Anda di halaman 1dari 24

PERANAN MAJLIS TAKLIM KHOIRUNNISA DALAM

PENINGKATAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN JAMAAH DI


PERUMAHAN PGRI KLIPANG SEMARANG

Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Program Sarjana (S-1)
Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

Oleh :
DEWI KHARISHOTUL LATIFAH
1601036097

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
NASKAH PROPOSAL

JUDUL PERANAN MAJLIS TAKLIM KHOIRUNNISA DALAM


PENINGKATAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN JAMAAH DI
PERUMAHAN PGRI KLIPANG SEMARANG

NAMA Dewi Kharishotul Latifah


NIM 1601036097
JURUSAN Manajemen Dakwah
PEMBIMBING Dedy Susanto, S.Sos.I, M.Si
PELAKSANAAN Hari : Kamis, 25 Maret 2021
UJIAN HARI / Waktu : 15.00-16.00
TANGGAL
PENGUJI 1 Dedy Susanto, S.Sos.I, M.Si
PENGUJI 2 Saerozi, S.Ag.,M.Pd.
PENGUJI 3 DR. H. Fachrur Rozi, M.Ag.
PENGUJI 4 Drs. Kasmuri, M.Ag

NOTA PEMBIMBING
Lamp. : -
Hal : Persetujuan Proposal Skripsi
Kepada Yth. Dekan Fakultas

Dakwah dan Komunikasi

UIN Walisongo Semarang

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan melakukan perbaikan


sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa proposal skripsi saudara :

Nama : Dewi Kharishotul Latifah

NIM : 1601036097

Fakultas : Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan : Manajemen Dakwah

Judul : Peranan Majlis Taklim Dalam Peningkatkan Pemahaman


Keagamaan Jamaah Khoirunnisa di Perumahan PGRI
Klipang Semarang

Dengan ini kami setujui, dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 14 November 2020


Pembimbing,

Dedy Susanto, S.Sos.l., M.S.l


NIP. 19710605 199803
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup
seluruh seluk beluk kehidupan manusia. Islam merupakan agama dakwah, karena
Islam disebarluaskan dan diperkenalkan ajaran-ajaran Islam kepada seluruh umat
manusia. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentransformasikan nilai-nilai agama
tersebut antara lain melalui majlis taklim yang berfungsi memberikan pemahaman
tentang nilai-nilai ajaran Islam.
Islam adalah agama dakwah, karena Islam disebarluaskan dan diperkenalkan
serta memperkenalkan ajaran-ajaran Islam, begitu juga merealisasikan ajaran-ajaranya
ditengah kehidupan manusia adalah merupakan esensi dakwah yang harus
dilaksanakan oleh umat Islam dalam situasi dan kondisi apapun. 1 Islam adalah agama
yang memiliki dua dimensi yaitu keyakinan (akidah) dan sesuatu yang diamalkan.
Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi dari aqidah itu
sendiri. Islam adalah agama risalah untuk manusia. Umat Islam adalah pendukung
amanah untuk melaksanakan risalah selaku perseorangan maupun kolektif.2
Dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan mentransformasikan sikap
batin dan perilaku warga masyarakat menuju tatanan keshalehan individu dan
keshalehan sosial. Dakwah dengan pesan-pesan keagamaan dan pesan-pesan
sosialnya juga merupakan ajakan kepada kesadaran untuk senantiasa memiliki
komitmen (istiqomah) dijalan yang lurus.3 Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Ali
Imran : 104
ٰٓ ِ ‫ولْت ُكن ِّمن ُكم َُّأمةٌ ي ْدعُو َن ِإلَى ٱلْ َخي ِر وي ْأمرو َن بِٱلْمعر‬
َ ‫وف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ٱل ُْمن َك ِر ۚ َوُأ ۟ولَِئ‬
‫ك ُه ُم‬ ُْ َ ُُ َ َ ْ َ ْ ََ

‫ٱل ُْم ْفلِ ُحو َن‬


Artinya: “ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung”.4
Dari ayat diatas dapat diambil pengertian bahwa dakwah ialah perbuatan yang
selalu bernilai positif yang menginginkan semua orang berbuat baik satu sama lain
juga saling mengingatkan semua orang berbuat baik satu sma lain juga saling
1
Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama (Bandung: Mizan, 1999) hlm.252
2
M. Natsir, Fiqhud Dakwah (solo: Ramadhani, 1983) hlm.110
3
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana Premada Media Group, 2012)
hlm.1-2
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2005) hlm.64
mengingatkan ketika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Hingga
mendapatkan hidup yang damai dan memperoleh kebahagiaan.
Kemajuan dan kemunduran Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan
dakwah yang dilakukan. Islam sesungguhnya menyerukan adanya kemerdekaan,
persamaan, dan kesempatan yang sama antara si kaya dan si miskin dalam bidang
pendidikan, disamping menghapuskan sistem kasta (pembagian kelas dalam
masyarakat) dan mewajibkan setiap orang muslim laki-laki dan perempuan untuk
menuntut ilmu, serta memberikan segala macam cara serta metode belajar, bila
mereka memperlihatkan keinginan yang sungguh-sungguh. Pintu-pintu masjid, isitut-
insitut, lembaga-lembaga pendidikan, halaqah (balai-balai pertemuan) seperti majlis
taklim dan masjlis dzikir.5
Dengan kata lain dakwah merupakan usaha untuk menyebarluaskan ajaran
Islam diseluruh umat manusia, dalam rangka menuntun manusia untuk selalu berada
di jalan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala larangan sebagai bentuk
kepatuhan dan ketundukan kepada Allah SWT. Namun kenyataanya usaha mengajak
kejalan yang diridhoi Allah tidaklah mudah. Usaha-usaha dakwah apabila dilakukan
secara individu tidak akan efektif, namun lembaga-lembaga dakwah juga harus ikut
berperan serta. Oleh karena itu diperlukan perlembagaan, yaitu nilai-nilai atau ilmu-
ilmu yang didapat harus dilembagakan dalam sebuah organisasi yang kuat dan kokoh
di bawah pengelolaan manajemen yang profesional.6
Salah satu lembaga dakwah yaitu majlis taklim. Majlis taklim adalah lembaga
pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan
secara berkala dan teratur dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, serta bertujuan
untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara
manusia dengan Allah SWT. Antara manusia sesamanya dan lingkunganya dalam
rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.7
Majlis taklim sebagai salah satu bentuk pendidikan Islam non formal,
mempunyai andil yang besar dalam rangka membina pengetahauan Islam masyarakat
khususnya bagi masyarakat yang tidak sempat mengenyam pendidikan Islam formal.
Peserta pengajian tidak dibatasi dalam tingkat usia, kemampuan atau lainya, tapi siapa
saja yang berminat boleh mengikutinya.
5
Muhammad Al-abrasy Athiyyah, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2003) hlm.5
6
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Sebuah Kajian Epistimologi dan Struktur Keilmuan Dakwah
(Fak. Dakwah, 1996) hlm.25
7
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim (Bandung: Mizan, 19997) hlm.10
Suatu perkembangan yang sangat baik, karena pada saat ini telah banyak
bermunculan majlis-majlis taklim. Mulai majlis taklim anak-anak, remaja, ibu-ibu,
dan juga bapak-bapak. Hal ini berkaitan dengan timbulnya kesadaran beragama
dikalangan masyarakat, sehingga demikian mereka tertarik dan cenderung untuk
melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma dan nilai agama. Majlis mempunyai
peranan yang sangat besar bagi seluruh masyarakat pada umumnya, dan bagi kaum-
kaum ibu pada khususnya. Begitu banyaknya jumlah majlis taklim di Indonesia hal ini
patut kita syukuri karena eksistensi Islam khususnya di Indonesia masih kuat. Dan
perlu kita cermati bahwa fungsi majlis taklim bukan hanya semata-mata tempat
bertemu dan bercanda, tetapi juga memiliki berbagai macam kegiatan diantaranya
sebagai tempat pembinaan mempelajari agama dan meningkatkan keagamaan,
membangun persaudaraan Islam, perubahan mutu dan sebagainya.8
Majlis taklim Khoirunnisa merupakan salah satu majlis taklim yang berada di
kota Semarang tepatnya di Masjid Al-Khoir Perumahan PGRI Klipang Semarang.
Pendiri majlis taklim ini adalah Ibu. Hj. Nanik Spd pada tanggal 22 januari tahun
2017, berawal dari obrolan ibu-ibu di suatu kompleks perumahan karena kurangnya
pengetahuan ilmu keagamaan yang rendah menyebabkan pengamalan dalam
beribadah juga hanya pas-pasan, seperti membaca Al-Qur’an, sholat, puasa,
mujahadah dan shodaqoh di samping aktivitas rutin mengurus rumah tangga serta
sebagai pekerja. Untuk itu mereka sepakat untuk membentuk sebuah pengajian yang
diadakan satu bulan sekali dan setiap hari sabtu dikarenakan kesibukan masing ibu-
ibu kebanyakan bekerja sebagai kantoran. Hal ini diperkuat oleh latar belakang
pendidikan dan pekerjaan ibu-ibu yang berbeda-beda.
Majlis taklim ini berdiri sekitar 4 th, yang didirikan oleh Ibu. Hj. Nanik Spd
dengan masa jabatan 2 periode, awal berdirinya majlis taklim ini jumlah jamaah
kurang lebih dari 25 orang. Pada generasi ke-2 kepemimpinan digantikan oleh Ibu.
Rudatik sampai sekarang 2020 jumlah jamaah bertambah kurang lebih 130 orang.
Seiring berjalanya waktu, kelompok pengajian tersebut semakin banyak peminatnya
yang dipadati oleh ibu-ibu. Hasil pra survey yang peneliti lakukan pada tanggal 12
Februari 2021, hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh
Majlis Taklim Khoirunnisa dianataranya menyelenggarakan dua jenis pengajian yaitu
pengajian bulanan yang dilaksanakan sebulan sekali di Masjid Al-Khoir yang secara

8
Nur Setiawati, Majlis Taklim dan Tantangan Pengembangan Dakwah (Dalam Jurnal Dakwah Tabligh, vol. 13,
No. 1, Juni, 2012) hlm.82
bergantian di masjid-masjid lainya pada sore hari, dan pengajian dilaksanakan setiap
hari sabtu dengan materi membaca Al-Qur’an, tahlil, dan mengkaji kitab tafsir oleh
Ibu Rudatik.
Oleh karena hal tersebut di atas, maka fungsi Majlis Taklim dengan berbagai
diharapkan dapat memperbaiki kehidupan manusia secara individu untuk dapat
meningkatkan pemahaman dalam agama, dan begitu juga kegiatan ini sangat
membantu menambah ilmu pengetahuan agama Islam dengan saling bertemu
berkumpul-kumpul, maka dengan adanya Majlis Taklim tersebut hubungan antara
satu orang dengan yang lain saling bertemu atau bersilaturrahmi bisa saling bertukar
pengalaman ilmu pengetahuan tentang agama islam dalam Majlis Taklim tersebut.9
Selanjutnya berdasarkan hasil data wawancara, penelitian melakukan
wawancara dengan pembina masjid Majlis taklim Ibu. Sri Rudatik beliau mengatakan
bahwa perilaku ibu-ibu masih kurang dalam pengamalan ibadah, sehingga banyaknya
penyimpangan dalam mendidik anak yang kurang perhatian dari keluarga khususnya
Ibu karena kurangnya pengetahuan tentang pemahaman Agama Islam.10
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
penelitian dengan judul “Peranan Majlis Taklim Dalam Peningkatan Pemahaman
Keagamaan Jamaah Khoirunnisa di Perumahan PGRI Klipang Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti merumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peranan Majlis Taklim Khoirunnisa dalam peningkatan pemahaman
keagamaan jamaah pengajian majlis taklim Khoirunnisa di perumahan PGRI
klipang semarang ?
2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan Majlis Taklim Khoirunnisa dalam peningkatan
pemahaman keagamaan di perumahan PGRI klipang semarang?
3. Seberapa pentingkah pemahaman keagaman dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

9
Data hasil observasi pra survey pada tanggal 20 Agustus 2020
10
Wawancara dengan Ibu Sri Rudatik, Pemimpin Majlis Taklim pada tanggal 03 September 2020
a. Untuk mengetahui peran Majlis Taklim Khoirunnisa dalam peningkatan
pemahaman keagamaan jamaah pengajian Majlis Taklim khoirunnisa di
perumahan PGRI klipang semarang.
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan Majlis Taklim dalam peningkatan
pemahaman keagamaan jamaah di perumahan PGRI klipang semarang.
c. Untuk mengetahui seberapa pentingkah pemahaman keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan
gambaran tentang pentingnya belajar memahami ilmu pengetahuan agama
bagi jamaah Majlis Taklim Khoirunnisa.
b. Manfaat Praktis
Dapat memeberikan gambaran manfaat bagi jamaah Majlis Taklim
Khoirunnisa untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan kemajlis takliman
sehingga meningkatkannya sisi pemahaman agama yang dimilikinya.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kesamaan penulisan dan plagiatisme yang dilakukan oleh
penulis, maka dari itu penulis paparkan mengenai beberapa tinjauan pustaka yang
dipakai oleh penulis sebagai bahan rujukan, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, Skripsi karya Kholivah (2013) S.1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang berjudul “Penyelenggaraan Pengajian Majlis Taklim Amanah
dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Jamaah di Perumahan Griya
Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang”. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa penyelenggaraan pengajian majlis taklim Mnah di perumahan Griya Pndana
Merdeka dalam meningkatkan pemahaman keagamaan jamaah telah menerapkan
langkah-langkah penyelenggaraan (actuating) yaitu pemberian motivasi,
pembimbingan, penjalinan hubungan, penyelenggaraan komunikasi, dan
pengembangan atau peningkatan pelaksana. Peningkatan pemahaman keagamaan
dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu dimensi prktek, keyakinan pengetahuan, religi
dan dimensi efek. Dari dimensi tersebut ada dua dimensi yang belum sepenuhnya
dapat terlaksana yaitu dimensi keyakinan dan religi karena berhubungan dengan batin
sehingga tidak daoat diukur dengan kasat mata. Didalam prses penyelenggaraan
pengajian majlis taklim amanah memiliki faktor pendukung diantaranya yaitu
penyelenggaraan kegiatan pengajian dimalam dan siang hari, tersedianya undangan
dan hidangan, dilaksanakan rutin sesuai jadwal, sudah ada manajemen yang
diterapkan, adanya toleransi yang kuat, didukung oleh pemerintahan setempat, dan
faktor penghambatnya yaitu urusan rumah tangga yang tidak bisa ditinggalkan,
perencanaan masih berupa jangka pendek, kurangnya kitab kajian, manajemenya
masih sangat sederhana, waktu pelaksanaan yang singkat dan penyelenggaraanya.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan pemahaman keagamaan
pada jamaah Amanah itu sendiri juga sebagai pemicu semangat untuk menjadi lebih
baik lagi.
Kedua, Skripsi karya Maghfirotul Khasanah (2014) S.1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang berjudul “Penerapan Fungsi Actuating pada Peningkatan Jumlah
Jamaah di Majlis Taklim Al-Istiqomah Perumahan Ganesha Kelurahan Pedurungan
Tengah Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa penerapan fungsi actuating pada peningkatan jumlah jamaah di
Majlis Taklim Al-Istiqomah dilakukan dengan cara memberikan motivasi, bimbingan,
menjalin hubungan, menjalankan komunikasi. Dan hasuil dari penerapan fungsi
actuating pada peningkatan jumlah jamaah yaitu terjadinya peningkatan pada jumlah
jamaah dari 15 orang di tahun 2003 dan mencapai 103 jamaah di tahun 2018,
bertambahnya program kerja, peningkatan dalam membaca Al-Qur’an, terbentuknya
taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Insan Mulia.
Ketiga, Skripsi karya Sari Purwanti (2015) S.1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang berjudul “Implementasi Dakwah di Majlis Taklim Nurul Iman
Tanjung Sari Tambak Aji Ngaliyan Semarang”. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa implementasi dakwah di Majlis Taklim Nurul Iman dilakukan dengan metode
mau’izhah khasanah dan mujadalah yang mampu membawa perubahan masyarakat
Tanjung Sari keranah yang lebih baik meskipun belum mencakup secara keseluruhan.
Dalam kegiatan dakwah yang dilakukan pada Majlis Taklim di Masjid Nurul Iman
yang diharapkan faktor penghambat yang ada tidak menjadikan Majlis Taklim
berhenti dalam melaksanakan berbagai kegiatan dakwah yang telah direncanakan.
Justru dari hambatan yang dihadapi mampu memberikan motivasi dan semangat agar
dalam pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara maksimal dan tepat sasaran.
Keempat, Skripsi karya Nurul Hidayah (2014) S.1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang berjudul “Penerapan Fungsi Manajemen Dakwah dalam
Meningkatkan Keagamaan Jamaah di Majid Jamik Darussyukur Ngaliyan
Semarang”. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan fungsi manajemen yang
diterapkan di Masjid Jami’ Darusy Syukur Ngaliyan Semarang ini dilakukan dengan
cara memanajemen kegiatan-kegiatan jamaah melalui program peribadatan dan
dakwah, bidang pendidikan, bidang sosial, dan bidang remaja masjid. Jenis-jenis
kegiatan yang ada di Masjid Jami’ Darusy Syukur Ngaliyan Semarang ini merupakan
kegiatan-kegiatan yang sangat bermanfaat bagi jamaah maupun masyarakatsekitarnya.
Masjid Darusy Syukur Ngaliyan Semarang dalam melaksanakan segala kegiatanya
senantiasa mengelola fungsi manajemen, yaitu dengan manjalin kerjasama dan
kebersamaan antar komponen yang ada, sehingga dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas sumber daya umat, meningkatkan pelayanan terhadap umat
dan menjaga konsistensi dalam mengembangkan Ukhuwah Islamiyah. Dengan adanya
fungsi manajemen tersebut maka sistem, sumber dana, dan penggunaanya serta
kegiatan-kegiatan yang ada di Masjid Jami’ Darusy Syukur Ngaliyan Semarang akan
berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga Masjid Jami’
Darusy Syukur Ngaliyan Semarang tidak hanya digunakan sebagai tempat utnuk
melaksanakan ibadah shalat saja, tetapi juga dapat menjadi pusat kegiatan umat yang
dapat menciptakan jamaah Majid Jami’ Darusy Syukur Ngaliyan Semarang menjadi
masyarakat yang baik, sejahtera, rukun, damai dan selalu berada dalam lindungan
Allah SWT.
Kelima, Skripsi karya May Linda (2015) S.1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang berjudul “Strategi Masjid Al-Azhar Permata Puri Ngaliyan
Semarang dalam Meningkatkan Jumlah Jamaah Majlis Taklim Muqorrobin”. Hasil
penelitian menunjukan bahwa strategi takmir Majid Al-Azhar Permata Puri Ngaliyan
Semarang dalam peningkatan jumlah jamaah pengajian majlis Taklim Muqorrobin
melalui beberapa langkah strategi, yaitu melalui program kegiatan : kegiatan ibadah
sosial diantaranya melalui kegaiatan amaliyah, peringatan maulid Nabi Muhammad
SAW, memperingati hari raya Idul Adha. Kegaiatan pendidikan diantaranya : melalui
pembacaan surat-surat Al-Qur’an, yasin dan tahlil, baca’an dziba’, BTA (Belajar
Tulis Al-Qur’an, ceramah melalui media massa (media cetak dan media sosial).
Faktor pendukung : motivasi dan pengertian yang diberikan takmir kepada pengurus
majlis dan ibu-ibu jamaah dalam melaksanakan kegiatan untuk saling mendukung dan
mensukseskan acara kegiatan majlis taklim. Hubungan antara takmir masjid, pengurus
masjid taklim dan jamaah ibu-ibu dalam membantu kegiatan majlis taklim
Muqorrobin saling bahu membahu dalam pelaksanaan kegiatan majlis, baik
memberikan sebuah (gagasan) pikiran maupun tenaga. Faktor penghambat :
keterbatasan waktu karena banyak ibu-ibu yang sibuk sebagai Ibu Rumah Tangga
(IRT) dalam membagi waktu dengan kegiatan di rumah, faktor usia yang mungkin
sudah tidak sekuat masa mudanya yang mengeluhkan akan jarak dari rumah ke masjid
untuk wilayah permata puri bawah, kepribadian jamaah dalam memahami dan
mengikuti kegiatan keagamaan, kondisi atau keadaan cuaca yang kurang mendukung.
E. Kerangka Teori
1. Majlis Taklim
a. Pengertian Majlis Taklim
Istilah majlis taklim berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua suku
kata, yaitu majlis yang berarti tempat duduk dan taklim yang artinya belajar.
Dengan demikian, secara bahasa yang dimaksud majlis taklim adalah tempat
belajar. Adapun secara istilah majlis taklim adalah lembaga pendidikan non
formal yang memiliki jamaah dengan jumlah yang relatif banyak, usia yang
heterogen, memiliki kurikulum berbasis keagamaan dan waktu yang fleksibel
sesuai kebutuhan jamaah.11
Istilah majlis taklim, sering diartikan sebagai kelompok atau suatu
komunitas muslim yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pengajaran
agama Islam. Pengertian ini menunjukn bahwa arti majlis taklim meliputi semua
kegiatan komunitas muslim yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan
pengajaran agama Islam tanpa dibatasi oleh jenis kelamin dan status sosial
jamaahnya. Termasuk tidak dibatasi oleh tempat dan waktu penyelenggaraanya.
Dengan demikian, bermacam kegiatan pendidikan dan pengajaran agama Islam
yang dilakukan oleh suatu komunitas muslim baik pesertanya pria, wanita, anak-
anak, remaja atau orang dewasa dan lansia tetap masih berada dalam lingkup
pengertian majlis taklim.12
Selain itu tokoh yang memaparkan pengertian majlis taklim. Muhsin
menyatakan bahwa majlis taklim adalah tempat atau lembaga pendidikan,
pelatihan, dan kegiatan belajar mengajar dalam mempelajari, mendalami,
memahami, ilmu pengetahuan agama Islam dan sebagai wadah dalam

11
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pendalaman Ajaran Agama
Melalui Majlis Taklim (Jakarta: Puslitbang kehidupan Keagamaan, 2007) hlm.32
12
Djauharudin, Potensi Keagamaan dan Penyebaran Majlis Taklim di Jawa Barat (Bandung: Kertas Jakarta,
1993) hlm.3
melaksanakan berbagai kegiatan yang memberikan kemaslahatan kepada jamaah
dan masyarakat sekitarnya.13
Majlis Taklim dilihat dari struktur organisasinya termasuk organisasi
pendidikan luar sekolah atau suatu lembaga pendidikan islam yang bersifat non
formal yang senantiasa menanamkan akhlaq yang mulia dan lurus, meningkatkan
kemajuan ilmu pengetahuan an ketrampilan jamaahnya, serta memberantas
kebodohan umat islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan
sejahtera serta diridhai oleh Allah SWT.
Majlis taklim dikenal sebagai lembaga dakwah di Indonesia yang
berkembang pesat sejak tahun 70-an, dan pertumbuhanya masih berlangsung
hingga saat ini. Sebagai institusi dakwah dan pembinaan umat, majlis taklim
berfungsi sebagai wadah untuk menyampaikan pesan keagamaan, tukar menukar
pikiran dan berbagai pengalaman dalam masalah keagamaan, membangun
keakraban sesama jamaah, dan sebagai wadah informasi dan kajian keagamaan
serta kerjasama dikalangn umat. Lembaga ini dibangun oleh para kyai dan ustadz
serta para tokoh masyarakat lainya, baik di kampung-kampung maupun kota
besar. Bahkan belakangan majlis taklim juga berperan dalam pembinaan
keluarga, pemberdayaan ekonomi umat, pengembangan lingkungan yang sehat
dan bersih, penguatan keluarga sakinah dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa majlis taklim merupakan lembaga pendidikan masyarakat yang tumbuh
dan berkembang dari kalangan masyarakat islam itu sendiri yang
menyelenggarakan pengajaran tentang ilmu-ilmu agama Islam kepada masyarakat
muslim.
b. Peran Majlis Taklim
Keberadaan majlis taklim dalam masyarakat telah membawa manfaat
dan kemaslahatan bagi umat, terutama bagi mereka yang menjadi anggota dan
jamaahnya.
Adapun peran majlis taklim diantaranya adalah:
a) Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.
b) Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraan bersifat santai.

13
Muhsin MK, Manajemen Majlis Taklim: petunjuk Praktis Pengelolaan dan Pembentukanya, (Jakarta: Pustaka
Intermasa, 2009) hlm.01
c) Sebagai ajang berlangsungnya silaturrahmi masal yang dapat menghidupkan
dan menyuburkn dakwah dan ukhuwah Islamiyah.
d) Sebagai sarana dialog berkesinabungan antara ulama dan umat.
c. Fungsi Majlis Taklim
Fungsi Majlis Taklim adalah sebagai sarana pembinaan umat yang
sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama tidak hanya
terbatas sebagai tempat saja, tetapi lebih maju lagi menjadi lembaga yang
mengadakan pengajaran atau pengajian.14
Antara lain :
a) Sebagai wadah untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada
jamaahnya.
b) Sebagai wadah peluang kepada jamaahnya untuk melakukan tukar menukar
pikiran sebagai pengalaman masalah keagamaan.
c) Sebagai media wadah yang dapat membina keakaraban diantara sesama
jamaah.
d) Sebagai wadah mendapatkan informasi dan melakukan kajian keagamaan
serta kerjasama diantara umat.15
d. Ciri-ciri Majlis Taklim
a) Sifatnya non-formal, kegiatan dilakukan di lembaga khusus dalam masyarakat
seperti masjid dan langgar.
b) Tidak terlalu terikat dengan peraturan yang ketat dan tetap (bersifat sukarela).
c) Antara pemberi dan penerima (jama’ah) terjadi komunikasi langsung (tatap
muka/muwajjah).
d) Terdapat figur-figur sentral yang mengelola dan menjadi panutannya.
e) Jama’ah majlis taklim biasanya adalah orang dewasa.16
2. Pemahaman Keagamaan Jamaah
Kata pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata paham yang memiliki arti mengerti benar, tahu benar, pandai dan mengerti
benar (tentang suatu hal). Adapun pemahaman berarti proses, cara, perbuatan
memahami atau memahamkan seseorang.17

14
Rosehan Anwar dkk, Majlis Taklim dan Pembinaan Umat (Jakarta: Puslibang Lektur Keagamaan, 2002)
hlm.12
15
Nurul Huda, Pedoman Majlis Taklim (Jakarta: Kodi DKI, 1990) hlm.9
16
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: LSIK, 1986) hlm.108
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) hlm.811
Sedangkan keagamaan berasal dari kata dasar agama, yang mendapat
imbuhan awalan “ke” dan akhiran “an” dalam KBBI kata agama memiliki arti
ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan, kepercayaan dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia serta manusia dengan lingkungannya.
Dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah.
Kata al-din sendiri mengandung arti al-mulk (kerajaan), al-khidmat (pelayanan),
al-izz (kejayaan), al-ibadat (pengabdian), dan at-tho’at (patuh). Sedangkan
pengertian al-din yang berarti agama adalah nama yang bersifat umum. Artinya
tidak ditujukan kepada salah satu agama, ia adalah nama untuk setiap kepercayaan
yang ada di dunia ini.18
Dalam menjalankan tatanan kehidupan Islami, tentunya tidak terlepas
dari pemahaman keagamaan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Pemahaman keagamaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pemeluk
agama itu sendiri, paham akan makna dari suatu ajaran agama akan membawa
seseorang itu pada penghayatan agama yang mendalam sehingga akan terarah
kehidupannya. Sebaliknya, ketidakpahaman seseorang akan ajaran agamanya akan
membuat orang tersebut kurang menghayati dan kurang terarah dalam
menjalankan kehidupannya. Untuk itu diperlukan sebuah strategi dalam
meningkatkan pemahaman keagamaan jamaah yang ikut dalam suatu majelis
taklim.
Peningkatan pemahaman keagamaan seseorang dapat dilihat dari
seberapa besar dimensi keagamaan yang diterapkan dalam kehidupan masing-
masing individu Menurut Glock and Stark dalam Kholifah (2018:58-60), terdapat
lima dimensi keagamaan (religiusitas).19 Adapun berdasarkan teori dimensi
keagamaan analisisnya yaitu sebagai berikut:

a. Religius Ractice (The Ritualistic Dimension)

18
Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Pengantar Studi Memahami Agama-agama), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010) hlm.3
19
Kholifah, “Penyelenggaraan Pengajian Majlis Taklim Amanah dalam Meningkatkan Pemahaman
Keagamaan Jamaah di Perumahan Griya Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang”, (Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Walisongo Semarang, 2018) hlm.58-60
Religius Ractice yaitu tingkatan sejauhmana seseorang
mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual di dalam agamanya. Unsur yang
ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih
menunjukan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Dimensi
pratek dalam agama Islam dapat dilakukan dengan menjalanan ibadah
seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.
b. Religius Belieef (The Ideologi Dimension)
Religius Belieef disebut juga dimensi keyakinan yaitu
tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik di
dalam ajaran agamanya. Misalnya kepercayaan tentang Tuhan, Malaikat,
Syurga dan lain-lain yang bersifat dogmatik. Pada dasarnya setiap agama
menginginkan adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya, maka yang
terpenting adalah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam
ajaran agama yang dianutnya.
c. Religius Knowledge (The Intellectual Dimension)
Religius knowledge atau dimensi pengetahuan agama adalah
dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang
ajaran agamanya, terutama yang ada di kitab suci maupun yang lainnya.
Paling tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok
mengenai dasar-dasar keyakinan, kitab suci, dan tradisi. Dimensi ini dalam
Islam menunjukkan kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman
umat Islam terhadap ajaran pokok agamanya sebagaimana yang termuat
dalam kitab suci Al-Qur’an. Hal ini berhubungan dengan pemahaman
seseorang tentang isi kandungan Al-Qur’an.
d. Religius Feeling (The Experiental Dimension)
Religius Feeling adalah dimensi yang terdiri dari perasaan-
perasaan dan pengalaman-pengalaman keagamaan yang pernah dirasakan
dan dialami. Misalnya merasa dekat dengan Tuhannya, merasa doanya
dikabulan Tuhan, dan pengalaman spiritual lainnya. Dalam Islam, dimensi
ini dapat terwujud dalam merasa dekat dengan Allah, perasaan tawakal
kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa,
perasaan syukur kepada Allah, perasaan mendapatkan peringatan atau
pertolongan dari Allah SWT.
e. Religius Effect (The Consequental Dimension)
Religius Effect yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana
perilaku seseorang yang konsekuen oleh ajaran agamanya dalam
kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mengukur sejauh mana perilaku
seseorang untuk dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sosial.
Dimensi ini menyangkut hubungan manusia dengan manusia lainnya.
Misalnya dengan ia menolong orang yang kesulitan, mendermakan
hartanya, ikut mengunjungi tetangganya yang sakit dan sebagainya.
F. Metedologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang dilaksanakan seseorang peneliti untuk
mengumpulkan, mengklarifikasi dan menganalisa fakta-fakta yang ada di tempat
penelitian dengan menggunakan ukuran-ukuran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan
untuk menemukan kebenaran.20
Metedologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal-hal tersebut
terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan
kegunaan.21
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif, dimana istilah penelitian yang dimaksud sebagai jenis penelitian yang
temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainya.
Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang
dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi
pengamatan dan wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, kaset,
video, dan bahkan data yang telah dihitung untuk tujuan lain misalnya sensus.22
Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu pendekatan kualitatif deskriptif. Kualitatif deskriptif adalah data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Dengan
demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan
gambaran penyajian laporan tersebut.23 Penelitian ini berusaha untuk mencari
jawaban permasalahan yang diajukan secara sistematik, berdasarkan fakta-fakta

20
Kontjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1981) hlm.13
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA cv, 2018) hlm.2
22
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) hlm.4-
5
23
Lexi.J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000) hlm.6
yaitu tentang Peranan Majlis Taklim Khoirunnisa Dalam Peningkatan Pemahaman
Keagamaan di Perumahan PGRI Klipang Semarang.
2. Definisi Konseptual
Menurut Singarimbun dan Sofiyan (2008: 43), definisi konseptual
adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti
untuk mengoprasikan konsep tersebut di lapangan.
Departemen Agama RI merumuskan arti majlis taklim itu sebagai
suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan non formal di bidang agama
Islam bagi orang dewasa (adult education) biasanya secara berkala sekali dalam
seminggu. Diadakan di majlis-majlis atau di balai-balai pertemuan. Namun,
sekalipun pada umumnya dilakukan oleh orang-orang dewasa, maupun secara
campuran atau ditujukam secar khusus bagi anak-anak atau remaja.24
3. Sumber dan Jenis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diartikan sebagai materi kasar yang
dikumpulkan peneliti yang membentuk dasar-dasar analisis. Data dapat berupa
catatan peneliti dari wawancara dan pengamatan lapangan. Data juga dapat berupa
apa yang diciptakan orang lain seperti dokumen resmi, catatan harian, dan
fotografi.
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Dalam hal ini, sumber data primer adalah ketua majlis
taklim, da’i dan jamaah pengajian majlis taklim Khorunnisa di Perumahan PGRI
Klipang Semarang.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data sekunder berwujud dokumentasi yang telah
tersedia seperti arsip, brosur, dan lain-lain yang ada kaitanya dengan penelitian
di majlis taklim Khoirunnisa di Perumahan Klipang PGRI Semarang.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan

24
Anonimous, Pola Umum Pengembangan Lembaga Dakwah Proyek Pengembangan Bimbingan dan
Dakwah/Khutbah Agama Islam (Jakarta: Departemen Agama Pusat, 1998) hlm.8
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang sesuai standar data yang telah ditetapkan. 25 Oleh karena
itu, untuk mendapatkan data yang lengkap dan benar, yaitu menjelaskan tentang
Peranan Majlis Taklim Khirunnisa Dalam Peningkatan Pemahaman Keagamaan
Jamaah di Perumahan Klipang PGRI Semarang. Maka penulis mengumpulkan
data dari beberapa sumber, yakni dari data lapangan yang diperoleh dari pengurus,
ketua majlis taklim, da’i dan jamaah pengajian di majlis taklim serta data dari
hasil observasi secara langsung terhadap situasi dalam pengajian majlis taklim.
Untuk memperoleh data-data dalam penelitian, maka penulis menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Metode ini bukanlah sekedar metode pengamatan dan pencatatan tapi
juga harus memahami, menganalisa, dan mengadakan pencatatan yang
sistematis. Mengamati adalah menatap kejadian gerak atau proses yang harus
dilaksanakan objektif.26 Metode ini digunakan untuk memperoleh pengetahuan
mengenai Peranan Majlis Taklim Khoirunnisa Dalam Peningkatan Pemahaman
Keagamaan Jamaah Di Perumahan PGRI Klipang Semarang.
Dalam hal ini observasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun
tidak langsung. Observasi yang penulis gunakan dalam metedologi penelitian ini
adalaj observasi partisipan atau pengamatan langsung yang ditujukan pada lokasi
penelitian, yaitu Majlis Taklim Khoirunnisa di Perumahan PGRI Klipang
Semarang. Partisipan ini dimaksud untuk memperoleh profil Majlis Taklim
Khoirunnisa di Perumahan PGRI Klipang Semarang. Selain itu observasi
partisipan ini juga dimaksudkan untuk penggalian informasi tentang kehidupan
sehari-hari jamaah Majlis Taklim Khoirunnisa di Perumahan PGRI Klipang
Semarang tersebut.
b. Metode Dokumentasi
Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah pengumpulan
bukti-bukti dan keterangan-keterangan seperti kutipan-kutipan dari surat kabar,
gambar-gambar dan sebagainya.27

25
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2016) hlm.224
26
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998) hlm.232-
233
27
Ibid., 188
Metode Dokumentasi yang penulis gunakan yaitu untuk
mengumpulkan data-data yang terkait dengan tema penelitian, meliputi buku-
buku, jurnal-jurnal ataupun literatur lainya yang relevan dengan penelitian ini.
Dokumentasi ini juga ditunjukan untuk menggali informasi tentang sejarah
perkembangan Jamaah majlis taklim Khoirunnisa serta hal-hal administratif
lainya.
c. Metode Wawancara
Wawancara berarti proses komunikasi dengan cara bertanya secara
langsung untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari informan.
Wawancara adalah sejumlah pertanyaan yang telah disusun dan dipersiapkan
untuk diajukan kepada responden atau informan guna mendapatkan data atau
keterangan tertentu yang diperlukan dari suatu penelitian.28 Adapun respondenya
antara lain tokoh kyai jamaah Khoirunnisa serta Pengikut ajaran jamaah
Khoirunnisa. Metode ini penulis gunakan untuk menguji ulang data-data yang
ada dari hsil observasi. Selain itu, teknik wawancara digunakan untuk menggali
data yang tidak ditemukan selama melakukan observasi di lapangan.
5. Teknik Analisis Data
Dalam proses menganalisis data yang diperoleh dari berbagai sumber,
penulis menggunakan metode data sebagai berikut :
a. Metode deskriptif adalah metode yang menguraikan penelitian dan
menggambarkanya secara lengkap dalam suatu bahasa, sehingga ada suatu
pemahaman antara kenyataan di lapangan dengan bahasa yang digunakan untuk
menguraikan data-data yang ada.29
Metode ini digunakan untuk mengetahui tentang Peranan Majlis Taklim
Khoirunnisa dalam peningkatan pemahaman keagamaan tersebut.
b. Metode femonologis yakni prosedur menganalisis data dengan berusaha untuk
mengerti dan memahami kejaidan atau peristiwa yang dalm situasi tertentu yang
nampak.30 Dalam hal ini, kegiatan-kegiatan keagamaan jamaah majlis taklim
Khoirunnisa di Perumahan PGRI Klipang Semarang.
G. Sistematika Penulisan

28
M. Farid Nasution, Penelitian Praktis (Medan: IAIN Press, 1993) hlm.5-6
29
Anton Beker, Metode Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990) hlm.54
30
Lexi.J. Moleong, op.cit., hlm.10
Penulis menggunakan sistematika penulisan untuk mencapai pemahaman yang
menyeluruh serta adanya keterkaitan antara bab satu dengan bab yang lain serta untuk
mempermudah prosesi penelitian ini. Untuk memudahkan gambaran dan pemahaman
yang sistematis, maka skripsi ini disusun sedemikian rupa agar dapat tergambar arah
dan tujuan.
Adapun sistematika penulisan skripsi memuat tiga bagian yang masing-masing
memiliki isi yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
1. Bagian pertama yang berisi bagian judul, halaman nota pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman abstraksi, kata
pengantar daftar isi, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi yang terdiri lima bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUN
Bab pertama, yang berisikan Latar Belakang, Rumusan masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka atas penelitian-
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, Kerangka
teori untuk memberi gambaran tata pikir penelitian tentang konsep-
konsep dan teori yang dipergunakan untuk menjawab berbagai
permasalahan penelitian, Metodologi Penelitian dan diakhiri dengan
Sistematika Penulisan.
BAB II : KERANGKA TEORI
Bab kedua, landasan teori yang berisi tentang Peranan, Majlis Taklim,
dan Pemahaman.
BAB III : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
Bab ketiga, gambaran umum obyek penelitian. Bab ini berisi tentang
profil Majlis Taklim Khoirunnisa yang berada di Perumahan PGRI
Klipang Semarang, mulai dari Sejarah Berdirinya, Letak Geografis,
Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan denah lokasi.
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ke empat, analisis penelitian yang meliputi tentang Peranan
Majlis Taklim yang berisi data kegiatan
BAB V : PENUTUP
Yang merupakan akhir dari keseluruhan proses penelitian yang
berisikan kesimpulan untuk memberikan jawaban rumusan masalah
isi skripsi agar mudah diapahami, juga berupa saran-saran dari penulis
yang terkait dengan permasalahan serta kata penutup sebagai akhir
kata dan daftar pustaka sebagai tanggung jawab akademis yang
menjadi rujukan penelitian. Berisi kesimpulan, saran, dan kata
penutup.

Daftar Pustaka
Ahmad, Amrullah. 1996. Dakwah Islam Sebagai Ilmu Sebuah Kajian Epistimologi dan
Struktur Keilmuan Dakwah. IAIN: Fak. Dakwah.
Alawiyah, Tuty. 1997. Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim. Bandung: Mizan.
Anonimous. 1998. Pola Umum Pengembangan Lembaga Dakwah dan Khutbah Agama
Islam. Jakarta: Depertemen Agama Pusat.
Anwar, Rosehan dkk. 2002. Majlis Taklim dan Pembinaan Umat. Jakarta: Puslibang Lektur
Keagamaan.
Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Athiyyah, A-l-Abrasy Muhammad. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Beker, Anton. 1990. Metode Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Corbin, Juliet dan Strauss Anselm. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro.
Djauharudin. 1993. Potensi Keagamaan dan Penyebaran Majlis Taklim di Jawa Barat.
Bandung: Kertas Jakarta.
Endang, Shynta dan Triyana Endri Feriyanto. 2015. Pengantar Manajemen. Yogyakarta:
Mediatera.
Hanzili dan Kim Panglay. 1960. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Yudistira.
Huda, Nurul. 1990. Pedoman Majlis Taklim. Jakarta: Kodi DKI.
Illahi, wahyu dan Munir Muhammad. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Penada Media.
Illahi, wahyu dan Munir Muhammad. 2012. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Premada
Media Group.
Kontjaraningrat. 1981. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Leslie, Terry R George. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexi J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Natsir, Muhammad. 1983. Fiqhud Dakwah. Solo: Ramadhani.
Nasution Farid Muhammad. 1993. Penelitian Praktis. Medan: IAIN Press.
Pimay, Awaludin. 2013. Manajemen Dakwah Sebagai Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Puslitbang Kehidupan Keagamaan. 2007. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam
Pedalaman Melalui Majlis Taklim. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Setiawati, Nur. 2012. Majlis Taklim dan Tantangan Pengembangan Dakwah (dalam jurnal
dakwah tabligh, vol 13, No 1, Juni 2012.
Shihab, Alwi. 1999. Islam Inklunsif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung:
Mizan.
Sugiono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sondang P Siagian. 2014. Sistem Informasi Mnajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Wawancara dengan Ibu. Rudatik selaku selaku ketua pemimpin majlis taklim Khoirunnisa 03
September 2020 pukul 18.15
DRAFT WAWANCARA
A. Wawancara dengan Ketua dan Pengurus Majlis Taklim Khoirunnisa di Perumahan
PGRI Klipang Semarang
1. Kapan Majlis Taklim Khoirunnisa didirikan?
2. Siapa pendiri Majlis Taklim Khorunnisa ?
3. Dimana lokasi Majlis Taklim Khoirunnisa ?
4. Bagaimana profil Majlis Taklim Khoirunnisa ?
5. Apa Visi dan Misi Majlis Taklim Khoirunnisa ?
6. Bagaimana struktur kepengurusan Majlis Taklim Khoirunnisa ?
7. Apa sajakah tugas dan pekerjaan dari pengurus Majlis Taklim Khoirunnisa ?
8. Apa saja jenis program yang ada di Majlis Taklim Khoirunnisa ?
9. Bagaimana peranan majlis taklim dalam peningkatan pemahaman keagamaan
di Majlis Taklim Khoirunnisa?
10. Bagaimana cara pemimpin dalam menjalin hubungan yang baik dengan
pengurus dan jamaah Majelis Taklim Khoirunnisa PGRI Klipang Semarang ?
11. Apa bentuk komunikasi yang terjalin untuk pengurus dan jamaah Majlis
Taklim Khoirunnisa PGRI Klipang Semarang?
12. Apa faktor pendukung dan penghambat di dalam Majlis Taklim Khoirunnisa
PGRI Klipang Semarang?
B. Wawancara dengan Pengurus dan Jamaah Majlis Taklim Khoirunnisa PGRI Klipang
Semarang
1. Kapan anda mulai mengikuti pengajian di Majlis Taklim Khoirunnisa PGRI
Klipang Semarang ?
2. Motivasi apa saja yang diberikan ketua kepada pengurus dan jamaah Majlis
Taklim Khoirunnisa PGRI Klipang Semarang ?
3. Bagaimana bimbingan yang dilakukan ketua kepada pengurus dan jamaah
Majlis Taklim Khoirunnisa PGRI Klipang Semarang ?
4. Apakah anda selalu mengikuti pengajian di Majlis Taklim Khoirunnisa PGRI
Klipang Semarang ?
5. Menurut anda, bagaimana peranan majlis taklim Khoirunnisa ini bisa
berpengaruh dalam peningkatan pemahaman keagamaan jamaah Khoirunnisa?

Anda mungkin juga menyukai