Anda di halaman 1dari 8

DESAIN MODEL KOMUNIKASI MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

MAJLIS TAKLIM

Tuty Alawiyah, MA.


tutialawiyah@stai-attaqwa.ac.id
tutymuntaha74@gmail.com

Abstrak
Majelis ta’lim adalah tempat atau lembaga pendidikan, pelatihan, dan kegiatan belajar
mengajar (terutama bagi kaum wanita) dalam mempelajari atau mendalami, dan memaham
iilmu agama dan sekaligus sebagai wadah melaksanakan berbagai kegiatan yang memberikan
keselamatan kepada masyarakat. Keberadaan Majelis Ta’lim telah menjadi lembaga
Pendidikan seumur hidup bagi umat Islam.Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
memikirkan dan memberdayakan keberadaan Majelis Ta’lim saat ini dan masa mendatang
agar bisa bertahan dan terus berkembang lebih baik, serta menjadi rahmat bagi umat.Di
dalamya berkembang prinsip demokrasi yang berdasarkan musyawarah untuk mufakat
demi pelaksanaan al-ta’lim al-Islamy sesuai dengan tuntutan pesertanya. Bila dilihat dari segi
historis. Majlis ta’lim dengan dimensinya yang berbeda-beda telah berkembang sejak zaman
Rasulullah SAW. Komunikasi Dakwah adalah komunikasi yang unsur-unsurnya disesuaikan
visi dan misi Dakwah. Bahwa komunikasi Dakwah adalah suatu bentuk komunikasi yang
khas dimana seseorang komunikator menyampaikan pesan-pesan yang bersumber atau sesuai
dengan ajaran al Qur’an dan Sunnah, dengan tujuan agar orang lain dapat berbuat amal
shaleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan.
Kata Kunci : Komunikasi, Majlis Taklim
PENDAHULUAN
Allah Swt. menekankan pentingnya bagi manusia untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan agar terhindar dari kebodohan, yang diartikan sebagai ketiadaan pengetahuan
yang seharusnya dimiliki. Menuntut ilmu dianggap sebagai kewajiban bagi umat Islam,
karena ini akan membawa kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang
dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Mujadilah/58:11. Pendidikan dipandang sebagai sarana
untuk meningkatkan kehidupan individu atau kelompok menuju taraf kehidupan yang lebih
baik. Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan individu, keluarga, dan
masyarakat, serta dapat mempengaruhi kemajuan pendidikan tergantung pada kemajuan para
pendidik, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Terdapat tiga konsep
yang terkait dengan arti pendidikan, yaitu taklim, ta’dib, dan tarbiyah, yang masing-masing
menekankan transfer pengetahuan, pembentukan karakter, dan pengasuhan secara
menyeluruh. Sejak masuknya Islam ke Indonesia, Majelis Taklim menjadi sarana utama
dalam penyebaran ajaran Islam serta tempat bagi individu untuk mendalami agama dan
berinteraksi dengan sesama umat. Meskipun mengalami perubahan seiring waktu, Majelis
Taklim tetap mempertahankan tradisi dan pola yang positif, sehingga tetap relevan di tengah
pesatnya perkembangan lembaga pendidikan keagamaan formal. Selain sebagai lembaga
dakwah dan pendidikan non-formal, Majelis Taklim juga berperan sebagai tempat di mana
masyarakat bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan para pendidik agama.
Keberadaannya telah menjadi institusi pendidikan sepanjang hidup bagi umat Islam, maka
perlu diperhatikan dan dikembangkan agar tetap relevan dan berkembang lebih baik di masa
kini dan masa depan. Di dalamnya, terdapat pengembangan prinsip demokrasi melalui
musyawarah untuk mencapai kesepakatan dalam penyelenggaraan pendidikan Islam sesuai
dengan kebutuhan peserta. Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat penting
dalam membentuk karakter dan spiritualitas umat Islam. Majelis Ta'lim menjadi salah satu
lembaga yang memiliki peran krusial dalam penyampaian pendidikan agama Islam di tingkat
komunitas. Dalam konteks ini, desain model komunikasi yang efektif dalam proses
pengajaran di Majelis Ta'lim menjadi sangat relevan. Melalui pendekatan komunikasi yang
tepat, pengajaran agama Islam di Majelis Ta'lim dapat menjadi lebih efisien dan berdampak
lebih luas dalam membentuk pemahaman yang mendalam dan pengamalan yang konsisten
terhadap ajaran Islam. Pendekatan komunikasi dalam konteks pengajaran agama Islam di
Majelis Ta'lim bukan sekadar tentang penyampaian informasi, tetapi juga mengenai interaksi
yang membangun pemahaman yang mendalam, membentuk sikap yang baik, dan memotivasi
tindakan yang sesuai dengan ajaran agama. Oleh karena itu, penting untuk merancang model
komunikasi yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan pembelajaran agama Islam di Majelis
Ta'lim. Dalam pendahuluan ini, kami akan membahas pentingnya desain model komunikasi
mengajar dalam konteks pendidikan agama Islam di Majelis Ta'lim. Kami juga akan
membahas beberapa konsep dasar tentang komunikasi dalam pengajaran agama Islam dan
mengapa desain model komunikasi yang efektif menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran agama Islam di tingkat komunitas. Dengan memahami pentingnya desain
model komunikasi mengajar, diharapkan kita dapat mengoptimalkan proses pengajaran
agama Islam di Majelis Ta'lim sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam
pembentukan karakter dan pemahaman agama umat Islam.
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Dakwah
1. Pengertian Komunikasi Dakwah
Komunikasi dakwah adalah suatu proses yang kompleks dan strategis dalam
menyampaikan pesan-pesan Islam kepada individu atau kelompok lainnya dengan
tujuan untuk mempengaruhi pemikiran, sikap, dan perilaku mereka sesuai dengan
ajaran Islam. Komunikasi dakwah tidak hanya sekadar menyampaikan informasi
tentang agama, tetapi juga bertujuan untuk menginspirasi, memotivasi, dan
mengubah pola pikir serta tindakan individu agar lebih sesuai dengan nilai-nilai
Islam. Proses komunikasi dakwah melibatkan berbagai elemen, termasuk
pemilihan pesan yang tepat, pemilihan media yang efektif, serta pemahaman yang
mendalam tentang karakteristik audiens. Pesan dakwah harus disampaikan dengan
bahasa yang mudah dipahami dan relevan dengan konteks kehidupan masyarakat
target. Media komunikasi yang digunakan dapat beragam, mulai dari ceramah,
khotbah, buku, brosur, media sosial, hingga acara-acara keagamaan. Tujuan utama
dari komunikasi dakwah adalah untuk menyebarkan ajaran Islam secara luas dan
mendalam, memperkuat iman dan taqwa individu, serta membimbing umat
menuju kehidupan yang lebih berarti dan bermakna sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam. Selain itu, komunikasi dakwah juga bertujuan untuk memberikan solusi
atas berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat, baik secara individu
maupun kolektif, dengan merujuk pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama.
Komunikasi dakwah juga memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran
beragama, meningkatkan kualitas hidup, serta memperkuat jaringan sosial dan
silaturahmi antarindividu dan kelompok dalam masyarakat. Melalui komunikasi
dakwah, individu diberi pemahaman yang lebih mendalam tentang prinsip-prinsip
Islam, sehingga mereka dapat mengambil keputusan dan tindakan yang sesuai
dengan ajaran agama. Dengan demikian, komunikasi dakwah bukan hanya
sekadar proses penyampaian informasi, tetapi juga merupakan upaya yang
strategis dalam membentuk dan memperbaiki moral, nilai-nilai, dan perilaku
masyarakat sesuai dengan ajaran Islam. Komunikasi dakwah yang efektif akan
mampu menciptakan perubahan yang positif dalam kehidupan individu dan
masyarakat secara keseluruhan, sehingga menciptakan sebuah lingkungan yang
lebih harmonis dan berdampak positif bagi kesejahteraan umat manusia.

2. Tujuan Komunikasi Dakwah

Islam mengajarkan prinsip berdakwah, di mana setiap umat Islam yang telah
mencapai usia baligh memiliki kewajiban untuk berdakwah sesuai dengan
kemampuan masing-masing (Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 125). Penyebaran
ajaran Islam harus disesuaikan dengan bijaksana mengingat kondisi dan
perkembangan zaman serta tantangan yang dihadapi, termasuk isu-isu
propaganda agama, geopolitik, dan ekonomi yang mempengaruhi umat Islam
global. Saat ini, pentingnya memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi
modern dalam melakukan dakwah untuk mencapai hasil yang optimal. Menurut
Syekh Ali Mahfuz, seorang pakar dan praktisi dakwah, nilai-nilai Islam dapat
tetap relevan di dunia melalui dakwah. Namun, kegagalan dalam melakukan
dakwah dapat mengakibatkan nilai-nilai Islam menjadi kabur atau hilang dari
permukaan bumi. Oleh karena itu, kemajuan atau kemunduran Islam sangat
dipengaruhi oleh aktivitas dakwah atau penyebaran Islam. Firman Allah dalam
Surah Al-Baqarah ayat 221 menekankan pentingnya umat manusia untuk beramal
shaleh agar dapat memperoleh surga Allah, serta mengajak untuk mencari
ampunan-Nya, menjauhi penyekutuan-Nya, dan mengendalikan hawa nafsu.
Islam, sebagai rahmat bagi seluruh alam, sangat terkait dengan aktivitas dakwah.
Dalam konteks ini, tujuan dakwah terbagi menjadi umum dan khusus. Tujuan
umumnya adalah pencapaian dalam seluruh aktivitas dakwah, sementara tujuan
khususnya adalah memberikan arah yang jelas dalam pelaksanaan komunikasi
dakwah agar tidak terjadi tumpang tindih antara juru dakwah. Dakwah bukan
hanya tentang memberikan ceramah di masjid, tetapi juga melibatkan aktivitas
pribadi umat Muslim dalam berbagai aspek kehidupan dan mampu mencakup
semua bidang.
3. Prinsip-Prinsip Komunikasi Menurut Al-Qur’an

Menurut Jalaluddin Rahmat, dalam konteks keislaman,


terdapat enam prinsip berkomunikasi:
a. Pertama, Qaulan Sadidan, yang mengindikasikan berbicara
dengan kebenaran, kejujuran, ke lurusan, tanpa kebohongan,
dan tanpa penipuan persyaratan penting dalam melakukan
tindakan yang baik. Alferd Korzybski, yang merumuskan
teori general semantics, menyatakan bahwa gangguan
mental, baik pada tingkat individu maupun sosial, sering kali
disebabkan oleh penggunaan bahasa yang tidak tepat.
Terdapat berbagai cara untuk menyembunyikan kebenaran
melalui komunikasi.
b. Kedua, Qaulan Balighan, yang berarti berbicara dengan
fasih, jelas, dan tepat sesuai maknanya, atau yang lebih
dikenal sebagai komunikasi efektif. Sebagai contoh,
Rasulullah Saw dikenal dalam menyampaikan khotbahnya
secara ringkas namun sarat makna dan jelas.
c. Ketiga, Qaulan Ma'rufan, yang menunjukkan berbicara
dengan kata-kata yang baik, layak, dan tegas. Ajaran Nabi
Muhammad Saw menggarisbawahi pentingnya
menggunakan kata-kata yang baik, atau bahkan lebih baik
jika hanya diam. Keempat, Qaulan Kariman, yang
menandakan berbicara dengan kata-kata yang baik,
menyenangkan, dan berkesan. Ini dapat diinterpretasikan
sebagai menggunakan perkataan yang indah dan memikat
yang mencerminkan kemuliaan.
d. Kelima, Qaulan Layyinan, yang berarti berbicara dengan
lembut agar dapat menarik komunikasi terhadap pesan
dakwah atau ajakan yang disampaikan oleh komunikator.
e. Keenam, Qaulan Maaysuran, artinya berbicara dengan
mudah dipahami oleh komunikan, atau kata-kata yang
mengandung makna yang jelas.
Dalam Al-Quran, istilah "qaulan maysuran" hanya disebutkan satu kali, yaitu di QS.
Al-Israa’: 28. Ayat tersebut turun sebagai pembelajaran bagi Nabi Muhammad saw
untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam memperlakukan keluarga
dekat, orang miskin, dan musafir. Secara etimologis, "maysuran" berasal dari
"yasara" yang berarti mudah atau sederhana. Ketika digabungkan dengan "qaulan",
menjadi "qaulan maysuran", yang berarti berbicara dengan mudah atau sederhana.
Ini mengacu pada penggunaan kata-kata yang mudah dipahami, dicerna, dan
dimengerti oleh pendengar. Salah satu prinsip komunikasi dalam Islam adalah
bahwa setiap komunikasi harus bertujuan untuk mendekatkan manusia dengan
Tuhannya dan sesama hamba. Islam melarang segala bentuk komunikasi yang
menyebabkan manusia menjauh dari Tuhannya dan sesama hamba.

B. Majlis Taklim
1. Pengertian Majlis Taklim

Majelis taklim terbentuk melalui penggabungan kata, yaitu "majlis" bermakna


tempat, dan "taklim" yang mengacu pada pembelajaran atau pengajian bagi
individu yang tertarik untuk memahami ajaran Islam sebagai bagian dari upaya
da’wah dan pendidikan agama. serta membentuk karakter yang baik bagi
pesertanya, sambil berupaya menjadi penyokong bagi keberadaan alam semesta.
Pengorganisasian mengacu pada semua proses pengelompokan individu,
peralatan, tugas, tanggung jawab, dan wewenang dengan cara yang terstruktur
untuk membentuk sebuah badan yang dapat bergerak sebagai satu kesatuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai lembaga pendidikan informal,
tujuan utama majelis taklim adalah untuk meningkatkan iman, ketaqwaan, dan
moralitas bagi anggotanya serta berperan sebagai sarana dakwah. Dalam
prakteknya, majelis taklim menyediakan fleksibilitas dalam hal waktu dan lokasi
yang tidak terikat, serta terbuka bagi semua lapisan masyarakat dan jenis kelamin.
Majelis taklim juga memiliki peran ganda sebagai lembaga dakwah dan
pendidikan informal. Fleksibilitas ini membuat majelis taklim sangat terkoneksi
dengan masyarakat dan menjadi alternatif pendidikan agama bagi mereka yang
tidak memiliki waktu, energi, dan kesempatan cukup untuk mendapatkan
pengetahuan agama melalui jalur formal.

2. Fungsi Majlis Taklim


Pendidikan Agama: Majelis taklim berfungsi sebagai lembaga pendidikan
agama nonformal yang memberikan pengajaran tentang ajaran Islam kepada
masyarakat. Melalui pengajian rutin, diskusi, dan pelatihan, majelis taklim
membantu meningkatkan pemahaman keagamaan dan moral spiritual individu.
Pengembangan Pribadi: Majelis taklim juga bertujuan untuk mengembangkan
potensi individu dalam aspek spiritual, mental, dan sosial. Melalui pembinaan dan
diskusi, anggota majelis taklim didorong untuk meningkatkan kualitas diri mereka
sebagai individu yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam. Pengabdian Sosial:
Majelis taklim seringkali terlibat dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan seperti
bakti sosial, penggalangan dana, atau bantuan bagi masyarakat yang
membutuhkan. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kasih sayang dan kepedulian
yang diajarkan dalam Islam. Silaturahmi dan Solidaritas: Melalui pertemuan rutin
dan kegiatan bersama, majelis taklim memperkuat hubungan silaturahmi antara
anggota dan membangun rasa solidaritas di antara mereka. Ini menciptakan ikatan
yang kuat dalam komunitas Muslim. Dakwah dan Tabligh: Majelis taklim
berfungsi sebagai sarana dakwah dan tabligh untuk menyebarkan ajaran Islam dan
mendorong praktik keagamaan yang lebih baik di antara anggota masyarakat. Ini
mencakup penyampaian pesan-pesan agama, motivasi untuk meningkatkan
ibadah, dan penanaman nilai-nilai moral. Pemberdayaan Perempuan: Dalam
beberapa kasus, majelis taklim juga memberikan peran penting dalam
pemberdayaan perempuan. Mereka dapat menyediakan kesempatan bagi
perempuan untuk belajar agama, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mengembangkan diri dalam berbagai bidang. Pembentukan Pemimpin: Majelis
taklim dapat menjadi tempat bagi individu untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinan dan kepribadian yang kuat. Melalui pembinaan dan pelatihan,
anggota majelis taklim diharapkan dapat menjadi pemimpin yang bertanggung
jawab dalam masyarakat. Dengan memenuhi fungsi-fungsi ini, majelis taklim
berperan penting dalam membentuk dan memperkuat komunitas Muslim serta
kontribusi mereka dalam masyarakat secara keseluruhan.

3. Tujuan Majlis Taklim

tujuan dari majelis taklim adalah untuk memberikan pendidikan agama kepada
masyarakat. Hal ini mencakup peningkatan pemahaman tentang ajaran Islam, praktik
ibadah, dan nilai-nilai moral yang diusung oleh agama. Pengembangan Spiritual:
Majelis taklim bertujuan untuk membantu individu dalam pengembangan aspek
spiritualnya. Melalui pengajaran agama, diskusi, dan kegiatan keagamaan lainnya,
anggota majelis taklim diharapkan dapat meningkatkan kedekatan mereka dengan
Allah SWT dan memperkuat iman mereka. Pengembangan Pribadi: Selain
pengembangan spiritual, majelis taklim juga bertujuan untuk membantu individu
dalam pengembangan pribadi secara menyeluruh. Ini mencakup peningkatan kualitas
mental, moral, dan sosial anggota masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat: Majelis
taklim memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui pembelajaran
agama, peningkatan pemahaman tentang nilai-nilai Islam, dan pengembangan
keterampilan sosial. Hal ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih kuat,
bermoral, dan berdaya. Pembinaan Pemimpin: Majelis taklim juga memiliki tujuan
untuk membina pemimpin-pemimpin masa depan dalam komunitas Muslim. Melalui
pelatihan, pembinaan kepemimpinan, dan pengembangan karakter, majelis taklim
berusaha untuk menghasilkan pemimpin yang bertanggung jawab dan berkomitmen
terhadap nilai-nilai Islam.
Seperti yang diuraikan di Ensiklopedi Islam, niat utama dari majelis taklim
ialah : a. Menumbuhkan pemahaman dalam beragama di kalangan masyarakat,
terutama di antara anggota jamaah. b. Mendorong peningkatan pelaksanaan ibadah
oleh masyarakat. c. Mempererat hubungan silaturohim antara anggota jamaah. d.
Mengembangkan potensi kepemimpinan di kalangan umat Islam (Dewan Redaksi
Ensiklopedia Islam: 2004). Dalam kerangka ini, Manfred Zimek mengemukakan
bahwa tujuan dari majelis taklim adalah "Mengajarkan prinsip-prinsip nilai-nilai
agama, menanamkan moralitas yang baik, dan membentuk karakter serta memperkuat
moralitas" (Manfred Zimek: 2006). Meskipun berfungsi sebagai ormas yang berbasis
politik, majelis taklim memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan social di
masyarakat.

4. Peranan Majlis Taklim

Peran Majelis Taklim sangat penting dalam konteks pendidikan dan pembangunan
masyarakat, khususnya dalam kerangka pengembangan spiritual dan peningkatan
pengetahuan agama Islam. Beberapa peranan penting dari Majelis Taklim antara
lain:
1. Penyelenggara Pendidikan Agama Islam: Majelis Taklim berfungsi sebagai
lembaga pendidikan agama Islam yang memberikan kesempatan kepada
individu untuk mempelajari ajaran Islam secara mendalam. Ini membantu
dalam meningkatkan pemahaman agama dan praktik keagamaan di
kalangan umat Islam.
2. Tempat Penyebaran Ajaran Islam: Sebagai tempat berkumpulnya umat
Islam untuk belajar, Majelis Taklim juga menjadi sarana penyebaran ajaran
Islam. Melalui diskusi, kajian, dan pelatihan, Majelis Taklim membantu
dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang mendorong kedamaian,
toleransi, dan kebaikan.
3. Pusat Kegiatan Sosial dan Budaya: Majelis Taklim bukan hanya tempat
untuk belajar agama, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya.
Ini mencakup kegiatan seperti bakti sosial, pengajian keluarga, dan acara
keagamaan lainnya yang memperkuat ikatan sosial di antara anggotanya.
4. Pemberdayaan Perempuan: Majelis Taklim memberikan kesempatan
kepada perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan dan
pembangunan masyarakat. Ini mencakup pelatihan keagamaan,
keterampilan, dan dukungan sosial untuk memperkuat peran perempuan
dalam keluarga dan masyarakat.
5. Tempat Berinteraksi dan Berdiskusi: Majelis Taklim memberikan platform
bagi anggotanya untuk berinteraksi, berdiskusi, dan bertukar pikiran
tentang isu-isu keagamaan, sosial, dan budaya yang relevan. Ini
memfasilitasi pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai Islam dan
menguatkan ikatan komunitas.
6. Pembentukan Karakter dan Kepribadian: Melalui pendidikan dan pelatihan
yang diselenggarakan, Majelis Taklim membantu dalam pembentukan
karakter dan kepribadian yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam. Ini
termasuk pembelajaran tentang integritas, disiplin, tanggung jawab, dan
empati.
7. Memberikan Dukungan Kepada Pemerintah: Majelis Taklim juga dapat
memberikan dukungan kepada pemerintah dalam upaya meningkatkan
pendidikan agama Islam dan memperkuat moralitas di masyarakat.
Dengan bekerja sama dalam program-program pendidikan dan sosial,
Majelis Taklim dapat menjadi mitra yang berharga bagi pemerintah dalam
mencapai tujuan pembangunan nasional.

4. Metode Pengajaran Majlis Taklim


Beberapa teknik yang digunakan dalam majelis taklim meliputi: a. Ceramah,
yang bisa dilakukan dalam dua cara: ceramah konvensional, di mana pengajar atau
ustadz menyampaikan materi atau ceramah, dan peserta hanya bertindak sebagai
pendengar; dan ceramah interaktif, di mana ada kesempatan untuk bertanya
sehingga baik pendidik maupun peserta dapat berpartisipasi secara aktif. b.
Halaqoh, di mana pengajar atau ustadz memberikan pembelajaran dengan
membahas isi dari suatu kitab tertentu. c. Mudzakarah, di mana terjadi pertukaran
ide atau diskusi tentang topik yang dipilih untuk dibahas. d. Penerapan metode
kombinasi.
KESIMPULAN
Komunikasi dalam Da’wah adalah bentuk komunikasi yang disesuaikan dengan tujuan dan
prinsip Dakwah. Dalam Islam, individu yang mengajak kepada kebenaran dan kebaikan
dikenal sebagai teungku atau da'i. Mereka mengajukan ajakan baik, tindakan, atau perilaku
yang sejalan dengan ajaran agama. Selain itu, Majelis taklim memainkan peran penting
dalam aktivitas keagamaan perempuan di masyarakat. Majelis taklim tidak hanya
menyediakan tempat untuk berbagai kegiatan pengajaran perempuan, tetapi juga menarik
perhatian organisasi Islam dan partai politik berbasis massa karena dianggap dapat
menggerakkan dukungan dan massa pemilih.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Munjin Nasih, dan Lilik Nur Kholidah. Metode dan Teknik Pembelajara
Pendidikan Agama Islam. Cet. IV; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h. 3
Amirullah Ahmad. (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta;
PWP2M, 1998,
Astrada Ira Gea, Model Komunikasi Dakwah dalam Meningkatkan Ukhwah Islamiyah
pada Majelis Taklim Al-Qirom di desa Kebun Cengkeh Kecamatan Metro Pusat,
(Raden Intan Lampung : 2021)
Dewan Redaksi Enksiklpedia Islaam (e) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta :
Ichtiar Baru Van Haeve, 2004), h.122.
H.A.W. Widjaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. (Jakarta:
Bumi Askara, 2010),
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi
Aksara, 2005) Cet. Ke-1, hlm.120
Huda Nurul, Pedoman Majelis Taklim. Jakarta; KODI DKI Jakarta,2010
Kamaruzzaman Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam
Manfred Zimek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta : LP3ES, 2006) Cet. Ke-1.
H.157
Nur Setiawati, Majelis Ta’lim dan Tantangan Pengembangan Dakwah, (Makassar:
Jurnal Dakwah Tabligh, 2012), No. 1,
Toto tasmara, Komunikasi Dakwah, PT ( Gaya Media Pratama, 1987)
Ujang Saefullah, Kapita selekta Komunikasi, (PT Simbiosa Rekatama 2007) Bandung
Volume 12. No. 1. Januari - Juni 2022
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995),

Anda mungkin juga menyukai