Malik Pimay, strategi dakwah adalah “proses

menentukan cara dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam

situasi dan kondisi tertentu, guna mencapai tujuan dakwah secara optimal”.9

Sedangkan menurut Mohammad Thohir, strategi dakwah adalah “upaya-

upaya yang sistematis dilakukan dalam rangka untuk memelihara cara-cara

yang terbaik mencapai tujuan dakwah. Pilihan cara tersebut tentu dengan

melihat pada efektifitasnya dan kemungkinan resiko yang harus

dihadapi”.10

Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa

strategi dakwah adalah proses menentukan cara dan daya upaya secara

sistematis untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi

tertentu dan memelihara cara-cara yang terbaik untuk mencapai tujuan

dakwah secara optimal.

2) Macam-macam Strategi Dakwah

Seorang juru dakwah harus dapat memahami macam-macam strategi

dakwah ketika akan berdakwah kepada masyarakat, dan kemudian melakukan

pemilihan yang tepat terhadap strategi dakwah yang akan digunakan sesuai

dengan situasi dan kondisi objek dan sasaran dakwah. Pemaham dan

pemilihan strategi dakwah yang tepat akan memberikan hasl optimal kegiatan

dakwah yang dilaksanakan.


Abdul Malik Pimay, Strategi Dakwah ..., 50.
9

Mohammad Thohir, Strategi dan Metode Dakwah (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 243.
10
12

Menurut Muhammad Ali, macam-macam (2009: 351), strategi

dakwah yang digunakan dalam melaksanakan dakwah di tengan masyarakat

adalah “strategi sentimentil (al manhaj al-athifi), strategi rasional (al-manhaj

al-aqli), dan strategi indriawi (al-manhaj al-hissi)”.11

Strategi sentimentil (al-manhaj al-athifi) adalah dakwah yang

memfokuskan pada aspek hati dan menggerakkan perasaan dan batin mitra

atau objek dakwah. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan cara

memberi mitra atau objek dakwah nasehat-nasehat yang mengesankan,

memanggil dengan kelembutan, atau memberikan pelayanan yang

memuaskan sebagai bagian dari metode yang dikembangkan dari strategi ini.

Metode ini sesuai untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan

dianggap lemah, seperti kaum perempuan, anak-anak yatim, dan sebagainya.

Strategi rasional (al-manhaj al-aqli) adalah dakwah dengan beberapa

metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong

mitra dakwah untuk berfikir, merenungkan dan mengambil pelajaran.

Penggunaan hukum logika, diskusi atau penampilan contoh dan bukti sejarah

merupkan beberapa metode dari strategi rasional. Al-Qur’an mendorong

penggunaan strategi rasional dengan beberapa terminologi, antara lain:

tafakkur, tadzakkur, nazhar, taammul, i’tibar, tadabbur, dan istibshar.

Tafakkur adalah suatu usaha memikirkan dan merenungkan sesuatu dengan

sungguh-sungguh dan kemudian berusaha untuk mencapainya. Tadzakkur

merupakan suatu usaha menghadirkan ilmu yang harus dipelihara setelah

dilupakan. Nazhar adalah mengarahkan hati untuk berkonsentrasi pada objek

yang sedang diperhatikan atau yang menjadi fokus kajian. Taamul berarti
Muhammad Ali, Pendekatan dan Strategi Dakwah Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
11

351.
13

mengulang-ulang pemikiran hingga menemukan kebenaran dalam hatinya.

I’tibar bermakna perpindahan dari pengetahuan yang sedang dipikirkan

menuju pengetahuan yang lain. Tadabbur adalah suatu usaha memikirkan

akibat-akibat dari setiap masalah yang terjadi. Iistibshar adalah mengungkap

sesuatu atau menyingkap sesuatu, serta memperlihatkannya kepada

pandangan hati.

Strategi indriawi didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan

metode dakwah yang berorientasi pada panca indra dan berpegang teguh pada

hasil penelitian dan percobaan. Dengan kata lain, strategi indriawi ini

memperlihatkan dan menampilkan kegiatan-kegiatan nyata, baik yang

dilakukan melalui penelitian maupun uji coba yang dapat ditangkap oleh

panca indra, terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan dan praktik-

praktik keagamaan, agar dipahami dan kemudian ditiru serta diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik

keagamaan, keteladanan, perilaku, pentas drama, dan sebagainya.

3) Penerapan Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan

yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Oleh karena itu,

sebelum melaksanakan kegiatan dakwah, para juru dakwah perlu menyusun

strategi dakwah secara sistematis dan tepat agar tujuan dakwah dapat dicapai

dengan mudah dan optimal. Menurut Muhammad Ali, ada dua hal yang perlu

diperhatikan dalam menyusun strategi dawah, yaitu:

a) Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah)


termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses
penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.
14

b) Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari


semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan
tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.12

Untuk mencapai keberhasilan dakwah, maka diperlukan berbagai

faktor penunjang, di antaranya strategi dakwah itu sendiri. Cara menerapkan

strategi dakwah dalam kegiatan dakwah harus memperhatikan beberapa asas

dakwah seperti:

a) Asas filosofis. Asas ini membicarakan masalah yang erat


hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam
proses atau aktivitas dakwah.
b) Asas kemampuan dan keahlian da’i. Asas ini menyangkut
pembahasan mengenai kemampuan profesionalisme da’i sebagai
subjek dakwah.
c) Asas sosiologi. Asas ini membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan situas dan kondisi sasaran dakwah.
d) Asas psikologi. Asas ini membahas masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia.
e) Asas aktivitas dan efisiensi. Asas ini membahas bahwa aktivitas
dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu, dan
tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya.13

Di era globalisasi dan era informasi seperti sekarang ini diperlukan

penerapan dakwah yang dapat menjangkau dan mengimbangi kemajuan-

kemajuan tersebut. Dengan demikian, dakwah harus dikembangkan melalui

berbagai strategi pendekatan, di antarannya adalah strategi partisipan atau

biasa disebut juga dengan teori partisipasi. Secara harfiah, partisipasi berarti

“turut berperan serta dalam suatu kegiatan”, keikutsertaan atau peran serta

dalam suatu kegiatan”, peran serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”.14

Sedangkan dalam arti luas, partisipasi adalah sebagai bentuk keterlibatan dan

keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan

12
Muhammad Ali, Pendekatan dan Strategi, 349.
13
Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam Membentuk Da’i dan Khotib Profesional
(Jakarta: Kalam Mulia, 2015),.22.
14
Muhammad Ali, Pendekatan dan Strategi ..., 274.
15

dari dalam dirinya (intrinsik), atau dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam

keseluruhan proses kegiatan dakwah yang dilaksanakan.

b. Tinjauan tentang Ukhuwah Islamiyah

1) Pengertian Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islamiyah sangat penting dan perlu dilakukan pembinaan

secara intensif kepada masyarakat sesama muslim. Hal itu dimaksudkan agar

persaudaraan di antara masyarakat sesama muslim dapat terbina dengan baik

sesuai nilai-nilai ajaran Islam. Dengan demikian, persaudaraan di antara

masyarakat sesama muslim menjadi kokoh dan kuat sehingga mampu

melaksanakan dakwah Islamiyah dengan baik dengan misi utama

menegakkan amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat.

Menurut Quraish Shihab (2007:486), ukhuwah Islamiyah adalah

“persaudaraan yang bersifat Islami yang diajarkan oleh Islam”. 15 Menurut

Masyhur Kahar, ukhuwah Islamiyah adalah “kekuatan iman dan spiritual

yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang

menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa

saling percaya terhadap saudara seakidah”.16

Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik suatu pemahaman bahwa

ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan yang bersifat Islami yang

dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang

menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa

saling percaya terhadap saudara seakidah.

Quraish Shihab, Wawasan ..., 486.


15

Masyhur Kahar, Membina Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Perspektif Islam (Jakarta:
16

Rineka Cipta, 2011), 45.


16

2) Unsur-unsur Pokok Ukhuwah Islamiyah

Untuk menciptakan ukhuwah Islamiyah yang kokoh di antara umat

Islam bahwa mereka adalah bersaudara, seiman, dan seagama, diperlukan

adanya berbagai upaya, baik dari tokoh agama atau ulama maupun dari umat

Islam itu sendiri. Umat Islam harus mengakui bahwa antara yang satu dengan

yang lain adalah sama dan bersaudara, yang tentu saja hal ini dijadikan

referensi dalam membina persatuan dan kesatuan di antara umat Islam.

Agar ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam dapat tercapai dengan

baik, maka perlu berpijak pada unsur-unsur ukhuwah Islamiyah. Adapun

unsur-unsur pokok yang harus menjadi pegangan dari umat Islam yang

mengaku sebagai sesaudara, seiman, dan seagama tersebut adalah (a) tujuan,

(b) persamaan, (c) keterbukaan, (d) tidak mementingkan diri sendiri dan

kelompoknya, serta (e) tidak saling mencurigai.17

3) Macam-macam Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah Islaminya dapat mengantarkan pada terbinanya hubungan

yang baik di antara umat Islam. Dengan ukhuwah Islamiyah ini juga akan

menjadikan umat Islam merasa senasib dan seperjuangan, terutama dalam

menegakkan amar makruf nahi munkar di tengah masyarakat

Mengenai persaudaraan dalam Islam banyak disinggung dalam al-

Qur’an. Semuanya dapat disimpulkan bahwa kitab suci al-Qur’an ini

memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan sebagai berikut:

a) Ukhuwwah ubudiyyah atau saudara kesemakhlukan dan


kesetundukan kepada Allah.
b) Ukhuwwah insaniyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat
manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari
seorang ayah dan ibu.
Departemen Agama RI, Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan
17

Agama Islam, 2008), 67..


17

c) Ukhuwwah wathaniyyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam


keturunan dan kebangsaan.
d) Ukhuwwah fin din Al-Islam, persaudaraan antar sesama muslim.18

Makna dan macam-macam persaudaraan di atas berdasarkan pada

pemahaman terhadap teks ayat-ayat al-Qur’an. Ukhuwah yang secara jelas

dinyatakan oleh al-Qur’an adalah persaudaraan seagama Islam.

H. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram di

bawah ini:

Tahap Prapenelitian: Menyusun


Rancangan (Proposal) Penelitian

Tahap Pekerjaan Lapangan: Membaca,


Observasi, Wawancara

Analisis Data

Pengorganisasian Pemeriksaan Penafsiran


Data Keabsahan Data

Laporan

Tahapan-tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Quraish Shihab, Wawasan ..., 276.


18
18

1. Tahap prapenelitian, terdiri dari penyusunan rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan,

memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan

mengantisipasi persoalan etika penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan, terdiri dari memahami latar penelitian, persiapan

memasuki lapangan, dan berperan serta ambil mengumpulkan data.

3. Tahap analisis data, meliputi kegiatan organisasi dan kategorisasi, klarifikasi,

dan mendeskripsikan data secara sistematis.

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan

perilaku yang dapat diamati. Robert C. Bogdan dan Steven J. Taylor

mengemukakan bahwa metode kualitatif adalah “prosedur-prosedur riset yang

menghasilkan data kualitatif yang berisi ungkapan atau catatan informan atau

tingkah laku mereka yang diobservasi”.19

Penelitian kualitatif berakar pada “latar alamiah sebagai keutuhan,

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,

dan mengadakan analisis data secara induktif”. 20 Berdasarkan pendapat tersebut,

maka dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa penelitian ini dilakukan pada latar alamiah, penelitian ini

menggunakan manusia sebagai alat pengumpul data, yaitu peneliti sebagai

19
Robert C. Bodgan dan Steven J. Taylor, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, Ed. A. Khozin Afandi
(Surabaya: Usaha Nasional, 2007), 30.
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 27.
19

instrumen utama, data yang dikumpulkan berupa ujaran-ujaran dan tindakan, dan

analisis data yang dilakukan bersifat induktif.

Jenis penelitian ini adalah fenomenologis, yaitu yaitu jenis penelitian yang

berusaha mendeskripsikan fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa yang

terjadi. Lexy J. Moleong menyatakan bahwa penelitian fenomenologis merupakan

“pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal”.21 Dalam hal ini adalah

mendeskripsikan suatu masalah yang terjadi berdasarkan pengalaman-pengalaman

yang dialami, atau dengan kata lain adalah berusaha memahami arti dari suatu

peristiwa atau perilaku dan kaitan-kaitannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

Jenis penelitian fenomenoligis ini digunakan untuk memahami dan

mendeskripsikan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang terjadi berkaitan

dengan strategi dakwah dalam membangun ukhuwah Islamiyah, yang di dalamnya

mencakup jenis-jenis kegiatan dakwah yang dilaksanakan dalam membangun

ukhuwah Islamiyah dan strategi dakwah dalam membangun ukhuwah Islamiyah.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah di Desa Karang Penang

Oloh, Karang Penang, Sampang. Salah satu pertimbangan dalam mengambil lokasi

tersebut sebagai tempat penelitian adalah adanya kemauan kuat Yayasan Wali

Songo dalam melaksanakan kegiatan dakwah dalam membangun ukhuwah

Islamiyah yang pada saat ini belum terbina secara baik di kalangan masyarakat. Di

samping itu, pemilihan lokasi tersebut sebagai tempat penelitian karena adanya

kerja sama yang baik dengan pengurus Yayasan Wali Songo dalam pelaksanaan

penelitian. Dengan demikian, hal itu mempermudah peneliti dalam mengumpulkan

data penelitian.
Moleong, Metodologi Penelitian, 14.
21
20

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lapangan merupakan salah satu langkah penting dalam

penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Oleh karena itu, kehadiran

peneliti di lapangan mutlak diperlukan karena peneliti bertindak sebagai instrumen

utama, sekaligus pengumpul data dalam rangka memperoleh data yang absah. Jadi,

kehadiran peneliti di lapangan berperan dalam rangka untuk memperoleh informasi

yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam melakukan penelitian, peneliti menjalin koneksi dan komunikasi

secara intens dengan beberapa informan sebagai sumber informasi, di antaranya

adalah ketua Yayasan Wali Songo, beberapa orang anggota pengurus Yayasan Wali

Songo, beberapa orang juru dakwah dari Yayasan Wali Songo, dan beberapa orang

masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan kajian dan dalam mengumpulkan data

penelitian. Jadi, kehadiran peneliti di lapangan sudah diketahui statusnya sebagai

peneliti oleh informan.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah para juru dakwah dari Yayasan Wali Songo dan

masyarakat yang menjadi sasaran dakwah di Desa Karang Penang Oloh, Karang

Penang Sampang.

5. Sumber Data
21

Menurut sumbernya, data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

“sumber data primer dan sekunder”.22 Sumber data primer merupakan sumber data

yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama (first sources). Sumber data

primer yang menjadi informan kunci (key informan) dalam penelitian adalah para

informan yang mengetahui secara baik dan mendalam tentang strategi dakwah

dalam membangun ukhuwah Islamiyah. Informan kunci tersebut di antaranya

adalah:

a. Ketua Yayasan Wali Songo.

b. Anggota Pengurus Yayasan Wali Songo.

c. Juru dakwah dari Yayasan Wali Songo.

d. Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.

Sumber data tersebut diambil dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu sumber data yang dipilih didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan tertentu dengan sifat-sifat yang bisa diketahuinya sebelumnya, seperti

mereka menguasai atau memahami permasalahan, mereka tergolong masih sedang

berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang sedang diteliti, mereka mempunyai

waktu yang memadai untuk dimintai informasi, dan mereka tidak cenderung

menyampaikan informasi yang bersifat subyektif.

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang mencakup dokumen-

dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, artikel,

jurnal, dan sebagainya. Di antara sumber data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Data yang ada di Yayasan Wali Songo, di antaranya profil Yayasan Wali Songo.

Machdhori, Metode Penelitian (Malang: UMM Press, 2010), 80.


22
22

b. Literatur-literatur lain yang berkaitan dengan strategi dakwah dalam membangun

ukhuwah Islamiyah.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara

lain adalah:

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara “menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari responden

atau informan dengan cara bertanya langsung”.23

Wawancara dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu “wawancara

terstruktur (structure interview), wawancara semiterstruktur (semistructure

interview), dan wawancara tak terstruktur (unstructured interview)”.24 Jenis

wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semiterstruktur, yaitu peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih

bebas dan leluasa tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Peneliti menyimpan beberapa cadangan masalah yang

perlu ditanyakan kepada sumber data atau informan. Cadangan masalah tersebut

adalah kapan menanyakannya, bagaimana urutannya, seperti apa rumusan

pertanyaannya, dan sebagainya, biasanya muncul secara spontan sesuai dengan

perkembangan situasi wawancara itu sendiri. Dengan teknik wawancara tersebut,

peneliti mengharapkan wawancara berlangsung secara luwes, terbuka, dan

percakapan tidak membuat jenuh kedua pihak, sehingga diperoleh informasi yang

lebih kaya.
23
Ahmad Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian (Malang: UMM Press, 2012), 72.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2014), 233.
23

Dari informan yang telah ditetapkan sebagai sumber data dalam penelitian

ini akan digali permasalahan-permasalahan yang menjadi fokus penelitian, seperti

jenis-jenis kegiatan dakwah yang dilakukan Yayasan Wali Songo dalam

membangun ukhuwah Islamiyah, dan strategi dakwah Yayasan Wali Songo dalam

membangun ukhuwah Islamiyah.

b. Observasi

Menurut M. Burhan Bungin, observasi diartikan “sebagai kemampuan

seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera

mata serta dibantu dengan panca indera lainnya”.25

Observasi dapat dibedakan sebagai “observasi partisipatif, observasi terus

terang atau tersamar, observasi terstruktur, dan observasi tak terstruktur”.26

Berdasarkan jenis-jenis observasi tersebut, maka jenis obsevasi yang digunakan

adalah terstruktur, yaitu berupa lembar pengamatan yang sudah dirinci dengan

menampilkan aspek-aspek dari proses dan kegiatan-kegiatan yang akan diamati, dan

tinggal membubuhkan tanda cek atau menuliskan secara ringkas informasi atau data

sesuai fokus penelitian.

Data yang ingin dikumpulkan dari penggunaan metode observasi dalam

penelitian ini, di antaranya adalah pelaksanaan dakwah oleh Yayasan Wali Songo,

antusisme masyarakat dalam mengikuti kegiatan dakwah, media dakwah yang

digunakan, pesan dakwah yang disampaikan, dan respon masyarakat terhadap

kegiatan dakwah.

c. Dokumentasi
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2010), 133.
25

Sugiyono, Metode Penelitian …, 227-228.


26
24

Dokumentasi merupakan “metode pencarian dan pengumpulan data yang

ditujukan kepada subjek penelitian tentang hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, agenda, rekaman kaset, rekaman video, foto, dan

sebagainya yang berhubungan dengan topik pembahasan yang diteliti”.27

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan dengan cara merekam,

memfoto, mencatat data dokumentasi dan hasil wawancara dengan para informan

sebagai informan kunci (key informan) dalam penelitian ini. Data yang ingin

dikumpulkan melalui penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah

nama-nama juru dakwah, media dakwah, objek dakwah, materi dakwah, foto

kegiatan wawancara.

7. Analisis Data

Analisis data adalah proses pengaturan urutan data, mengorganisasikannya

ke dalam suatu pola kategori, dan satuan urutan data. Sugiyono menyatakan bahwa

analisis data adalah:

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yangt diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.28

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis data kualitatif

secara interaktif model Miles dan Huberman, terdiri dari atas tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan, yaitu “reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi”.29

27
Sukandarrumaidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2016), 100.
28
Sugiyono, Metode Penelitian …, 244.
29
Sugiyono, Metode Penelitian, 246.
25

Reduksi data adalah kegiatan penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan,

pengabstraksian, dan pentransferan data mentah yang telah diperoleh menjadi data

yang siap dianalisis. Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah melakukan

penyajian data, yakni menyajikan data yang telah terkumpul sesuai fokus penelitian

yang diteliti. Langkah kegiatan berikutnya adalah menarik kesimpulan dan

melakukan verifikasi terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan.

8. Keabsahan Data

Untuk mengetahui validitas hasil penelitian, maka dilakukan pengecekan

secara intens terhadap hasil analisis data tersebut. Pengecekan hasil analisis data

dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara berikut:

a. Pengamatan terus-menerus, yaitu peneliti melakukan pengamatan dan

pemeriksaan secara terus-menerus terhadap hasil analisis data. Pengamatan

secara terus-menerus ini sejalan dengan rancangan penelitian kualitatif.

b. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, yaitu pemeriksaan keabsahan temuan

penelitian dengan cara mengekspos hasil penelitian sementara atau hasil

penelitian akhir yang diperoleh dengan melakukan diskusi analitik dengan rekan-

rekan sejawat, sehingga manjadi dasar bagi klarafikasi penafsiran terhadap

masalah-masalah yang diteliti.

c. Triangulasi, yaitu melakukan pemeriksaan keabsahan temuan penelitian dengan

pihak-pihak lain yang dipandang dapat memahami hasil analisis data secara

kritis. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber

data, yaitu menggali kebenaran informasi melalui berbagai metode dan sumber

perolehan data, seperti menggunakan observasi terlibat, dokumen tertulis, dan

catatan resmi, serta triangulasi teori, yaitu hasil akhir penelitian ini dibandingkan
26

dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti

atas kesimpulan yang dihasilkan.

9. Tahapan-tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian yang akan ditempuh peneliti

sebagai berikut:

b. Tahap persiapan, meliputi:

1) Perencanaan penelitian

Pada tahap perencanaan penelitian ini dilakukan rencana kegiatan penelitian

yang meliputi penentuan jadwal penelitian, pemilihan informan penelitian,

perencanaan pengumpulan data, perencanaan analisis data, dan perencanaan

pengecekan keabsahan temuan penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Tahap ini merupakan kegiatan penentuan lokasi yang akan dijadikan tempat

penelitian oleh peneliti. Dengan beberapa pertimbangan sesuai dengan

masalah yang menjadi fokus kajian, maka peneliti memilih Yayasan Wali

Songo sebagai lokasi penelitian.

3) Mengurus surat izin penelitian

Setelah menetapkan lokasi penelitian, selanjutnya peneliti mengurus surat izin

penelitian ke Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Miftahul Ulum Pamekasan

untuk disampaikan kepala ketua Yayasan Wali Songo sehubungan penelitian

yang akan dilakukan.

4) Menjajaki lapangan dan menilai keadaan lapangan

Setelah surat izin penelitian dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)

Miftahul Ulum Pamekasan disampaikan kepada ketua Yayasan Wali Songo,


27

selanjutnya peneliti melakukan penjajakan terhadap lokasi yang menjadi

tempat penelitian untuk mengetahui gambaran umum tentang lokasi penelitian

tersebut.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Pada tahap ini peneliti memilih dan memanfaatkan informan yang akan

dijadikan sumber data.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Pada tahap ini peneliti menyiapkan segala perlengkapan penelitian yang

diperlukan, seperti pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman

dokumentasi, buku catatan, bolpoin, tas, dan kamera.

c. Tahap pelaksanaan, meliputi:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Sebelum peneliti memasuki lokasi penelitian untuk mengumpulkan data

penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan pemahaman terhadap latar

penelitian, yaitu Yayasan Wali Songo agar pelaksanaan penelitian menjadi

efektif. Dalam memahami latar penelitian dan persiapan diri, peneliti

menempatkan diri dan berperilaku sesuai tata tertib yang berlaku di Yayasan

Wali Songo, membina hubungan baik dengan para informan, dan

memanfaatkan waktu penelitian sesuai jadwal penelitian yang telah dibuat.

2) Memasuki lapangan

Ketika peneliti memasuki lokasi penelitian, yaitu Yayasan Wali Songo,

peneliti menemui para informan, seperti ketua yayasan, anggota pengurus

yayasan, juru dakwah, dan masyarakat yang menjadi sasaran dakwah untuk

mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Pada saat pertemuan

tersebut, peneliti menjelaskan kepada para informan bahwa peneliti berstatus


28

sebagai peneliti untuk mengumpulkan data penelitian berkaitan dengan

penyusunan tugas akhir di Perguruan Tinggi.

3) Mengumpulkan data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data penelitian yang diperlukan

melalui kegiatan observasi, wawancara, dan pencatatan data dokumentasi

sesuai pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dibuat

dan dipersiapkan sebelumnya.

d. Tahap pelaporan, terdiri dari:

1) Penyusunan konsep dasar analisis data

Pada tahap penyusunan konsep dasar analisis data, kegiatan-kegiatan yang

dilakukan mencakup mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan

mengkategorisasikan data. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut

bertujuan untuk menemukan tema yang pada akhirnya diangkat menjadi teori

substantif.

2) Menemukan tema

Kegiatan yang dilakukan untuk menemukan tema penelitian adalah mengkaji

tema penelitian secara lebih akurat, hati-hati, dan mendalam dengan cara

menggabungkan data yang diperoleh dari masing-masing sumber data

lainnya.

3) Menganalisis data
29

Setelah memformulasikan tema penelitian, selanjutnya tema penelitian

tersebut dianalisis untuk menemukan kesimpulan akhir sesuai temuan

penelitian.

J. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dengan isi

masing-masing bab dapat diuraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, diuraikan tentang konteks penelitian, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, berisi penelitian terdahulu, kajian teori, dan kerangka

konseptual. Pada penelitian terdahulu dipaparkan hasil-hasil penelitian terdahulu

yang memiliki kemiripan dengan judul penelitian yang dilakukan peneliti dalam

menunjang validitas hasil penelitian. Pada kajiam teori, berisi tinjauan tentang

strategi dakwah, diuraikan pengertian strategi dakwah, macam-macam strategi

dakwah, dan penerapan strategi dakwah; tinjuan tentang ukhuwah Islamiyah,

diuraikan pengertian ukhuwah Islamiyah, macam-macam ukhuwah Islamiyah,

penerapan strategi dakwah. Pada kerangka konseptual berisi tentang alur pikir

dalam penelitian.

Bab III Metode Penelitian, yang secara umum pada bab ini menjelaskan

tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti,

subyek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan

data, dan tahapan-tahapan penelitian.

Bab IV Paparan Data dan Analisis, diuraikan tentang paparan data dan

analisis, serta temuan penelitian.


30

Bab V Pembahasan, berisi pembahasan tentang hasil atau temuan penelitian

yang memuat gagasan peneliti dan pendapat para ahli.

Bab VI Penutup, berisi kesimpulan dan saran sebagai akhir dari pembahasan

skripsi ini.
31

Daftar Rujukan

Ali, Muhammad. 2011. Pendekatan dan Strategi Dakwah Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Bodgan, Robert C. dan Taylor, Steven J. 2007. Kualitatif Dasar-dasar Penelitian,


Penterjemah A. Khozin Afandi. Surabaya: Usaha Nasional.

Bungin, M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Departemen Agama RI. 2008. Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Direktorat


Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Agama RI. 2004. al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Mahkota.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Hamidi, Ahmad. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan


Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Kahar, Masyhur. 2012. Membina Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Perspektif
Islam Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Machdhori. 2010. Metode Penelitian. Malang: UMM Press.

Pimay, Abdul Malik. 2010. Strategi Dakwah Islamiyah. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Sanjaya, Sekuat. 2019. Strategi Dakwah Da’i dalam Meningkatkan Akhlakul


Karimah Santri Pesantren Modern Nahdlatul Ulma di Desa Negeri Agung
Kecamatan Talang Padang Tanggamus. Lampung: UIN Raden Intan
Lampung.

Shihab, Quraish. 2011. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Sukandarrumaidi, 2016. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti


Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Thohir, Mohammad. 2012. Strategi dan Metode Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.
32

Yeemayor, Patimoh. 2015. Strategi Dakawah dalam Meningkatkan Pemahaman


Agama Anak Muda (Studi Kasus di Majelis Agama Islam Wilayah Pattani
Thailand). Semarang: UIN Walisongo Semarang.

Zaidallah, Alwisral Imam. 2015. Strategi Dakwah dalam Membentuk Da’i dan
Khotib Profesional. Jakarta: Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai