MASYARAKAT
( STUDI DI MASJID AT TAQWA DESA WONOPLUMBON KECAMATAN MIJEN
KOTA SEMARANG )
Proposal Skripsi
Oleh:
Syamsul Ma’arif
1901036136
1
A. Latar Belakang
Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam
proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan
dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya dan pendidikan agama selalu
mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Agama Islam adalah
agama Allah, dari Allah dan milik Allah. Dianjurkan kepada seluruh umat manusia pengikut dari
utusan Allah. Sejak zaman Nabi Adam, hingga Nabi Isa agama Allah adalah islam sebagai
agama Rahmatal lil alamin, Aslama – Yuslimu, yang berarti patuh, berserah diri, taat. Islam
adalah agama yang mengakui pluralitas, keragaman keyakinan, kepercayaan, agama dan umat,
sehingga Islam mengakui agama lain.1 Umat islam adalah pendukung amanah untuk
melaksanakan kebaikan kepada semua orang, di tempat manapun ia berada mengajak hal
kebaikan adalah kewajibanya. Agama islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa
bersemangat untuk menuntut ilmu dan mengajak sesama manusia menuju kebaikan seperti hal
nya mengikuti kegiatan dakwah. Sesungguhnya agama yang benar dan diridai di sisi Allah
adalah Islam, dan inti dari ajarannya adalah tauhid. Jangan berselisih orang-orang yang telah
diberi Kitab, yakni para penganut Yahudi dan Nasrani, terhadap kebenaran Islam, kecuali atau
justru setelah mereka memperoleh pengetahuan tentang hal itu, bukan karena ketidaktahuan.
Demikian ini, karena adanya rasa kedengkian di antara mereka terhadap karunia yang diberikan
kepada Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir. Padahal, barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat
Allah, baik yang tertulis maupun yang tak tertulis, maka sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-Nya terhadap amal-amal hamba-Nya.
Dalam bahasa Arab, dakwah atau da'watun di artikan sebagai, ajakan, undangan dan
seruan, yang semuanya menunjukkan komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi
pihak lain. Ukuran keberhasilan suatu ajakan atau pemanggilan adalah ketika pihak kedua, yaitu
yang diundang atau yang diundang, memberikan respon yang positif, yaitu kesediaan untuk
datang dan menanggapi ajakan tersebut. Dengan demikian, kalimat dakwah mengandung
konotasi aktif dan mendorong, berbeda dengan kalimat tabligh yang berarti transmisi. Ukuran
keberhasilan seorang da’i adalah ketika ia berhasil menyampaikan risalah Islam dan risalah yang
dicapai (wamā 'alainā illā al-balāgh), sedangkan tanggapan masyarakat bukanlah tanggung jawab
tugasnya.2
Dakwah merupakan kewajiban bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya, karena
dakwah adalah inti awal gerakan Islam. Dengan berdakwah, ajaran Islam dapat tersebar secara
merata dalam masyarakat, yang dimulai pada masa Rasulullah saw. dilanjutkan kepada para
sahabat-sahabatnya, kemudian seterusnya kepada generasi sesudahnya sampai saat ini. 3 Dalam
ayat Al Quran juga sudah jelas bahwa allah memerintahkan segolongan umatnya untuk menyeru
kepada kebaikan, Sebagaimana firman Allah SWT :
1
M.M. Dr. H. Didiek Ahmad Supadie dan M. Hum. Sarjuni, S.Ag., Pengantar Studi Islam, ed. oleh H. Didiek
Supadie, 2 ed. (jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012). Hal 97
2
Agus Salim, “Peran Dan Fungsi Dai Dalam Perspektif Psikologi Dakwah,” Al-Hikmah Media Dakwah,
Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan 8, no. 1 (2018): 92–107, https://doi.org/10.32505/hikmah.v8i1.401.
3
Penerbit Qiara Media, 2019).
2
ٰۤ ُ
ك هُ ُم
َ ول ِٕى ِ َْو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو
ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا
َْال ُم ْفلِحُوْ ن
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung”(QS.Ali imran:104)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dakwah dalam arti yang luas adalah mengajak,
baik diri sendiri maupun orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasulnya, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Salah satu ajaran Islam mewajibkan kepada setiap
muslim untuk berdakwah yang ditujukan kepada seluruh umat manusia, baik muslim maupun
non muslim. Pada hakekatnya dakwah adalah menyeru kepada umat manusia untuk menuju
kepada jalan kebaikan, mengajak pada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dalam
rangka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dakwah menjadikan perilaku muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama rahmatan
lil alamin yang harus di dakwahkan kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan
unsur : da’i (subjek), maaddah (materi), thoriqoh (metode), washilah (media), dan mad’u (objek)
dalam mencapai maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan Islam yaitu mencapai
kebahagiaa dunia dan akhirat. Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah SWT, dan
Rasulullah Saw, untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran
yang di percayainya itu dalam segala kehidupanya. 4 Pencapaian ini bukan hanya upaya untuk
meningkatkan pemahaman agama dalam perilaku dan pandangan hidup, tetapi juga menuju
tujuan yang lebih besar. Apalagi saat ini, perkembangan teknologi yang pesat juga membawa
berbagai perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung tidak bernilai. Oleh karena itu,
dakwah juga harus lebih berperan dalam implementasi ajaran Islam lebih lanjut dalam berbagai
aspek kehidupan. Da'i dapat menggunakan berbagai metode dakwah seperti ceramah agama,
kajian agama, nasehat dan bimbingan, keteladanan, dll, yang kesemuanya dapat dilakukan secara
individu maupun secara terorganisir, seperti mengikuti kegiatan pengajian.
Dakwah padaamasyarakattdesa sangat pentinggkarenaakarakter (mad‟u) di desa
mempunyai ciri khas unik. Kebenaranya menunjukan bahwa sasaran dakwah kepada masyarakat
desa umumnya mempunyai tingkat berinteraksi serta sifat peduli yang tinggi akan tetapi banyak
juga yang memiliki riwayat pendidikan yang rendah, maka dari itu masyarakat desa smenyukai
acara kegiatan dakwah seperti halnya pengajian-pengajian, karena agar (mad’u) mudah
memahami, karenanyaaberbagaiiaktifitassdakwahhyang ada di desa cenderung mewarnai
kehidupan mereka. Dan sarana dakwah untuk melakukan kegiatan kegiatan pengajian di
laksanakan di Masjid.
44
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, 2 ed. (jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012).
3
Masjid merupakan tempat untuk melakukan ibadah bagi umat Islam. Masjid memiliki
banyak fungsi salah satunya di gunakan untuk wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan
dakwah, oleh Ahmad Sarwono mempunyai pengertian bahwa masjid dianggap sebagai jantung
masyarakat karena masjid berkaitan erat dengan aktivitas sehari-hari umat Islam, bukan hanya
sebagai simbol, tetapi untuk mewujudkan kemajuan peradaban, masyarakat dan spiritualitas
umat islam.5 Begitupun dengan Masjid At-Taqwa di Desa Wonoplumbon Kecamatan Mijen Kota
Semarang, memiliki banyak sarana aktivitas keagamaan terutama acara pengajian rutin rabu legi
yang di anggap masyarakat desa sebagai wadah untuk melakukan kebaikan serta tempat untuk
mencari ilmu. Kelurahan Desa Wonoplumbon Kecamatan Mijen Kota Semarang, mempunyai
dua (2) buah masjid, dan setiap masjid ini di gunakan oleh masyarakattDesaaWonoplumbon
Kecamatan Mijen Kota Semarang untuk melaksanakan ibadah (shalat, dzikir), pendidikan, dan
untuk acara pengajian. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan masjid tersebut adalah kegiatan
pengajian rutin rabu legi.
Pengajian merupakan media masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Secara
strategis pengajian atau majlis ta’lim adalah menjadi suara sarana dakwah dan tabligh yang
Islami, yang bertujuan untuk membina dan meningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai
tuntunan ajaran agama dan hubungan yang santun antar sesama manusia dengan lingkunganya
dan mempunyai tujuan menuntun masyarakattyanggbertaqwaakepada AllahhSWT.6 Pengajian
dapat dipahami sebagai proses yang mengarah pada pembagian masyarakat menurut garis
agama. Orientasi masyarakat dapat disebut dakwah karena dakwah merupakan upaya
peningkatan pemahaman agama guna mengubah pandangan hidup, sikap batin dan perilaku
mereka yang tidak sejalan dengan agama. tuntunan syariat untuk mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Pengajian rabu legi merupakan suatu wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang
agamis ,Berperan sebagai peran seluruh aktivitas kehidupan masyarakat, penting untuk
memadukan nuansa Islam agar tercipta masyarakat yang menyeimbangkan potensi intelektual
dan spiritualitas dalam menghadapi zaman yang selalu berubah. Pengajian rabu legi menjadi
sarana dakwah dan tabligh yang islami coraknya, yang berperan sentral pada pembinaan dan
peningkatan kualitas hidup umat islam sesuai tuntunan ajaran agama dan lainya untuk
menyadarkan umat islam dalam rangka agar bisa memahami, menghayati dan mengamalkan.
Dan kegiatan pengajian rabu legi ini di lakukan Masjid At Taqwa Wonoplumbon.
Secara umum, adanya Pengajian ini memiliki beberapa peran kepada masyarakat yaitu
memberikan wawasan keagamaan, mempererat tali silaturahmi, menciptakan masyarakat yang
bertakwa dan melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggungjawab. Semua peran tersebut dapat
tercapai dengan baik apabila semua komponen didalamnya berjalan beriringan. Di sisi lain,
terdapat kendala atau tantangan yang dapat menghambat tercapainya peran majelis ta‟lim secara
maksimal. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk mendapatkan jawaban
yang otentik berdasarkan data yang akurat.
55
Afiful Ikhwan, “Optimalisasi peran masjid dalam pendidikan anak: Perspektif makro dan mikro, Edukasi” 1 (1)
(2016): 2.
66
Halid Hanafi, La Adu, dan Zaenudin, Ilmu Pendidikan Islam, 1 ed. (Sleman: CV BUDI UTAMA, 2018).
4
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan kepada ketua pengurus Masjid At-
Taqwa Desa Wonoplumbon Kecamatan Mijen Kota Semarang, mengetahui bahwa masyarakat-
nya masih banyak yang kurang pemahaman agama sehingga banyak yang tidak hadir dalam
kegiatan pengajian rabu legi maupun kegiatan keagamaan lainya. Pada saat kegiatan berlangsung
pengamatan peneliti masih sedikit masyarakat yang mengikuti berbagai aktivitas keagamaan di
masjid At-Taqwa di karenakan mayoritas masyarakat lebih mementingkan dunia, hal ini di
sebabkan karena masyarakat banyak yang bekerja sebagai petani dan pedagang maka dari itu
banyak waktu mereka yang kurang tepat waktu juga untuk menjalankan ibadah tepat waktu di
masjid, bukan hanya orang tua, para remaja pun banyak yang bermalas-malasan dan kurang
peduli dengan adanya kegiatan/aktivitas keagamaan yang ada di Masjid At-Taqwa
Wonoplumbon. Masih banyak masyarakat sekitar masjid yang kurang peduli akan adanya
kegiatan keagamaan, padahal jarak masjid dengan rumah warga sangat dekat tetapi masih
banyak yang kurang pemahaman akan betapa pentingnya ilmu agama dan untuk remaja-nya
sendiri mementingkan berkumpul tanpa tujuan yang pasti padahal waktu tersebut bisa di gunakan
untuk mengikuti kegiatan yang positif.
Akan tetapi kegiatan pembinaan akhlak masyarakat seperti pengajian merupakan salah
satu cara yang sangat efektif dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi pada
masyarakat, karena melalui metode pembinaan dapat juga diadakan suatu kegiatan yang
mengarah kepada bentuk metode pembinaan akhlak, yaitu dengan metode ceramah, diskusi,
ataupun Tanya jawab seputar masalah yang sedang dihadapi. Masyarakat sendiri pun sangat
antusias mengikuti berbagai aktivitas keagamaan yang dilaksanakan di masjid atau pun di
kelurahan desa. Kegiatan pengajian yang di lakukan di Desa Wonoplumbon memiliki kontribusi
terhadap membina akhlak masyarakat, mereka yang mengikuti pengajian dan yang tidak
mempunyai pengaruh sifat akhlak yang berbeda. Pengajian ini berperan penuh terhadap
pembentukan Akhlak masyarakat karena dengan adanya acara pengajian masayarakat tahu mana
yang benar dan mana yang salah dalam hal dunia maupun akhirat,yang mulanya tidak mau shalat
berjamaah sekarang banyak yang shalat berjamaah dan acara maulid nabi, yasinan, tadarus dan
pengajian.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih
lanjut mengenai kegiatan dakwah di perdesaan dalam meningkatakan kualitas pengajian yang
efektif dalam bentuk proposal dengan judul “Peran Pengajian Rabu legi Masjid AT-TAQWA
Terhadap Pembinaan Akhlak Masyarakat ( Studi Di Masjd At Taqwa Desa Wonoplumbon
Kecamatan Mijen Kota Semarang )”.
B. Rumusan Masalah
5
2. Bagaimana Peran pengajian Rabu legi dalam pembinaan akhlak masyarakat masjid
At Taqwa Desa Wonoplumbon Kecamatan Mijen Kota Semarang ?
C. Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk masyarakat serta dapat
memperluas wawasan bagi pembaca dan penulisnya secara langsung,
sesuai dengan aspek yang diharapkan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data untuk interpretasi fenomena yang terjadi di
6
lingkungan alam, dimana peneliti sebagai instrumen utama, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara sengaja dan obyektif. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
pada makna daripada generalisasi. Hasil penelitian tidak diperoleh melalui metode
statistik atau metode kuantifikasi lainnya, tetapi peneliti biasanya menggunakan
pendekatan naturalistik untuk memahami peristiwa tersebut. Penelitian kualitatif
menggunakan pengumpulan data, analisis kemudian interpretasi. Penelitian kualitatif
menekankan pada pemahaman permasalahan kehidupan sosial berdasarkan kondisi nyata
atau lingkungan yang kompleks.7
G. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset
untuk menjawab masalah risetnya secara khusus.8 Data primer diperoleh langsung
dari sumbernya sehingga periset menjadi tangan pertama yang memperoleh data
tersebut. Penulis pada penelitian ini mengambil data primer dari hasil wawancara
dengan narasumber yang mempunyai informasi secara keseluruhan terkait
permasalahan yang sedang diteliti. Sumber informan yaitu ketua takmir masjid at-
taqwa, pengurus masjid, jama’ah dan dari hasil observasi langsung terkait objek
penelitian tentang peran pengajian rabu legi terhadap pembinaan akhlak
masayarakat.
2. Data Sekunder
Data sekunder ialah “sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data”. Contohnya seperti dari orang lain atau dokumen-dokumen.
Data sekunder bersifat data yang mendukung keperluan data primer. Data sekunder
bertujuan untuk melengkapi data primer yang diperoleh. Penulis memperoleh data
77
Albi Anggito, Metode Penelitian Kualitatif, ed. oleh Ella Deffi Lestari, Cet. 1 (Sukabumi: CV. Jejak, 2018). Hal 8
88
Nuning Indah Pratiwi, “(DATA PRIMER SEKUNDER) Penggunaan Media Video Call dalam Teknologi
Komunikasi,” Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial 1, no. 2 (2017): 212,
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/fisip/article/view/219/179.
7
sekunder dari berbagai macam sumber literatur seperti dari buku, dokumen, jurnal,
dan sumber internet.
2. Observasi
Tujuan dari metode penelitian adalah untuk memperoleh informasi yang
valid secara ilmiah, observasi bukan hanya pengamatan terhadap suatu objek,
tetapi kemudian dapat dibandingkan. Observasi sebagai teknik pengumpulan data
memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan teknik lainnya yaitu
wawancara dan survei. Observasi merupakan alat yang lebih disukai karena
peneliti dapat langsung melihat, mendengar atau merasakan informasi tersebut.
Dengan bantuan observasi, peneliti dapat lebih mudah mengolah informasi yang
ada, termasuk informasi yang muncul secara tiba-tiba dan tanpa antisipasi.
3. Dokumentasi
99
Amir Hamzah. Metode Penelitian Kualitatif. (Malang: Literasi Nusantara, 2019). Hal 78.
8
Dokumen merupakan kumpulan atau jumlah signifikan dari bahan tertulis
ataupun film berupa data yang akan dicatat, dilihat, disimpan dalam penelitian yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti yang rinci mencangkup
segala keperluan data yang diteliti dan mudah diakses.1010 Dokumen adalah sejumlah
besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagaian
besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata,
laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang
dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang
terjadi di waktu silam.1111 Teknik pengumpulan data dokumentasi diperoleh dari
dokumen maupun catatan penulis serta data-data dari sumber literatur yang berkaitan
dengan persoalan yang akan dibahas dalam penelitian serta sebagai pendukung
penelitian sesuai dengan manajemen keuangan dalam memakmurkan masjid.
I. Analisis data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil
observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang
kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk
meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari
makna. Kegiatan analisis data kualitatif menyatu dengan aktivitas pengumpulan data,
reduksi data atau proses pemilihan, pemustan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan, penyajian data, dan penyimpulan hasil penelitian.1212 Tujuan analisis data ini
supaya memudahkan penulis mengolah dan memahami infomasi secara jelas dan teliti
yang didapatkan di lapangan. Kegiatan analisis data kualitatif berupa aktivitas
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan hasil penelitian.
1. Pengumpulan data
1010
Albi Anggito & Johan Setiawan, “Metodologi penelitian kualitatif - Google Books,” Cv Jejak (Sukabumi: CV
Jejak, Oktober 2018).Hal 146.
1111
Amir Hamzah. Metode Penelitian Kualitatif. (Malang: Literasi Nusantara, 2019) Hal 78-79.
1212
Ahmad Rijali Uin and Antasari Banjarmasin, “Analisis Data Kualitatif,” Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah 17,
no. 33 (January 2, 2019): 81–95.
9
Pengumpulan data di lapangan tentu berkaitan dengan teknik penggalian
data dan berhubungan dengan sumber dan jenis data, setidaknya sumber data dalam
penelitian kualitatif berupa, kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen atau sumber data tertulis, foto, dan sebagainya. Kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati atau narasumber yang diwawancarai adalah
sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman suara, video, pengambilan foto, atau film. Sedangkan sumber data
tambahan dapat diperoleh dari buku, jurnak, majalah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi maupun resmi. Oleh karena itu, catatan lapangan penting digunakan dalam
aktivitas pengumpulan data selama di lapangan.
2. Reduksi Data
3. Penyajian Data
4. Penarikan Kesimpulan
1313
Uin dan Banjarmasin.
1414
Amir Hamzah. Metode Penelitian Kualitatif. (Malang: Literasi Nusantara, 2019) Hal 104-105.
11
dan dokumentasi untuk dibandingkan hasil data yang diperoleh melalui tiga metode
tersebut supaya memperoleh hasil data penelitian yang akurat dan jelas kebenaranya.
K. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada skripsi ini, terdiri dari 5 bab yang mempunyai sub bab
bagian yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain yaitu sebagai berikut:
Bab 1 PENDAHULUAN
Pada pendahuluan akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan terdahulu yang relevan, metode penelitian
yang digunakan dan sistematika penulisan.
Bab II KERANGKA TEORI
Pada bab ini, berisikan landasan teori yang digunakan, yakni menjelaskan
mengenai peran , ruang lingkup dakwah, peran pengajian, ruang lingkup pengajian
kemudian mencakuo pengertian akhlak dan juga ruang lingkupnya.
Bab III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini, menjelaskan tentang gambaran umum terkait sejarah berdirinya atau
profil masjid at-taqwa, visi misi organisasi, struktur kepengurusan, program kerja takmir
masjid, fasilitas masjid, kegiatan-kegiatan di masjid dan bagaimana gambaran umum
terkait peran terhadap pengajian rabu legi dan bertujuan untuk membina akhlak
masyarakat.
Bab IV ANALISIS DATA
Pada bab ini, berisikan tentang analisis mengenai peran pengajian rabu legi
terhadap pembinaan akhlak masyarakat dan bertempat di masjid at-taqwa desa
wonoplumbon kecamatan mijen kota semarang.
Bab V PENUTUP
Pada bab ini, terdiri dari kesimpulan hasil penelitian, saran-saran, dan daftar
pustaka.
12
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Skripsi yang di tulis oleh saudari Wendi Revy Hendra (2021) Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu, yang berjudul “Peran
13
Pengajian Masjid At-Thiin Dalam Membina Akhlak Remaja Desa Lubuk Sahung
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma” .1
2. Skripsi yang di tulis oleh saudari Wa Hayati Rumbia (2021) Program Studi
Agama Islam Fakuktas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon, yang berjudul
“Dampak Pengajian Keagamaan Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Dusun
Karang-Karang Kec. Baguala Kota Madya Ambon”.2
3. Skripsi yang di tulis oleh saudari Aripin Sanusi Sanjaya (2022) Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Peran Pengajian Al-Ikhlas terhadap
Pembentukan Akhlak Remaja (Studi Kasus di Kp. Dukuh Rt 05 Rw 01, Desa
Pasir Mukti, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)”.3
4. Skripsi yang di tulis oleh saudari Lili Nur Indah Sari (2021) Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, yang
berjudul “Peranan Majelis Taklim Nurul Ikhsan Dalam Pembentukan Sikap
Keagamaan Remaja di Desa Baturaja Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten
Bengkulu Tengah”.4
5. Skripsi yang di tulis oleh saudari Dewika Yunarrya (2021) Manajemen Dakwah
Fakultas Ushuludin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bengkulu,
yang berjudul “Manajemen Dakwah di Kelompok Pengajian Desa Tedunan”.5
1 Wendy Dalam skripsi tersebut penulis fokus Mengambil fokus penelitian tentang
Revy pada peran pengajian di masjid peran pengajian dalam membina
Hendra terhadap kelompok remaja bertujuan akhlak
untuk membina akhlak remaja di
Desa Lubuk Sahung Kecamatan
1
Wendy Revy Hendra, “‘Peran Pengajian Masjid At-Thiin Dalam Membina Akhlak Remaja Desa Lubuk Sahung
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma’, Skripsi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Tadris ( IAIN )
Bengkulu.,” 2021.
2
Wa Hayati Rumbia, “‘Dampak Pengajian Keagamaan Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Dusun Karang-Karang
Kec. Baguala Kota Madya Ambon’', Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ( IAIN ) Ambon,” 2021.
3
Aripin Sanusi Sanjaya, “‘Peran Pengajian Al-Ikhlas terhadap Pembentukan Akhlak Remaja (Studi Kasus di Kp.
Dukuh Rt 05 Rw 01, Desa Pasir Mukti, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)'’, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,” 2022.
4
Lili Nur Indah Sari, “‘Peranan Majelis Taklim Nurul Ikhsan Dalam Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja Di Desa
Baturaja Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah'’, Skripsi, Fakultas Fakultas Tarbiyah dan Tadris
Institut Agama Islam Negeri Bengkulu,” 2018.
5
Dewika Yunarrya, “‘Manajemen Dakwah Di Kelompok Pengajian Desa Tedunan'’, Skripsi, Fakultas Ushuludin,
Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bengkulu,” 2021.
14
Sukaraja Kabupaten Seluma
3 Aripin Dalam skripsi tersebut penulis sangat Mengambil fokus penelitian tentang
Sanusi fokus meneliti pembentukan akhlak peranan pengajian dan juga
Sanjaya remaja berlandaskan acara pengajian mengenai akhlak
5 Dewika Dakam skripsi tersebut fokus Fokus meneliti tentang ajaran agama
Yunarrya terhadap program sistem manajemen islam menyeru kepada kebaikan
dakwah kelompok pengajian desa dengan media pengajian
Tedunan
B. Landasan Teori
1. Peran
a. Pengertian Peran
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 4 ed. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008).
Hal 751
2
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar, ed. oleh Soerjpno Soekanto Budi
Sulistyowati, Revisi, 47 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015). Hal 210
33
Yenny Salim Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, 3 ed. (jakarta : Modern English Press, 2002).
Hal 1132
15
pada yang lain. artinya tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa
peran. Sebagaimana kedudukan, maka setiap orang pun dapat mempunyai macam-macam peran
yang berasal dari pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut berarti pula bahwa peran tersebut
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa
yang diberikan masyarakat kepadanya.
Pengertian peran dalam penelitian ini adalah suatu perilaku atau tindakan yang
diambil oleh para pemimpin sesuai dengan kedudukannya di dalam masyarakat yang
sudah menjadi tugasnya dalam membina dan membimbing seseorang dalam terjun ke
dunia sesungguhnya sesuai dengan perkembangan yang ada di dalam masyarakat.
Peranan mencakup tiga hal, yaitu: 4
a. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwa peran dan status sosial
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Adapun konsep peran menurut Soerjono
Soekanto yaitu sebagai berikut:5
1) Persepsi Peran
Ekspektasi peran merupakan sesuatu yang telah diyakini orang lain bagaimana
seseorang harus bertindak dalam situasi tertentu. Sebagian besar perilaku seseorang
ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam konteks dimana orang tersebut bertindak.
3) Konflik Peran
44
Soekanto dan Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar. Hal 211
55
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). Hal 213
16
Saat seseorang berhadapan dengan ekspektasi peran yang berbeda, maka akan
menghasilkan konflik peran. Konflik ini akan muncul saat seseorang menyadari bahwa
syarat satu peran lebih berat untuk dipenuhi ketimbang peran lain.
2. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan
bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madhi), yad’u (mudhari), berarti seruan, ajakan, atau
panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau
perbuatan. Dikatakan, orang yang adzan (mu’adzin) telah memanggil dan menyeru
manusia untuk melaksanakan shalat. Seorang nabi, disebut da’i, orang yang mengajak
manusia untuk beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya (tauhid). 6 Sedangkan di tinjau
dari segi terminology, menciptakan beberapa arti yang beragam yang merupakan pendapat
dari para ahli ilmu dakwah, mereka memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai
dengan sudut pandangnya masing-masing, sehingga dari pendapat satu dengan yang lainya
terdapat perbedaan dan kesamaan, yaitu sebagai berikut :
Abu Bakar Zakary berpendapat bahwa dakwah adalah usaha para ulama dan
orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang agama (Islam) untuk memberi pengajaran
kepada khalayak hal-hal yang dapat menyadarkan mereka tentang urusan agama dan
urusan dunianya sesuai dengan kemampuannya. Dakwah juga berarti mengajak dan
meluruskan kembali manusia supaya kembali kepada (jalan) Allah, yakni kembali kepada
hakikat fitri.7
Dalam kitab Hidayat Al Mursyidin disebutkan bahwa dakwah mendorong manusia agar
memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebaikan dan
melarang mereka dari berbuat munkar agar merka mendapat kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.8 Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali dalam karangannya yang
fenomenal yakni ihya ‘ulumuddin yang menyatakan bahwa amar makruf dan nahyi munkar
adalah inti gerakan dakwah sekaligus penggerak dalam dinamika dunia Islam. 9
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mendefinisikan dakwah : “ Dakwah seseorang
agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh para Rasul-Nya dengan cara
membenarkan dengan apa yang mereka beritakan dan mengikuti dengan apa yang mereka
perintahkan”.
S.M Nasaruddin Lathif juga mengatakan bahwa dakwah adalah usaha atau
aktifitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis -
garis aqidah syari’at serta akhlak Islamiyyah. Dakwah juga diartikan sebagai ajakan atau
66
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, ed. oleh Hasan M. Noer dan Damrah M.S Gorang
(Banjarmasin: Jakarta : TIP Penamadani, 2006). Hal 144
77
Qadaruddin, Pengantar Ilmu Dakwah. Hal 3
88
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003). Hal 33
99
Munzier Suparta, Metode Dakwah, ed. oleh Harjani Hefni, 1 ed. (jakarta: Kencana Prenada Media, 2003). Hal 7
17
seruan untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk mengikuti mengajarkan
ajaran dan nilai-nilai Islam Shalahuddin Sanusi mendefinisikan juga bahwa ”Dakwah itu
adalah usaha mengubah keadaan yang negatif menjadi keadaan yang positif,
memperjuangkan yang ma’ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang
batil’’.1010
Dari definisi diatas terdapat beberapa prinsip yang menjadi substansi, sebagai
berikut :
1. Dakwah merupakan proses penyelanggaraan suatu usaha atau aktivitas yang
dilakukan dengan sadar dan sengaja.
2. Usaha yang diselenggarakan itu adalah berupa :
a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT, atau memeluk
agama Islam;
b. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat;
c. Nahi munkar. Proses usaha penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang
diridhai oleh Allah SWT.
Dari pengertian dakwah yang telah dikemukakan, dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa berdakwah itu merupakan suatu perjuangan hidup untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi undang-undang Ilahi dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan
masyarakat, sehingga ajaran Islam menjadi sibghah (celupan) yang mendasari,
menjiwai dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan
pergaulan hidupnya.Berdasarkan pengertian-pengertian diatas pula dapat ditegaskan
bahwa pengertian dakwah ialah mengajak mad’u untuk melakukan kebaikan dan
menjauhi larangan sesuai dengan ajaran Islam.
b. Unsur-Unsur Dakwah
1. Subjek Dakwah
Subjek dakwah dan objek dakwah merupakan kedua komponen yang tidak
dapat di pisahkan, oleh karena itu penulis akan mendefinisikan subjek dakwah
terlebih dahulu. Subjek dakwah atau sering di sebut juga dengan Da’i/Mubaligh
merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses dakwah. Sebagai
penggerak dakwah masyarakat dan penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah.
Adapun pengertian da’i adalah orang yang menyempurnakan ajaran islam
yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Pada
dasarnya da’i merupakan penyeru ke jalan allah, menyebar pilar-pilar kebaikan dan
pejuang (Mujahid) yang bertujuan menciptakan islam sejahtera. Sebagai penyeru ke
jalan allah da’i harus memiliki pemahaman keagamaan yang luas tentang ajaran
1010
Rosidah, “JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Definisi Dakwah Islamiyyah Ditinjau dari
Perspektif Konsep Komunikasi …: Rosidah,” Jurnal Qathruna 2, no. 2 (2015): 155–78.
18
agama islam, sehingga ia dapat menjelaskan ajaran islam dengan baik dan benar
kepada masyarakat. Sesorang da’i juga harus memiliki semangat keislaman yang
tinggi dalam menyeru ajaran agama islam, dan menciptakan manusia untuk berbuat
kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan.
Menyeru ke jalan allah adalah tugas wajib seorang muslim di manapun
mereka berada dan berdasarkan kadar kemampuanya. Jadi setiap muslim adalah
penyeru kebaikan (da’i) sebagaimana dalam firman Allah Swt :
2. Objek Dakwah
1111
Slamet Muhaimin Abda, Prinsip Prinsip Metodelogi Dakwah, 1 ed. (surabaya: al ikhlas, 1994). Hal 67-69
19
Unsur dakwah yang kedua adalah objek dakwah (mad’u), yaitu manusia
yang menjadi sasaran dakwah atau manusia yang menerima dakwah, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak,
dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah QS. Saba':
ۤ
ِ َّاس بَ ِش ْيرًا َّونَ ِذ ْيرًا َّو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن
َاس اَل يَ ْعلَ ُموْ ن َ َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن
ِ َّك اِاَّل َكافَّةً لِّلن
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada
semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”. (QS Saba’:28)
Kepada manusia yang tidak beragama islam, dakwah mengajarkan umatnya untuk
mendorong mereka yang belum beragama Islam untuk memeluk Islam. Sedangkan
bagi mereka yang masuk Islam bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan
mereka,Iman, Islam dan Ihsan. Dalam Al-Qur'an ada beberapa bentuk/tipe mad'u. Secara
umum mad'u terbagi tiga, yaitu: kafir, mukmin, dan munafik dalamm (QS. al-Baqarah/2:
2-20). Dan dari tiga klasifikasi tersebut di bagi lagi menjadi berbagai macam
pengelompokan. Dan orang mukmin dibagi menjadi tiga, yaitu: dzalim linafsih,
muqtashid, dan sabiqun bi al-khairat (QS. Fathir: 32). Kafir bisa dibagi menjadi kafir
zimmi dan kafir harbi dalam (QS. al-Mumtahanah: 8- 9).1212
Berdasarkan pemaparan di atas seorang da’i di harapka memburuhkan
pemahaman kebenaran tentang ajaran agama yang tepat terhadap dakwah, metode
penyampaian yang baik dan yang sungguh dalam mengajarkan ajaran agama islam kepada
para masyarakat. Ketika gagalnya salah satu dari ketiga hal tersebut akan menyebabkan
bahaya besar. Oleh karena itu seorang da’i harus bisa mendekati masyarakat, agar masyarakat
paham tentang apa yang di sampaikan.
3. Metode Dakwah
Metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk melaksanakan cara
kerja/cara yang spesifik dalam pemecahan masalah tertentu yang ditemukan dalam
pelaksanaan prosedur.1313 Sedangkan dakwah merupakan cara yang digunakan subjek
dakwah untuk menyampaikan materi dakwah atau biasa diartikan metode dakwah adalah
cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da'i untuk menyampaikan materi dakwah
yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode dakwah
merupakan salah satu cara yangdilakukan seorang da’i kepada objek dakwah (mad’u)
bertujuan untuk mencapai hikmah dan kasih sayang.1414
Ketika membahas tentang metode dakwah pada umumnya merujuk pada surat an-
Nahl (QS. An-Nahl/16:125)
1212
Aminudin, “KONSEP DASAR DAKWAH” 9, no. 1 (2018): 97.
1313
Aminudin. Hal 24
1414
Said bin Ali Al Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, 1 ed. (Yogyakarta: Gema Insani Press, 1994). Hal 101
20
َ َّك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗ ُن اِ َّن َرب
ك هُ َو اَ ْعلَ ُم َ ِّع اِ ٰلى َسبِي ِْل َرب
ُ اُ ْد
َض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
َ بِ َم ْن
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”(QS.
AnNahl/16:125)
Berdasarkan kandungan ayat tersebut terdapat tiga metode dakwah di dalamnya,
yaitu:
1. Hikmah (bijaksana)
Yaitu menerangkan yang benar dan mampu meyakinkan mad’u serta
menghilangkan keraguan, dengan menjelaskan ajaran agama islam sesuai dalil, aqidah
iman yang jelas sehingga membuat mad’u yakin. Seperti ajaran rasulullah yaitu
menyeru manusia kepada kebaikan dengan hikmah (bijaksana) dan ajaran yang baik.
2. Mau'izhoh al-hasanah (nasihat yang baik)
Yaitu menjelaskan deskripsi yang memberi petunjuk jalan yang benar dan
nasihat-nasihat baik sehingga menyadarkan mad’u dan membuka hati untuk mentaati
ajaran islam.
3. Mujadalah billati hiya ahsan (bertukar pikiran)
Yaitu menerangkan untuk memberikan tausyiah dan juga bukti-bukti yang
jelas sehingga dapat menolak bantahan yang arogan dan pendapat orang lain.
Karena jika kita berdebat dengan buruk, misalnya mengumpat, tidak mau
mendengar, dan orang lain bukannya berbicara kepada kita, mereka akan menutup
telinga terlebih dahulu.
Metode mujadalah billati hiya ahsan adalah metode yang diperbolehkan dalam Al
Quran artinya, pendakwah menggunakan prinsip dan kesimpulan logis untuk
memberikan penjelasan kepada mad’u sehingga mad’u merenungkanya,
menerima kebenaran, atau menentang dakwah.
4. Materi Dakwah
Materi dakwah merupakan sebuah pesan yang akan di sampaikan kepada
mad’u/objek dakwah dengan menggunakan sumber Al Quran dan Hadist. 1515 Seorang
da’i harus menguasai pengetahuan tentang materi dakwah. Materi tersebut harus
seimbang dengan keadaan yang terjadi kepada masyarakat muslim sehingga dapat
mencitakan sasaran dakwah islam yang tepat. Dan apa yang di sampaikan harus jelas
dan membuat yakin serta mencegah keraguan kepercayaan terkait dengan ajaran
agama islam.1616
1515
Qahthani. Hal 13
1616
Nurwahidah Alimuddin, “Konsep Dakwah Dalam Islam,” Hunafa 4, no. 1 (2007): 73–78.
21
5. Tujuan Dakwah
Pada dasarnya dakwah bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan umat baik dalam dunia maupun akhirat. Tujuan dakwah adalah
menyekamatkan manusia dari kehancuran dan mewujudkan cita-cita masyarakat
yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.1717 Dakwah juga bertujuan
menciptakan arah tatatan kehidupan masyarakat yang aman, bahagia dan sejahtera,
baik jasmani maupun rohani, dalam pandangan agama allah dan mengharap ridho-
Nya.1818 Suatu kegiatan apapun jika tidak ada arah dan tujuan yang jelas tidak akan
bermakna, Allah berfirman :
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا ا ْستَ ِج ْيبُوْ ا هّٰلِل ِ َولِل َّرسُوْ ِل اِ َذا َدعَا ُك ْم لِ َما يُحْ يِ ْي ُك ۚ ْم َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ يَحُوْ ُل
َبَ ْينَ ْال َمرْ ِء َوقَ ْلبِ ٖه َواَنَّهٗ ٓ اِلَ ْي ِه تُحْ َشرُوْ ن
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul,
apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan
kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”. (QS. Al Anfal : 24)
Aktifitas dakwah di lakukan dengan senantiasa mengharap ridho Allah Swt.
Dalam kehidupan yang terus menjalankan aktivitas sesuai perintah ajarab nabi. Tujuan
dakwah para rasul dan da’i adalah menyeru manusia kepada iman. Secara sistematis
tujuan dakwah adalah :
a. Tazkiyatun Nafs
Yaitu bertujuan untuk menyucikan jiwa masyarakat dari berbagai kebathilan dan
pengaruh-pengaruh yang bersimpangan dengan ajaran agama islam.
b. Mengembangkan kemampuan baca tulis
Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dasar masyarakat terutama dalam
hal membaca, menulis dan memahami makna dari Al Qur’an serta sunah Nabi Saw.
Dalam poin ini memiliki arah tujuan bagi seorang da’i untuk mengembangkan
masyarakat yang sejahtera sehingga masyarakat bisa untuk terus maju menuju
kebaikan.
c. Membimbing Pengamalan Ibadah
Umat islam sangat memerlukan bimbingan ibadah yang baik dan benar sehingga
bobot ibadahnya menjadi ke arah yang lebih baik, ibadah juga menjadi suatu landasan
agar masyarakat tetap damai, rukun, dan selamat dunia akhirat.
d. Meningkatkan Kesejahteraan
1717
Ichtiar Baru van Hoev, Ensiklopedi Islam, ed. oleh Dewan Redaksi, 1 ed. (jakarta: Dewan Redaksi Ensiklopedi
Islam, 1993). Hal 280
1818
Bambang Saiful Ma’arif, Komunikasi Dakwah, ed. oleh Nunik Siti Nurbaya, 1 ed. (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2010). Hal 26
22
Pada hakikatnya dakwah membawa umat islam kepada situasi sejahtera, baik
sosial, ekonomi maupun pendidikan. Semua itu bisa terjadi jika masyarakat memiliki
sifat giat, menepati janji, akhlak baik, dan bersama membangun kebajikan.1919
Hamzah Ya'qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu media
lisan, media tulisan, media lukisan, media audio visual, dan akhlak:
a. Media lisan merupakan wasilah dakwah paling sederhana yang menggunakan
bahasa/lidah dan suara. Berdakwah dengan media ini bisa berbentuk ceramah, pidato,
nasihat, khutbah, diskusi dan lain sebagainya.
b. Media tulisan/dakwah bil qalam merupakan wasilah dakwah yang dilakukan melalui
surat kabar, spanduk, buku, majalah dan media lainya.
c. Media tulisan merupakan media/wasilah dakwah yang sudah ada sejak daman dahulu,
media ini berbentuk lukisan kaligrafi, gambar, karikatur dan sebagainya.
d. Media audio visual termasuk wasilah dakwah yang cara penyampaianya melalui alat
komunikasi kemudian merasuk pada pendengaran manusia berisi pesan/materi tentang
dakwah. Media ini berbentuk televisi, film, internet dll
e. Akhlak yaitu berkaitan tentang tingkah laku/sifat manusia yang dilakukan dengan
cara spontan. Wasilah dakwah melalui akhak merupakan sifat/perbuatan asli manusia
yang mecrminkan ajaran agama islam yang dapat dinikmati mad’u.2121
23
jangkauan komunikasi manusia sebelum adanya media massa seperti pers, radio,
televisi, internet, dll. Bahkan bisa dikatakan alat-alat tersebut sudah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di abad ini. Media atau perantara
adalah alat komunikasi yang mengantarkan sumber pesan/isi materi kepada penerima.
Media dakwah merupakan sarana yang membangtu seorang da’i/mubaligh untuk
menyampaikan ajaran agama islam. Maka dari itu seorang da’i harus pintar memilih
media pengantar yang sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan dakwah.
3. Pengajian
a. Pengertian
Dalam kamus besar bahasa indonesia, secara bahasa pengajian berasal dari kata
“kaji” yang artinya pelajaran (khususnya dalam masalah agama). 2222 Kata pengajian
terbentuk dari awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai dua pengertian yaitu
pertama sebagai kata kerja yang artinya mengajar yaitu mengajarkan ilmu agama Islam,
dan kedua sebagai kata benda yang menyatakan arti tempat. Tempat substantif yaitu
tempat mengamalkan ajaran agama Islam, dimana penggunaannya menggunakan kata
dalam banyak istilah, misalnya di masyarakat sekarang ini lebih dikenal dengan nama
Majlis taklim.2323 Dan yang selanjutnya pengajian dapat diartikan sebagai awalan
pengajaran dan pembacaan Al Qur’an.
Menurut muzakir pengajian merupakan istilah umum yang di gunakan untuk
sebutan berbagai aktivitas keagamaan. Sementara itu, Sudjoko Prasodjo mengatakan
bahwa pengajian merupakan kegiatan yang bersifat pendidikan umum. 2424 Pengajian
juga merupakan syiar/ajaran agama islam yang lebih disebut dengan khutbah Islam/dakwah
islamiyah. Dakwah Islamiyah merupakan upaya penerapan ajaran agama dalam segala
bidang kehidupan, sehingga menuntut ilmu kebaikan dan mencegah keburukan. Menurut
Hasbullah juga mengemukakan bahwa pengajian atau Majlis ta'lim merupakan
lembaga pendidikan Islam nonformal dengan kurikulum yang secara rutin dan teratur
diikuti oleh jemaah dari seluruh kelompok umur. Kegiatan ini tidak membatasia usia
dan kalangan tertentu, tetapi mencakup setiap orang yang tertarik untuk membangun
silaturrahmi dan memperdalam ajaran Islam melalui kesadaran masing-masing
individu.2525
Hidayat Nurwahid menyatakan bahwa dakwah adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mengajak, menyemangati dan memotivasi orang lain yang dilandasi bashiroh untuk
mendalami jalan Allah dan istiqomah menurut jalan-Nya serta berjuang bersama demi
ketinggian agama Allah.2626 berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengajian
merupakan salah satu wadah pendidikan keagamaan yang di dalamnya ditanamkan
aqidah dan akhlaq sesuai dengan ajaran-ajaran agama, sehingga diharapkan timbul
2222
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3, cet (Jakarta: Balai Pustaka, 2007). Hal 491
2323
Hoev, Ensiklopedi Islam. Hal 120
2424
M. Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, 1 ed. (Jakarta: Prasasti, 2003). Hal 40
2525
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Ed. 1,Cet. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996). Hal 95-98
2626
Hidayat Nurwahid, Pengantar Sejarah Dakwah, ed. oleh Harjani, Cet.1 (Jakarta: kencana, 2007). Hal 2
24
kesadaran pada diri mereka untuk mengamalkannya dalam konteks kehidupan sehari-hari,
baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia, agar bahagia di
dunia dan di akhirat.
Pengajian rabu legi merupakan sarana dakwah rutin yang di laksanakan pada
setiap malam rabu legi dan mempunyai tujuan untuk menyeru pada kebaikan, mengajak
semua golongan masyarakat untuk belajar ajaran agama islam yang baik dan benar.
Kegiatan pengajian di isi dengan adanya jamaah, ustadz, pengurus masjid dan
penyampaian materi sesuai problematika yang ada.
b. Manfaat Pengajian
Pengajian merupakan tempat/ wadah yang memberikan banyak manfaat bagi para
jamaah, manfaat tersebut adalah seperti jamaah yang belum bisa membaca Al qur’an
menjadi bisa, bertambahnya wawasan tentang agama, mendapatkan saudara/teman
baru, menjalin silaturahmi antar jamaah pengajian. Berdasarkan Peraturan Menteri
Agama Republik Indonesia secara umum menerangkan bahwa manfaat dari pengajian
itu sendiri sebagai berikut :
a. Jama’ah dapat memahami serta mengamalkan Dinul Islam dengan segala
aspeknya dengan baik dan benar.
b. Jama’ah menjadi muslim yang kaffah.
c. Jama’ah bisa melaksanakan ibadah harian yang sesuai dengan kaidahkaidah
keagamaan secara baik dan benar.
d. Jama’ah mampu menciptakan hubungan silaturrahmi dengan baik.
e. Jama’ah bisa meningkatkan taraf hidupnya ke arah yang lebih baik.
f. Jama’ah memiliki akhlakul karimah.
Selain penjelasan manfaat pengajian terdapat juga fungsi pengajian yaitu sebagai
berikut :
1) Fungsi kemasyarakatan (sosial), yaitu kegiatan pengajian/majelis taklim adalah
salah satu wadah sosial yang ada di masyarakat bertujuan untuk mengajarkan sifat
amar ma’ruf nahi munkar, dan mampu menampung zakat, infaq dan shodaqoh
untuk diberikan kepada pihak yang membutuhkan.
2) Fungsi pendidikan(silaturahmi), yaitu pengajian/majelis taklim berfungsi sebagai
wadah pendidikan nonformal, pengajian diselenggarakan bersifat pendidikan
tambahan yang bertujuan meningkatkan ajaran agama islam untuk masyarakat yang
mengikuti pengajian.
c. Tujuan Pengajian
Ada beberapa tujuan dalam pngajian, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh
Habib Chirzin tentang tujuan pengajian (ta’lim) yaitu :
1) Pengajian setidaknya mampu memberikan petunjuk dan meletakan dasar ketakwaan
dalam semua ketentuan
25
2) Adanya pengajian masyarakat mampu memberikan semangat masyarat dalam
menuntut ilmu melalui penagajian
3) Memberikan inovasi dan inspirasi serta stimulasi agar seluruh jamaah lebih
produktif untuk kesejahteraan bersama
4) Memadukan kegiatan atau aktivitas pengajian ini agar sejalan dan selaras2727
2727
Abdullah, “Pembentukan Akhlak Generasi Muda di Mushollah Al-Fath Lebak Jaya Utara 4 Rawasan Surabaya,”
MODELING : Jurnal Program Studi PGMI 6, no. 2 (2019): 231–48.
2828
Hoev, Ensiklopedi Islam. Hal 120
2929
Ahmad Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, ed. oleh Maman Abdul Djaliel, Cet.1 (Bandung: Pustaka Setia, 1998).
Hal 9
26
Hadis merupakan sabda Rasulullah yang berisi perbuatan, perkataan dan taqrir
Nabi. Hadis berisi tentang semua hal yang berkaitan dengan tauhid, hukum dan
akhla. Dan dalam kegiatan pengajian penyampaianya harus di selaraskan dengan
apa yang di bahas.
e. Akhlak
Akhlak dibagi menjadi tiga bagian, yaitu akhlak manusia kepada Allah Swt
akhlak manusia dengan manusia lainya dan akhlak manusia dengan lingkungan.
Pembelajaran akhlak ini di golongkan menjadi dua yaitu akhlak mazmumah dan
akhlak mahmudah.
f. Tarikh
Pelajaran tarikh mempunyai tujuan untuk membangkitkan lagi semangat umat
muslim dari kemalasan yang sedang terjadi, karena pelajaran tarikh itu
menceritakan betapa besarnya pengorbanan Rasulullah dan umat islam zaman
dahulu dalam memperjuangkan agama islam.
g. Bahasa arab
Pelajaran bahasa arab bertujuan membantu para jamaah agar membaca dan
memahami isi Al Qur’an. Mahmud yunus mempunyai pengertian dalam buku
sejarah pendidikan islam di indonesia, yakni “ penyampaian yang biasa di
berikan kepada jamaah berisi keimanan yang mencakup keyakinan terhadap
Allah dan Rasul-Nya, meyakini hidup setelah mati, amal ibadah yang di
pertanggung jawabkan dan akhlak yang baik dan buruk.3030
Dalam kegiatan pengajian rabu legi di isi menggunakan semua materi
yang ada di atas yakni tauhid, fiqih, tafsir qur’an, hadis, akhlak/akidah,
tarikh/cerita nabi, bahasa arab. Akan tetapi pelajaran dari guru(ustadz/kyai) lebih
sering menggunakan materi campuran juga menyesuaikan permasalahan yang
ada. Selain pelajaran-pelajaran tersebut diatas, biasanya dalam pengajian juga
diberikan materi-materi umum yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat,
seperti masalah pembinaan keluarga berencana, koperasi, krisis moral dan lain-
lain.
4) Metode Pengajian
Dalam setiap pembelajaran pasti menggunakan metode pembelajaran, agar tujuan
pembelajaran berjalan dengan baik. Seorang guru (ustadz, kyai) di wajibakan
menguasai berbagai metode pembelajaran, supaya materi pelajaran yang di
sampaikan bisa dipahami dan diterima oleh mad’u dengan baik. Metode dapat di
gunakan dalam kegiatan pengajian (majelis taklim), tergantung dengan kecocokan
materi dan juga tergantung kemampuan pemateri dalam menyampaikan.
Beberapa metode yang di gunakan dalm pengajian sebagai berikut :
3030
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ed. oleh Hidakarya, 1 ed. (Jakarta: Jakarta : Mutiara
Sumber Widya, 1992, 1992). Hal 17
27
a. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan teknik penuturannya secara lisan dari guru
kepada muridnya.3131 Materi sering digunakan dalam kegiatan pengajian,
yakni seorang guru (ustadz,kyai) menyampaikan sebuah materi
pembelajaran kepada para jamaah yang mendengarkan.
b. Metode halaqah
Halaqah sendiri berarti lingkaran jamaah, metode halaqah merupakan
metode yang di lakukan dengan cara duduk melingkar menghadap guru
(ustadz,kyai) kemudian para jamaah mendengarkan dan mencatat apa
yang di sampaikan. Metode ini sering di gunakan di pondok pesantren,
c. Metode tanya jawab
Dalam metode ini penceramah menyampaikan terlebih dahulu materi yang
diajarkan kemudian para jamaah di beri waktu untuk bertanya. Metode
tanya jawab sangat bagus dipakai dalam memfokuskan dan menarik
perhatian para jamaah kepada topik yang telah di ajarkan, metode ini
sering di gunakan di masjid kota-kota besar.
d. Metode diskusi
Dengan adanya metode ini segala permasalahan di dunia ini bisa di
uraikan pada metode pengajian metode diskusi. Peran seorang da’i dalam
metode ini sangat penting.
Dari beberapa metode pengajian di atas dalam kegiatan pengajian
rabu legi di isi dengan dua macam metode yakni metode ceramah dan
metode halaqah, akan tetapi lebih sering dipakai dan mudah di terima
dengan pelajaran metode ceramah yang diikuti para jamaah serta mudah
mendengarkanya dan memahami apa yang di sampaikan oleh guru
(ustadz/kyai) dengan metode tersebut kegiatan pengajian bertujuan untuk
menanamkan ajaran agama islam yang benar dan juga mempererat tali
silaturahmi antar sesama muslim, metode tersebut juga sudah di terapkan
sejak zaman Rasulullah Saw.
4. Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Menurut kamus besar bahasa indonesia pembinaan berasal dari kata “bina” yang
di mualai dengan kata “pe” dan di akhiri kata “an” yang berarti tindakan/perbuatan, metode
atau cara. Sedangkan secara terminologi pembinaan merupakan kegiatan/aktifitas yang
dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang lebih baik, 3232 dalam hal
3131
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ed. oleh AbdulHalim, Cet. 1 (Jakarta: Ciputat Press,
2002). Hal 34
3232
Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal 117
28
tersebut juga sangat berkaitan dengan akhlak. Akhlak merupakan bentuk perilaku yang
lengkap yang terdiri dari karakteristik atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi
istimewa. Berbagai macam karakter seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dan
cocok dengan dirinya dalam berbagai kondisi.
akhlak merupakan kata yang sudah sangat tidak asing bagi masyarakat Indonesia,
meskipun sesungguhnya kata akhlak itu berasal dari bahasa Arab اخالق. Dalam kamus besar
bahasa indonesia akhlak berarti budi pekerti, adab, sopan santun dan tata kerama. 3333
Hamzah Ya‘qub berpendapat arti akhlak sama dengan perangai, tingkah laku atau
pekerti.3434 Di dalam buku kamus Istilah Agama Islam (KIAI) diterangkan yaitu akhlak
menurut bahasa adalah tindak-tanduk atau kebiasaan-kebiasaan. Ada juga yang
mengartikan akhlak dengan agama, hal ini berpedoman pada firmah Allah surah Al
Qalam : 4,
َظي ٍْم ٍ َُواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخل
ِ قع
Artinya : “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al
Qalam : 4)
29
membutuhkan pemikiran atau penyelidikan. Jika penerapan syarat
tersebut mengarah pada perbuatan baik yang terpuji dari segi akal dan
akhlak, maka disebut akhlak yang baik. Sebaliknya, jika perbuatan
yang diakibatkan oleh keadaan tersebut menimbulkanakibat yang
buruk, maka keadaan terjadinya perbuatan itu disebut akhlak yang
buruk.3838
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan sifat asli yang
tertanam dalam jiwa seseorang yang kemudian tumbuh menjadi perilaku dan perbuatan-
perbuatan dengan sendirinya, jika yang tumbuh akhlak baik maka disebut akhlak yang
baik, jika yang tumbuh akhlak perbuatan yang buruk maka terjadilah perbuatan buruk.
Maka dari itu di sebut akhlak yaitu segala perbuatan tingkah laku yang dilakukan secara
spontan yang dimunculkan orang tersebut sesuai sifat orangnya. Kemudian mengenai
akhlak, Nasharuddin dalam bukunya Akhlak (Ciri-ciri Manusia Paripurna) juga
berpendapat bahwa: Akhlak merupakan keinginan psikologis seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jika sesuatu dilakukan menurut syariat dan akal sehat, maka akhlak orang
disebut akhlak yang baik. Dan jika seseorang melakukan perbuatan buruk menurut syariat
dan akal, maka ia disebut perbuatan buruk.3939
Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai akhlak diatas dapat disimpulkan
bahwa akhlak merupakan sifat yang tertanam kuat dalam diri seseorang, sehingga dalam
tingkah lakunya sudah spontan mencerminkan sikap yang sesuai dengan sifat asli dirinya
tanpa harus berfikir, artinya sifat seseorang muncul dengan spontan dalam diri seseorang.
Dalam hal ini, hukum agama juga digunakan sebagai standar untuk menentukan baik atau
tidaknya suatu perbuatan, karena pada kenyataannya akal saja tidak cukup untuk menilai
baik buruknya suatu perbuatan . Oleh karena itu, dalam Islam, Allah mengutus rasul dan
dalam bentuk kitab suci yaitu Al Qur’an dengan utusan mereka dengan orang penuh
perlakuan yang adil. Sebaliknya, tanpa pemikiran dan refleksi berarti seseorang yang
memenuhi moralitas, memiliki secara sederhana dan mudah, dia tidak perlu berpikir dan
berefleksi, dia melakukannya secara spontan dan sengaja, tanpa ceroboh dan di luar
kesadaran.
Pembinaan akhlak adalah dasar perhatian pertama dalam Islam. Hal ini sesuai
dengan salah satu tujuan Nabi Muhammad SAW. untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah yang dalam hal
ini termasuk fitrah berakhlak, dan kemudian disempurnakan melalui misi kerosulan Nabi
Muhammad SAW. berupa ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rasul. Menurut Abuddin Nata,
islam fokus pada pembinaan akhlak dapat dilihat dari pembinaan jiwa yang didahulukan
dari pada fisik. Karena berawal dari tingkah laku yang baik kemudian seterusnya juga
akan menjadi baik dan akan mempermudah dalam menghasilkan kebaikan dan
kebahagiaan dalam kehidupan baik lahir atau batin.4040
3838
Al Imam Al Ghazali, Ihya’ ’Ulumiddin ( Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama ) (akarta : Republika, 2011,
n.d.). Hal 188
3939
Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna). Hal 207-208
4040
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Ed.1. Cet. (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002, n.d.). Hal 158-159
30
Ahmad Tafsir juga mengemukakan bahwa pembinaan akhlak mempunyai prinsip
yang merupakan bagian dari pendidikan dan lembaga manapun diwajibkan bersifat dasar
dan sama, sehingga terciptanya sasaran yaitu pribadi yang yang baik. Sehingga memiliki
karakter yang seimbang antara dunia dan akhirat. 4141 Sebenarnya tujuan mengenai
pembinaan akhlak sendiri yaitu untuk menjadi umat yang mempunyai akhlak baik, seperti
jujur, sopan, beradab, dan punya tata kerama, tentunya semua itu disertai dengan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan akhlak
berarti membangun (menghidupkan kembali) jiwa atau jiwa seseorang dengan
pendekatan Islam, diharapkan seseorang nantinya dapat mengamalkan ajaran Islam,
sehingga perilakunya terbentuk sesuai dengan nilai-nilai tersebut. dari ajaran Islam.
Sederhananya, akhlak adalah sifat yang dibawa oleh orang sejak lahir, yang berakar
dalam jiwa mereka dan selalu ada. Sifat dapat terwujud sebagai perbuatan baik atau buruk
menurut komposisi
2. Metode Pembinaan Akhlak
Dalam proses pelaksanaannya, pembinaan akhlak harus melalui beberapa
cara untuk mencapai yang maksimal dan mencapai tujuan. Cara-cara yang umum
digunakan adalah segala cara yang dengannya akhlak seseorang menjadi baik, metode-
metode yang dapat digunakan untuk menghasilkan pembinaan akhlak, seperti:
a. Pembiasaan
Metode ini dipakai dari awal dan mempunyai cara kerja mengulang.
Berkaitan dengan hal tersebut, al-Ghazali yang dikutip oleh Abuddin Nata
mengatakan bahwa: Pada dasarnya kepribadian seseorang dapat bertahan dari
segala macam usaha melalui pembiasaan, jika seseorang terbiasa melakukan
keburukan maka ia menjadi buruk. orang. Oleh karena itu, al-Ghazali
menganjurkan mengajarkan akhlak yaitu dengan melatih jiwa untuk bekerja
atau berperilaku.4242
Metode ini dinilai sangat efektif bila diterapkan pada siswa di usia muda.
Karena mereka masih memiliki "catatan" atau ingatan yang kuat dan
kepribadian mereka belum matang, lebih mudah bagi mereka untuk mengontrol
kebiasaan sehari-hari.
b. Keteladanan
keteladanan merupakan perilaku yang dapat dicontoh atau ditiru.
Artinya seseorang dapat mencontoh atau meniru sesuatu dari orang lain,
baik dalam tingkah laku maupun ucapan. Contoh sebagai sarana
pendidikan Islam yaitu teladan yang baik menurut “uswah” dalam Al-
Qur’an Surat al Ahzab ayat 21:
4141
Ahmad Tafsir, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam, ed. oleh Tedi Priatna, Cet. 1 (Bandung: Mimbar
Pustaka, Media Transfasi Pengetahuan, 2004). Hal 311
4242
Nata, Akhlak Tasawuf. Hal 164
31
لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر
َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا
Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah.” (QS Al Ahzab : 21)
Berdasarkan ayat diatas menerangkan bahwa Rasulullah Saw
merupakan contoh teladan yang tertinggi, panutan bagi umat muslim.
Karena semua sifat teladan ini ada dalam diri beliau, oleh karena itu
Rasulullah Sawmenjadi sosok teladan tertinggi bagi umat islam sepanjang
sejarah.
e. Maui’dzah (Nasihat)
Mau'idzah mengajarkan tentang akhlak terpuji dan menganjurkan
penerapannya serta menjelaskan akhlak tercela dan memperingatkan
terhadapnya atau menambah kebaikan dengan sesuatu yang melembutkan
hati. Allah Swt berfirman pada surat An Nahl : 125 :
ع اِ ٰلى َسبِي ِْل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗ ُن ُ اُ ْد
َض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
َ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS
An Nahl : 125)
Metode mauidz’ah ini dipakai oleh guru(ustadz,kyai) guna
mengarahkan jamaah, berupa nasihat atau teguran. Media tausiyah ini
merupakan nasihat menggunakan logika atau insting, nasihat berkaitan
dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam pengajaran metode ini
disampaikan melalui lisan secara langsung atau isyarat.
f. Ceramah
Metode ceramah merupakan cara guru(ustadz,kyai) untuk
mengajar atau menyampaikan informasi kepada jamaah melalui lisan.
Metode ini ialah metode tertua dan pertama dalam semua penelitian. Agar
seluruh isi ceramah dapat dicerna dan tersimpan di hati para
pendengarnya, dalam hal metode ceramah , guru terlebih dahulu harus
memperhatikan tingkat usia jamaah.4343 Disarankan menggunakan bahasa
4343
Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna). Hal 321
32
yang mudah di pahami agar para jamaah bisa mencerna apa isi materi
yang di sampaikan.
g. Pergaulan
Metode pergaulan dalam mengembangkan moralitas seseorang
membutuhkan pergaulan antar pribadi. Jika seseorang bergaul dengan
orang yang tidak berakhlak baik, dia akan terpengaruh oleh keburukan
yang dilakukan teman sekitarnya. Metode ini dapat dipahami bahwa
pergaulan itu sangat kuat dan dapat menentukan perilaku atau akhlak
seseorang terlepas dari apakah itu dikatakan baik atau tidak. Oleh karena
itu menurut Nasharuddin memilih teman yang baik dan menjauhi teman
yang buruk sangat penting untuk meningkatkan akhlak siswa dan guru
serta orang tua harus memperhatikan hal ini.4444
3. Klasifikasi Akhlak
Secara umum akhlak dibagi menjadi dua bagian yaitu, sebagai berikut :
33
b. Akhlak Madzmumah (akhlak tercela)
Akhlak madzmumah merupakan suatu perbuatan dan sikap yang
buruk kepada Allah Swt atau sesama manusia, Dengan kata lain,
perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam syariah dilakukan secara
terencana dan dengan moralitas sadar, yang tidak berada di bawah kendali
Ilahi atau yang bersumber dari hawa nafsu di kalangan setan dan dapat
menimbulkan suasana negatif dan merugikan kemaslahatan umat manusia.
Sedangkan perbuatan buruk atau akhlak yang tercela menurut buku Ilmu
Akhlak yang di tulis oleh Beni Ahmad Saebeni yaitu sebagai berikut :
1. Perbuatan yang datang dengan nafsu dari setan
2. Perbuatan yang merugikan dunia akhirat
3. Perbuatan yang bertolak belakang dari syariat islam berakibat
merusak akal, jiwa dan keturunan
4. Perbuatan yang berujung kebencian
5. Perbuatan yang menjadikan manusia serakah
6. Perbuatan yang menyebabkan adanya konflik.4646
34
Kemudian, Muhammad Alim juga mengutip pendapat Quraish Shihab
bahwa titik tolak akhlak terhadap Tuhan adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tidak ada Tuhan selain Tuhan. Dia memiliki sifat terpuji, begitu hebatnya sifat-
sifat ini bahkan malaikat pun tidak dapat menjangkaunya, apalagi laki-laki.
Tentang akhlak terhadap Tuhan dilakukan dengan menyembah Tuhan, yaitu
memenuhi perintah menyembah Dia, mengingat Tuhan, berdoa kepada Tuhan,
banyak memuji Dia, yang selalu berlanjut percaya kepada Yang Esa. Tuhan
adalah satu-satunya yang mengendalikan manusia.4848
4848
Muhammad Alim. Hal 153
35
perlindungan, perhatian dan bimbingan agar setiap makhluk dapat mencapai
tujuan penciptaannya.4949Akhlak dapat diterapkan pada lingkungan dalam
bentuk kegiatan sepert, kesadaran dan kelestarian lingkungan hidup,
melindungi dan memanfaatkan alam, merawat makhluk terdekat dan
mengeksplorasi kemungkinan alam seoptimal mungkin. untuk kemaslahatan
manusia dan lingkungan alam.5050 Jadi akhlak kepada lingkungan dapat
dilakukan dengan menjaga dan memelihara alam dalam arti dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya dan tidak merugikan alam.
DAFTAR PUSTAKA
Abda, Slamet Muhaimin. Prinsip Prinsip Metodelogi Dakwah. 1 ed. surabaya: al ikhlas, 1994.
4949
Nata, Akhlak Tasawuf. Hal 151-152
5050
Wahyuddin Achmad, M. Ilyas, M. Saifullah, Muhibbin, Z, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Grasindo, 2004).
Hal 155
36
Abdullah. “Pembentukan Akhlak Generasi Muda di Mushollah Al-Fath Lebak Jaya Utara 4
Rawasan Surabaya.” MODELING : Jurnal Program Studi PGMI 6, no. 2 (2019): 231–48.
Achmad, M. Ilyas, M. Saifullah, Muhibbin, Z, Wahyuddin. Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Grasindo, 2004.
Albi Anggito & Johan Setiawan. “Metodologi penelitian kualitatif - Google Books.” Cv Jejak.
Sukabumi: CV Jejak, Oktober 2018.
Alimuddin, Nurwahidah. “Konsep Dakwah Dalam Islam.” Hunafa 4, no. 1 (2007): 73–78.
Aminudin. “KONSEP DASAR DAKWAH” 9, no. 1 (2018): 97.
Anggito, Albi. Metode Penelitian Kualitatif. Diedit oleh Ella Deffi Lestari. Cet. 1. Sukabumi:
CV. Jejak, 2018.
Arbi, Armawati. Dakwah dan Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003.
Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, M.M., dan M. Hum. Sarjuni, S.Ag. Pengantar Studi Islam. Diedit
oleh H. Didiek Supadie. 2 ed. jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012.
Ghazali, Al Imam Al. Ihya’ ’Ulumiddin ( Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama ). akarta :
Republika, 2011, n.d.
Ghazali, Imam Al. ,Ihya’Ulumuddin Juz 3. (Mesir: Dar Al-Hadits, 2004), n.d.
Ghazali, M. Bahri. Pesantren Berwawasan Lingkungan. 1 ed. Jakarta: Prasasti, 2003.
Halid Hanafi, La Adu, dan Zaenudin. Ilmu Pendidikan Islam. 1 ed. Sleman: CV BUDI UTAMA,
2018.
Hamzah, Amir. Metode Penelitian Kualitatif. Diedit oleh Amina Divina P. 1 ed. Malang: Literasi
Nusantara, 2019.
Hasbullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Ed. 1,Cet. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Hoev, Ichtiar Baru van. Ensiklopedi Islam. Diedit oleh Dewan Redaksi. 1 ed. jakarta: Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam, 1993.
Ikhwan, Afiful. “Optimalisasi peran masjid dalam pendidikan anak: Perspektif makro dan mikro,
Edukasi” 1 (1) (2016): 2.
Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Diedit oleh Hasan M. Noer dan Damrah
M.S Gorang. Banjarmasin: Jakarta : TIP Penamadani, 2006.
Ma’arif, Bambang Saiful. Komunikasi Dakwah. Diedit oleh Nunik Siti Nurbaya. 1 ed. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2010.
Muhammad, Ahmad. Tauhid Ilmu Kalam. Diedit oleh Maman Abdul Djaliel. Cet.1. Bandung:
Pustaka Setia, 1998.
Muhammad Alim. Pendidikan Agama Islam. Diedit oleh Danis Wijaksana. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2006, n.d.
Nasharuddin. Akhlak (Ciri Manusia Paripurna). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.
37
Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 4 ed. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka, 2008.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Ed.1. Cet. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2002, n.d.
Nurwahid, Hidayat. Pengantar Sejarah Dakwah. Diedit oleh Harjani. Cet.1. Jakarta: kencana,
2007.
Peter Salim, Yenny Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. 3 ed. jakarta : Modern
English Press, 2002.
Pratiwi, Nuning Indah. “(DATA PRIMER SEKUNDER) Penggunaan Media Video Call dalam
Teknologi Komunikasi.” Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial 1, no. 2 (2017): 212.
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/fisip/article/view/219/179.
Qadaruddin, Abdullah Muhammad. Pengantar Ilmu Dakwah. Diedit oleh Qiara Media.
Pasuruan: CV. PENERBIT QIARA MEDIA, 2019.
Qahthani, Said bin Ali Al. Dakwah Islam Dakwah Bijak. 1 ed. Yogyakarta: Gema Insani Press,
1994.
Redaksi, Tim. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. 3, Cet. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Rosidah. “JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Definisi Dakwah
Islamiyyah Ditinjau dari Perspektif Konsep Komunikasi …: Rosidah.” Jurnal Qathruna 2,
no. 2 (2015): 155–78.
Rumbia, Wa Hayati. “‘Dampak Pengajian Keagamaan Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di
Dusun Karang-Karang Kec. Baguala Kota Madya Ambon’, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan ( IAIN ) Ambon,” 2021.
Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Akhlak. Cet. 1. Pustaka Pelajar , 2010, n.d.
Salim, Agus. “Peran Dan Fungsi Dai Dalam Perspektif Psikologi Dakwah.” Al-Hikmah Media
Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan 8, no. 1 (2018): 92–107.
https://doi.org/10.32505/hikmah.v8i1.401.
Sanjaya, Aripin Sanusi. “‘Peran Pengajian Al-Ikhlas terhadap Pembentukan Akhlak Remaja
(Studi Kasus di Kp. Dukuh Rt 05 Rw 01, Desa Pasir Mukti, Kecamatan Citeureup,
Kabupaten Bogor)’, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakart,” 2022.
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. 2 ed. jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012.
Sari, Lili Nur Indah. “‘Peranan Majelis Taklim Nurul Ikhsan Dalam Pembentukan Sikap
Keagamaan Remaja Di Desa Baturaja Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu
Tengah’, Skripsi, Fakultas Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu,” 2018.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996.
Soekanto, Soerjono, dan Budi Sulistyowati. Sosiologi Suatu Pengantar. Diedit oleh Soerjpno
38
Soekanto Budi Sulistyowati. Revisi, 47. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.
Suhayib. Studi Akhlak. Diedit oleh Nur Cahaya. Cet. 1. Sleman Yogyakarta: Kalimedia, 2016.
Suparta, Munzier. Metode Dakwah. Diedit oleh Harjani Hefni. 1 ed. jakarta: Kencana Prenada
Media, 2003.
Tafsir, Ahmad. Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam. Diedit oleh Tedi Priatna. Cet. 1.
Bandung: Mimbar Pustaka, Media Transfasi Pengetahuan, 2004.
Uin, Ahmad Rijali, dan Antasari Banjarmasin. “ANALISIS DATA KUALITATIF.”
Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah 17, no. 33 (Januari 2019): 81–95.
Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Diedit oleh AbdulHalim. Cet. 1.
Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Wendy Revy Hendra. “‘Peran Pengajian Masjid At-Thiin Dalam Membina Akhlak Remaja Desa
Lubuk Sahung Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma’, Skripsi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Tadris ( IAIN ) Bengkulu.,” 2021.
Ya’qub, Hamzah. Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar). Cet. 2.
Bandung: Bandung : Diponegoro, 1983, 1983.
Yunarrya, Dewika. “‘Manajemen Dakwah Di Kelompok Pengajian Desa Tedunan’, Skripsi,
Fakultas Ushuludin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bengkulu,” 2021.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Diedit oleh Hidakarya. 1 ed. Jakarta:
Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1992, 1992.
39