Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TEORI KONSELING ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling Peserta


Didik
Dosen Pengampu : Sri Purnami, S.Psi, M.A.

Disusun oleh:
Muhammad Ghozil Aulia (20104010079)
Bentar Ali Pare (20104010090)
Indah Meilestari (20104010095)
Maulida Aprilia Maruf (20104010105)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, wassholaatu wassalaamu ‘aala asyroofil
anbiyaa-i wal mursaliin, nabiyyinaa muhammadin, wa’ala alihi washahbihi
aj’ma’iin, wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin, Amma ba’du.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul “Teori Konseling Islam” bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Peserta Didik. Selama proses
penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dari pembimbing. Oleh karena
itu, penulis berterima kasih kepada Ibu Sri Purnami, S.Psi, M.A.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik
berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH TEORI KONSELING ISLAM ........................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan Pembahasan ...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1 Teori Konseling Islam tentang Hakekat Manusia ..........................................5
2.2 Teori Konseling Islam ....................................................................................6
2.3 Pandangan Konseling Islam ...........................................................................8
2.4 Tujuan Bimbingan Konseling ........................................................................9
2.5 Teknik Khusus Konseling Islam ..................................................................10
2.6 Peran dan Fungsi Konselor Islam ................................................................12
2.7 Prosedur konseling Islam .............................................................................12
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Konseling Islam ...............................................14
BAB III: PENUTUP ............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................15
3.2 Saran .............................................................................................................15
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 16

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seluruh problema yang dihadapi manusia menuntut adanya penyelesaian,
karena ia adalah sesuatu yang menghambat, merintangi dan mempersempit
seseorang untuk berusaha mencapai sesuatu. Namun, menurut Winkel (1995:11)
karena tidak setiap problema dapat diselesaikan sendiri oleh individu maka dalam
hal ini ia membutuhkan seorang ahli sesuai dengan jenis problemanya.
Permasalahan-permasalahan tersebut di atas telah mendorong para ahli psikologi
untuk berupaya mencari penyelesaian bagi persoalan-persoalan kejiwaan yang
dialami manusia dan menolong mereka dalam mengatasi kesukaran-kesukaran
tersebut. Kesehatan jiwa yang dimaksudkan disini adalah terhindarnya manusia dari
gangguan dan penyakit kejiwaan, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi
masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan biasa, adanya keserasian fungsi-
fungsi jiwa (tidak ada konflik) dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna dan
bahagia, serta dapat menggunakan potensi yang ada padanya seoptimal mungkin.

Konseling Islami sebagai upaya rekonstruksi dan aktualisasi menggali konsep


diri manusia dengan pendekatan Islami adalah merupakan wujud aktualisasi
konsepsi Islam. Hal ini dimaksudkan bahwa kehadiran Islam sebagai alternatif pada
zaman modern ini dapat tampil sebagai tumpuan kebutuhan terutama bagi umat
Islam.

Bimbingan konseling merupakan layanan yang diberikan oleh konselor


kepada klien atau dalam konteks bimbingan konseling disebut sebagai konseli
dengan tujuan agar konseli mampu menjadi pribadi yang mandiri serta mampu
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Sedangkan bimbingan konseling Islam
menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky adalah suatu aktifitas memberikan
bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan
(konseli) dalam hal bagaimana seharusnya seorang konseli dapat mengembangkan
potensi akal fikirannya, kejiwaanya, keimanan, dan keyakinan serta dapat
menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar

1
secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah Rasulullah
SAW.

Bimbingan Konseling Islam menurut Aswadi adalah suatu proses pemberian


bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau kelompok orang
yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami dirinya
dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara
harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT beserta sunnah Rasul
SAW, demi tercapainya kebahagiaan duniawiyah dan ukhrawiyah.

Sedangkan menurut Thohari Musnamar, bahwa Bimbingan Konseling Islam


adalah pemberian bantuan kepada individu agar hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di
akhirat.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan Konseling


Islam adalah suatu aktifitas pemberian bantuan bimbingan kepada individu yang
membutuhkan (konseli), dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar
konseli dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaanya, keimanan serta
dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri
berdasarkan Al-Quran dan Sunah Rasul.

Tujuan bimbingan dan konseling Islam secara umum adalah untuk membantu
individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya (insan kamil) agar
mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Melalui kegiatan konseling Islam, maka
segenap potensi dan dimensi kemanusiaan dapat terpelihara dari penyakit kejiwaan,
karena konseling Islam mampu membawa seseorang memperoleh ketenangan,
kebahagiaan, dan terpelihara dari dosa sebagai penyebab dari gangguan penyakit
kejiwaan. Dalam pelaksanaannya konseling Islam harus dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan atau hikmah, katauladanan yang baik dan lemah lembut, mengakui
akan adanya perbedaan dan kemampuan masing-masing individu, dan
berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah Ta’ala. Hal

2
ini dikarenakan layanan konseling Islam berkaitan langsung dengan tingkahlaku
klien yang terbentuk dari berbagai unsur kepribadian manusia.

Keberadaan manusia di Bumi sebagai khalifah fil ardh tentu memiliki


konsekuensi yang tidak ringan untuk dapat dilaksanakan. Karena, sebagai khalifah
manusia manusia dibekali nafsu yang apabila tidak dapat mengendalikannya dapat
mengahancurkan dirinya sendiri dan orang lain. Selain itu juga, Allah Swt,
memberikan manusia akal yang dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam
menganalisa perbuatannya. Namun demikian, walaupun akal manusia sudah
mampu untuk menscanning yang baik dan yang buruk tetap saja membutuhkan
panduan dalam kehidupan. Oleh karena itu Allah Swt mengutus para Nabi dan
Rasul sebagai pengingat dan memberikan kabar gembira dengan dibekali Wahyu.
Al Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang nyata dapat disaksikan dan menjadi
sumber manusia dalam hidup.

Pesan-pesan yang terkandung dalam Al Qur’an sangat luas yang menyangkut


seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.
Sebagai sumber Ilmu maka, Bimbingan konseling Islami sudah selayaknya
mengambalikan dirinya pada nilai-nilai Qur’ani yang siap menjadi panduan dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling yang berorientasi pada konsep
diciptakannya manusia “Khalifah fil Ardh”.

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana pandangan teori tentang hakikat manusia atau asumsi dasar
tentang manusia
b) Apa konsep dasar atau teori yang dikemukakan
c) Bagaimana pandangan teori kenapa manusia bermasalah
d) Apa saja tujuan konseling
e) Apa saja teknik khusus yang digunakan
f) Apa saja peran dan fungsi konseling
g) Apa saja kelebihan dan kekurang dalam konseling

3
1.3 Tujuan Pembahasan
a) Dapat mengetahui pandangan teori tentang hakikat manusia atau asumsi
dasar tentang manusia
b) Dapat mengetahui konsep dasar atau teori yang dikemukakan
c) Dapat mengetahui pandangan teori kenapa manusia bermasalah
d) Dapat memahami tujuan konseling
e) Dapat memahami teknik khusus yang digunakan
f) Dapat memahami peran dan fungsi konseling
g) Dapat mengetahui kelebihan dan kekurang dalam konseling

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Konseling Islam tentang Hakekat Manusia


Bimbingan dan konseling memiliki definisi yang berbeda. Bimbingan
merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris yaitu guidance yang dimana di
dalam kata tersebut terdapat beberapa makna, menurut Sertzer dan Stone makna
tersebut ialah menunjukkan, mengarahkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan. Sedangkan konseling merupakan terjemahan dari kata counceling
yang bermakna nasihat, anjuran, dan pembicaraan. Maka dapat dipahami bahwa
bimbingan dan konseling tidak dapat dipisahkan meskipun memiliki makna yang
berbeda sebab merupakan aktivitas yang saling berkaitan dan terangkai sebagai
suatu kesatuan yang utuh. Sedangkan bimbingan konseling Islam merupakan upaya
permberian layanan untuk membantu individu dalam kehidupan keagamaannya
sesuai dengan syarat serta kewajiban yang telah Allah berikan, untuk mencapai
kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Sebenarnya bimbingan
agama telah dilakukan sejak zaman dulu bahkan zaman nabi.1

Penerapan konseling Islam pasti mengacu pada unsur – unsur konseling


umum. Dimana dalam konseling Islam terdapat nilai – nilai yang serupa dengan
konseling umum. Sehingga, konseling umum tidak bisa dilepaskan dengan
konseling Islam. Hanya saja, bimbingan konseling Islam lebih berlandaskan pada
nilai – nilai keislaman sehingga penerapan dimensi dasar positif eksistensial
humanistik kedalam unsur – unsur konseling berdasarkan dengan nilai – nilai
keislaman. Dalam Islam, manusia itu bersifat netral dan yang menentukan aktif atau
pasif adalah rentang waktu. Suatu waktu bisa bersifat pasif dan pada keadaan di
waktu lain bersifat aktif. Sebagai contoh pada masa balita, manusia bersifat pasif
sebab potensi – potensi yang dimiliki belum berfungsi secara optimal dan yang
bertanggung jawab atas perbuatan tersebut adalah orang tuanya. Kemudian pada

1
Marzuki Agung Prasetya, “Kolerasi Antara Bimbingan Konseling Islam Dan Dakwah,” ADDIN
8, no. 2 (2015); Syatria Adymas Pranajaya, Ananda Firdaus, and Nurdin Nurdin, “Eksistensial
Humanistik Konseling,” Bimbingan Konseling Islam 3, no. 1 (2020): 27–41.

5
masa setelah akil balig, manusia bersifat aktif sebab potensi yang dimilikinya sudah
berfungsi secara optimal, dan bertanggung jawab atas perilaku dan keputusan
dirinya sendiri. Manusia secara fitrah memiliki naluri untuk beragama tauhid dan
terikat bahwa Allah adalah Tuhannya, selian itu manusia memiliki kebebasan untuk
bertindak serta dilengkapi dengan beragam macam indra, akal, hati, dan juga
petunjuk ilahiyah agar mampu menjalankan tugas – tugas sebagai khalifah yang
taat kepada Allah.2

2.2 Teori Konseling Islam


Teori teori dalam konseling islam sebagai berikut:3

A. Teori al-Hikmah

Kata al-Hikmah dalam perspektif bahasa mengandung makna: a)ucapan yang


sesuai dengan kebenaran, filsafat, perkara yang benar dan lurus, keadilan,
pengetahuan dan lapang dada. b) Kata al-Hilkmah dengan bentuk jamaknya al-
Hikam bermakna, Kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, filsafat kenabian, keadilan,
pepatah dan al-Qur'an alKarîm. Perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dan yang batil. Secara istilah Al-Hikmah bisa
diartikan sebagai suatu pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi
bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik
dan mengembangkan eksistensi dirinya, hingga ia dapat menemukan jati diri dan
citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai ujian hidup secara
mandiri.

Apabila seseorang ingin mengetahui suatu makna yang terdiri dari berbagai
macam pendapat dan ingin mendapatkan makna yang dimaksud oleh Allah SWT,

2
M Fuad Anwar, “Terapi Eksistensial Humanistik Dalam Konseling Islam,” Holistik 12, no. 1
(July 1, 2011): 1433–157; Pranajaya, Firdaus, and Nurdin, “Eksistensial Humanistik Konseling.”
3
Mukhlas and Ika Kurnia Sofiani, “Landasan Teori Konseling Islam,” Kaisa: Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran 1, no. 1 (2021): 25–37.

6
serta difahami oleh Rasul saw, maka ia harus mengembalikannya kepada al-Qur’an
dan hadis.

Konsep al-Hikmah tidak dapat dilakukan oleh konselor yang tidak taat, tidak
dekat dengan Allah dan utusan-Nya. Karena teori ini merupakan teori konseling
yang dilakukan oleh para Rasul, para Nabi, dan para sahabat, untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh ummat. indikator konsep ini adalah adanya
pertolongan Allah secara langsung melalui utusan-Nya dan ketauladanan serta
keshalehan konselor. Dengan kata lain, dasar atau konsep hikmah dalam konseling
dapat diartikan sebagai memberikan nasihat (ajaran agama) dalam bahasa, akhlaq,
teladan yang baik, motivasi, taktik, dan pengalaman dengan mengembangkan unsur
pendidikan.

B. Teori al-Mau’izhah al-Hasanah

Yaitu konsep konseling dengan cara mengambil i'tibar dari perjalanan


kehidupan para Nabi, Rasul, dan para sahabat tentang cara berpikir, berprilaku,
berperasaan, dan menanggulangi berbagai problem kehidupan, serta membangun
ketaatan, dan ketaqwaan kepada Allah, mengembangkan eksistensi diri dan
menemukan jati diri, cara melepaskan diri dari hal-hal yang dapat menghancurkan
mental spiritual dan moralnya dan lain sebagainya. al-Mau’izhoh al-Hasanah
adalah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya. Yang mana
pelajaran itu dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulangi
problem yang sedang dihadapinya.

Konselor haruslah benar-benar telah menguasai materi yang mengandung


pelajaran yang sangat bermanfaat bagi klien, dan yang paling penting adalah dapat
mengambil i’tibar dan pelajaran yang baik (teladan) dari kehidupan Nabi, Rasul,
dan para sahabat. Materi al-Mau'izoh al-Hasanah, dapat diambil dari sumber-
sumber pokok ajaran Islam, maupun dari para ulama selama tidak bertentangan
dengan norma-norma Islam. Adapun sumber-sumber yang dimaksud itu adalah a)
al-Qur'an, b) al-Hadîs atau prilaku Rasul, c) al-Atsâr atau prilaku para sahabat
Nabi, d) Pendapat atau ijtihad para ulama Muslim.

7
C. Teori al-Mujâdalah bi al-Ahsân

Al-Mujâdalah bi al-Ahsân ialah konseling yang terjadi dimana seorang klien


sedang dalam kebimbangan. Konsep ini biasa digunakan ketika seorang klien ingin
mencari suatu kebenaran yang dapat meyakinkan dirinya, yang selama ini memilki
problem kesulitan mengambil suatu keputusan dari dua hal atau lebih. Sedangkan
ia berasumsi bahwa kedua hal tersebut adalah benar untuk dirinya. Padahal dalam
pandangan konselor hal itu dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal fikiran,
dan emosional serta lingkungannya. Adapun ciri dari konsep ini adalah; 1) adanya
kesabaran yang tinggi dari konselor, 2) tidak bertujuan untuk menjatuhkan klien,
tetapi membimbing, 3) Adanya rasa persaudaraan antara konselor dengan klien
serta penuh kasih sayang, 4) dalam menkonseling harus menggunakan dalil al-
Qur'an atau Hadis dan 5) adanya ketauladanan yang sejati. Konsep Mujâdalah
dalam al-Qur'an dapat juga diartikan sebagai penyampaian nasehat agama melalui
dialog, diskusi, pesantren kilat, konseling dan pendalaman ajaran agama.

2.3 Pandangan Konseling Islam


Lubis (2003) berpendapat, landasan konseling Islam adalah nilai-nilai yang
digali dari ajaran Islam. Al-Qur’an adalah sumber bimbingan, nasihat dan obat
untuk menanggulangi permasalahan. Q.S.Yunus, 57 menyatakan ”Hai manusia,
Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman”.

Para Rasul, Nabi dan Auliya-Nya menjadi contoh konselor dan terapis utusan
Allah SWT. ”Dialah Allah yang telah mengutus ditengahtengah orang-orang yang
kurang wawasan seorang Rasul dari kalangan mereka, ia akan membacakan ayat-
ayat-Nya kepada mereka dan mensucikan mereka serta mengajarkan kepada
mereka Al-kibab dan Al-hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-
benar dalam kesesatan yang nyata”.

Landasan konseling Islam merujuk QS an Nahl 125: ”Serulah (manusia)


kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah

8
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapatpetunjuk”. (Q.S Al-Jum’ah: 2).

Dari ayat di atas, konseling Islam harus hikmah. Hikmah mengandung makna
mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan, sempurna, bijaksana
dan suatu yang tergantung pada akibat sesuatu yang terpuji; Hikmah bermakna
ucapan yang sesuai dengan kebenaran, falsafah, perkara yang benar dan lurus,
keadilan, pengetahuan, dan lapang dada; Hikmah yang dalam bentuk jamaknya al
Hikam bermakna kebijaksanaan, ilmu dengan pengetahuan, filsafat, kenabian,
keadilan, pepatah, dan al Qur’an.4

2.4 Tujuan Bimbingan Konseling


Tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam sebagaimana diungkapkan oleh
Hamdani Bkran Adz-Dzaky adalah:5

1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan


jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainah),
bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapat pencerahan taufik dan
hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2. Untuk menghasilkan perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku
yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, linkungan keluarga,
lingkungan kerja maupun lingkungan social dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, ketidaksetiakawanan, tolong-
menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan mematuhi segala larangan-Nya serta ketabahan
menerima ujian-Nya.

4
Agus Akhmadi, “Problema Psikologis Masyarakat Islamic Counselling Approach on Solving,”
Jurnal Diklat Keagamaan 10, no. 4 (2016): 375–385.
5
Abdul Chaliq Dahlan, Bimbingan Dan Konseling Islami: Sejarah, Konsep Dan Pendekatannya,
Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009.

9
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu
dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat
dengan baik mengulangi berbagai persoalan idup dan dapat memberikan
kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek
kehidupan.

Tujuan bimbingan dan konseling Islami bukan semata-mata berorientasi


pada keduniaan, akan tetapi juga pada akhirat, menurut Ary Ginanjar Agustian
dapat dicapai yaitu dengan jalan menjalankan semua perintah Allah dan
menjauhi segala larangan-Nya, sesuai dengan apa yang digariskan oleh al-
Qur’an dan Sunnah Rasul, pendapat Ary Gunawan didasarkan bahwa: “Islam
bukan hanya berupa peraturan dan hukum-hukum, melainkan juga ilmu, cinta
kasih, kecerdasan emosi, bahkan kecerdasan spiritual, sehingga dalam upaya
internalisasi pun perlu dilakukan secara bijak, tidak kaku.” Berdasarkan
pernyataan Ary Ginanjar di atas, dapat dipahami bahwa fungsi utama
bimbingan dan konseling dalam Islam berkaitan dengan perkembangan jiwa
seseorang tidak dapat terpisahkan dengan masalah-masalah spiritual
(keyakinan), yaitu umat Islam agar dapat kembali kepada bimbingan al-Qur’an
dan Sunnah Rasul.

2.5 Teknik Khusus Konseling Islam


Bastaman mengajukan beberapa prinsip Islami sebagai bahan pemikiran
untuk landasan metode dan teknik-teknik bimbingan dan konseling Islam.
Prinsip-prinsip itu adalah :

1. Ibadah
Pembimbing dan konselor harus memantapkan niat dan menyadari
bahwa tugas memberikan bimbingan kepada seseorang adalah ibadah
dan amal bakti. Allah berfirman “Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS, Al-„ankabut ayat
45).
2. Silaturahmi

10
Islam selalu menganjurkan umatnya untuk menjalin silaturahmi sebagai
landasan kokoh hubungan sosial. Cara termudah yang dianjurkan antara
lain dengan jalan mengucapkan salam, bertutur kata lembut,
membiasakan wajah jernih, saling berjabat tangan, senyuman tulus, dan
lain-lain. Cara-cara tersebut disebut rapport yakin usaha untuk saling
mengenal antara pihak yang dibimbing dengan pembimbing untuk
menanamkan kepercayaan. Tahap ini merupakan tahap awal yang
menentukan keberhasilan proses bimbingan dan konseling. Rasulullah
SAW bersabda “beribadahlah pada Allah swt dengan sempurna jangan
syirik, dirikanlah sholat, tunaikan zakat,dan jalinlah silaturahmi
kepada orang tua dan saudara” (HR Bukhari)
3. Musyawarah
Musyawarah adalah ungkapan sikap demokrasi dan lawan dari otoriter
yang selalu merasa benar sendiri. Keterampilan musyawarah perlu
dikuasai oleh pembimbing. Misalnya saja dalam bentuk bimbingan
kelompok dan konseling kelompok. Para pembimbing/konselor dalam
musyawarah ini diharapkan bersedia menerima umpan balik (feedback),
dan menghindari sikapmenggurui, sekalipun hakekatnya mereka adalah
gurudan pendidik.
4. Usaha untuk mengubah nasib
Tujuan yang utama bagi kegiatan bimbingan dan konseling adalah
menimbulkan kesadaran dan motivasi untuk secara mandiri
meningkatkan kualitas dan taraf hidup. Prinsip pengubahan nasib
sejalan dengan ungkapan sehari-hari yaitu dimana ada kemauan pasti
ada jalan. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-ra’d Ayat 11).6

6
Akhmadi, “Problema Psikologis Masyarakat Islamic Counselling Approach on Solving.”

11
2.6 Peran dan Fungsi Konselor Islam
Peran konselor adalah memberikaan bimbingan kepada anak didik dengan
maksud agar anak didik mampu mengatasi permasalahan sediri. Bagi konselor yang
muslim meskipun telah memenuhi persyaratan sebagai konselor secara professional
namun sangat diperlukan bagi konselor yang muslim menambahkan kriteria proses
konseling-nya sesuai dengan ajaran Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, Maka
peran konselor adalah memberikaan bimbingan kepada anak didik dengan maksud
agar anak didik mampu mengatasi permasalahan sediri. Bagi konselor yang muslim
meskipun telah memenuhi persyaratan sebagai konselor secara professional namun
sangat diperlukan bagi konselor yang muslim menambahkan kriteria proses
konseling-nya sesuai dengan ajaran Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW,

konselor berperan untuk melakukan resolusi konflik interpersonal apabila


terjadi konflik di sekolah. “Konseling resolusi konflik interpersonal adalah sebagai
pihak ketiga yang memfasilitasi konseli untuk menyelesaikan konfliknya”, menurut
Yulia Aminati (2013). Dalam hal ini konselor diharapkan dapat menciptakan
suasana kondusif untuk menjalankan resolusi konflik interpersonal (Cormier &
Cormier; Hacney & Cormier, dalam Yulia Aminati (2013). Selain masalah konflik
interpersonal, konselor juga mengatasi siswa yang yang melakukan bullying,
tawuran, pemalakan, dan geng. Penanganannya dapat dilakukan dengan cara
konseling kelompok. Sedangkan siswa korban kekerasan seksual, self injury, dan
narkoba dapat dilakukan konseling individual.7

2.7 Prosedur konseling Islam


Langkah pertama adalah menunjukkan kepada konseli bagaimana mereka
memasukkan kata-kata pendorong yang tidak masuk akal kemudian membantah
keyakinan irasional mereka dan mendorong konseli untuk terlibat dalam kegiatan
yang berupaya melawan kepercayaan diri mereka yang kaku dan digantikan dengan
perasaan optimis yang lain Pada langkah awal ini konselor harus menunjukkan
sistem keyakinan irrational belief, bahwa kata-kata motivasi dari dalam diri klien

7
Fajar Bilqis et al., “Peran Konselor Dalam Mewujudkan Sekolah Aman Dan Damai Bagi Siswa,”
TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan dan Konseling 2, no. 3 (February 19, 2019): 115–122, accessed
November 29, 2022, https://journal.unindra.ac.id/index.php/teraputik/article/view/112.

12
sendiri yang irasional dan tidak masuk akal, selanjutnya konselor membantah
keyakinan tersebut dan mendorong klien untuk melawan perasaan dan kepercayaan
diri mereka yang rendah, dan melupakan perasaan yang menyakitkan tersebut
dengan perasaan yang lebih rasional.

Tahap kedua adalah menunjukkan bagaimana konseli yang terus memelihara


gangguan emosional mereka yang tetap aktif dengan terus berpikir secara tidak
logis dan tidak realistis. Dengan kata lain, karena konseli tetap mengindoktrinasi
ulang nilai-nilai mereka sendiri, sebagian besar mereka tidak bertanggung jawab
atas kepribadian diri sendiri terhadap masalah yang dihadapi (Corey, 2009). Pada
tahapan konseling yang kedua, konselor berusaha menunjukkan kepada konseli,
bagaimana mereka memelihara gangguan-gangguan emosional yang tidak masuk
akal, berpikir secara tidak logis dan tidak realistis.

Tahap ketiga adalah membantu konseli memodifikasi pemikiran mereka dan


meminimalkan ide-ide irasional dari dalam diri mereka. Meskipun konselor tidak
mungkin sepenuhnya dapat menghilangkan kecenderungan berpikir konseli yang
tidak rasional, maka konselor bisa mengurangi tingkat frekuensinya. Konselor
menghadapkan konseli dengan keyakinan yang pada awalnya mereka terima tanpa
adanya keraguan dan selanjutnya menunjukkan bagaimana konseli agar terus
mengindoktrinasi diri mereka sendiri pada asumsinya yang tidak wajar

Tahap keempat adalah menantang konseli untuk mengembangkan filosofi


hidup yang rasional dan masuk akal sehingga di masa depan mereka dapat terhindar
dari korban sistem keyakinan yang irasional. Cara mengatasinya hanya butuh fokus
pada masalah atau gejala tertentu, konselor mengajari konseli bagaimana
mengganti sistem keyakinan irasional dengan sistem keyakinan dan perilaku yang
rasional dan masuk akal. Pada tahapan konseling yang keempat ini, konselor
memberikan motivasi kepada konseli tentang bagaimana mengubah sistem
keyakinan yang tidak logis dengan sistem keyakinan yang benar dan masuk akal,
mengingatkan bahwa apabila konseli tetap teguh memegang keyakinan yang salah
tersebut, maka konseli akan menanggung konsekuensi negatif yang merugikan.

13
Tahap kelima adalah Spiritual Intervention. Kontinum berikutnya adalah
spiritual intervention yang mengacu pada intervensi konselor serta profesi helper
lainnya seperti psikolog dan psikiater serta agamawan terhadap konseli.8

2.8 Kelebihan dan Kekurangan Konseling Islam


Kelebihan Konseling Islam

• Konseling Islami memiliki tujuan yang mengarahkan individu kepada


ketenangan-ketenangan dan keridhaan Allah SWT.
• Konseling Islami tidak hanya menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
individu tetapi mengarahkan individu kembali fitrahnya
• System konseling Islam dimulai dari mengarahkan kepada kesadaran nurani
dan membaca ayat-ayat Allah.

Kekurangan Konseling Islami

• Tidak semua konseli yang datang beragama muslim


• Pendekatan ini hanya dapat diberikan kepada konseli yang beragama Islam
• Konseling Islami belum bisa diterapkan secara menyeluruh karena sikap
fanatic terhadap konseling barat masih ada.
• Keterbatasan kemampuan konselor , dimana seorang konseling islami
membutuhkan seorang konselor yang mampu memahami al-quran dan
hadist , serta wawasan ilmu wawasan ilmu mengenai islam secara lebih
mendalam.

8
Muhammad Wangid and Muhammad Nur Wangid, “Peran Konselor Sekolah Dalam Pendidikan
Karakter,” Jurnal Cakrawala Pendidikan 1, no. 3 (May 31, 2010), accessed November 29, 2022,
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/244.

14
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan konseling Islam merupakan upaya permberian layanan untuk
membantu individu dalam kehidupan keagamaannya sesuai dengan syarat serta
kewajiban yang telah Allah berikan, untuk mencapai kehidupan yang bahagia baik
di dunia maupun di akhirat. Penerapan konseling Islam pasti mengacu pada unsur
– unsur konseling umum. Dimana dalam konseling Islam terdapat nilai – nilai yang
serupa dengan konseling umum. Teori teori yang digunakan dalam konseling islam
yakni teori al hikmah, mauizah hasanah, dan mujadalah bil ahsan.

3.2 Saran
Makalah ini hanya terbatas pada teori teori konseling islam secara umum saja.
Belum pada pembahasan yang lebih khusus atau detail. Penulis mengharapkan
kritik dan saran sebagai bahan perbaikan makalah kedepan.

15
Daftar Pustaka
Akhmadi, Agus. “Problema Psikologis Masyarakat Islamic Counselling Approach
on Solving.” Jurnal Diklat Keagamaan 10, no. 4 (2016): 375–385.
Anwar, M Fuad. “Terapi Eksistensial Humanistik Dalam Konseling Islam.”
Holistik 12, no. 1 (July 1, 2011): 1433–157.
Bilqis, Fajar, Fajar Bilqis, Teten Karina, and Imas Cucu Latipah. “Peran Konselor
Dalam Mewujudkan Sekolah Aman Dan Damai Bagi Siswa.” TERAPUTIK:
Jurnal Bimbingan dan Konseling 2, no. 3 (February 19, 2019): 115–122.
Accessed November 29, 2022.
https://journal.unindra.ac.id/index.php/teraputik/article/view/112.
Dahlan, Abdul Chaliq. Bimbingan Dan Konseling Islami: Sejarah, Konsep Dan
Pendekatannya. Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009.
Mukhlas, and Ika Kurnia Sofiani. “Landasan Teori Konseling Islam.” Kaisa: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran 1, no. 1 (2021): 25–37.
Pranajaya, Syatria Adymas, Ananda Firdaus, and Nurdin Nurdin. “Eksistensial
Humanistik Konseling.” Bimbingan Konseling Islam 3, no. 1 (2020): 27–41.
Prasetya, Marzuki Agung. “Kolerasi Antara Bimbingan Konseling Islam Dan
Dakwah.” ADDIN 8, no. 2 (2015).
Wangid, Muhammad, and Muhammad Nur Wangid. “Peran Konselor Sekolah
Dalam Pendidikan Karakter.” Jurnal Cakrawala Pendidikan 1, no. 3 (May 31,
2010). Accessed November 29, 2022.
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/244.

16

Anda mungkin juga menyukai