Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI KELAPA

DENGAN UANG PANJAR

(STUDI KASUS DESA LINGKOK DUDU LOMBOK TIMUR)


A. Latar Belakang
proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya sebuah
interaksi. Maka tepatlah sebuah dogma yang mengatakan bahwa manusia adalah
zoom politicon yang tidak bisa hidup seorang diri. Hampir sepanjang hidupnya
manusia selalu menciptakan hubungan kepentingan antar sesama guna terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan. Interaksi semacam inilah yang dinamakan dengan Muamalah
(Basyir, 2004: 11), dalam literatur yang lain disebutkan bahwa muamalah merupakan
sebuah pergaulan hidup yang menimbulkan hak dan kewajiban, kemudian lebih jauh
disebutkan hak dan kewajiban inilah yang memiliki kaidah-kaidah yang harus
dipatuhi dan memunculkan hukum muamalat (Muhammad, 2003: 21).
Hukum muamalat sering disandingkan dengan fiqh. Dimana dalam Al quran
dan Hadits berarti paham, seperti yang tercermin dalam suatu hadits berikut:
barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya, niscaya
akan diberikan kepadanya pemahaman dalam pengetahuan agama. istilah fiqh adalah
hasil pemahaman dari para mujtahid terhadap pesan suci Alquran dan hadits.
Rumusan yang terkandung didalamnya meupakan produk pemikiran dan hasil analisa
Imam Mujtahid terhadap dalil dengan metode kerja tertentu yang pada akhirnya
bermuatan hukum. Kemudian apabila kedua istilah tersebut disandingkan menjadi
fiqh muamalah maka dalam pengertian sempit dapat berarti hukum atau aturan-aturan
hak manusia dalam hubungannya dengan orang lain yang mana disebutkan oleh
ulama kontemporer adalah hubungan kebendaan atau hukum privat. (Affandi, 2009:
5).
Dengan demikian memperlihatkan bahwa ajaran Islam mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia, dan sampai kapanpun akan selalu relevan dengan
perubahan dan perkembangan zaman, termasuk persoalan muamalah tersebut. Salah
satu muamalah yang disyariatkan oleh Allah adalah jual beli, perkara jual beli sudah
sangat jelas diatur, maka seharusnya tidak ada lagi keragu-raguan padanya serta
perbuatan aniaya dalam kegiatan tersebut, karena melakukan muamalah secara benar
adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan.
Selain itu harus diperhatikan secara cermat dalam melakukan muamalah yang
dalam jual beli adalah hak-hak orang lain, agar senantiasa terhindar dari perbuatan
zalim. Dalam melakukan muamalah, hal yang utama adalah tolong menolong. Jual
beli adalah kegiatan muamalah yang paling sering dilakukan sehari-hari dmana
banyak sekali pihak-pihak yang saling terkait didalamnya. Apabila pihak-pihak
tersebut tidak mengetahui secara jelas tentang hukum-hukum jual beli tersebut,
dikhawatirkan akan kegiatan muamalah yang sebenarnya dibolehkan tersebut malah
menjadi tempat mereka untuk berbuat batil. Belum lagi apabila terkait dengan
masalah persaingan yang semakin hari semakin ketat antar pihak-pihak tersebut.
Orang yang terlibat dalam jual beli bukannya tidak mungkin mengalami
perbedaan. Karena dalam jual beli yang berkembang terdapat keragaman dalam pola
dagang yang berakibat pada perbedaan perilaku pihak-pihak yang melakukan jual
beli. Perbedaan ini sering dialami oleh orang-orang yang ada dalan wilayah yang
berbeda, karena tiap wilayah mempunyai pola tersendiri dalam melakukan jual beli.
Contohnya saja di desa Lingkok Dudu, kelurahan Suryawangi, kabupaten
Lombok Timur dalam melakukan jual beli kelapa. Desa yang dihuni sebagian besar
oleh suku Sasak tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda dalam melakukan
jual beli tanaman tersebut yang menurut mereka lebih menguntungkan pihak terkait
daripada jual beli biasa yang lebih beresiko.
Sistem panjar menurut mereka lebih mempermudah proses jual beli karena
didahului oleh proses perikatan antara kedua belah pihak yang berakad akibat dari
proses pinjam-meminjam uang, dan uang pinjaman inilah yang dikenal dengan nama
uang panjar. Setelah diterimanya uang pinjaman oleh penjual maka disanalah
langsung disepakati harga atas kelapa yang belum dipanen. Jadi implikasi dari uang
panjar adalah jual beli dengan pengurangan harga yang sudah disepakati bersama,
terlepas dari naik turunnya harga mendatang (harga setelah panen) karena penjual
sudah memegang uang pinjaman dan sudah sama-sama rela. Ini diartikan, apabila
terjadi kenaikan atau penurunan harga maka tergantung kepada pembeli apakah tetap
menggunakan harga yang lama (harga yang telah di sepakati bersama) atau harga baru
dengan harga pembelian yang tidak di diskusikan lagi melainkan hak bagi pembeli
untuk menentukan.
Dalam kebiasaan masyarakat, uang pinjaman atau uang panjar tersebut hanya
sebagai pengikat untuk berlangsungnya akad jual beli dan bukan termasuk harga
obyek akad. Ada yang menarik dari jual beli ini, dimana kedua belah pihak yang
terkait tidak bersepakat di awal mengenai batasan waktu untuk melunasi uang panjar
tersebut dan menjadikannya perikatan untuk melakukan jual beli obyek yang belum
dimiliki oleh pihak penjual. Jadi secara langsung, akad pinjam meminjam menjadi
pemicu jual beli. Selain itu, pembeli juga akan membeli seluruh kelapa hasil panen
dari penjual yang mengindikasikan pembeli hanya mengetahui kuantitas dari kelapa
saja dan tidak mengetahui secara jelas kualitas karena pada saat kelapa dibeli dalam
jumlah banyak serta adanya kesepakatan harga dimuka terlepas dari harga yang akan
terbentuk kemudian yang diputuskan secara sepihak oleh pembeli.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu,
kabupaten Lombok Timur?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli kelapa dengan uang
panjar di desa Lingkok Dudu, Kabupaten Lombok Timur?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan secara jelas praktik jual beli kelapa dengan uang
panjar di desa Lingkok Dudu, kabupaten Lombok Timur.
2. Menjelaskan mengenai pandangan Islam terhadap praktik jual beli kelapa dengan
uang panjar di desa Lingkok Dudu, Kabupaten Lombok Timur.

D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini di antaranya sebagai
berikut:

1. Kegunaan praktis

a. Bagi pedagang kelapa


Sebagai upaya untuk memberikan saran dan masukan kepada pedagang
mengenai praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu
yang sesuai dengan syariat,
b. Bagi masyarakat luas
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan baru sebagai pengguna atau bukan
sebagai pengguna akad jual beli dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu
sehingga masyarakat bisa memahami lebih mendalam mengenai akad dan
hukumnya.
2. Kegunaan Teoritik
Memberikan kontribusi keilmuan dan dijadikan sebagai literatur bagi
penelitian selanjutnya khususnya dalam hal jual beli kelapa dangan uang panjar

E. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai jual beli dan uang panjar pernah dilakukan sebelumnya,
hasil penelitian tersebut yakni:
1. Skripsi yang ditulis oleh Ziaul Hakim tahun 2016 berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Uang Muka Dalam Sewa Menyewa Mobil di Himalaya Tour and
Travel Surakarta” yang dikeluarkan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tujuan dari penulisan skripsi tersebut adalah untuk menjelaskan pandangan
hukum Islam terhadap uang muka dala sewa menyewa mobil di Himalaya Tour
and Travel. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, dengan metode
pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Perbedaan
skripsi terdahulu dengan skripsi yang akan ditulis adalah obyek penelitiannya, jika
Ziaul Hakim menggunakan transaksi sewa menyewa mobil, penelitian ini
dilakukan mengenai jual beli kelapa dengan sistem panjar.
2. Jurnal yang ditulis oleh Eko Setia Budi tahun 2013 yang berjudul “Transaksi
penjar dan kepentingan pemodal di perdesaan (suatu penelitian pada petani
kelapa di desa Bangkalan, Kecamatan Tinangkung, kabupaten Banggai
Kepulauan)” tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk mendeskripsikan
praktik uang panjar dalam jual beli kelapa serta kaitannya dengan kepentingan
pemodal. Peneliti dalam jurnal ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Sampel dipilih secara purposive dengan
mengedepankan dua kategori informan, yakni petani dan pemilik modal. Jurnal ini
sama sekali tidak menghubungan dengan hukum Islam sebagaimana yang dibahas
dalam peneliti ini.
3. Skripsi yang ditulis oleh Siti Maslikah tahun 2012 yang berjudul “jual beli hasil
bumi dengan sistem panjar dalam perspektif hukum Islam (studi kasus di desa
Jenarsari Gemih Kendal)” yang dikeluarkan oleh fakultas Syariah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui mengenai
mekanisme jual beli hasil bumi dengan menggunakan uang panjar serta hukum
Islam terkait dengan hal tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan
dengan menggunakan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data,
sedangkan metode analisisnya menggunakan deskriptif normatif. Skripsi ini
sangat berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh Siti Muslikah praktiknya berbeda
yakni dengan memasukkan uang panjar menjadi bagian dari harga barang
setelahnya.
4. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Kuzairi tahun 2009 berjudul “studi analisis
hukum Islam terhadap penjualan betah kumbang dengan sistem panjar di dusun
Duko desa Benangkah kecamatan Bumeh kabpaten Bengkalan” yang dikeluarkan
oleh fakultas syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi
ini bertujuan untuk mengetahui praktik jual beli betoh kumbong, pengaruhnya
bagi masyarakat desa setempat, serta hukum Islam terkait dengan transaksi
tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara, serta
dengan teknik analisis data deskriptif. Skripsi yang akan ditulis sangat berbeda
dengan penelitian ini karena memasukkan uang panjar ke dalam harga barang,
sedangkan praktik uang panjar dalam obyek penelitian ini tidak.
5. Skripsi yang ditulis oleh Endah Dwi Hastuti tahun 2007 berjudul “tinjauan hukum
Islam tentang sistem panjar jual beli tanah (studi kasus di desa karanganyar
kabupaten Sragen)” yang dikeluarkan oleh fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hukum Islam
terkait dengan jual beli tanah dengan menggunakan uang panjar atau persekot.
Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi, dengan menggunakan metode analisis deskriptif evaluatif serta cara
berpikir induktif dedukatif. Skripsi yang akan ditulis berbeda dengan penelitian ini
karena uang panjar dalam penelitian ini berbeda dalam praktiknya. Penelitian
terdahulu juga menggunakan metode deskriptif evaluatif sedangkan skripsi ini
menggunakan metode deskriptif normatif.

F. Kerangka Teoritik
1. Jual Beli
a. Jual beli menurut etimologi
Secara bahasa al-ba’ (menjual) berarti “mempertukarkan sesuatu dengan
sesuatu”. Dan merupakan sebuah nama yang mencakup pengertian terhadap
kebalikannya yakni al-syira’ (membeli). Demikian al-ba’ sering diterjemahkan
dengan “jual-beli”.
b. Jual beli menurut terminologi
telah banyak definisi dan istilah jual beli yang dikemukakan oleh para ulama,
diantaranya adalah:

1) Menurut ulama Hanafiyah : “Pertukaran harta (benda) dengan harta


berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan)”. (Alauddin al-Kasani, Bada’i
ash-Shana’I fi Tartib asy-Syara’i, juz 5, hal. 133)
2) Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ : “Pertukaran harta dengan
harta untuk kepemilikan”. (Muhammad asy-Syarbini, Mugni al-Muhtaj,
juz 2, hal. 2)
3) Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni : “ Pertukaran harta
dengan harta untuk saling menjadikan milik”. (Ibnu Qudamah, al-Mughni,
juz 3, hal. 559)
4) Tukar menukar harta meskipun ada dalam tanggungan atau kemanfaatan
yang mubah dengan sesuatu yang semisal dengan keduanya, untuk
memberikan secara tetap (Raudh al-Nadii Syarah Kafi al-Muhtadi, 203).
5) Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
ridha. (Idris Ahmad, Fiqh al-Syafi’iyah)
6) Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab
dan qabul dengan cara yang sesuai dengan syara. (Taqiyuddin, Kifayat al-
Akhyar, hal. 329)
7) Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan dan
memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang
dibolehkan. (Fiqh al-Sunnah, hal. 126)

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara
ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan
pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang
telah dibenarkan syara’ dan disepakati.

c. Landasan syariah jual beli

1) Alquran

Allah Swt berfirman, “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia
(rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.” (Q.S. Al-Baqarah 2 : 198)

Ibnu Katsir menerangkan ayat di atas bahwa Imam Bukhari rh berkata


bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakan
kepadaku Ibnu Uyainah, dari Amr, dari Ibnu Abbas yang menceritakan
bahwa di masa jahiliyah, Ukaz, Majinnah dan Zul-Majaz merupakan
pasar-pasar tahunan. Mereka merasa berdosa bila melakukan perniagaan
dalam musim haji. (Tafsir Ibnu Katsir)

Allah Swt berfirman, “mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual


beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”. (Q.S. Al-Baqarah 2 : 275)

Mereka berkata, “sesungguhnya jual beli sama dengan riba”. Hal ini jelas
merupakan pembangkangan terhadap hukum syara’ yakni menyamakan
yang halal dan yang haram.

Kemudian firman Allah Swt, “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba”. Ibnu Katsir rh berkata tentang ayat ini bahwa
ayat ini untuk menyanggah protes yang mereka katakan, padahal mereka
mengetahui bahwa Allah membedakan antara jual beli dan riba secara
hukum. (Tafsir Ibnu Katsir)

2) As sunnah

Nabi Saw ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau Saw
menjawab, “Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang
mabrur”. (HR. Bazzaar, dishahihkan oleh Hakim dari Rifa’ah ibn Rafi’)

Maksud mabrur dalam hadits di atas adalah jual beli yang terhindar dari
usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.

Rasulullah Saw bersabda, “Jual beli harus dipastikan saling meridhai”.


(HR Baihaqi dan Ibnu Majah).

Rasulullah Saw bersabda, “Jual beli harus dengan suka sama suka (saling
ridha) dan khiyar adalah sesudah transaksi, dan tidak halal bagi seorang
muslim menipu muslim lainnya”. (HR Ibnu Jarir).

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas ra,
ia berkata, “Pasar Ukadz, Mujnah dan Dzul Majaz adalah pasar-pasar yang
sudah ada sejak zaman jahiliyah. Ketika datang Islam, mereka
membencinya lalu turunlah ayat : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari
karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…”. (Q.S. Al-Baqarah 2 :
198) dan Nabi Saw bersabda, “Penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar
selama mereka belum berpisah”. (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah Saw bersabda, “Pedagang yang jujur (terpercaya) bersama (di


akhirat) dengan para nabi, Shiddiqin dan syuhada”. (HR Tirmidzi)

3) Ijma’

Ijma jual beli memberikan hikmah bahwa segala yang diperlukan manusia
terdapat dalam kepemilikan orang lain yang memang tidak bisa didapat
begitu saja, namun dengan usaha-usaha kompensasi.

d. Rukun Jual Beli

Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu ada empat :

1) Akad (ijab qabul)

Ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah
sebelum ijab dan qabul dilakukan sebab ijab qabul menunjukkan kerelaan
(keridhaan). Ijab qabul boleh dilakukan dengan lisan dan tulisan. Ijab
qabul dalam bentuk perkataan dan/atau dalam bentuk perbuatan yaitu
saling memberi (penyerahan barang dan penerimaan uang).

Menurut fatwa ulama Syafi’iyah, jual beli barang-barang yang kecilpun


harus ada ijab qabul tetapi menurut Imam an-Nawawi dan ulama
muta’akhirin syafi’iyah berpendirian bahwa boleh jual beli barang-barang
yang kecil tidak dengan ijab qabul.

Jual beli yang menjadi kebiasaan seperti kebutuhan sehari-hari tidak


disyaratkan ijab qabul, ini adalah pendapat jumhur (al-Kahlani, Subul al-
Salam, hal. 4).

2) Orang-orang yang berakad (subjek) – ‫البيعان‬

Ada 2 pihak yaitu bai’ (penjual) dan mustari (pembeli).

3) Ma’kud ‘alaih (objek)

Ma’kud ‘alaih adalah barang-barang yang bermanfaat menurut pandangan


syara’.

4) Ada nilai tukar pengganti barang

Nilai tukar pengganti barang ini yaitu dengan sesuatu yang memenuhi 3
syarat yaitu bisa menyimpan nilai (store of value), bisa menilai atau
menghargakan suatu barang (unit of account) dan bisa dijadikan alat tukar
(medium of exchange).

e. Syarat Jual Beli

Selain harus memenuhi rukun, suatu akad jual beli juga harus memenuhi
syarat-syarat agar akad tersebut sah, syarat jual beli yaitu:

1. Adanya keridhaan antara penjual dan pembeli


2. Orang yang mengadakan transaksi jual beli seseorang yang dibolehkan
untuk menggunakan harta. Yaitu seorang yang baligh, berakal, merdeka
dan rasyiid (cerdik bukan idiot).
3. Penjual adalah seorang yang memiliki barang yang akan dijual atau yang
menduduki kedudukan kepemilikkan, seperti seorang yang diwakilkan
untuk menjual barang.
4. Barang yang di jual adalah barang yang mubah (boleh) untuk diambil
manfaatnya, seperti menjual makanan dan minuman yang halal dan bukan
barang yang haram seperti menjual khamr (minuman yang memabukkan),
alat musik, bangkai, anjing, babi dan yang lainnya.
5. Barang yang dijual/di jadikan transaksi barang yang bisa untuk diserahkan.
Dikarenakan jika barang yang dijual tidak bisa diserahkan kepada pembeli
maka tidak sah jual belinya. Seperti menjual barang yang tidak ada.
Karena termasuk jual beli gharar (penipuan). Seperti menjual ikan yang
ada air, menjual burung yang masih terbang di udara.
6. Barang yang dijual sesuatu yang diketahui penjual dan pembeli, dengan
melihatnya atau memberi tahu sifat-sifat barang tersebut sehingga
membedakan dengan yang lain. Dikarenakan ketidak tahuan barang yang
ditransaksikan adalah bentuk dari gharar.
7. Harga barangnya diketahui, dengan bilangan nominal tertentu.
f. Khiyar dalam Jual Beli

Pengertian Khiyar menurut ualama fiqih adalah suatu keadaan yang


menyebabkan aqid memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni
menjadikan atau membatalkan jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, 'aib
atau ru'yah, atau hendaklah memilih di antara dua barang jika khiyar ta'yin.

Terdapat beberapa pendapat ulama mengenai macam-macam kkhiyar itu


sendiri sesuai dengan perspektif masing-masing dalam mengklasifikasikan
jenis-jenis khiyar,di antara pendapat tersebut sebagi berikut :

Ulama Malikiyah membagi khiyar kepada :

1) Khiyar al-taammul(melihat,meneliti) :Khiyar mutlak


2) Khiyar naqish (kurang) :apabila terjadi kekuranggan atau aib pada barang
yang di jual.

Ulama syafi’iyah membagi khiyar kepada :

1) Khiyar at-tasyahi : khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama


transaksi sesuai seleranya terhapad barang, baik dalam majlis maupun
syarat.
2) Khiyar naqisah : khiyar yang disebabkan adanya perbedaan dalam lafadz
atau adanya kesalahan dalam perbuatan atau adanya pengantian.

g. Jual Beli yang dilarang

Jual beli asal hukumnya adalah boleh dan dapat haram apabila dilakukan
dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:

1) Jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukun

Jual beli yang termasuk dalam kategori ini adalah jual beli yang zatnya
haram, najis, dan tidak boleh diperjualbelikan. Jual beli menjadi tidak
boleh dilakukan apabila menjual barang yang memang tidak boleh
diperjualbelikan seperti air susu ibu dan mani binatang.

2) Jual beli dengan syarat

Jual beli dalam Islam akan menjadi jual beli yang diharamkan apabila
syarat tersebut merupakanperikatan untuk menghalalkan yang haram dan
mengharamkan yang halal. Meskipun jual beli diperbolehkan dan dalam
pelaksanaannya syarat dan rukun telah dipenuhi namun dengan
persyaratannya yang menyimpang dari syariat, jaul beli tersebut tidak
diperbolehkan dalam syariat.

3) Jual beli dengan dua perjanjian

Islam melarang jual beli dengan dua akad perjanjian didalamnya, jual beli
dengan dua perjanjian diartikan sebagai kegiatan yang didahului oleh akad
pinjam meminjam dan di akhiri dengan jual beli.. misalnya saja orang
yang meminjam tanah kemudian tanpa sepengatahuan pemilik tanah
peminjam tersebut menjual tanah. Hal ini tidak diperbolehkan karena
termasuk menjual barang yang bukan menjadi hak miliknya.

4) Menjual barang yang masih dalam proses transaksi dengan orang lain

Islam melarang jual beli yang masih dalam proses transaksi dengan orang
lain. Misalnya saja ada dua pihak yang melakukan transaksi jual beli dan
sudah bersepakat mengenai harga kemudian datang pihak lain yang
menawarkan harga lebih rendah atas barang yang sama.

2. Jual Beli dengan uang panjar

a. Pengertian uang panjar

Panjar (DP) dalam bahasa Arab adalah ‘Urbuun (‫)العربون‬. Kata ini memiliki
padanan kata (sinonim) dalam bahasa Arabnya yaitu, Urbaan (‫)األربان‬, ‘Urbaan
(‫ )العربان‬dan Urbuun )‫]األربون‬. Secara bahasa artinya yang kata jadi transaksi
dalam jual beli.

Bentuk jual beli ini dapat diberi gambaran sebagai berikut: Sejumlah uang
yang dibayarkan dimuka oleh seseorang pembeli barang kepada si penjual.
Bila transaksi itu mereka lanjutkan, maka uang muka itu dimasukkan ke dalam
harga pembayaran. Kalau tidak jadi, maka menjadi milik si penjual.

Atau seorang pembeli menyerahkan sejumlah uang dan menyatakan: Apabila


saya ambil barang tersebut maka ini adalah bagian dari nilai harga dan bila
tidak jadi saya ambil maka uang (DP) tersebut untukmu. Atau seorang
membeli barang dan menyerahkan kepada penjualnya satu dirham atau lebih
dengan ketentuan apabila sipembeli mengambil barang tersebut, maka uang
panjar tersebut dihitung pembayaran dan bila gagal maka itu milik penjual.

b. Hukum Jual beli panjar

Dalam masalah ini para ulama terbagi menjadi dua pendapat yang bereda,
yaitu:

1) Jual beli dengan uag panjar tidak sah

nilah pendapat mayoritas ulama dari kalangan Hanafiyyah, Malikiyyah


dan Syafi’iyyah.

Al Khothobi menyatakan: Para ulama berselisih pendapat tentang


kebolehan jual beli ini, Malik, Syafi’I menyatakan ketidaksahannya,
karena adanya hadits dan karena terdapat syarat fasad dan Al Ghoror. Juga
hal ini masuk dalam kategori memakan harta orang lain dengan bathil.
Demikian juga Ash-habul Ra’I madzhab Abu Hanifah menilainya tidak
sah.Ibnu Qudamah menyatakan: ini pendapat imam Maalik, Al Syafi’I dan
Ash-hab Al Ra’yu dan diriwayatkan juga dari Ibnu ABas dan Al Hasan Al
bashri.

2) Jual beli ini diperbolehkan

Inilah pendapat madzhab Hambaliyyah dan diriwayatkan kebolehan jual


beli ini dari Umar, Ibnu Umar, Sa’id bin Al Musayyib dan Muhammad
bin Sirin.

Al Khothobi menyatakan: Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa


beliau memperbolehkan jual beli ini dan juga diriwayatkan dari Umar.
Ahmad cenderung mengambil pendapat yang membolehkannya dan
menyatakan: Aku tidak akan mampu menyatakan sesuatu sedangkan ini
adalah pendapat Umar n yaitu tentang kebolehannya. Ahmadpun
melemahkan (mendhoifkan) hadits larangan jual beli ini, Karena terputus.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan, yaitu penelitian langsung


melakukan pengamatan terhadap obyek penelitian, misalnya saja masyarakat,
lembaga keuangan, atau kelompok masyarakat tertentu, itulah mengapa penelitian
ini juga dikategorikan dengan penelitian empirik. Dengan kata lain, untuk jenis
penelitian ini peneliti harus terjun langsung ke tempat penelitian untuk
mendapatkan data yang diperlukan, dalam hal ini adalah praktik jual beli kelapa
dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-perspektif yaitu penelitian tantang fenomena


sosial yang berhubungan dengan praktik jual beli. Fakta-fakta yang terjadi dalam
masyarakat tersebut dikumpulkan, dikemas, lalu disusun secara sistematis untuk
dinalisis guna mendapatkan kesimpulan mengenai fakta-fakta tersebut.

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif, yaitu dalam membahas praktik


jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur
menggunakan hukum Islam guna mengetahui apakah praktik tersebut
diperbolehkan atau tidak.

4. Populasi dan Sampel

dalam penelitian ini, untuk mengambil sampel dan populasi peneliti menggunakan
masyarakat terkait jual beli dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok
Timur, adapun teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yakni
pemilihan orang-orang sebagai sampel dengan ciri-ciri spesifik yang dimilikinya
sehingga sampel tersebut benar relevan dengan penelitian (Nasution, 2001: 99)
5. Teknik pengumpulan data

untuk melengkapi data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:

a. Obserasi

Observasi adalah tenik pengumpulan data dengan cara mengamati secara


langsung ke lapangan mengenai masalah yang dibahas selama penelitian.
Pengamatan dalam penelitian ini bersifat pasif, dimana peneliti tidak bersifat
interaksi (Ismail, 2015: 92) hanya hadir di tempat kegiatan dan mengamati
proses interaksi pihak terkait praktik jual beli uang panjar.

b. wawancara

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya kepada


pelaku-pelaku yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti guna
mendapatkan data dan keterangan yang menunjang analisis dalam penelitian.
Dengan menggunakan wawancara peneliti akan mengetahui secara mendalam,
dan dapat menginterpretasi situasi dan fenomena secara lebih baik daripada
observasi. (Sugiyono, 2015: 72)

Daam penelitian ini, penulis akan memberikan sejumlah pertanyaan kepada


responden mengenai teori yang diteliti, dalam hal ini jual beli kelapa dengan
uang panjar.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan


data-data dokumen-dokumen yang ada.

6. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif
normatif, dimana yang akan dipaparkan dan diuraikan adalah informasi sesuai
pengamatan di lapangan. Adapun data yang diperoleh yakni data deskriptif yang
kemudian di analisis dengan metode yang dipakai untuk membantu dalam
menggambarkan keadaan atau sifat yang dijadikan obyek dalam penelitian dengan
dikaitkan dengan norma, kaidah hukum yang berlaku dari sisi normatifnya untuk
menemukan kebenaran berdasarkan perspektif hukum yaitu hukum Islam terhadap
jual beli uang panjar.

H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini dilakukan secara terperinci dalam lima bab dengan urutan sebagai
berikut :

1. BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini adalah gambaran awal dari
apa yang akan dilakukan oleh peneliti.

2. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Bab tinjauan pustaka membahas tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini dan
menjadi dasar acuan teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini. Selain
itu, bab ini juga menjelaskan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan landasan teori dan penelitian
terdahulu, maka dapat dibuat kerangka pemikiran dan juga menjadi dasar dalam
pembentukan hipotesis.

3. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian dan definisi operasional dari masing-
masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, bab ini juga
menjelaskan populasi dan penentuan sampel, jenis, dan sumber data yang digunakan
dalam penelitian. Selanjutnya, menerangkan metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis hasil pengujian sampel.

4. BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang deskriptif penelitian, analisis data dan
pembahasannya.

5. BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan penelitian yang didapat dari pembahasan bab IV. Dengan
diperolehnya kesimpulan dalam penelitian ini, maka bab ini juga menjelaskan
mengenai implikasi penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku

Afandi, M. Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan
Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Ismail, Nawari. 2015. Metodologi penelitian untuk studi Islam Panduan Praktis dan Diskusi
Isu. Yogyakartaa: penerbit Ekonomisia.

Muhammad.2003. Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: penerbit


Kencana.

Ghazali, Abdul Rahman. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta. Kencana.

Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: penerbit Alphabeta.

Tarmidzi, Erwandi. 2014. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: BMI Publishing

Sumber Jurnal dan skripsi

Ahmad, K. (2009). Studi Analisis Hukum Islam terhadap Penjualan Betoh Kumbong dengan
sistem Panjar di dusun Duko desa Benangkah kecamatan Bumeh kabupaten Bangkalan.
Surabaya: Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Endah, D.H. (2007). Tinjauan Hukum Islam Tentang Sistem Panjar Jual beli Tanah (studi
kasus di desa Karanganyar kabupaten Sragen). Surakarta: Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Muhammad, R. (2015). Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian uang muka persewaan
mobil Marem jaya Transportation di desa Keboharan Sidoarjo). Surabaya: Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

Setiabusi, Eko, dkk. (2013). Transaksi panjar dan kepentingan pemodal di perdesaan (suatu
penelitian pada petani kelapa di desa Bangkalan kecamatan Tinangkung kabupaten Banggai
kepulauan). Paper pada program S1 Sosiologi Universitas Gorontalo

Ziaul, H. (2016). Tinjauan Hukum Islam terhadap uang muka dalam sewa menyewa mobil di
Himalaya Tour and Travel Surakarta, Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai