Anda di halaman 1dari 9

Dakwah dan Bimbingan Konseling

(Haliza Ayu Fatmawati1, Laila Lathifah2)


halizafatmawati@gmail.com 1, Lathifahlaila00@gmail.com2

Abstrak
Bimbingan konseling dalam dakwah merupakan pendekatan yang mengacu pada prinsip-
prinsip Islam untuk membimbing individu dan masyarakat dalam mengatasi masalah,
meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung pertumbuhan spiritual. Metode yang digunakan
dalam konseling Islami mencakup Al Hikmah (tuntunan), Al-Mauidhoh Hasanah
(keteladanan), dan Mujadalah (dialog dan perundingan). Selain itu, terdapat metode lain seperti
Non-Direktif, Direktif, dan Eklektik yang mengintegrasikan berbagai pendekatan konseling.
Dalam konteks klasik, terdapat metode Hisbah yang mencakup bimbingan individual,
konseling individual, dan bimbingan massal. Penggunaan teknik konseling dalam dakwah
penting untuk menangani permasalahan keimanan dan pengalaman keagamaan secara lebih
personal dan efektif daripada hanya melalui ceramah atau diskusi.
Kata kunci: Dakwah, Bimbingan, Konseling Islam

PENDAHULUAN
Islam adalah agama dakwah yang berfungsi sebagai rahmat dan nikmat bagi seluruh
manusia, karenanya Islam harus disampaikan kepada seluruh manusia. Ajaran-ajaran Islam
perlu diterapkan dalam segala bidang hidup dan kehidupan manusia, dijadikan juru selamat
yang hakiki di dunia dan di akhirat, sehingga menjadikan Islam sebagai nikmat dan
kebanggaan. Untuk itu diperlukan orang yang mampu dan mau menyampaikannya. Berdakwah
adalah kewajiban setiap muslim, baik ketika sendirian maupun ketika berada dalam suatu
kelompok. Oleh karena itu dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara
kelompok agar timbul dalam diri manusia suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta
pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepada manusia dengan
tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan demikian, maka esensi dakwah adalah terletak pada
ajakan, dorongan/motivasi, rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima

1
ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk kepentingan pribadinya sendiri, bukan untuk
kepentingan da’i.1
Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini serta
memakmurkannya (QS. Al-an’am [6]: 165). Selain itu, manusia diciptakan juga untuk
mengabdi dan beribadah kepada Allah (QS. Adz-dzariyat [51]: 56). Seluruh konsep-konsep
tersebut dapat dijadikan kerangka acuan dalam menjelaskan hakikat manusia yang berlaku
dalam konseling Islam. Orientasi keberadaan manusia menurut Islam adalah dunia akhirat.
Konsep Islam yang demikian tentu saja sangat mungkin untuk diinternalisasi dalam keilmuan
yang lain termasuk Bimbingan dan Konseling Islam. Dimana sebenarnya Bimbingan dan
Konseling Islam itu sendiri merupakan wujud dakwah dalam menyeru dan membantu sesama
umat Islam melalui percakapan yang penuh hikmah dan mauidhotul khasanah.
Realitasnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, kehadiran bimbingan
konseling Islam telah menjadi wawasan baru dalam perkembangan keilmuan di Fakultas
Dakwah dan Komunikasi pada umumnya dan keilmuan bimbingan dan konseling di institusi
pendidikan maupun di masyarakat pada khususnya. Pembahasan keilmuan bimbingan dan
konseling Islam tidak hanya tentang proses bantuan terhadap individu melalui penggunaan
teknik dan keterampilan ilmu bimbingan dan konseling Islam untuk membantu individu dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan, tetapi juga membahas tentang konsep keilmuan
bimbingan dan konseling Islam yang ideal, terutama untuk perkembangan keilmuan di Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. Dikarenakan bimbingan dan konseling Islam berlandaskan ajaran
Al-Qur’an dan hadits yang secara praktis menelusuri alam religius dan bersifat empirik atau
bisa dikatakan memasuki alam dunia dan akhirat. 2
Transformasi dakwah dengan metode konseling Islami merupakan salah satu alternatif
seorang dai dalam melakukan dakwahnya di masyarakat. Karena konseling Islami merupakan
proses konseling yang berorientasi pada pendidikan Islam, dan bertujuan membangun
kehidupan sakinah, kehidupan tidak hanya sekedar mencapai kemakmuran, tetapi juga
ketentraman hidup spiritual. Kehidupan sakinah ini adalah wujud dari an-nafs al-mutmainnah.
Sebagai model pendekatan psikologi bercorak Islam, konseling Islami juga merupakan upaya

1
Bukhori, B. (2014). Dakwah Melalui Bimbingan dan Konseling Islam. Jurnal Konseling Religi, 5(1),
1-18.
2
Basri, A. S. H., Mlusyryfin, Z., Anwar, M. K., & Khairunh, H. (2019). Pengembangan Model
Keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam. Melalui Jurnal Hisbah: Jurnal Bimbingan. Konseling dan Dakwah
Islam, 2(2), 137.
2
merekonstruksi serta aktualisasi kembali konsep diri agar mencapai jiwa yang tenteram,
kawasan garapannya adalah hati. 3

KAJIAN TEORI
1. Korelasi dakwah dan bimbingan konseling
Pada awalnya bimbingan konseling Islam lebih banyak digunakan dalam lapangan
pendidikan, yakni ilmu yang digunakan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah
pendidikan yang dialami misalnya siswa yang mengalami kesulitan belajar, konsentrasi belajar
rendah, prestasi belajarnya menurun, serta lambat dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Dalam dunia dakwah, bimbingan konseling Islam merupakan ilmu bantu dakwah. Ia bisa berdiri
sendiri di deretan ilmu dakwah, yakni ilmu yang membicarakan tentang bagaimana berdakwah
di kalangan mad’u yang bermasalah. Jika dakwah memiliki beberapa komponen, yaitu: da’i,
mad’u, materi, metode maupun media, maka dalam praktik bimbingan konseling Islam hanya
terdiri dari komponen yaitu konselor, sebagai orang yang melakukan bimbingan dan klien
sebagai orang yang memerlukan bantuan bimbingan (orang yang bermasalah).
Pada sisi lain tahap pertumbuhan dari dakwah mengalami beberapa tahapan yaitu Tahap
ini disebut sebagai tahap pertumbuhan pemikiran, sebab dakwah belum dijelaskan secara
sistematis dan komprehensif sebagai sebuah bangunan ilmu. Pada tahap ini dakwah hanya
dipandang sebagai aktivitas yang harus dilakukan oleh umat Islam. Tahap pemikiran dakwah
sebagai fenomena tauhid, sosial, dan sejarah (1896-1941) II. Tahap ini dakwah Islam dikaji
dalam perspektif tauhid, sosial,dan sejarah.
Tahap pemikiran dakwah sebagai kajian akademik di perguruan tinggi (1942-1980),
selanjutnya tahun 1942 terbit buku yang membahas tentang dakwah Islam berjudul Hidayah al-
Mursyidin. Buku ini ditulis oleh Syekh Ali Mahfudz. Buku ini menjadi dasar diakuinya Ilmu
Dakwah dalam dunia akademik di Universitas Al-Azhar, Mesir. Tahap pemikiran dakwah
secara sistematis melalui pendekatan epistemologi dan sistem analisis (1981-sekarang), pada
tahap ini dakwah Islam sudah mulai dikaji berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan yang
sistematis dengan menggunakan pendekatan ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
Kegiatan dakwah adalah kegiatan yang membimbing umat manusia untuk
melaksanakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran, tentu ilmu Bimbingan Konseling
mempunyai andil yang besar bagi ilmu dakwah. Metode-metode yang dapat dipakai dalam

3
Rozikan, M. (2017). Transformasi dakwah melalui konseling islami. INJECT (Interdisciplinary
Journal of Communication), 2(1), 77-98.
3
dakwah dapat digunakan dalam dalam praktek bimbingan konseling. Ketika masyarakat
mengalami guncangan batin maka persoalannya dapat diselesaikan melalui metode bimbingan
konseling dan pendekatan keagamaan salah satu metode dakwah. Dalam konteks ini, bimbingan
konseling Islam diperlukan untuk berdakwah kepada orang-orang (mad’u) yang sedang
mengalami problem kejiwaan, yakni membantu mereka agar dapat kembali menemukan dirinya
dan dengan potensi getaran imannya dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi.
Pada realitasnya, profesi memberikan layanan bimbingan konseling Islam sudah banyak
dilakukan oleh da’i, mubaligh maupun kyai, tetapi mereka tidak berangkat dari konsep
bimbingan sebagai disiplin ilmu, maka teknik dan prosedur bimbingan konseling yang mereka
laksanakan secara improalamvisasi. Apa yang diberikan oleh para kyai dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling boleh jadi sebanding dengan apa yang dilakukan para
konselor profesional, tetapi karena tidak didokumentasikan dalam bentuk tertulis, maka
pengalaman mereka secara langsung tidak memberikan kontribusi bagi pengembangan
keilmuan bimbingan konseling.

2. Peran Da’i dan Konselor


Peran Da’i dalam Islam secara umum memegang peranan penting dalam menyebarkan
Agama Islam sesuai dengan perintah Allah dan sunah Rasulullah saw dan tugas Da’i ini bukan
hanya diperintahkan untuk umat sekarang yang serba muda mendapatkan informasi tentang
pengetahuan dan wawasan keislaman dan terbukti kemudahan yang ada sekarang membuat para
Da’i tidak sulit memerankan tugasnya sebagai Da’i dalam menyampaikan Agama Islam kepada
Manusia.
Namun berbeda jauh dengan Da’i sebelumnya yang mempunyai peran tidak sama
dengan Da’i sekarang karena mereka diberi kelebihan dan ketekunan serta kesabaran dalam
menyiarkan Agama Islam mereka rela mengorbankan harta, jiwa, bahkan diri mereka agar
tersebarnya Agama Islam sampai ke penjuru dunia peran mereka dalam menyebarkan Agama
Islam ini tidaklah semudah kita bayangkan mereka tidak lagi menghiraukan berapa banyak
harta, waktu , jarak ,rintangan yang mereka hadapi dimedan dakwah seperti yang kita ketahui
seorang revolusioner dakwah yang sangat berwibawa mempunyai kerisauan yang tinggi untuk
Agama Allah serta mengambil andil dalam peran sebagai Da’i.
Menurut Baruth dan Robinson, peran adalah apa yang diharapkan dari posisi yang
dijalani seorang konselor dan persepsi dari orang lain terhadap posisi konselor tersebut.
Sedangkan peran konselor menurut Baruth dan Robinson adalah peran yang inheren ada dan

4
disandang oleh seseorang yang berfungsi sebagai konselor. Ada banyak teori mengenai peran
konselor, teori tersebut bermacam-macam sesuai dengan asumsi tingkah laku serta tujuan yang
akan dicapai oleh seorang konselor.
Dalam pandangan Rogers, koselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam
memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan, dan persepsinya,
dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien. Selain itu peran konselor
menurut Rogers adalah fasilitator dan reflektor. Disebut fasilitator karena konselor
memfasilitasi atau mengakomodasi konseling mencapai pemahaman diri. Disebut reflektor
karena konselor mengklarifikasi dan memantulkan kembali kepada klien perasaan dan sikap
yang diekspresikannya terhadap konselor sebagai representasi orang lain.

3. Da’i Sebagai Konselor


Dai sebagai konselor, pada dasarnya merupakan interaksi timbal balik yang di dalamnya
terjadi hubungan saling mempengaruhi antara konselor sebagai pihak yang membantu dan klien
sebagai pihak yang dibantu. Hanya saja, mengingat konselor diasumsikan sebagai pribadi yang
akan membimbing konseli dalam mencapai tujuan tertentu, maka dalam relasi ini sangat
dibutuhkan adanya kapasitas tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Kualitas
konselor adalah suatu kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan,
keterampilan, dan nilai-nilai yang dimiliki konselor, yang akan menentukan keberhasilan
proses bimbingan dan konseling.
Salah satu kualitas yang kurang dibicarakan adalah kualitas pribadi konselor, yang
menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan efektivitas
konseling. Kemampuan dai sebagai konselor dapat diasah setidaknya lewat tiga cara: 1)
membangun hubungan pribadi dengan mad’u (klien), dai perlu membangun keakraban dan
mengenal mad’u (klien) secara personal sehingga mad’u (klien) bersedia membuka diri, hal ini
dapat memudahkan dai dalam mengidentifikasi akar masalah pada diri mad’u (klien); 2)
menumbuhkan sikap pengertian terhadap kecenderungan mad’u, dai perlu memahami kondisi
jiwa mad’u, sebuah solusi yang seharusnya efektif bisa menjadi tidak berarti manakala
diterapkan pada waktu yang salah, dengan melihat sikap mental mad’u, dai dapat memilih mana
solusi yang bisa diterapkan saat itu, dan mana yang harus menunggu kesiapan mad’u, 3)
bersikap sabar terhadap mad’u, pada dasarnya, sesuai dengan fungsi ajaran Islam sebagai
rahmatan lil alamin, tujuan dakwah adalah kebaikan ummat secara umum, bukan hanya Islam,

5
secara otomatis, dai akan menghadapi kondisi yang berbeda dari berbagai komunitas dalam
masyarakat.
Syarat utama untuk mengembangkan peran dai sebagai konselor adalah kepercayaan.
Sebagaimana diketahui, nabi Muhammad saw dikenal sebagai yang terpercaya (al-amin). Gelar
ini diberikan karena setiap sikap, tindakan dan perkataan beliau merupakan sesuatu yang
membawa nilai positif dan kebenaran, sehingga timbul kepercayaan di hati masyarakat terhadap
beliau.

PEMBAHASAN
1. Metode Bimbingan Konseling dalam Dakwah
Masyarakat merupakan objek bimbingan konseling, sebab didalam tubuh masyarakat
terdapat heterogenitas dalam setiap ruang lingkupnya. Sehingga sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya, agama Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin, ini artinya agama
Islam hadir untuk menjawab persoalan dimasyarakat. Dari kondisi tersebutlah dakwah dan
bimbingan konseling menemukan eksistensinya. Bimbingan konseling Islami dalam hal ini
merupakan salah satu metode dakwah, dimana proses konseling Islami memperhatikan prinsip
pada hal-hal fundamental diantaranya;4 1) Prinsip ke tauhidan; 2) Prinsip keyakinan pada
malaikat; 4) Prinsip pembelajaran yaitu terbuka dalam memahami Al-qur'an dan Sunnah Rasul;
5) Keyakinan pada masa depan, khususnya kepercayaan pada hari akhir.

Dari prinsip-prinsip tersebut dakwah melalui bimbingan konseling Islami, secara umum
dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu;5
1) Metode Al Hikmah (tuntunan).
Al Hikmah dalam bahasa Arab, mencakup pengetahuan, kebijaksanaan, dan
pemahaman mendalam tentang ajaran Islam. Metode Al Hikmah dalam konseling
Islami mengacu pada pendekatan yang didasarkan pada hikmah, ajaran agama Islam,
dan nilai-nilai keislaman untuk membimbing individu dalam mengatasi masalah,
meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung pertumbuhan spiritual mereka.
2) Metode Al-Mauidhoh Hasanah (keteladanan).
Mauidho Hasanah adalah istilah dalam bahasa Arab yang dapat diterjemahkan
sebagai "nasihat yang baik" atau "pendekatan bimbingan yang baik." Dalam konteks

4
Hilyas H. (2022). Implementasi Bimbingan Konseling dalam Pendidikan Islam, Jurnal At-Tadbir:
Media Hukum dan Pendidikan, Vol. 32 No. 1, h. 6-7
5
Ibid Hilyas H. (2022). h. 6-7
6
bimbingan dan konseling, Mauidho Hasanah mengacu pada metode yang berfokus pada
memberikan contoh teladan melalui nasihat, arahan, atau panduan yang positif, bijak,
dan bermanfaat untuk membantu individu mengatasi masalah atau mengembangkan diri
secara holistik.
3) Metode Mujadalah.
Metode mujadalah dalam konseling Islami merujuk pada pendekatan konseling
yang menekankan pada dialog, diskusi, dan perundingan antara konselor (pendamping)
dan klien (individu yang membutuhkan bimbingan) untuk mencari solusi terbaik bagi
masalah yang dihadapi. Istilah "mujadalah" dalam bahasa Arab berarti diskusi atau
perundingan. Metode mujadalah dalam konseling Islami adalah upaya untuk
memadukan pendekatan konseling modern dengan nilai-nilai dan ajaran agama Islam,
sehingga membantu individu mencapai kesejahteraan holistik yang sesuai dengan ajaran
agama mereka.

Tiga metode tersebut merupakan metode yang umum dilakukan dalam dakwah. Adapun
juga pendapat M. Ali Aziz yang dikutip oleh Muhamad Rozikan dalam artikelnya
mengemukakan bahwasannya metode pendekatan konseling dalam dakwah dibagi menjadi tiga
diantaranya yaitu;6
1) Metode Non-Direktif, mengusung pendekatan di mana konselor, sebagai pendakwah,
meyakini bahwa klien adalah mitra dakwah yang memiliki kapasitas untuk
memecahkan masalahnya sendiri. Dalam proses konseling berbasis klien ini, klien
bertanggung jawab atas permasalahannya sendiri, sehingga bukan tanggung jawab
konselor.
2) Metode Direktif adalah suatu pendekatan dimana klien dianggap tidak memiliki
kapasitas sepenuhnya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan membutuhkan
bimbingan dari konselor. Oleh karena itu, konselor memiliki tanggung jawab untuk
memberikan bimbingan secara menyeluruh hingga klien memiliki pemahaman yang
lebih baik mengenai dirinya sendiri. Dalam teknik konseling yang lebih cenderung
kepada konselor, konselor melakukan evaluasi, analisis, sintesis, diagnosis, dan prediksi
sebelum melaksanakan sesi konseling yang mencakup upaya untuk membentuk

6
Muhamad Rozikan. (2017). Transformasi Dakwah Melalui Konseling Islami. INJECT:
Interdisciplinary Journal of Communication, Vol.2, No.1, h. 77-98
7
hubungan baik antara konselor dan klien, menganalisis data mengenai klien, dan
memberikan nasehat yang diperlukan.
3) Metode Eklektik adalah integrasi dari teknik-teknik sebelumnya. Konselor sebagai
pendakwah menerapkan keduanya secara fleksibel sesuai dengan permasalahan dan
konteks konseling yang tengah berlangsung. Pada tahap tertentu, konselor dapat lebih
dominan, sementara pada tahap lain, klien yang lebih dominan. Penekanan bergantian
ini disesuaikan dengan kebutuhan, dengan tujuan utama untuk meningkatkan efektivitas
konseling.

Kamal Ibrahim Mursi dalam Zaenal Musyrifin, menjelaskan metode konseling islami
klasik yang disebut ¨Hisbah¨, dimana dalam metode klasik ini konseling islami dibagi menjadi
tiga metode yaitu;7
1) Bimbingan individual dapat diberikan kepada individu yang membutuhkannya, terlepas
dari apakah mereka meminta bantuan atau tidak. Bimbingan ini mencakup berbagai
aspek kehidupan seperti keagamaan, kehidupan rumah tangga, pengembangan
kepribadian, dan situasi di tempat kerja. Tujuannya adalah membantu individu
mengatasi masalah dan menyelesaikan tantangan yang dihadapi.
2) Konseling individual merupakan langkah lanjutan yang diberikan kepada individu yang
terang-terangan terjerumus dalam tindakan negatif dan menolak melakukan perbuatan
baik. Hal ini mencakup individu yang terlibat dalam perbuatan tercela, menolak
kebaikan, terlibat dalam perilaku kriminal, atau enggan berubah ke arah yang lebih
positif. Konseling ini bertujuan untuk membimbing mereka menuju perubahan positif
dan meminimalisir perilaku yang merugikan.
3) Bimbingan massal adalah upaya untuk memediasi konflik antara kelompok-kelompok
yang berselisih, diadakan secara publik dalam forum perdamaian.

Penggunaan teknik konseling dalam dakwah penting dilakukan, mengingat maraknya


permasalahan yang berkaitan dengan keimanan dan pengalaman keagamaan yang tidak dapat
diatasi hanya dengan ceramah atau diskusi. Beberapa permasalahan membutuhkan penanganan
khusus, di mana pendakwah berinteraksi secara langsung dan pribadi dengan mitra dakwah
untuk mencapai solusi yang lebih tepat dan personal.

7
Zaen dan A. Said. 2018. Integrasi Dakwah Islam… ,HISBAH: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah
Islam Vol. 15, No. 2, 79-101. https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57836/1/integrasi%20dakwah.pdf
8
KESIMPULAN
Bimbingan konseling Islam merupakan disiplin ilmu dakwah, sehingga memiliki
kesamaan dalam beberapa komponen, dimana da’i merupakan konselor, mad’u sebagai
konseli/klien, materi dakwah merupakan permasalahan konseli/klien. Dari hal tersebut
menunjukkan adanya hubungan antara dakwah dengan bimbingan konseling. Sehingga dalam
implementasinya pun dapat diintegrasikan melalui pendekatan dialektik, non dialektik, serta
elektik. Sedangkan dalam jenis bimbingannya dapat dilakukan secara berkelompok, individual,
dan massal.

SARAN
Artikel ini memerlukan kajian lebih lanjut melalui berbagai perspektif sudut pandang, sehingga
diharapkan pembaca dapat menambah literasi melalui kajian literatur lain, serta memberikan
kritik dan saran sebagai acuan perbaikan dan pengembangan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Basri, A. S. H., Mlusyryfin, Z., Anwar, M. K., & Khairunh, H. (2019). Pengembangan
Model Keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam. Melalui Jurnal Hisbah: Jurnal Bimbingan.
Konseling dan Dakwah Islam, 2(2), 137.
Bukhori, B. (2014). Dakwah Melalui Bimbingan dan Konseling Islam. Jurnal Konseling
Religi, 5(1), 1-18.
Hibatullah, H. (2022). Implementasi Bimbingan Konseling dalam Pendidikan Islam,
Jurnal At-Tadbir: Media Hukum dan Pendidikan, Vol. 32 No. 1, h. 6-7.
https://ejournal.staisyamsululum.ac.id/index.php/attadbir/issue/view/16
Musyrifin, Z. dan A. Said Hasan Basri. 2018. Integrasi Dakwah Islam Dengan
Keilmuan Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam Jurnal Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling
Dan Dakwah Islam. HISBAH: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol.15, No.2,
79-101. https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/57836/1/integrasi%20dakwah.pdf Rozikan,
M. (2017). Transformasi Dakwah Melalui Konseling Islami. INJECT: Interdisciplinary Journal
of Communication, Vol.2, No.1, h. 77-98.
https://www.neliti.com/id/publications/223890/transformasi-dakwah-melalui-konseling-islami

Anda mungkin juga menyukai