Anda di halaman 1dari 22

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan


rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Konsep Dakwah
Islam guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Kami

berharap

semoga

makalah

ini

bisa

membantu

menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,


sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya bisa lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Depok, 24 September 2014

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

............................................................

.....................................................................

Pendahuluan

...............................................................

Pembahasan

................................................................

Kesimpulan

..................................................................
18

Daftar Pustaka

.............................................................
19

PENDAHULUAN
Dakwah
pergerakan

merupakan
islam

di

suatu
dunia.

hal

yang

Setiap

penting

muslim

wajib

dalam
untuk

berdakwah, menyeru kepada kebajikan dan mencegah kepada


kemunkaran. Sebagaimana firman Allah SWT :
Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan,menyuruh (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orangorang yang beruntung. (QS. Ali Imron:104)
Menurut Hamka (1982), dakwah bukan hanya dilakukan
dengan ucapan, tetapi dapat dilakukan dengan, perbuatan,
tingkah laku, ramah-tamah, dan kasih sayang. Dakwah dapat
dilakukan di mana saja, seperti di masjid, rumah, lingkungan
masyarakat, kampus, dan lain-lain. Dalam makalah ini hanya
akan diterangkan tentang dakwah dalam keluarga, lingkungan
masyarakat dan kampus.
Dakwah sebagai usaha terwujudnya ajaran Islam pada
semua segi kehidupan manusia, merupakan kewajiban bagi
setiap muslim (Abu Zahrah, t.th: 129; Mulyana, 1999: 54).
Dakwah

yang

dilakukan

oleh

setiap

muslim

harus

berkesinambungan, yang bertujuan mengubah perilaku manusia


berdasarkan pengetahuan dan sikap yang benar, yakni untuk
membawa

manusia

mengabdi

kepada

Allah

secara

total.

Perjalanan dakwah sangat panjang, bahkan lebih panjang dari


umur dai. Perjalanan itu dimulai jauh sebelum kita lahir ke dunia,
yakni saat Allah swt. mengutus Adam as. pembawa risalah Allah
yang mendakwahkan dan menegakkan kalimat tauhid (QS. 21:
25). Ciri khas dakwah, pada hakekatnya, adalah bertujuan
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah swt.
Islam adalah agama dakwah. Islam tidak memusuhi, tidak
menindas unsur-unsur fitrah. Islam mengakui adanya hak dan
wujud jasad, nafsu, akal dan rasa dengan fungsinya masingmasing.
Dakwah dalam pengertian amar maruf nahi munkar adalah
syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup
masyarakat. Ini merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai
makhluk sosial (makhluk ijtimai) (Natsir, 1977: 26). Untuk
mencapai tujuan ini, perlu direnungkan betapa pentingnya
dakwah dalam kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu, tidak
tepat jika ada asumsi bahwa dakwah ditujukan hanya kepada
orang non muslim, sedangkan orang muslim sejak lahir hidup
dalam keluarga muslim, tidak lagi membutuhkan dakwah. Yang
perlu dipahami bahwa dakwah harus dimulai dari diri sendiri
sebelum

berdakwah

kepada

orang

lain.

Oleh

karena

itu,

berdakwah secara berkesinambungan, bukan pekerjaan yang


mudah. Berdakwah tidak cukup hanya dilakukan dengan lidah,
tetapi

juga

harus

praktekkan

dalam

bentuk

perbuatan.

Berdakwah merupakan sesuatu yang sangat penting demi


tercapainya tujuan dakwah Islam. Dalam hubungan ini, seorang
daI harus benar-benar memiliki akhlak yang terpuji sehingga
dapat

menjadi

didakwahinya.

panutan

Agar

bagi

dakwah

yang

berhasil,

orang-orang
diperlukan

yang

berbagai

elemen

yang

terkait

dengan

unsur-unsur

dakwah

yang

merupakan satu kesatuan konsep yang utuh.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa
Arab : daa yadu dawatan yang berarti mengajak, menyeru,
dan memanggil. Di antara makna dakwah secara bahasa adalah:
-

An-Nida artinya memanggil; daa filanun Ika fulanah,

artinya si fulan mengundang fulanah


-

Menyeru,

ad-dua

ila

syaii,

artinya

menyeru

dan

mendorong pada sesuatu.


Dalam dunia dakwah, rang yang berdakwah biasa disebut
Dai dan orang yang menerima dakwah atau orang yang
didakwahi disebut dengan Madu.
Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:

1.

Prof. Toha Yaahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam


sebagai upaya mengajak umat dengan cara bijaksana kepada
jalan

yang

benar

sesuai

dengan

perintah

Tuhan

untuk

kemaslahatan di dunia dan akhirat.


2.

Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin


memberikan definisi dakwah sebagai berikut: dakwah Islam
yaitu; mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti
petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan
mencegah

dari

kemungkaran,

agar

mereka

mendapat

kebahagiaan di dunia dan akhirat.


3.

Hamzah Yaqub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak


umat manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti
petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

4. Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk


menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif
dengan substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan
amar maruf nahi mungkar.
5.

Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah


menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran
adalah fardlu yang diwajibkan kepada setiap muslim.
Dari beberapa definisi di atas secara singkat dapat
disimpulkan bahwa dakwah merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan oleh informan (dai) untuk menyampaikan informasi
kepada pendengar (madu) mengenai kebaikan dan mencegah
keburukan. Aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan menyeru,
mengajak atau kegiatan persuasif lainnya.
Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan
Islam

sebagai

agama

rahmatan

lilalamin

yang

harus

didakwahkan kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya


melibatkan unsur: dai (subyek), maaddah (materi), thoriqoh

(metode), wasilah (media), dan madu (objek) dalam mencapai


maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan Islam
yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Islam sebagai agama merupakan penerus dari risalahrisalah yang dibawa nabi terdahulu, terutama agama-agama
samawi seperti Yahudi dan Nasrani. Islam diturunkan karena
terjadinya distorsi ajaran agama, baik karena hilangnya sumber
ajaran agama sebelumnya ataupun pengubahan yang dilakukan
pengikutnya. Dalam agama Nasrani misalnya, hingga saat ini
belum ditemukan kitab suci yang asli.
Karena dakwah merupakan aktivitas amar maruf nahi
mungkar, dakwah tidak selalu berkisar pada permasalahan
agama seperti pengajian atau kegiatan yang dianggap sebagai
kegiatan keagamaan lainnya. Paling tidak ada tiga pola yang
dapat dipahami mengenai dakwah.
a. Dakwah Kultural
Dakwah

kultural

adalah

aktivitas

dakwah

yang

mendekatkan pendekatan Islam Kultural, yaitu: salah satu


pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinasi
yang

formal

antara

Islam

dan

negara.

Dakwah

kultural

merupakan dakwah yang mendekati objek dakwah (madu)


dengan memperhatikan aspek sosial budaya yang berlaku pada
masyarakat. Seperti yang telah dilaksanakan para muballigh
dahulu (yang dikenal sebagai walisongo) di mana mereka
mengajarkan Islam menggunakan adat istiadat dan tradisi lokal.
Pendekatan dakwah melalui kultural ini yang menyebabkan
banyak masyarakat yang tertarik masuk Islam. Hingga kini
dakwah kultural ini masih dilestarikan oleh sebagian umat Islam
di Indonesia.

b. Dakwah Politik
Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang dilakukan
dengan menggunakan kekuasaan (pemerintah); aktivis dakwah
bergerak mendakwahkan ajaran Islam supaya Islam dapat
dijadikan ideologi negara, atau paling tidak setiap kebijakan
pemerintah atau negara selalu diwarnai dengan nilai-nilai ajaran
Islam sehingga ajaran Islam melandasi kehidupan politik bangsa.
Negara dipandang pula sebagai alat dakwah yang paling
strategis.
Dakwah politik disebut pula sebagai dakwah struktural.
Kekuatan dakwah struktural ini pada umumnya terletak pada
doktrinasi yang dipropagandakannya. Beberapa kelompok Islam
gigih

memperjuangkan

dakwah

jenis

ini

menurut

pemahamannya.
c. Dakwah Ekonomi
Dakwah ekonomi adalah aktivitas dakwah umat Islam
yang

berusaha

mengimplementasikan

ajaran

Islam

yang

berhubungan dengan proses-proses ekonomi guna peningkatan


kesejahteraan umat Islam. Dakwah ekonomi berusaha untuk
mengajak

umat

Islam

meningkatkan

ekonomi

dan

kesejahteraannya. Ajaran Islam dalam kategori ini antara lain;


jual-beli, pesanan, zakat, infak dan lain sebagainya.
Makna dakwah juga berdekatan dengan konsep talim,
tadzkir,

dan

tashwir.

Talim

berarti

mengajar,

tujuannya

menambah pengetahuan orang yang diajar, kegiatannya bersifat


promotif

yaitu meningkatkan pengetahuan, sedang objeknya

adalah orang yang masih kurang pengetahuannya. Tadzkir

berarti

mengingatkan

dengan

tujuan

memperbaiki

dan

mengingatkan pada orang yang lupa terhadap tugasnya sebagai


serang muslim. Karena itu kegiatan ini bersifat reparatif atau
memperbaiki sikap, dan perilaku yang rusak akibat pengaruh
lingkungan keluarga dan sosial budaya yang kurang baik,
objeknya jelas mereka yang sedang lupa akan tugas dan
perannya sebagai muslim.
Tashwir berarti melukiskan sesuatu pada alam pikiran
seorang, tujuannya membangkitkan pemahaman akan sesuatu
melalui penggemaran atau penjelasan. Kegiatan ini bersifat
propagatif, yaitu menanamkan ajaran agama kepada manusia,
sehingga mereka terpengaruh untuk mengikutinya.
Dakwah

yang

diwajibkan

tersebut

berorientasi

pada

beberapa tujuan:
1.

Membangun masyarakat Islam, sebagaimana para rasul


Allah yang memulai dakwahnya di kalangan masyarakat
jahiliah. Mereka mengajak manusia untuk memeluk agama
Allah Swt, menyampaikan wahyu-Nyan kepada kaumnya, dan
memperingatkan mereka dari syirik.

2.

Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat


Islam yang terkena musibah. Seperti penyimpangan dan
berbagai kemungkaran, serta pengabaian masyarakat tersebut
terhadap segenap kewajiban.

3.

Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat


yang telah berpegang pada kebenaran, melalui pengajaran
secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa, dan
pendidikan.

B. Landasan Dakwah

Dakwah

merupakan

kewajiban

yang

syari.

Hal

ini

sebagaimana tercantum di dalam Al-Quran maupun As-Sunnah.


Beberapa Ayat Dakwah










Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. AnNahl [16]:125)






Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan
mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang
beruntung. (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
Beberapa Hadits Dakwah


()
Rasulullah

pernah

bersabda:

Barangsiapa

yang

melihat

kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum


bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa,
cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan
hati adalah pertanda selemah-lemah iman



















Ajaklah mereka memeluk Islam dan beritahu mereka apa-apa yang
diwajibkan atas mereka yang berupa hak Allah di dalamnya. Demi
Allah, Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran engkau,
adalah

lebih

baik

bagimu

daripada

engkau

memiliki

unta

islamiah,

maka

yang

merah

C. Karakter Dakwah
Apabila

dikatakan

dakwah

dimaksudkan adalah Risalah terakhir yang diturunkan kepada


Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk
kitab yang tidak ada kebatilan di dalamnya, baik di depan atau
belakangnya, dengan kalam-Nya yang bernilai mukjizat, dan
yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi Saw
dengan Sand yang mutawatir, yang membacanya bernilai
ibadah.
Dengan penjabaran demikian, dakwah Islam memiliki
beberapa karakter yang membedakannya dari dakwah-dakwah
yang lain. Ada beberapa karakteristik di antaranya ialah:
1.

Rabaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah Swt.

2.

Wasathiyah, artinya tengah-tengah atau seimbang

3.

Ijabiyah, artinya positif dalam memandang alam, manusia,


dan kehidupan

4.

Waqiiyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu


dan masyarakat

5.

Akhlaqiyah, artinya sarat dengan nilai kebenaran, baik


dalam sarana maupun tujuannya

6.

Syumuliyah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya

7.

Alamiyah, bersifat mendunia

8.

Syuriyah, berpijak di atas prinsip musyawarah dalam


menentukan segala sesuatunya

9.

Jihadiyah, artinya terus memerangi siapa saja yang berani


menghalang-halangi

Islam,

dan

mencegah

tersebarnya

dakwah.
10. Salafiyah, artinya menjaga orisinalitas dalam pemahaman
dan akidah.

D. Faktor-Faktor Keberhasilan Dakwah


Dakwah tidak akan berhasil apabila seorang dai tidak
menyerahkan dirinya secara totalitas untuk berjuang di jalan
Allah.

Dakwah

yang

berhasil

ialah

dakwah

yang

efektif

membimbing manusia untuk amar maruf dan nahi mungkar.


Banyak faktor yang mendukung keberhasilan dakwah ini, di
antaranya ialah:
1.

Pemahaman yang mendalam

2.

Keimanan yang kuat

3.

Kecintaan yang kukuh

4.

Kesadaran yang sempurna

5.

Kerja yang kontinu


Dalam rangka mencapai tujuan yang mulia itu, seorang

muslim harus bersedia menjual diri dan hartanya kepada Allah,


sampai dia tidak memiliki apa-apa. Dia menjadikan dunia hanya
untuk dakwahnya, demi untuk memperoleh keberhasilan akhirat,
sebagai pembalasan atas pengorbanannya. Allah Swt berfirman:
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang
beriman diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka (At-Taubah:111).

E. Sarana Dakwah dan Realisasi Target


Dengan pemahaman yang benar terhadap dakwah, kita
berupaya melaksanakan pemahaman ini agar terjelma dalam
kehidupan yang nyata, dan prinsip-prinsip yang dilaksanakan
dapat disaksikan dan dirasakan pengaruhnya oleh manusia. Hal
itu dilakukan melalui upaya untuk merealisasikan target-target
berikut ini:
1. Ishlah An-Nafs (perbaikan jiwa), sehingga menjadi seorang
muslim yang kuat fisiknya, baik akhlaknya, luas wawasan
berpikirnya,

mampu

bekerja,

bersih

akidahnya,

benar

ibadahnya dan bermanfaat untuk orang lain. Perbaikan ini


menuntun hingga menjadi manusia asan takwim.
2. Membina rumah tangga islami sehingga berimbas pada
harmonisasi

kehidupan

dalam

lingkup

keluarga

maupun

masyarakat luas.
3. Irsyad

Al-Mujtama

(memberi

pengarahan

kepada

masyarakat) yakni dengan menanamkan prinsip amar maruf


nahi mungkar.
4. Berdakwah kepada pemerintah untuk menerapkan syariat
Allah dengan segala metode yang bijaksana dan akhlak islami
5. Berdakwah untuk mewujudkan persatuan Islam dengan cara
misalnya melakukan konsolidasi kepada negara-negara Islam.
Cara untuk mewujudkan target mulia tersebut ialah dengan cara
sebagai berikut:
1. Melalui

dakwah

yang

disampaikan

dengan

hikmah

(bijaksana), nasihat yang baik, dan bantahan dengan yang


baik pula
2. Dengan pendidikan Islam yang bermanhajkan Quran dan
ajaran Rosul

3. Bangunan pendidikan Islam adalah tempat mereka dididik


dengan pendidikan Islam.

F. Metode Dakwah
Metode disini adalah metode dakwah, yakni sebuah cara
menyampaikan ide kepada orang lain dengan tujuan perubahan
sikap atau tingkah laku sehingga yang diajak mau mengikuti dan
melaksanakan apa yang disampaikan oleh seorang dai.
Dalam surat An-Nahal ayat 125 berbunyi:
Artinya : Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan jalanhikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik
Dari

ayat

tersebut

di

atas

maka

dapat

disimpulkan

bahwa metode dakwah adalah :


a. Hikmah (kebijaksanaan) yaitu perkataan yang benar lurus,
yang disertai dengan dalil-dalil yang menyatakankebenaran dan
menghilangkan

keragu-raguan.

Dalam

arti

kata

dakwah

hendaklah disesuaikan dengankemampuan dan tingkat berfikir


masyarakat yang hendak kita dakwahi.

Tidak membebani

mereka, tidak menakuti mereka akan tetapi dapat menghibur


dan menyejukan hati mereka serta dapat memecahkan dan
dapat mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan mereka,
bukan sebaliknya. Dengan demikian dakwah yang dilakukan
dengan cara paksaan, kekerasan dan tindakan-tindakan yang tak
mengenal prikemanusiaan pada hakekatnya bukan dakwah. Hal
semacam ini bertentangan dengan ayat tersebut di atas.
b. Mauizatil Hasanah, metode ini sasarannya adalah orangorang

yang

awam

atau

orang

yang

kebanyakan.

Maka dikehendaki dalam merencanakan materi dakwah harus


sesuai dengan daya tangkap mereka dihadapan mereka.
Tidak pada tempatnya apabila diucapkan kata-kata yang sulit
dimengerti seperti banyak menggunakan istilah-istilah asing dan
kalaupun terpaksa menyebutkannya harus di jelaskan dengan
baik begitu juga dalil-dalil yangdikemukakan hendaklah banyak
mengetuk

bathiniahatau

keyakinan,

sehingga

bisa

mendatangkan kelegaanterhadap jiwa mereka. Sebab tujuan


dakwah

yang

utama adalah

perubahan

sikap,

pikiran

dan

bagaimana mereka supaya menjalankan syariat Islam dengan


penuh rasa tanggung jawab yang timbul dari hati nurani yang
penuh ikhlas untuk melaksanakannya.
c.

Mujadallah,

yaitu

perdebatan-perdepatan

yang

lebih

baik,sesuai dengan nalar mereka, dengan mengadakan dialog.

G. Unsur-unsur Dakwah
Yang dimaksud unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini
adalah bagian-bagian yang terkait dan merupakan satu kesatuan
dalam suatu penyelenggaraan dakwah. Jadi, unsur-unsur dakwah
tersebut adalah:
1. Subjek Dakwah
Dalam hal ini yang dimaksud dengan subjek dakwah
adalah yang melaksanakan tugas-tugas dakwah, orang itu
disebut dai atau muballigh.
Dalam aktivitasnya subjek dakwah dapat secara individu
ataupun

bersama-sama.

Hal

ini

tergantung

kepada

besar

kecilnya skala penyelenggaraan dakwah dan permasalahanpermasalahan dakwah yang akan digarapnya. Semakin luas dan

kompleks-nya permasalahan dakwah yang dihadapi, tentunya


besar

pula

keterbatasan

penyelenggaraan
subjek

dakwah

dakwah,

baik

di

dan

mengingat

bidang

keilmuan,

pengalaman, tenaga dan biaya, maka subjek dakwah yang


terorganisir akan lebih efektif daripada yang secara individu
(perorangan) dalam rangka pencapaian tujuan dakwah.
Dalam pengertian subjek dakwah yang terorganisir, dapat
dibedakan dalam tiga komponen, yaitu (1) dai, (2) perencana
dan (3) pengelola dakwah.
Sebagai

seorang

dai

harus

mempunyai

syarat

tertentu,

diantaranya:

Menguasai isi kandungan al-Quran dan sunah Rasul serta


hal-hal yang berhubungan dengan tugas-tugas dakwah.

Menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubungannya


dengan tugas-tugas dakwah.

Takwa pada Allah SWT.

2. Objek Dakwah (audience).


Objek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang
yang dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah.
Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap manusia tanpa
membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna
kulit, dan lain sebagainya, adalah sebagai objek dakwah. Hal ini
sesuai dengan sifat keuniversalan dari agama Islam dan tugas
kerisalahan Rasulullah.
Ditinjau dari segi tugas kerisalahan Rasullulah SAW, maka
objek

dakwah

dapat

digolongkan

menjadi

dua

kelompok,

pertama, umat dakwah yaitu umat yang belum menerima,


meyakini, dan mengamalkan ajaran agama Islam. Kedua, umat

ijabah yaitu umat yang dengan secara ikhlas memeluk agama


Islam dan kepada mereka sekaligus dibebani kewajiban untuk
melaksanakan dakwah.
Mengingat keberadaan objek dakwah yang heterogen, baik
pada tingkat pendidikan, ekonomi, usia, dan lain sebagainya,
maka

keberagaman

pertimbangan

dalam

tersebut

hendaknya

penentuan

model

dapat

dijadikan

penyelenggaraan

dakwah, sehingga benar-benar dapat secara efektif dan berhasil


dalam menyentuh persoalan-persoalan kehidupan umat manusia
sebagai

objek

dakwah.

3. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh dai
kepada objek dakwah, yakni ajaran agama Islam sebagaimana
tersebut dalam al-Quran dan Hadits.
Agama Islam yang bersifat universal yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia, dan bersifat abadi sampai di
akhir jaman serta mengandung ajaran-ajaran tentang tauhid,
akhlak dan ibadah.33 Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa materi dakwah meliputi tauhid, akhlak, dan ibadah.
Sangat mendalam dan luasnya ajaran Islam menuntut subjek
dakwah dalam penyampaian materi dakwah sesuai dengan
kondisi objektif objek dakwah, sehingga akan terhindar dari
pemborosan. Oleh karena itu, seorang dai hendaknya mengkaji
objek dakwah dan strategi dakwah terlebih dahulu sebelum
menentukan materi dakwah sehingga terhindar dari hal-hal yang
dapat menghambat kegiatan dakwah.
4. Metode Dakwah.

Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan


kepada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok
maupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima,
diyakini dan diamalkan.34 Sebagaimana yang telah tertulis
dalam

al-Quran
dalam
surat
an-Nahl
ayat
125:

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan


hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.35
5.

Landasan Dakwah

Landasan dakwah dalam al- Quran ada tiga, yaitu:

Bil hikmah ( kebijaksanaan), yaitu cara-cara penyampaian


pesan-pesan

dakwah

yang

sesuai

dengan

keadaan

penerima dakwah.36 Operasionalisasi metode dakwah bil


hikmah dalam penyelenggaraan dakwah dapat berbentuk:
ceramah-ceramah pengajian, pemberian santunan kepada
anak yatim atau korban bencana alam, pemberian modal,
pembangunan tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya.

Mauidah

hasanah,

yakni

memberi

nasehat

atau

mengingatkan kepada orang lain dengan tutur kata yang


baik, sehingga nasehat tersebut dapat diterima tanpa ada
rasa keterpaksaan. Penggunaan metode dakwah model ini
dapat dilakukan antara lain dengan melalui: (1) kunjungan

keluarga, (2) sarasehan, (3) penataran/kursus-kursus, (4)


ceramah umum, (5) tabligh, (6) penyuluhan.37

Mujadalah (bertukar pikiran dengan cara yang baik),


berdakwah dengan mengunakan cara bertukar pikiran
(debat). Pada masa sekarang menjadi suatu kebutuhan,
karena

tingkat

kemajuan.

berfikir

Namun

mengetahui

kode

pembicaraan

masyarakat

demikian,
etik

atau

dai

(aturan

sudah

mengalami

hendaknya

main)

perdebataan,

harus

dalam

suatu

sehingga

akan

memperoleh mutiara kebenaran, bahkan terhindar dari


keinginan

mencari

popularitas

ataupun

kemenangan

semata.

H. Manfaat Dakwah
Manfaat dakwah antara lain adalah :
1. Menyeru manusia kepada Islam baik dengan ucapan maupun
perbuatan.

Tuntutan

dakwah

ini

bersifat

fardu

kifayah,

sebagaimana diperintahkan oleh Allah agar ada sebagian di


antara kaum muslim.
2. Menyeru manusia kepada kebaikan,
3.

Menyuruh

mungkar,

perbuatan

supaya

mereka

maruf

dan

melarang

mendapatkan

perbuatan

kesuksesan

dan

kebahagiaan.
4. Agar kaum muslim bersatu dan menggalang kekuatan di atas
dasar pemahaman yang sama mengenai Alquran dan Assunnah

Kesimpulan
Dakwah merupakan aktivitas yang wajib dilakukan oleh
setiap umat Islam. Dakwah merupakan pilar penting dalam
kemajuan agama islam di dunia. Subyek dakwah disebut dai,
objek dakwah disebut madu.

Esensi dari dakwah ialah

menyampaikan kebaikan dengan amar maruf nahi mungkar.


Dakwah dapat dilakukan dengan bermacam cara dan berbagai
kondisi karena pelaksanaan dakwah tidak hanya dilakukan
dengan ceramah. Pola dakwah bahkan harus dipahami dengan
beberapa

pendekatan

di

antaranya

pendekatan

kultural,

struktural dan ekonomi. Karakter dakwah Islam salah satunya


ialah rabbaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah Swt.
Orientasi dakwah, tidak hanya bertujuan semata-mata
mengonservasikan doktrin atau nilai-nilai islam, tetapi bayak
menfaktualitaskan doktrin dan nilai-nilai keislaman tersebut ke

dalam realitas sosial, sehingga agama tidak hanya menjadi faktor


normatif dalam realitas kehidupan, tetapi juga sebagai faktorfaktor lain yang releven signifikan, seperti sebagai faktor
motifatif, faktor inovatif, dan faktor integratif. Dengan demikian
dakwah

secara

fungsional

lebih

berperan

dalam

proses

transformasi, dan mempunyai pengaruh yang lebih efektif dalam


dinamika kehidupan.

Daftar Pustaka

http://www.sarjanaku.com/2011/07/pengertian-dakwahislami.html
http://aanborneo.blogspot.com/2012/09/makalah-dakwah.html
http://jejakpelamun.blogspot.com/2014/02/makalah-pengertiandan-ruang-lingkup.html
http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/07/04/mpdrl9-tiga-

syarat-untuk-membangun-keluarga-dakwah

Anda mungkin juga menyukai