Anda di halaman 1dari 15

IN B A T U S A N G K

KONSELING PENDEKATAN ISLAM

Tentang

Konsep Dasar Konseling Islam

Oleh:

FITRIA OSNELA

FITRIYANI

NELLA HARIANI

YOLA SISKA

DOSEN:

Darimis, M. Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR
2013
KONSEP DASAR KONSELING ISLAM

A. Pendahuluan
Konseling Islam sesungguhnya telah ada sejak zaman Rasulullah, banyak
sumber yang menunjukkan bahwa nabi Muhammad SAW telah mempraktikkan
prinsip-prinsip konseling Islam secara sempurna, sehingga hanya dalam kurun
waktu 23 tahun Rasulullah dapat merubah suku bangsa yang mulanya jahiliyah
menjadi umat yang bertauhid, berakhlak mulia dan berbudaya tinggi. Namun
secara istilah konseling Islam agaknya baru muncul beberapa dekade belakangan
ini sehingga konseling Islam masih menjadi pembahasan baru dalam bidang
konseling.
Ada perbedaan mendasar antara konseling Islam dengan konseling secara
umum. Namun, bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam agaknya konseling Islam dapat menjadi satu alternatif
pendidikan yang dapat diterapkan ditengah-tengah masyarakat, mengingat
konseling Islam sesungguhnya sudah ada sejak zaman Rasulullah dan
kompleksnya kehidupan masyarakat dari berbagai bidang. Konseling Islam
menyentuh segala aspek kehidupan manusia.
Makalah ini akan membahas mengenai konsep dasar bimbingan dan
konseling Islami diantaranya; pengertian, landasan, tujuan, dan ruang lingkup
garapan konseling Islami serta beda konseling Islami dengan konseling secara
umum.

B. Konsep Dasar Konseling Islam


1. Pengertian Konseling Islam
Berdasarkan literature bahasa Arab kata konseling disebut Al-Irsyad
atau Al-Istisyarah, dan kata bimbingan disebut Attaujih. Dengan demikian,
Guidance and Counselling dialih bahasakan menjadi At-taujih wa al-irsyad
atau at-taujih wa al-istisyarah. Secara etimologi kata Irsyad berarti alhuda,
ad-dalah yang dalam bahasa Indonesia berarti; petunjuk, sedangkan kata Al
istisyarah berarti; talaba min al-mansyurah / an-nasihah, dalam bahasa
Indonesia berarti; meminta nasehat / konsultasi.1
Sementara Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.2
Sebagai makhluk berproblem, di depan manusia telah terbentang
berbagai petunjuk solution (pemecahan, penyelesaian) terhadap problem
kehidupan yang dihadapinya. Namun, karena tidak semua problem dapat
diselesaikan oleh manusia secara mandiri, maka ia memerlukan bantuan
seorang ahli yang berkompeten sesuai denga jenis problemnya.
Kesempurnaan ajaran Islam menyimpan khazanah-khazanah berharga
yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan problem kehidupan
manusia. Secara operasional khazanah-khazanah tersebut tertuang dalam
konsep konseling Islami dan secara praktis tercermin dalam proses face to
face relationship (pertemuan tatap muka) atau personal contact (kontak
pribadi) antara seorang konselor professional dan berkompeten dalam
bidangnya dengan seorang klien / konseli yang sedang menghadapi atau
berjuang menyelesaikan kehidupannya untuk mewujudkan amanah ajaran
Islam.
Konseling Islam akan menjalin hubungan personal antara dua pihak
manusia, satu pihak ingin memecahkan / menyelesaikan problem
kehidupannya untuk mewujudkan amanah ajaran Islam.
Konseling Islam akan menjalin hubungan personal antara dua pihak
manusia, satu pihak ingin memecahkan / menyelesaikan masalah dan satu
pihak lagi membantu memecahkan atau menyelesaikan masalah. Hasil
seminar bimbingan dan konseling Islami yang diselenggarakan oleh UII di
Yogyakarta pada tahun 1985 didapat sebuah rumusan bahwa “Konseling

1
Wilda Yulis, Sikap Calon Konselor terhadap Konseling Islam, (Skripsi pada Jurusan Tarbiyah
Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN Batusangkar, 2013. Tidak dipublikasikan), h. 25
2
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:UII Press, 2001), h. 4
Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan
di dunia dan di akhirat”. 3
Sejalan dengan hal itu, Hellen mengungkapkan bahwa Konseling
Islam adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulang
penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga ia
kembali menyadari perannya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan
berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhirnya tercipta
kembali hubungan yang baik dengan Allah, dengan manusia dan alam
semesta.4
Berpijak pada beberapa pendapat di atas dapat kita pahami bahwa
konseling Islam adalah upaya bantuan yang diberikan oleh seorang konselor
kepada klien agar klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan
menggunakan Al-Qur;an dan hadist sebagai pedoman untuk bertindak. Senada
dengan hal tersebut, Tohari Musnamar mengemukakan bahwa Bimbingan dan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.5
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita pahami bahwa konseling
Islam merupakan sebuah proses konseling yang menjadikan Al-Qur’an dan
Sunnah sebagai pedoman agar individu tersebut dapat menyelesaikan
masalahnya dan menyadari keberadaannya sebagai makhluk Allah SWT.

2. Landasan Konseling Islam

3
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h.85
4
Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta Selatan: Ciputat Press, 2012), h.22
5
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta:
Elsaq Press, 2007), h.5
Landasan (pondasi atau dasar pijak) utama bimbingan dan konseling
Islami adalah Al-qur’an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan
sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam.
Al-qur’an dan sunnah Rasul merupakan landasan utama yang dilihat
dari sudut asal usulnya, merupakan landasan ‘naqliyah’, maka landasan lain
yang dipergunakan oleh bimbingan dan konseling Islami yang sifatnya
‘aqliyah’ adalah filsafat dan ilmu, dalam hal ini filsafat Islami dan ilmu atau
landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran islam. Hasan Langgulung (dalam
Bukhari Umar) mengatakan bahwa sumber pendidikan Islam itu ada enam
macam, yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, kata-kata sahabat, kemaslahatan umat,
tradisi, maupun kebiasaan masyarakat, dan hasil pemikiran para ahli dalam
Islam.6
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa Al-Qur’an dan
sunnah merupakan sumber tertinggi dan utama dibanding sumber-sumber
lainnya. Begitu juga dengan konseling Islam yang merupakan bagian dari
pendidikan menggunakan Al-Qur;an dan hadist sebagai landasan pertama dan
utama dalam prosesnya. Al-Qur’an dan sunnah dijadikan sumber pendidikan
Islam yang pertama dan utama karena ia memiliki nilai absolut yang
diturunkan dari Alah SWT. Allah yang menciptakan manusia, ia pula yang
akan menjaga dan membina manusia tersebut, disamping itu tak ada satupun
persoalan manusia yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an, seperti yang
terdapat dalam QS. Al-An’am: 38.
         
          
   

Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung


yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti
kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian
kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

6
Bukhari Umar, Hadist Tarbawi, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2011), h.1
Berdasarkan ayat di atas, dapat diketahui bahwa Al-Qur’an merupakan
pedoman utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Al-Qur’an
merupakan ayat-ayat suci Allah SWT yang di dalamnya mengandung makna
yang luar biasa untuk dijadikan pedoman bagi manusia karena Al-Qur’an
membahas segala aspek dari sisi kehidupan manusia.
Landasan filosofis Islam yang penting artinya bagi bimbingan dan
konseling Islami antara lain: 1) falsafah tentang dunia manusia (citra
manusia); 2) falsafah tentang dunia dan kehidupan; 3) falsafah tentang
pernikahan dan keluarga; 4) falsafah tentang pendidikan; 5) falsafah tentang
masyarakat dan kehidupan kemasyarakatan; 6) falsafah tentang upaya mencari
nafkah atau falsafah kerja.
Dalam gerak dan langkahnya, bimbingan dan konseling Islami
berlandaskan pula pada berbagai teori yang telah tersusun menjadi ilmu. Ilmu-
ilmu yang membantu dan dijadikan landasan gerak operasional bimbingan dan
konseling Islami itu antara lain: 1) ilmu jiwa (psikologi); 2) ilmu hukum
Islam; 3) ilmu-ilmu kemasyarakatan (sosiologi, antropologi sosial, dan
sebagainya).7

3. Tujuan Konseling Islam


Secara sederhana konseling Islam bertujuan untuk menyeru berbuat
baik dan mencegah perbuatan munkar. Sedangkan “tujuan umum / jangka
panjang konseling Islam adalah agar individu menjadi muslim yang bahagia
dunia dan akhirat”.8 Demi mencapai tujuan umum tersebut, perlu dibangun
kemandirian individu sebagai pribadi muslim. Ciri pribadi muslim yang
diharapkan terbentuk melalui konseling Islam adalah:
a. Individu yang mampu mengenal dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah,
makhluk individu yang unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya,

7
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta:
Elsaq Press, 2007), h. 5-6
8
Erhamwilda, Konseling Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 119
makhluk yang selalu berkembang dan makhluk sosial (yang harus
mengenal lingkungan sosialnya / keluarga, sekolah, masyarakatnya).
b. Individu menerima keberadaan diri dan lingkungannya secara positif dan
dinamis (sebagai hamba Allah, sebagai makhluk individu, dan sebagai
makhluk sosial) yang dituntut dengan sejumlah tugas dan tanggungjawab
dalam hidup.
c. Individu mampu mengambil keputusan yang sesuai tuntunan nilai Ilahi
dalam eksistensi dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang diberi fitrah
dengan potensi hati atau kalbu, akal, fisik psikis dan hawa nafsu, sebagai
makhluk yang unik, sebagai makhluk sosial yang terikat dengan
lingkungan sosial / orang lain diluar dirinya.
d. Individu mampu mengarahkan dirinya sesuai keputusan yang diambilnya.
e. Individu mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai insan yang tunduk
pada aturan Ilahi, menjd dirinya sendiri yang bersikap dan bertindak
sesuai fitrahnya, sebagai individu yang mampu menempatkan dirinya
dalam lingkungan sosialnya sesuai nilai-nilai Islam.9

Secara singkat tujuan bimbingan dan konseling Islami dapat


dirumuskan sebagai berikut:10
1) Tujuan umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2) Tujuan khusus
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah;
b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya;
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya
dan orang lain.

Menurut Erhamwilda tujuan jangka pendek proses konseling Islam


adalah “membantu klien mengatasi masalahnya dengan cara mengubah sikap
dan perilaku klien yang melanggar tuntunan Islam menjadi sikap dan perilaku

9
Erhamwilda, Konseling…, h. 120
10
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),
h. 36-37
hidup yang sesuai dengan tuntunan Islam”.11 Berdasarkan pendapat diatas
dapat dipahami bahwa konseling Islam mempunyai tujuan jangka pendek dan
jangka panjang. Namun dibalik hal itu, ada tujuan yang lebih pasti dari
konseling Islam tersebut, yaitu kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Munandir dalam Saiful Akhyar Lubis mengemukakan bahwa tujuan
konseling Islam ialah “membantu seseorang untuk mengambil keputusan dan
membantunya menyusun rencana guna melaksanakan keputusan itu. Dengan
keputusan itu ia bertindak atau berbuat sesuatu yang konstruktif sesuai dengan
perilaku yang didasarkan atas ajaran Islam”.12
Layanan Konseling Islam ditujukan untuk membantu manusia sedapat-
dapatnya agar terhindar dari masalah. Andaipun ia menghadapi masalah,
diharapkan ia dapat menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, sebagai
ketetapan dan anugrah dari Allah. Dapat diketahui bahwa konseling Islam
bertujuan menanamkan kebesaran hati dalam diri klien agar ia benar-benar
menyadari bahwa ia telah memiliki kemampuan memecahkan dan
menyelesaikan masalah. Selain itu, klien juga harus berupaya menumbuh
kembangkannya melalui latihan serta amal ibadah disetiap saat agar ia tidak
menghadapi masalah atau minimal ia tidak akan menghadapi masalah yang
sama dalam rentang kehidupannya.
Tujuan yang ingin dicapai melalui Bimbingan dan Konseling Islam
adalah agar fitrah yang dikaruniakan Allah kepada individu bisa
berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi kaffah,
dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu
dalam kehidupan sehari-hari yang tampil dalam bentuk kepatuhan
terhadap hukum-hukum Allah dalam melaksanakan tugas kekhalifahan di
bumi, dan ketaatan dalam beribadah dengan mematuhi segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.13

11
Erhamwilda, Konseling…, h. 120
12
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), h. 111
13
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 207
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa tujuan konseling
Islam adalah agar klien dapat mengaktualisasikan apa yang diimaninya lewat
perbuatan sehari-hari, dengan kata lain individu dapat meningkatkan iman,
Islam dan ikhsan individu yang dibimbing hingga menjadi pribadi yang utuh
hingga pada akhirnya dapat hidup bahagia didunia dan akhirat.

4. Ruang Lingkup Garapan Konseling Islam


Menurut Ainur Rahim Faqih, ruang lingkup garapan konseling Islam
antara lain:
a. Pernikahan dan Keluarga
Anak dilahirkan dan dibesarkan (umumnya) di lingkungan keluarga,
entah itu keluarga intinya (ayah dan ibunya sendiri), keluarga lain, atau
keluarga besar (sanak saudara). Keluarga lazimnya diikat oleh tali
pernikahan. Pernikahan dan ikatan keluarga di satu sisi merupakan
manfaat, disisi lain dapat mengandung mudharat atau menimbulkan
kekecewaan-kekecewaan.
Dalam pada itu, pernikahan dan kekeluargaan sudah tentu tidak
terlepas dari lingkunganya (sosial maupun fisik) yang mau tidak mau
mempengaruhi kehidupan keluarga dan keadaan pernikahan. Karena itulah
maka bimbingan dan konseling Islami kerap kali amat diperlukan untuk
menangani bidang ini.

b. Pendidikan
Semenjak lahir anak sudah belajar, belajar mengenal
lingkungannya. Dan manakala telah cukup usia, dalam sistem kehidupan
dewasa ini, anak belajar dalam lembaga formal (di sekolah). Dalam belajar
(pendidikan) pun kerap kali timbul berbagai masalah yang memerlukan
penanganan bimbingan dan konseling Islami untuk menanganinya.

c. Sosial Kemasyarakatan
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan kehidupannya
sedikit banyak tergantung pada orang lain. Kehidupan kemasyarakatan
(pergaulan) ini pun kerap kali menimbulkan masalah bagi individu yang
memerlukan penanganan bimbingan dan konseling Islami.

d. Pekerjaan (jabatan)
Untuk memenuhi hajat hidupnya, nafkah hidupnya, dan sesuai
dengan hakekatnya sebagai khalifah di muka bumi (pengelola alam),
manusia harus bekerja. Mencari pekerjaan yang sesuai dan membawa
manfaat besar, mengembangkan karir dalam pekerjaan, dan sebagainya,
kerap kali menimbulkan permasalahan pula, bimbingan dan konseling
Islami pun diperlukan untuk menanganinya.

e. Keagamaan
Manusia merupakan makhluk religious. Akan tetapi dalam
perjalanan hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut. bahkan
dalam kehidupan keagamaan pun kerap kali muncul pula berbagai masalah
yang menimpa dan menyulitkan individu. Dan ini memerlukan penanganan
bimbingan dan konseling Islam.14

5. Beda Konseling Islam dengan BK Secara Umum


Bimbingan konseling islam dan bimbingan konseling secara umum
mempunyai perbedaan yang sangat signifikan, perbedaan ini dapat dilihat dari
landasan keilmuannya dimana “landasan keilmuan BK secara umum mengacu
kepada filsafat sedangkan landasan keilmuan BK islam mengacu kepada Al
quran dan As Sunnah”.15
Tohari Musnamar juga mengemukakan pendapat mengenai perbedaan
BK umum dengan BK Islam yaitu:
1) Pada umumnya di barat proses layanan bimbingan dan konseling tidak
dihubungkan dengan tuhan maupun ajaran Agama. Maka layanan
bimbingan dan konseling di anggap sebagai hal semata-mata masalah
keduniawian, sedangkan Islam menganjurkan aktifitas layanan bimbingan
14
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogyakarta: UII Press, 2001), h.
44-45
15
Tersedia: http://guslukman.blogspot.com/2008/08/perbedaan-bk-umum-dan-bk-islami.html.
diakses pada tanggal 08 September 2013
dan konseling itu merupakan suatu ibadah kepada Allah SWT suatu
bantuan kepada orang lain, termasuk layanan bimbingan dan konseling
dalam ajaran Islam dihitung sebagai sedekah.
2) Pada umumnya konsep layanan bimbingan dan konseling barat hanyalah
didasarkan atas fikiran manusia. Semua teori konseling yang ada hanyalah
didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lalu, sedangkan konsep
bimbingan konseling Islam didasarkan atas Al-Qur’an dan Sunnah Rasul,
aktivitas akal dan pengalaman manusia.
3) Konsep layanan bimbingan dan konseling barat tidak membahas kehidupan
sesudah mati, sedangkan layanan bimbingan dan konseling Islam meyakini
adanya kehidupan sesudah mati.
4) Konsep layanan bimbingan konseling barat tidak membahas dan
mengaitkan diri dari pahala dan dosa. Sedangkan menurut konseling Islami
membahas dan dosa yang telah di kerjakan.16

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa BK umum dan BK


Islam berbeda, perbedaan ini terletak pada landasan keilmuan dan konsep
yang di pakainya, BK umum memakai landasan keilmuan filsafat sedangkan
BK Islam landasan keilmuannya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, konsep yang di
aplikasikan BK umum mengenai konsep duniawi saja sedangkan konsep BK
Islam membahas mengenai dunia dan akhirat.

C. Penutup
1. Kesimpulan
Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu
agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan
Konseling Islam merupakan sebuah proses konseling yang menjadikan Al-
Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman agar individu tersebut dapat

16
Tersedia: http://www.slideshare.net/naeila/hakikat-bki. diakses pada tanggal 08 September
2013
menyelesaikan masalahnya dan menyadari keberadaannya sebagai makhluk
Allah SWT.
Berdasarkan QS. Al-an’am ayat 38, dapat diketahui bahwa Al-Qur’an
merupakan pedoman utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Al-
Qur’an merupakan ayat-ayat suci Allah SWT yang di dalamnya mengandung
makna yang luar biasa untuk dijadikan pedoman bagi manusia karena Al-
Qur’an membahas segala aspek dari sisi kehidupan manusia.
Secara sederhana konseling Islam bertujuan untuk menyeru berbuat
baik dan mencegah perbuatan munkar. Sedangkan “tujuan umum / jangka
panjang konseling Islam adalah agar individu menjadi muslim yang bahagia
dunia dan akhirat”. Demi mencapai tujuan umum tersebut, perlu dibangun
kemandirian individu sebagai pribadi muslim.
Menurut Ainur Rahim Faqih, ruang lingkup garapan konseling Islam
antara lain: 1) Pernikahan dan Keluarga, 2) Pendidikan, 3) Sosial
Kemasyarakatan, 4) Pekerjaan (jabatan), 5) Keagamaan.
BK umum dan BK Islam berbeda, perbedaan ini terletak pada landasan
keilmuan dan konsep yang di pakainya, BK umum memakai landasan
keilmuan filsafat sedangkan BK Islam landasan keilmuannya yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah, konsep yang di aplikasikan BK umum mengenai konsep duniawi
saja sedangkan konsep BK Islam membahas mengenai dunia dan akhirat.

2. Saran
Demikianlah penjelasan tentang konsep dasar konseling Islam, untuk
lebih menambah wawasan pembaca tentang hal tersebut diharapkan kepada
para pembaca untuk menambah dan mencari sumber lain mengenai hal
tersebut dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, Yogjakarta: UII Press,
2001.
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Bukhari Umar, Hadist Tarbawi, Batusangkar: STAIN Batusangkar Press,
2011.
Erhamwilda, Konseling Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, Jakarta Selatan: Ciputat Press, 2012.

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam, Yogyakarta: Elsaq Press, 2007.

Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,


Yogyakarta: Elsaq Press, 2007.
Tersedia: http://guslukman.blogspot.com/2008/08/perbedaan-bk-umum-dan-
bk-islami.html. diakses pada tanggal, 08 September 2013

Tersedia: http://www.slideshare.net/naeila/hakikat-bki. diakses pada tanggal


08 September 2013

Wilda Yulis, Sikap Calon Konselor terhadap Konseling Islam, (Skripsi pada
Jurusan Tarbiyah Program Studi Bimbingan dan Konseling STAIN
Batusangkar, 2013. Tidak dipublikasikan)
IN B A T U S A N G K

KONSELING PENDEKATAN ISLAM

Tentang

Konsep Dasar Konseling Islam

Oleh:

FITRIA OSNELA

FITRIYANI

NELLA HARIANI

DOSEN:

Darimis, M. Pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR
2013

Anda mungkin juga menyukai