Anda di halaman 1dari 3

Konflik pabrik semen di Rembang, 6 petani ditetapkan

tersangka

SEMARANG, Indonesia — Enam petani asal Pegunungan Kendeng, Kabupaten


Rembang, ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Jawa Tengah lantaran dianggap
memalsukan tanda tangan warga dalam dokumen gugatan yang diajukan ke
Mahkamah Agung (MA).

Etik Oktaviani, Kuasa Hukum LBH Semarang untuk keenam petani Kendeng
mengatakan, keenam petani tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka pada Februari
lalu. "Tapi kami belum mendapat surat tembusan siapa saja yang disebut sebagai
tersangka dalam kasus ini," kata Etik kepada Rappler, Jumat pagi 17 Maret.

Namun santer disebutkan pihak ditetapkan menjadi tersangka antaralain Walhi, aktivis
Kendeng Joko Prianto, dan seorang petani perempuan. Etik mengatakan lembaganya
akan terus mendampingi 6 petani Kendeng yang telah dijadikan tersangka agar lolos
dari jeratan hukum. "Akan kami dampingi terus karena mereka tidak bersalah,"
jelasnya.

Aksi menyemen kaki jalan terus

Sementara itu di Jakarta sejumlah petani asal Kendeng menggelar aksi mengecor kaki
sebagai bentuk protes terhadap keberadaan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng.

Aksi menyemen kaki ini telah digelar sejak Senin pekan ini. Aksi tersebut mereka gelar
di depan Istana Negara. Aksi yang sama pernah mereka lakukan tahun lalu. Saat itu
perwakilan petani sempat bertemu Presiden Joko Widodo.

“Kami menyemen kaki bersama petani-petani Kendeng sampai Pak Presiden menemui
kita lagi," ungkap Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JMPPK) Gunretno saat dihubungi secara terpisah.

Karena itulah, dirinya ingin kembali menemui Presiden untuk meminta dukungan dalam
mempertahankan kelestarian Pegunungan Kendeng.

Ia sangat menyayangkan dengan keputusan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang


telah mengeluarkan izin usaha penambangan (IUP) untuk mengizinkan pabrik semen
beroperasi penuh di Tanah Rembang.
Ia berpendapat, apa yang telah dilakukan PT Semen Indonesia jelas-jelas telah mengangkangi
keputusan Presiden Joko 'Jokowi' Widodo yang masih menunggu hasil KLHS.

"Seharusnya tidak beroperasi dulu karena Presiden inginnya menunggu kajian lingkungan hidup
yang sedang dikerjakan tim panel KLHS di sana. Apalagi, Mahkamah Agung (MA)
menginstruksikam untuk menghentikam izin operasionalnya. Jelas ini melanggar keputusan
MA," ujar Gunretno.

Sementara itu, nun jauh di kaki Pegunungan Kendeng, PT Semen Indonesia ternyata telah
memastikan bahwa pengoperasian pabrik semen akan dimulai secara penuh mulai awal April
nanti.

Sebab, menurut Heru Indar Wijajanto, Head of Enggineering and Construction PT Semen
Indonesia, pabrik semen Rembang telah melakukan berbagai ujicoba pembuatan bahan baku
semen sejak November 2016 ditengah maraknya aksi penolakan yang dilakukam para aktivis pro
lingkungan.

"Ini masih proses uji coba peralatan secara terus menerus. Bulan April pabrik sudah beroperasi
normal dan melakukan proses produksi," kata Heru, saat ditemui secara terpisah pada Kamis 15
Maret.

Keruk 1,9 juta ton batu kapur mulai 2017

Heru mengatakan proyek pabrik semen Rembang kini telah mencapai 99,16 persen. Semua
pembangunan fisik telah beres. Termasuk menghidupkan mesin-mesin untuk memulai eksplorasi
pada Pegunungan Kendeng.

"Aksi menyemen kaki di Jakarta tidak menghambat niatan kita untuk mengoperasikan pabrik
semen," cetusnya.

Walau begitu, aktivitas pabrik sempat mandek sebulan lalu lantaran Gubernur Ganjar Pranowo
mencabut izin lingkungannya. Izin baru kembali diterbitkan oleh Ganjar pada 23 Februari
kemarin dengan luasan lahan yang dipersempit. "Kita juga sudah membuatkan embung di Desa
Tegaldowo, kok," jelas Heru.

Dengan beroperasi secara penuh pabrik semen, maka PT Semen Indonesia pada tahun ini telah
menargetkan mampu mengeruk 1,9 juta ton kapur. Jumlah ini, lanjut Heru akan bertambah jadi 3
juta ton pada 2018 mendatang.

Semen Indonesia saat ini punya klingker-klingker raksasa yang siap mengolah bebatuan kapur
jadi serbuk semen. Ada pula empat line yang bisa menghasilkan 2.400 pack per line per jam.
"Secara bertahap kita akan melakukan penambangan hingga 3 juta ton pertahun. Pengerukan
akan dimulai tahun ini dan berlanjut sampai 20 tahun mendatang," katanya. —Rappler.com

Anda mungkin juga menyukai