Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Muhammad Fadillah

NIM : 2321407018

PRODI: Hukum Ekonomi Syariah

RANGKUMAN ASPEK DAKWAH DAN KELEMBAGAAN ISLAM & PERAN


LEMBAGA DAKWAH DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI MASYARAKAT

I.PENDAHULUAN

Islam adalah ajaran yang lengkap, menyeluruh dan sempurna dalam mengatur tata cara
kehidupan seorang muslim baik ketika ia beribadah maupun berinteraksi dengan
lingkungannya. Semua ajaran itu terangkum dala al-Quran dan al-Sunnah yang berbentuk
konsep-konsep baik yang global maupun yang bersifat teknis.

Sasaran utama dakwah seyogianya sejalan dan seirama dengan tujuan hukum Islam itu
sendiri, yaitu hukum Islam datang untuk menjadi rahmat bagi manusia, bahkan bagi segenap
alam. Nas-nas al-Quran menandaskan bahwa tujuan (gayah) dari hukum Islam, baik secara
global ataupun secara terperinci adalah untuk mencegah kerusakan dari dunia manusia dan
mendatangkan kemaslahatan kepada mereka, mengendalikan dunia dengan kebenaran dan
keadilan dan kebajikan serta menerangkan tanda-tanda jalan yang harus dilalui di hadapan
akal manusia.

Metode dakwah dan sasaran utama yang akan diwujudkan melalui dakwah ini, betul-
betul harus sesuai dan sejalan dengan konsep Islam. Dakwah sangat terkait dengan perubahan
sosial. Upaya dakwah seharusnya diartikan sebagai suatu aktivitas yang membawa
konsekuensi perubahan sosial yang terencana, bukan- nya perubahan sosial yang terjadi
begitu saja. Oleh karena itu, seorang dai haruslah mengetahui sebab-sebab terjadinya
perubahan sosial dan dampak-dampak yang ditimbulkannya.1

Secara psikologis amal makruf nahi mungkar merupakan bagian dari fitrah manusia
dan tabiat manusia yaitu senang berkumpul dan bersatu. Pada diri manusia terdapat dua nafsu
dan mempunyai dua dimensi, yaitu memerintah dan melarang. Kedua dimensi tersebut
diarahkan kepada apa yang diperintahkan, dan menjauhi apa yang dilarang sesuai dengan
syari. Dalam diri manusia terdapat daya dorong untuk melakukan sesuatu yang baik dan buruk

1
Sampo Seha, Dakwah dalam Al-Quran: Aplikasinya dalam Amar Makruf Nahi Mungkar, h. 196.

1
yang disebut kehendak, yang menjadi sumber segala kebaikan dan keburukan. Sebelum
terjadi perbuatan maka terdapat pada ruang hampa, selanjutnya melahirkan goresan hati dan
ditindak lanjuti oleh suatu keinginan yang kuat yang disebut ‘azam (niat) kemudian lahirlah
perbuatan apakah negatif atau positif, dengan demikian secara etika manusia itu melahirkan
perbuatan baik dan buruk. Perintah dituntut untuk dikerjakan, sedang larangan dituntut untuk
ditinggalkan.8 Setiap manusia ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, karena itu secara sosial
dan moral berusaha memenuhi keinginannya. Ada beberapa hal yang menjadikan amar
makruf dan nahi mungkar menjadi penting dalam kehidupan manusia. Berkaitan engan uraian
tersebut di atas, maka salah satu upaya untuk dapat melaksanakan amar makruf dan nahi
mungkar adalah melalui kegiatan dakwah.2

II.PEMBAHASAN

A.ASPEK DAKWAH & KELEMBAGAAN ISLAM

Al-Quran sebagai kalamullah sejak pertama kali diturunkan menjadi sumber inspirasi
tentang kegiatan dakwah, baik dalam bentuk perbuatan (dakwah bi al-hal) maupun dakwah
yang menggunakan bahasa (dakwah bi al-lisan). Kedua kegiatan tersebut telah terbukti berhasil
dalam sejarah penyebaran Islam di seluruh dunia, karena didukung oleh gerak dakwah yang
berkesinambungan sepanjang zaman. Gerak dakwah tersebut dibangun dengan rasa keikhlasan
para pejuang dakwah. Sebagai landasan filosofisnya adalah bahwa perintah berdakwah dalam
al-Quran menggunakan kalimat perintah (fi‘il ‘amr) dan penggunaan fi‘il mengandung arti
aktivitas, yaitu kegiatannya harus dilaksanakan.3

Definisi dakwah yang dikutip dari beberapa pendapat para ahli antara lain, diuraikan
sebagai berikut:

1. Musyawarah Kerja Nasional-I PTDI di Jakarta merumuskan dakwah adalah “meng


ajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran,
mengubah umat dari satu situasi kepada situasi lain yang lebih baik dalam segala
bidang, merealisasi ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang pribadi,
keluarga, kelompok atau massa, serta bagi kehidupan masyarakat sebagai

2
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 2.
3
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), h. 406.

2
keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pem bangunan bangsa dan umat
manusia”.
2. Abdul Rosyad Soleh mendefinisikan bahwa dakwah adalah “proses
penyelenggaraan suatu usaha mengajak orang untuk beriman dan menaati Allah,
amar makruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat, dan nahi mungkar yang
dilakukan dengan sengaja dan sadar untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridai Allah”.
3. Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuni merumuskan bahwa dakwah adalah:
“Menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan
mempraktikkannya dalam kehidupan nyata”.
4. Abul A‘la al-Maududi mendefinisikan bahwa dakwah adalah “panggilan Ilahi dan
Rasul untuk menghidupkan manusia yang berkeseimbangan: seimbang ilmu dan
imannya, seimbang amal dan ibadahnya, serta seimbang ikhtiar dan doanya”.
5. Jamaluddin Kafi mendefinisikan bahwa dakwah adalah “suatu sistem kegiatan dari
seorang, kelompok, atau golongan umat Islam sebagai aktualisasi imaniyah yang
dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, doa yang di
sampaikan dengan ikhlas dengan menggunakan metode, sistem dan bentuk tertentu,
agar mampu menyentuh kalbu dan fitrah seseorang, sekeluarga, sekelompok, massa
dan masyarakat manusia, supaya dapat memengaruhi tingkah laku untuk mencapai
suatu tujuan tertentu”.

Dari beberapa definisi dakwah yang dipaparkan di atas, pada dasarnya dakwah
berintikan: ajakan, anjuran, seruan dan panggilan kepada manusia untuk melakukan kebajikan
(amar makruf) dan mencegah kemungkaran (nahi mungkar), demi terwujudnya kebahagiaan
dan kesejahteraan baik di dunia maupun diakhirat. Jadi, dakwah adalah serangkaian Upaya
guna mewujudkan kesejahteraan Masyarakat baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dakwah
seharusnya dipahami sebagai suatu aktivitas yang melibatkan proses transformasi dan
perubahan. Sasaran utama dakwah adalah terciptanya suatu tatanan sosial yang di dalamnya
hidup sekelompok manusia dengan penuh kedamaian, keadilan keharmonisan, di antara
keragaman yang ada, yang mencerminkan sisi Islam sebagai rahmatan li al-‘alamin. Hal ini
sangat terkait dengan maksud Syari‘ meletakkan syariat untuk para hamba-Nya, bahwa di
antara sekian sifat Allah Swt. adalah al-Rahman dan al-Rahim, yang berarti Maha Pengasih
dan Maha Penyayang. Salah satu manifestasi dari sifat kasih sayang Tuhan ialah memberi

3
petunjuk kepada hamba-Nya tentang cara berkehidupan di dunia dan cara mengabdi kepada-
Nya.

Dakwah sangat terkait dengan perubahan sosial. Upaya dakwah seharusnya diartikan
sebagai suatu aktivitas yang membawa konsekuensi perubahan sosial yang terencana, dan
bukan sebaliknya perubahan sosial yang terjadi begitu saja.

Perkembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia selanjutnya dikenal dengan


madrasah, yaitu merupakan fenomena modern yang muncul pada awal abad ke-20.
Membicarakan madrasah di Indonesia dengan sejarah munculnya lembaga-lembaga
pendidikan tradisional Islam seringkali tidak bisa dipisahkan dari pembicaraan mengenai
pesantren cikal bakalnya. Dengan kata lain, madrasah merupakan perkembangan lebih lanjut
dari pesantren. Karena itu menjadi penting untuk mengamati proses historis sebagai mata rantai
yang menghubungkan perkembangan pesantren di masa lalu dengan munculnya madrasah di
kemudian hari.4

Pendidikan Madrasah Bagi masyarakat muslim Indonesia, kata madrasatun setelah


diindonesiakan menjadi madrasah, memiliki makna sendiri yaitu lembaga pendidikan sekolah
yang berciri khaskan agama Islam yang sederajat dengan SMA/ SMK (UUSPN, 2003). Dengan
kata lain, madrasah adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan
keagamaan dan ilmu pengetahuan umum lainnya.

Secara hirarkies, Madrasah bila dipelajari dari segi historis, memiliki tiga perjenjangan
yaitu madrasah awaliyah, madrasah al wustha, dan madrasah al a’la. Jika dibahasa
indonesiakan, masing-masing memiliki makna sebagai berikut: “sekolah pemula” yang
kemudian lebih dikenal dan dibakukan menjadi Sekolah Dasar (SD), sekolah menengah”
meliputi Sekolah Mengah Pertama (SMP) dan Sekolah Umum (SMU). Madrasah al a’la berarti
“sekolah atas” atau bahkan “sekolah tinggi”. Dari kedua makna ini yakni sekolah Atas atau
Sekolah Tinggi, yang lebih dikenal di Indonesia adalah makna yang pertama, yaitu “Sekolah
Menengah Atas (SMA)”. Karenanya, wajar jika Madrasah Aliyah (MA) sederajat dengan
SMU/SMK, dan bukan Sekolah Tinggi yang sederajat dengan Perguruan Tinggi/ Universitas.
Hirarkis tersebut menggambarkan bahwa perjenjangan pendidikan yang sekarang berlangsung
adalah merupakan kelanjutan dari perjenjangan yang telah diberlakukan di madrasah yang
diselenggarakan oleh masyarakat muslim Indonesia. Tetapi pada perkembangan selanjutnya,

4
Jurnal Pendidikan islam Dinamika Kelembagaan Pendidikan Islam Di Indonesia

4
setelah perjenjangan yang ada pada pendidikan di Indonesia melalui SD, SMP, dan seterusnya
dibakukan, lembaga-lembaga pendidikan Islam seprti MI, MTS, dan seterusnya yang
menggunakan bahasa Arab, baik dalam pelaksanaannya maupun materi serta metode
pengajarannya semakin tergeser ke pinggir dari perhatian masyarakat muslim Indonesia.
Keadaan ini dapat diperhatikan dari sebagian remaja muslim cenderung memilih untuk
melanjutkan studinya ke SMP atau SMA/ SMK dari pada melanjutkan studinya ke madrasah

Disinyalir, keterasingan remaja muslim terhadap lembaga pendidikan madrasah karena


beberapa faktor, antara lain:

1. Orang tuanya yang muslim dan mengetahui betul bahkan alumni dari madrasah,
tidak memberikan penerangan yang tegas dan jelas atau menyeluruh tentang
kelebihan atau keistimewaan lembaga pendidikan madrasah. Tapi sebaliknya, ia
lebih mempertimbangkan masa depan putra-putrinya untuk melanjutkan
studinya ke lembaga pendidikan sekolah.
2. Pengelelola lembaga madrasah kurang atau belum secara maksimal dalam
melayani segala kebutuhan masyarakat modern, terutama dalam penyediaan
sarana dan fasilitas kelembagaan.
3. Pengelola lembaga pendidikan madrasah tertentu masih mempertimbangkan
sistem senioritas dalam menentukan kriteria pemimpin dan tidak
memprioritaskan kualitas dan dedikasi serta keterampilan pemimpin.

Dalam perkembangannya, sistem pendidikan Islam madrasah sudah tidak


menggunakan sistem pendidikan yang sama dengan sistem pendidikan Islam pesantren. Karena
di lembaga pendidikan madrasah ini sudah mulai dimasukkan pelajaran-pelajaran umum
seperti sejarah ilmu bumi, dan pelajaran umum lainnya. Sedangkan sebagian metode
pengajarannya sudah tidak lagi menggunakan sistem halaqah seperti di pesantren, melainkan
sudah mengikuti metode pendidikan modern barat, yaitu dengan menggunakan ruang kelas,
kursi, meja, dan papan tulis untuk proses belajar mengajar.5

5
Jurnal Pendidikan Islam Dinamika Kelembagaan Pendidikan Islam Pesantren, Madrasah Dan Sekolah
Islam Terpadu

5
III.PENUTUP

Demikianlah dinamika lembaga pendidikan Islam di Indonesia sejak awal sampai pada
perkembangan terakhir ini. Bahwa pada awalnya pendidikan Islam di Indonesia benar-benar
menganut sistem yang tradisional dan mengikuti sistem yang diajarkan dalam kitab-kitab
klasik. Para perkembangan berikutnya lembaga pendidikan Islam berkembang sesuai dengan
tuntutan zaman, yaitu berkembang dengan munculnya madrasah sejak zaman penjajahan
colonial.

Kesimpulannya bahwa faktor ntern merupakan faktor pembatas bagi penyusunan


rencana dakwah Han pelaksanaanyaApabila dapat Hiperkirakan bahwa pada masa mendatang
organisasi tersusun rapi Han cukup tersedia sumber-sumber potensi di masa depan dalam
Keadaan terbatas, maka dapatlah disusun rencana dakwah yang sepadan dengan kondisi intern
atau kekuatan dan kemampuan yang ada.

Proses penyelenggaraan dakwah selalu berada dalam suatu situasi tertentu, baik situasi
itu menguntungkan dalam mendorong dan membantu penyelenggaraan dakwah, maupun
situasi itu merugikan yang menghambat dan menghalang-halangi kelancaran alannya proses
dakwahSuasana dan situasi yang mempunyai pengaruh bagi penyelenggaraan dakwah itu
meliputi bidang-bidang: politik, sosial, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya.
Situasi dalam bidang-bidang tersebut harus dapat diidentifikasikan dan diantisipasikan.

Proses dakwah memang bermaksud mempengaruhi dan merubah situasi dalam bidang-
bidang tersebut ke arah tujuan dakwah. Proses tersebut dalam kenyataannya akan bertemu
dengan situasi tertentu dari bidang-bidang itu, baik situasi tertentu itu mengun- tungkan,
maupun merugikan bagi proses dakwah. Dengan perkataan lain rencana dakwah yang efektif
adalah merupakan resultant dan proses saling mempengaruhi antara idea-idea dakwah dengan
situasi yang akan dihadapi oleh proses dakwah. Proses penyelengga-raan dakwah yang
bermakna memperkembangkan bidang-bidng tersebut ke arah tujuan dakwah, hanya akan
dapat berjalan secara efektif, bilamana segala pengaruh yang akan diberikan oleh berbagai
bidang atau sektor itu sudah diperhitungkan sebelumnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Sampo Seha, Dakwah dalam Al-Quran: Aplikasinya dalam Amar Makruf Nahi
Mungkar, h. 196.

JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 2.

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka


Progresif, 1997), h. 406.

Jurnal Pendidikan islam Dinamika Kelembagaan Pendidikan Islam Di Indonesia.

Jurnal Pendidikan Islam Dinamika Kelembagaan Pendidikan Islam Pesantren,


Madrasah Dan Sekolah Islam Terpadu.

Anda mungkin juga menyukai